• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparasi Estimasi Dosis Janin dengan Perhitungan Manual dan Simulasi pada Pemeriksaan Radiografi Pelvis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Komparasi Estimasi Dosis Janin dengan Perhitungan Manual dan Simulasi pada Pemeriksaan Radiografi Pelvis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Komparasi Estimasi Dosis Janin dengan Perhitungan Manual

dan Simulasi pada Pemeriksaan Radiografi Pelvis

Satriya Ary Hapsara1, Giner Maslebu2, Jodelin Muninggar3 1,2,3Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

1642011005@student.uksw.edu, 2 ginmaslebu@gmail.com, 3jodelin.muninggar@staff.uksw.edu

Abstrak - Janin memiliki radiosensitivitas terhadap radiasi pengion, sehingga perhitungan dosis yang diserap oleh pasien perlu

dilakukan agar janin memperoleh dosis dibawah 100 mGy seperti yang direkomendasikan oleh International Comission on Radiological Protection (ICRP). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil estimasi dosis janin pada pemeriksaan radiografi pelvis dengan metode perhitungan manual dan simulasi berbantukan program FetDose V4 pada faktor eksposi sebesar 70 kV, 73 kV, 77 kV, 81 kV, 85 kV, 90 kV dan 96 kV, beban tabung 10 mAs pada Focus to Film Distance (FFD) yaitu 100 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm. Sampel penelitian adalah solid water phantom dengan tebal 18 cm yang mewakili ketebalan Pelvis dan X-Ray Multimeter sebagai alat ukur Entrance Surface Dose (ESD). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada pemeriksaan radiografi dengan FFD berturut - turut 100 cm, 110 cm, 120 cm, dan 130 cm dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) pada pemeriksaan radiografi dengan FFD 140 cm dan 150 cm. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD menghasilkan hubungan yang kuat dengan nilai r berada pada rentang 0,70 – 1,00. Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual dan simulasi pada setiap FFD berada dibawah nilai 100 mGy. Dengan demikian, FFD yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi pemeriksaan radiodiagnostik.

Kata kunci : Focus to Film Distance (FFD), Normalized to Uterine Dose (NUD), Entrance Surface Dose (ESD), FetDose

V4

I.

PENDAHULUAN

Sinar-X telah menjadi sumber radiasi pengion yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan diagnostik dan terapi [1][2][3]. Sebagai sarana penunjang, sinar-X sangat membantu dalam pemeriksaan diagnostik [4], salah satunya pemeriksaan radio diagnostik yang memberikan manfaat berupa informasi diagnosis yang dibutuhkan oleh pasien [3][5][6][7]. Meskipun memberikan manfaat, paparan radiasi pengion yang dihasilkan oleh sinar-X memiliki dampak buruk terhadap pasien yang sedang berada dalam masa kehamilan, mengingat radiosensitivitas janin dan efek biologis yang buruk terhadap perkembangan janin [8][9][10][11], seperti malformasi organ pada usia kehamilan 3 – 8 minggu [8][12][13][20], retardasi mental pada usia kehamilan 9 – 25 minggu hingga sterilitas ataupun kanker pada usia kehamilan 26 minggu sampai kelahiran [20]. Osei et al., telah mencoba menghitung estimasi dosis janin pada rentang waktu selama 5 tahun pada 50 wanita hamil dengan pemeriksaan radiografi abdomen dan pelvis dan diperoleh dosis janin antara <0,01μGy– 117 mGy [21].

Dosis merupakan parameter tunggal untuk memperoleh risiko relatif dari paparan radiasi

ionisasi [14], sehingga dosimetri merupakan dasar yang digunakan untuk memberikan penaksiran risiko yang diakibatkan oleh paparan radiasi ionisasi dan untuk keperluan kalibrasi instrumentasi medis [7]. Oleh karena itu, perhitungan dosis yang diserap oleh pasien selama proses kehamilan sangat perlu dilakukan untuk menjaga agar janin memperoleh dosis yang cukup minim[12][13]. Berdasarkan The International Comission on

Radiological Protection (ICRP) nilai batas dosis

(threshold dose) janin yang diizinkan ialah kurang dari 0,1 Gy atau 100 mGy.

