• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOLIDIFIKASI/STABILISASI SAMPAH PLASTIK HDPE BEKAS KEMASAN LIMBAH B3 DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOLIDIFIKASI/STABILISASI SAMPAH PLASTIK HDPE BEKAS KEMASAN LIMBAH B3 DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1028

SOLIDIFIKASI/STABILISASI SAMPAH PLASTIK HDPE

BEKAS KEMASAN LIMBAH B3 DALAM

PEMBUATAN PAVING BLOCK

Yenni Ruslinda1, Rahmadila1, Prima Puspa Diani1

1Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: yenni@eng.unand.ac.id

ABSTRACT

According to Indonesian Government Regulation (PP RI) No. 101/2014, the used packaging of hazardous waste falls into the category of hazardous waste, so processing needs to be done. This study aims to test the success of the process of solidification/stabilization (S/S) of shredded HDPE plastic waste from B3 used packaging for paving block manufacturing. The variation of the addition of HDPE plastic waste are 4%, 6%, 8% and 10% as the test variables and without the addition of HDPE plastic counts as a control variable. Tests carried out on the compressive strength, water absorption and Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) parameters. The results showed that the addition of shredded plastic waste greater than 6% would reduce the compressive strength of paving blocks and increase the value of water absorption. TCLP testing for the heavy metal content of Pb, Cd, Hg, As, Se, Cu, Ag, Ba, Ni, Zn and B has fulfilled the quality standards as stated in PP RI No. 101/2014. From the test results obtained that paving blocks with the addition of 6% shredded plastic waste gives the highest compressive strength at the amount of 17.23 MPa. This compressive strength value is classified as B quality paving block that can be used as a parking lot. The need for 6% HDPE plastic waste in 1 m3 of paving block is 23.25 kg or equivalent to 775 pieces of oil bottle.

Keywords : HDPE plastic waste, hazardous waste packaging, solidification/stabilization, paving block

ABSTRAK

Menurut PP RI No 101 tahun 2014, bekas kemasan limbah B3 masuk dalam kategori limbah B3, sehingga perlu dilakukan pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberhasilan proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dalam pembuatan paving block. Variasi penambahan cacahan sampah plastik HDPE sebanyak 4%, 6%, 8% dan 10% sebagai variabel uji dan tanpa penambahan cacahan plastik HDPE sebagai variabel kontrol. Pengujian dilakukan terhadap parameter kuat tekan, penyerapan air dan Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP). Hasil penelitian menunjukkan penambahan cacahan sampah plastik besar dari 6% akan menurunkan nilai kuat tekan paving block dan meningkatkan nilai penyerapan air. Pengujian TCLP untuk kandungan logam berat Pb, Cd, Hg, As, Se, Cu, Ag, Ba, Ni, Zn dan B telah memenuhi baku mutu PP RI No 101 Tahun 2014. Dari hasil pengujian diperoleh paving block dengan penambahan cacahan sampah plastik sebesar 6% memberikan nilai kuat tekan tertinggi sebesar 17,23 MPa. Nilai kuat tekan ini diklasifikasikan sebagai paving block mutu B yang dapat digunakan sebagai pelataran parkir. Pemanfaatan sampah plastik HDPE sebanyak 6% dalam 1 m3 paving block yaitu 23,25 kg atau setara dengan 775 buah kemasan botol oli.

Kata kunci: cacahan, kemasan limbah B3, paving block, sampah plastik HDPE, solidifikasi/stabilisasi

(2)

1029 1. PENDAHULUAN

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) memiliki beberapa karakteristik seperti korosif, beracun, mudah terbakar, mudah meledak, reaktif dan infeksius. Karakteristik dari limbah B3 tersebut beberapa diantaranya dapat ditemui pada produk B3 rumah tangga dari aktivitas masyarakat di dapur, kamar mandi dan cuci, kamar tidur, serta garasi dan taman. Produk B3 rumah tangga biasanya dikemas dengan berbagai bahan, salah satunya berbahan dasar plastik jenis high density polyethylene (HDPE). Plastik HDPE merupakan plastik yang paling stabil dan tahan terhadap temperatur tinggi. Plastik HDPE biasa digunakan sebagai kemasan B3 untuk kemasan: kosmetik, parfum, shampo anti ketombe, pemutih pakaian, oli, minyak rem, pestisida, racun tikus, pembersih lantai dan sebagainya (The Dow Chemical Company, 2014).