Beberapa penelitian dengan beragam metode dalam menentukan estimasi dosis janin untuk beberapa pemeriksaan telah dilakukan. Pada pemeriksaan yang memanfaatkan Computed

Tomography (CT) penelitian estimasi dosis janin

telah dilakukan oleh Damilakis, John et al., (2000) pada pemeriksaan thoraks, abdomen dan pelvis dengan phantom antromorpik wanita hamil sebagai sampel dan

Thermoluminescene Dosimetry (TLD) sebagai alat

ukur dosis. Penelitian serupa juga telah dilakukan Jaffe, Tracy A et al., (2008) yang mengambil sampel phantom antromorpik wanita dan dosimeter Metal Oxide Semiconductor

Field Effect Transistor (MOSFET) sebagai alat

(2)

pada pemeriksaan dada, abdomen dan pelvis. Penelitian Huda, Walter et al., (2009) yang menggunakan ImPACT CT Patient Dosimetry

Calculator untuk menentukan estimasi dosis

yang diserap oleh embrio.

Estimasi dosis janin pada pemeriksaan X-Ray konvensional telah dilakukan oleh Chaparian, Ali et al., (2013) dengan alat ukur dosis

solid-state dosimeter dan pemograman berbasis Monte

Carlo yaitu PCXMC. Penelitian Abdalla, Ibrahim et al., (2013) dengan TLD sebagai alat ukur dosis dan 20 ekor kelinci (10 ekor mewakili pasien dan 10 ekor mewakili pekerja radiasi). Penelitian Osei, Ernest K., et al (2012) yang menggunakan 367 pasien ibu hamil dan TLD sebagai alat ukur dosis, dimana program FetDose V4 sebagai program yang membantu menentukan estimasi dosis janin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perolehan estimasi dosis janin pada pemeriksaan pelvis dengan metode perhitungan manual dan simulasi berbantukan FetDose V4 dengan menggunakan solid water phantom dan Multimeter X-Ray sebagai alat ukur Entrance

Surface Dose (ESD).

II.

METODE PENELITIAN

a. Bahan

Gambar 1. Multimeter X-Ray yang digunakan sebagai alat ukur Entrance Surface

Dose (ESD)

Multimeter X-Ray digunakan sebagai alat ukur

Entrance Surface Dose (ESD) dan solid water phantom sebagai sampel pengukuran estimasi

dosis janin.

Gambar 2. Solid water phantom yang diguna-kan sebagai sampel pengukuran estimasi dosis janin

b. Metode

Secara manual estimasi dosis yang diserap oleh janin pada beberapa pemeriksaan radiografi (Df) dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan (1) [5].

   dESDi radi i f D ESD SF D , , , (1) dengan mAs output kVp kVp FSD FSD ESD QA EX EX QA rad                          2 (2) dimana NUD merupakan Normalized to Uterine

Dose yang diperoleh dari program FetDose V4, n merupakan banyaknya pemeriksaan

radiografi, NUDd,ESD,i adalah dosis uterus pada

rata – rata kedalaman janin d, FSD adalah Focus

to Skin Distance dan SFi adalah faktor ukuran

janin (faktor konversi dosis uterus ke janin).

Gambar 3. Multimeter X-Ray diletakkan pada titik sentral phantom solid water. Untuk mengukur ESD, Multimeter X-Ray diletakkan pada titik sentral phantom solid water seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Program FetDose V4 digunakan sebagai

software yang membantu menentukan besarnya

(3)

pengukuran ESD. FetDose V4 merupakan program yang dikembangkan untuk penentuan estimasi dosis radiasi pada janin [5]. Menurut rekomendasi the European Comission (1996) bahwa besarnya tegangan (kV) yang dapat digunakan adalah 80 kV – 100 kV dan FFD sebesar 100 cm – 150 cm [24]. Dalam penelitian ini, pegukuran ESD dilakukan dengan besar tegangan kVpQA sebesar 125

dan, kVpEX [15] berturut – turut adalah 70,

73, 77, 81, 85, 90 dan 96 dengan beban tabung sebesar 10 mAs, nilai Focus to Film Distance (FFD) yang digunakan adalah 100 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm.

Ketebalan solid water phantom yang digunakan adalah 18 cm yang mewakili ketebalan Pelvis/AP thickness [22], sehingga, besarnya

Focus to Skin Distance (FSD), baik FSDEX dan

FSDQA yang digunakan merupakan selisih dari

FFD dengan AP thickness yaitu berturut-turut 82 cm, 92 cm, 102 cm, 112 cm, dan 132 cm. Besarnya output (mGy/mAs) diperoleh dari hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada masing – masing FFD. Penentuan estimasi dosis janin secara manual dihitung dengan menggunakan persamaan (1) dimana nilai ESD diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan (2).

Penentuan dosis janin secara simulasi diperoleh dengan menggunakan program FetDose V4 dengan memasukkan nilai ESD hasil pengukuran X-Ray Multimeter yang diletakkan pada titik pusat solid water phantom. Baik perhitungan manual maupun simulasi, besar NUD diperoleh dari program FetDose V4. Uji t dengan program SPSS digunakan untuk membandingkan hasil estimasi dosis janin yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi, dengan hipotesis nol (H0) adalah

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil estimasi dosis janin dengan

perhitungan simulasi dan manual, dan hipotesis alternatif (Ha) adalah terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi dan manual. Apabila pada uji t diperoleh p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak dan jika p <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima [23].

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.

Estimasi Dosis Janin pada

FFD = 100 cm

Gambar 4 adalah grafik yang menunjukkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp). ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2 merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 100 cm adalah 0,182 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan

ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan

nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan

ESD1 juga kVp terhadap ESD2.

100 cm

Tabel 1 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin

hasil dari perhitungan manual dan Df2

merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi janin dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai Tabel 1. Estimasi Dosis Janin pada FFD = 100 cm

kVp ESD1 (mGy) Df1 (mGy) ESD2 (mGy) Df2 (mGy) 70 73 77 81 85 90 96 0, 571 0, 621 0, 691 0, 764 0, 842 0, 943 1, 073 0, 062 0, 074 0, 092 0, 111 0, 135 0, 167 0, 211 0, 062 0, 074 0, 092 0, 111 0, 135 0, 167 0, 211 0, 072 0, 086 0, 106 0, 129 0, 156 0, 194 0, 244

(4)

0 0,5 1 1,5 60 70 80 90 100 E SD (m G y) kVp ESD1 ESD2

significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.

Gambar

4.

Grafik

ESD

hasil

perhitungan

manual

(ESD

1

)

dan

pengukuran (ESD

2

) pada FFD =100 cm

Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,122 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 100 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostic.

b.

Estimasi Dosis Janin pada

FFD = 110 cm

Gambar 5 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp). ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2

me-rupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.

Gambar 5. Grafik ESD hasil

perhitungan manual (ESD

1

) dan

pengukuran (ESD

2

) pada FFD = 110 cm.

Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 110 cm adalah 0,150 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program

SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan

nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan

ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 2

merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin

hasil dari perhitungan manual dan Df2

merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi janin dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai

significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm. 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 60 80 100 E S D (m Gy) kVp ESD1 ESD2

Tabel 2. Estimasi Dosis Janin pada FFD = 110 cm

kVp

ESD1

(mGy)

Df1 (mGy)

(mGy)

ESD2

Df2 (mGy)

70

73

77

81

85

90

96

0, 470

0, 512

0, 569

0, 629

0, 694

0, 778

0, 885

0, 051

0, 061

0, 076

0, 092

0, 111

0, 138

0, 174

0, 563

0, 612

0, 676

0, 750

0, 828

0, 931

1, 049

0, 057

0, 067

0, 082

0, 101

0, 122

0, 152

0, 191

(5)

Rerata hasil estimasi dosis janin dengan

perhitungan manual sebesar 0,122 mGy

dan rerata hasil estimasi dosis janin

dengan perhitungan simulasi sebesar

0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin

dengan kedua metode berada dibawah

nilai batas dosis janin sehingga FFD

dengan besar 100 cm dapat dijadikan

acuan

sebagai

refrensi

prosedur

diagnostik.

c.

Estimasi Dosis Janin pada FFD

= 120 cm

Gambar

3

adalah

grafik

yang

memperlihatkan bahwa ESD yang

diperoleh dari perhitungan manual dan

simulasi mengalami peningkatan seiring

dengan kenaikan besar tegangan tabung

(kVp).

ESD

1

merupakan hasil perhitungan

manual dengan persamaan (2) dan ESD

2

merupakan hasil pengukuran Multimeter

X-Ray.