Pengelolaan terhadap sampah B3 di negara berkembang seperti Indonesia belum menjadi prioritas. Sampah ini biasanya diwadahkan, diangkut dan dibuang bercampur dengan sampah non B3 lainnya ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah kota. Hal ini akan menimbulkan berbagai dampak negatif berupa kerusakan lingkungan baik tanah, air dan udara serta dapat mengganggu kesehatan manusia melalui pernapasan, pencernaan, kulit, mata, ginjal, otak, paru-paru, sistem syaraf dan hati (Ruslinda, dkk, 2018), Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan khusus terhadap sampah B3 tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014, pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara termal yaitu pembakaran limbah menggunakan alat incinerator atau dengan cara solidifikasi/stabilisasi (S/S) yaitu mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan prinsip mengubah fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat sehingga pergerakan senyawa-senyawa B3 dapat dihambat atau terbatasi dan membentuk ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar (massive). Proses S/S dikatakan berhasil bila dihasilkan produk yang kuat dan tahan lama yang tidak akan meluluhkan logam dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Keberhasilan proses S/S harus didasarkan pada pemahaman akan sifat dan mekanisme ikatan logam berat dengan bahan pengikat semen (Utomo dan Laksono, 2007). Biasanya, proses S/S juga melibatkan beberapa bentuk pemadatan fisik dan menghasilkan berbagai produk seperti beton, paving block, hollow block (Gailius dkk, 2010).

Penelitian pembuatan paving block dengan bahan tambahan sampah plastik telah dilakukan oleh Adibroto tahun 2014. Penelitian dilakukan dengan menggunakan serat plastik jenis PP dan PE yang memiliki beberapa varian ukuran panjang dan konsentrasi. Varian konsentrasi yang digunakan dalam pemanfaatan serat plastik yaitu 1%-5% serta variasi ukuran panjangnya yaitu 1 cm, 2 cm dan 3 cm. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan paving block dengan kandungan serat plastik 3% dan panjang 2 cm memiliki nilai kuat tekan yang maksimum yaitu 325,10 kg/cm2 pada umur 28 hari. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini dilakukan pembuatan paving block dengan metode S/S. Serat plastik yang bukan B3 diganti cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 sebagai bahan campuran. Setelah proses S/S selanjutnya dilakukan pengujian fisik dan kimia terhadap paving block yang telah dibuat. Diharapkan paving block yang dihasilkan memenuhi aspek teknis dan lingkungan mengingat bahan yang digunakan berasal dari sampah B3.

(3)

1030 2. METODOLOGI

Tahapan penelitian pemanfaatan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dalam pembuatan paving block dengan metode S/S terdiri dari studi literatur, pengumpulan data sekunder, persiapan alat dan bahan, pengujian material, pembuatan paving block, pengujian paving block serta pengolahan dan analisis data. Data sekunder yang dikumpulkan berupa perbandingan komposisi bahan penyusun paving block, variasi komposisi sampah plastik HDPE dan penentuan kandungan logam berat pada sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 yaitu timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg), arsen (As), selenium (Se), tembaga (Cu), perak (Ag), barium (Ba), nikel (Ni), seng (Zn) dan boron (B) yang didasari oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan secara eksperimental terhadap dua variabel penelitian yaitu variabel kontrol dan variabel uji. Variabel kontrol adalah pembuatan paving block dengan material campuran semen, agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir) dan air tanpa penambahan cacahan sampah plastik HDPE, sedangkan variabel uji adalah pembuatan paving block dengan campuran seperti variabel kontrol dan penambahan cacahan sampah plastik HDPE masing-masing sebanyak 4%, 6%, 8% dan 10%.