Besar

output

(mGy/mAs)

berdasarkan hasil uji linearitas dengan

menggunakan Multimeter X-Ray pada

FFD sebesar 120 cm adalah 0,176

mGy/mAs.

Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan

ESD

1

dengan menggunakan Program

SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji

korelasi Pearson antara kVp dan ESD

2

menghasilkan r yang sama yaitu sebesar

0,9999. Karena nilai r yang dihasilkan

berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang kuat [23] antara kVp dan ESD

1

juga

kVp terhadap ESD

2

.

Tabel 3 merupakan data hasil estimasi

dosis janin dengan metode perhitungan

manual dan simulasi. D

f1

merupakan

estimasi dosis janin hasil dari perhitungan

manual dan D

f2

merupakan estimasi dosis

janin hasil dari perhitungan simulasi

dengan program FetDose

Tabel 3 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 120 cm

kVp

ESD1 (mGy)

Df1 (mGy)

ESD2 (mGy)

Df2

(mGy)

70

73

77

81

85

90

96

0, 552

0, 600

0, 668

0, 739

0, 814

0, 912

1, 038

0, 060

0, 072

0, 089

0, 108

0, 131

0, 162

0, 205

0, 419

0, 457

0, 503

0, 559

0, 618

0, 693

0, 782

0, 046

0, 055

0, 067

0, 082

0, 099

0, 123

0, 154

Tabel 4 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 130

kVp

ESD1

(mGy)

Df1 (mGy)

(mGy)

ESD2

Df2 (mGy)

70

73

77

81

85

90

96

0, 339

0, 368

0, 450

0, 453

0, 499

0, 559

0, 637

0, 037

0, 044

0, 054

0, 066

0, 080

0, 099

0, 126

0, 349

0, 382

0, 419

0, 466

0, 516

0, 579

0, 653

0, 038

0, 046

0, 056

0, 068

0, 084

0, 103

0, 134

(6)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 60 70 80 90 100 E S D (m Gy) kVp ESD1 ESD2

Gambar 6. Grafik ESD hasil perhitungan

manual (ESD

1

) dan pengukuran (ESD

2

) pada

FFD = 120 cm.

Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,001

dimana p < 0,05 sehingga H

0

ditolak dan H

a

diterima, artinya terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil perhitungan manual

dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.

Rerata hasil estimasi dosis janin dengan

perhitungan manual sebesar 0,112 mGy dan

rerata hasil estimasi dosis janin dengan

perhitungan simulasi sebesar 0,089 mGy.

Rerata estimasi dosis janin dengan kedua

metode

berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 120 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.

d.

Estimasi Dosis Janin pada FFD =

130 cm

Gambar 7 adalah grafik yang memperlihatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).

Gambar 7. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada

FFD = 130 cm.

ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2

merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 130 cm adalah 0,108 mGy/mAs.

Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1

dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang

sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 4 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin

hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan

estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm. Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,072 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,076 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 130 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.

e.

Estimasi Dosis Janin pada FFD =

140 cm

Gambar 8 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).

Gambar 8. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada

FFD = 140 cm. 0 0,2 0,4 0,6 0,8 60 80 100 E SD (m Gy) kVp ESD1 ESD2

(7)

ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2

merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 140 cm adalah 0,092 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS

menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang

sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 5 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin

hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan

estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4.

Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,321 dimana p > 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 140 cm.

Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,062 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,064 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 140 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.

f.

Estimasi Dosis Janin pada FFD

= 150 cm

Gambar 6 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).

Gambar 9. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada

FFD = 150 cm

ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2

merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 150 cm adalah 0,080 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS

menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang

sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil

dari perhitungan manual dan Df2 merupakan

estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,172 dimana p > 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 150 cm.

Tabel 5 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140 cm

kVp

ESD1 (mGy)

Df1 (mGy)

ESD2 (mGy)

Df2 (mGy)

70

73

77

81

85

90

96

0, 289

0, 314

0, 349

0, 386

0, 425

0, 477

0, 543

0, 032

0, 037

0, 047

0, 057

0, 069

0, 085

0, 107

0, 290

0, 317

0, 350

0, 388

0, 429

0, 481

0,544

0, 046

0, 038

0, 047

0, 057

0, 069

0, 085

0, 107

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 60 70 80 90 100 E S D (m Gy) kVp ESD1 ESD2

(8)

Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,054 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,053 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 150 cm dapat dijadikan sebagai refrensi diagnostik.