Sebelum pembuatan paving block, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap material yang akan digunakan. Pengujian meliputi karakteristik kimia cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dan karakteristik fisik agregat yang digunakan. Pengujian karakteristik kimia cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat di dalam sampah plastik. Sampah plastik HDPE terlebih dahulu dicacah menggunakan alat pencacah plastik, hingga didapatkan ukuran cacahan < 9,5 mm. Selanjutnya sampel cacahan sampah plastik diekstraksi sesuai pH menggunakan alat rotary agitator selama 18 ± 2 jam. Setelah itu sampel didestruksi dengan hot plate sampai volume sampel menjadi setengahnya (kira-kira 20 menit) dan ditambahkan aquadest serta disimpan di botol sampel. Selanjutnya sampel siap di ukur dengan alat ICPE-9000 untuk mengetahui kandungan logam beratnya. Analisis dilakukan mengacu pada metode EPA 1311. Pengujian karakteristik fisik agregat dilakukan terhadap agregat kerikil dan pasir untuk melihat sifat fisik agregat yang digunakan dalam pembuatan paving block. Pengujian agregat kasar dan halus meliputi analisis saringan, kadar air, berat jenis, penyerapan, kadar lumpur serta kadar organik untuk agregat halus. Pengujian fisik agregat mengacu standar ASTM dan PBI 1971.

Selanjutnya dilakukan pembuatan paving block berbentuk persegi panjang ukuran 20,5 cm x 10,5 cm x 6 cm dengan perbandingan campuran bahan baku semen : agregat pasir : agregat kerikil : cacahan sampah plastik HDPE yaitu 1 : 2 : 3 : (0%, 4%, 6%, 8%, dan 10%) serta faktor air semen (FAS) yang digunakan 0,4. Paving block yang dibuat berjumlah 30 buah dan digunakan untuk pengujian kuat tekan, penyerapan air serta TCLP. Pembuatan paving block menggunakan mesin cetakan dan pengadukan material dilakukan secara manual. Tabel 1 menampilkan komposisi material yang digunakan untuk satu paving block.

(4)

1031

Tabel 1. Komposisi Paving Block Kode

Sampel

Material (1 buah paving block)

Semen Pasir Kerikil Cacahan Sampah

Plastik Air % kg % kg % kg % kg kg PB.K* 16,667 0,50 33,333 1 50 1,50 0 0,00 0,20 PB. U1 16,556 0,50 33,112 0,99 49,669 1,49 0,662 0,02 0,20 PB. U2 16,501 0,50 33,003 0,99 49,505 1,48 0,990 0,03 0,20 PB. U3 16,447 0,49 32,894 0,99 49,342 1,48 1,316 0,04 0,19 PB. U4 16,393 0,49 32,787 0,98 49,180 1,48 1,639 0,05 0,19 Keterangan:

PB.U = Paving Block Uji PB U3 = Paving Block Uji 8%

PB.U1 = Paving Block Uji 4% PB U4 = Paving Block Uji 10%

PB.U2 = Paving Block Uji 6%

Keberhasilan proses S/S dalam pembuatan paving block dilakukan terhadap tiga parameter yaitu kuat tekan, penyerapan air dan uji TCLP. Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk mengetahui mutu dan kekuatan dari paving block yang diteliti dengan satuan luas bidang tekan tertentu. Uji kuat tekan dilakukan pada umur paving block 7 hari dan 28 hari menggunakan alat compression strength machine. Pengujian penyerapan air dilakukan pada umur paving block 28 hari yang bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan paving block dalam menyerap air. Besar atau kecil nilai daya serap air yang dihasilkan tergantung dari kepadatan dan jumlah rongga yang terdapat pada paving block. Pengujian TCLP dilakukan pada umur 28 hari yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan paving block bagi kesehatan dan lingkungan mengingat bahan baku yang digunakan adalah sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3.

3. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengujian Material Penyusun Paving Block

Pengujian material penyusun paving block dilakukan terhadap karakteristik kimia cacahan sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 dan karakteristik fisik agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir). Hasil uji TCLP terhadap karakteristik kimia cacahan sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 sebelum dilakukan proses S/S didapatkan kandungan logam Pb, Cd, Hg dan Ni melebihi dari nilai baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP RI Nomor 101 Tahun 2014 pada Lampiran III Baku Mutu Karakteristik Beracun Melalui TCLP untuk Penetapan Kategori Limbah B3 pada Tabel TCLP-A. Kandungan logam berat yang tinggi untuk logam Pb, Cd, Hg dan Ni dapat mengakibatkan beberapa dampak bagi manusia. Akumulasi logam Pb dalam tubuh menyebabkan gangguan dan kerusakan pada saraf, pencernaan, usus, ginjal, dan tulang. Logam Cd yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui saluran pernapasan dan pencernaan dan dapat

(5)

1032

terakumulasi pada ginjal sehingga ginjal mengalami disfungsi serta gangguan fungsi hati. Gangguan kesehatan yang terjadi karena keracunan logam Hg adalah: rasa sesak dan nyeri di dada, sulit bernapas, alergi dan ruam kulit dan sakit kepala. Kandungan logam Ni yang tinggi dapat menyebabkan keracunan jika masuk ke dalam tubuh seperti alergi, anosmia rhintis dan sinusitis (Kemenkes RI, 2012). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil pengujian terhadap karakteristik fisik agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) sebelum pembuatan paving block dibandingkan dengan American Society of Testing and Material (ASTM) tentang Spesifikasi Material Agregat sebagai Bahan Campuran Beton dan Peraturan Beton Indonesia Tahun 1971 tentang Persyaratan Kadar Lumpur Agregat Halus dan Kasar Lolos Saringan No. 200. Hasil pengujian menunjukkan kerikil dan pasir telah memenuhi standar yang berlaku dan dapat digunakan sebagai material penyusun paving block. Sifat-sifat agregat dapat mempengaruhi kualitas paving block yang dihasilkan (Syarif dkk, 2016).

3.2 Pengujian Keberhasilan Proses S/S 3.2.1 Pengujian Kuat Tekan

Nilai kuat tekan menunjukkan mutu dari suatu struktur, semakin tinggi nilai kuat tekannya semakin tinggi pula mutu yang didapatkan. Tabel 2 memperlihatkan nilai kuat tekan yang didapatkan pada umur paving block 7 dan 28 hari. Variasi penambahan cacahan sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 mempengaruhi nilai kuat tekan paving block. Nilai kuat tekan paving block dengan varian penambahan cacahan sampah plastik yaitu PB. U1 4%, PB. U2 6%, PB. U3 8%, dan PB. U4 10% memiliki nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tanpa penambahan cacahan sampah plastik yaitu PB. K 0%. Gambar 1 menampilkan pengaruh cacahan sampah plastik jenis HDPE terhadap nilai kuat tekan. Penurunan kuat tekan terjadi pada penambahan sampah plastik sebanyak 8% dan 10%. Hal ini dikarenakan sampah plastik mulai mempengaruhi ikatan antara semen dan air karena jumlah semen dan air yang digunakan semakin berkurang oleh adanya penambahan sampah plastik sehingga volume pasta semen ikut berkurang dan berdampak terhadap banyaknya rongga atau celah kosong yang membuat struktur tatanan paving block tidak padat waktu diuji (Amran, 2015).

Umur paving block dapat mempengaruhi nilai kuat tekan paving block. Gambar 2 memperlihatkan pengaruh umur paving block terhadap nilai kuat tekan. Kuat tekan paving block mengalami peningkatan dari umur 7 hari ke umur 28 hari, yang berarti kuat tekan bertambah tinggi dengan bertambahnya umur paving block. Kenaikan kuat tekan paving block setelah dicetak berlangsung lambat hingga umur paving block 14 hari. Namun dari umur 14 hari ke umur 28 hari nilai kuat tekan mengalami peningkatan yang cepat dan setelah umur 28 hari laju kenaikan itu akan semakin melambat. Nilai kuat tekan yang rendah pada umur paving block 7 hari dikarenakan terjadinya proses hidrasi semen yang lambat oleh C3S. Proses hidrasi diartikan sebagai reaksi yang terjadi antara silikat dan aluminat pada semen dengan air menjadi media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Kuat tekan paving block pada umur 7 hari belum dapat digunakan di lingkungan karena nilai yang didapatkan berada di bawah standar

(6)

1033

mutu SNI 03-0691-1996 tentang paving block. Namun paving block pada umur 28 hari, telah memenuhi standar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi.