IV.

KESIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi dosis janin pada pemeriksaan radiografi Pelvis dengan perhitungan manual dan simulasi memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada besar FFD berturut – turut 100 cm, 110 cm, 120 cm dan 130 cm. Sementara, pada FFD 140 cm dan 150 cm tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi (p>0,05). 2. Berdasarkan uji korelasi Pearson antara kVp

dan nilai Entrance Surface Dose (ESD), diperoleh nilai r berada pada rentang 0,70 – 1,00 untuk setiap FFD, sehingga terdapat hubungan yang kuat antara kVp dan nilai ESD yang diperoleh baik dengan menggunakan metode perhitungan manual dan pengukuran multimeter X-Ray.

3.

Dengan faktor eksposi kVp 70, 73, 77, 81, 85, 90 dan 96 serta arus tabus 10 mAs pada setiap FFD yang digunakan, dosis janin yang diperoleh berada dibawah nilai batas dosis janin yang ditetapkan oleh The

International Comission on Radiological Protection

(ICRP). Jadi, faktor eksposi dan FFD yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi pemeriksaan diagnostik pada pemeriksaan radiografi pelvis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Tuhan yang penuh kasih untuk kekuatan dan kesempatan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Kepada Bapak Giner Maslebu, S.Pd, S.Si, M.Si dan Ibu dr Jodelin Muninggar, M.Sc selaku dosen Fisika FSM-UKSW yang bersedia menyediakan waktu dan buah pikirnya dalam penyelesaian penelitian ini serta kepada pihak yang berada di Training Center Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk kesempatan yang diberikan bagi penulis dalam pengambilan data penelitian ini.

V.

DAFTAR PUSTAKA

[1] K, Ademola. et al. (2013). Assessment of Entrance Skin Dose in Routine X – Ray Examinations of Chest, Skull, Abdomen and Pelvis of Children in Five Selected Hospitals in Nigeria. IOSR Journal of Applied Physcis (IOSR – JAP). 5(2), 47-50.

[2] U, Ibrahim. et al. 2014. Determination of Entrance Skin Dose from Diagnostic X – Ray of Human Chest at Federal Medical Centre Keffi, Nigeria. Science World Journal. 9 (1).

[3] Hall, E J dan Brenner, D J. et al. (2008). Cancer Risks from Diagnostic Radiology. the British Journal of Radiology. 81 : 362 – 378.

[4] Osei, Ernest K dan Darko, Johnson. (2013). Foetal Radiation Dose and Risk from Diagnostic Radiology Procedures : A Multinational Study. Hindawi Publishing Corporation. ISRN Radiology.

[5] Huda, Walter. et al. (2010). Embryo Dose Estimates in Body CT. 194:874-880. [6] Halme, KH dan Nilson, Mats. (2013). the

Effects on Absorbed Dose Distribution in Intraoral X – Ray Imaging When

Tabel 6 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140

kVp

ESD1 (mGy)

Df1 (mGy)

ESD2 (mGy)

Df2 (mGy)

70

73

77

81

85

90

96

0, 251

0, 273

0, 304

0, 336

0, 369

0, 415

0, 472

0, 027

0, 032

0, 040

0, 050

0, 059

0, 074

0, 093

0, 249

0, 272

0, 300

0, 333

0, 369

0, 414

0, 468

0, 027

0, 032

0, 040

0, 490

0, 059

0, 073

0, 092

(9)

Using Tube Voltages of 60 and 70 kV for Bitewing Imaging. Journal of Oral Maxillofacial Research. 4 (3).

[7] Xie, Tianwu dan Habib, Zaidi. (2014). Fetal and Maternal Absorbed Dose Estimates for Positron – Emitting Molecular Imaging Probes. The Journal of Nuclear Medicine. 55 : 1459 – 1466.

[8] Abdalla, Ibrahim dan Elshikh, Mohamed. et al. 2015. Efect of Radiation on Pregnancy. International Journal of Medicine and Medical Sciences. 7(5), 98-101.

[9] Kaasalainen, Touko. et al. (2014). Limiting CT Radiation Dose in Children with Craniosynostosis : Phantom Study Using Model – Based Iterative Reconstruction. Pediatr Radiol. Springer – Verlag Berlin Heidelberg.

[10] Ebina, Satoko. et al. (2012). the Effects of Maternal Exposure to Radiation on the Fetus. Radiation Emergency Medicine. 1 (1-2) : 27-32.

[11] Chaparian, Ali. Dan Aghabagheri, Mahdi. (2013). Fetal Radiation Doses and Subsequent Risks From X – Ray Examinations : Should We be Concerned?. Iran J Reprod Med. 11(11), 899-904.

[12] Atarod, M., Shrokani, P., Pourmoghadas, A. (2012). Design of a Generally Applicable Abdominal Shield for Reducing Fetal Dose during Radiotherapy of Common Malignancies in Pregnant Patients. Iran. J. Radiat. Res. 10(3-4) : 151 – 156. [13] Christner, Jodie A., Kofler, J M., dan

McCollough C H. (2010). Estimating Effective Dose for CT Using Dose – Length Product with Using Organ Dose : Consequences of Adopting

[14] International Comission on Radiological Protection Publication 103 or Dual – Energy Scanning. 194 : 881-889.

[15] Ofori, Eric K.. et al. (2013). Optimization of Patient Radiation Protection in Pelvic X-Ray Examination in Ghana. Journal of Applied Clinical Medical Physics. 13(4). [16] Damilakis, John. et al. (2000). Estimation of

Fetal Radiation Dose from Computed Tomography Scanning in Late Pregnancy. Investigative Radiology. 35(9), 527-533.

[17] Jaffe, Tracy A. et al. (2008). Early First-Trimester Fetal Radiation Dose Estimation in 16-MDCT without and with Automated Tube Current Modulation. 190 : 860-864.

[18] International Comission on Radiological Protection 60. (1991) Recomendations of the International Comission on Radiological Protection. Annals of the ICRP Vol. 21 (1-3).

[19] Shaw, Palma. et al. (2011). Radiation Exposure and Pregnancy. Journal of Vascular Surgery. 53(15s).

[20] Brookfield, Hannah., Stanley, A M. dan England, Andrew. (2015). Light Beam Diaphragm Collimation Errors and Their Effects on Radiation Dose for Pelvic Radiography. Radiologic Technology. 86(4).

[21] Jackson, Sherri L. 2006. Research Methods and Statistics ; a Critical Thinking Approach. International Student Edition : USA.

[22] Ofori, Eric Kwasi. et al. (2016). Relationship between Patient Anatomical Thickness and Radiographic Exposure Factors for Selected Radiographic Examinations. Journal of Health, Medicine and Nursing. ISSN 2422-8419. Vol

Gambar

Gambar  1.  Multimeter  X-Ray  yang  digunakan  sebagai  alat  ukur  Entrance  Surface  Dose (ESD)
Tabel 1  merupakan data hasil estimasi dosis  janin dengan metode perhitungan manual dan  simulasi
Tabel 2. Estimasi Dosis Janin pada FFD = 110 cm
Tabel  3  merupakan  data  hasil  estimasi  dosis  janin  dengan  metode  perhitungan  manual  dan  simulasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Industrial Production ) dan perbankan (meliputi suku bunga kredit investasi, DPK, dan NPL) serta respon kredit investasi terhadap berbagai variabel tersebut pada Bank Persero dan

Materi  akan  dibahas  meliputi  konsep  manajer  dan  manajemen,  teori  dan  pemikiran  dalam  manajemen,  budaya  organisasi  dan  lingkungannya,  tanggung 

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya reduksi drag sebesar 2 % untuk pelat beralur bujursangkar terhadap pelat datar halus untuk kedua harga Re.. Profil

Menurut Nawawi (2007:106) bahwa observasi langsung dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek

Dengan manfaat ekonomi, sosial dan ekologis dari industri minyak sawit yang demikian, maka setiap pengembangan perkebunan kelapa sawit yang bertujuan untuk

Hasilnya implementasi rencana program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang disabilitas netra di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang sudah berjalan dengan baik akan

Akhir dari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami secara praktis dan mampu menganalisis serta terampil dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang sudah dilakukan mengenai nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi tepuk tepung tawar di Desa Sungai Selari Kecamatan Bukit Batu