Tabel 2. Kuat Tekan Paving Block Umur 7 hari dan 28 hari

Kode Sampel Plastik HDPE (%) Kuat Tekan berdasarkan SNI 03-0691-1996 (MPa) Kuat Tekan (7 hari) Kuat Tekan (28 hari)

Kg/cm2 MPa Keterangan Kg/cm2 MPa Keterangan

PB.K* 0% Mutu A : Rata-rata 40 Min 35 Mutu B : Rata-rata 20 Min 17 Mutu C : Rata-rata 15 Min 12,5 Mutu D : Rata-rata 10 Min 8,5

79,53 7,95 Tidak Memenuhi 331,67 33,17 Memenuhi Mutu B

PB.U1 4% 37,73 3,77 Tidak Memenuhi 138,57 13,86 Memenuhi Mutu C

PB.U2 6% 71,64 7,16 Tidak Memenuhi 172,26 17,23 Memenuhi Mutu B

PB.U3 8% 51,51 5,15 Tidak Memenuhi 156,12 15,61 Memenuhi Mutu C

PB.U4 10% 32,05 3,20 Tidak Memenuhi 112,94 11,29 Memenuhi Mutu D

Gambar 1. Pengaruh Cacahan Sampah Plastik Jenis HDPE Bekas Kemasan Limbah B3 terhadap Nilai Kuat Tekan

(7)

1034 3.2.2 Pengujian Penyerapan Air

Uji penyerapan air dilakukan saat umur paving block 28 hari, seperti terlihat pada Tabel 3. Nilai penyerapan air meningkat seiring meningkatnya konsentrasi cacahan sampah plastik yang digunakan. Besarnya nilai penyerapan air disebabkan oleh semakin banyaknya volume agregat yang digunakan sehingga akan semakin porous yaitu semakin mudah dan cepat untuk meloloskan dan/atau menyerap air (Prestika dkk, 2016). Besar atau kecil nilai daya serap air yang dihasilkan tergantung dari kepadatan dan jumlah rongga yang terdapat pada paving block (Larasati dkk, 2016). Hasil pengujian penyerapan air paving block umur 28 hari didapatkan penambahan cacahan sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 yang memenuhi standar SNI 03-0691-1996 hanya untuk varian 0%, 4% dan 6%.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Hasil Penyerapan Air Paving Block Kode Sampel % HDPE Rata-Rata Serapan (%)

Penyerapan Air Rata-Rata Maks (%) (SNI 03-0691-1996) Keterangan PB. K* 0% 2,48 Mutu A : 3 Mutu B : 6 Mutu C : 8 Mutu D : 10 Memenuhi Mutu B PB. U1 4% 5,04 Memenuhi Mutu C PB. U2 6% 5,96 Memenuhi Mutu B PB. U3 8% 11,94 Tidak Memenuhi PB. U4 10% 13,78 Tidak Memenuhi 3.2.3 Pengujian TCLP

Uji TCLP terhadap produk juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar penurunan persentase logam berat akibat proses S/S. Hasil pengujian TCLP untuk paving block umur 28 hari menunjukkan proses S/S sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 menjadi paving block dapat menurunkan konsentrasi untuk semua parameter logam yang dianalisis. Tabel 4 memperlihatkan perbandingan uji TCLP parameter logam berat sebelum proses S/S dan sesudah proses S/S dengan baku mutu berdasarkan PP RI Nomor 101 Tahun 2014.

Tabel 4. Perbandingan Konsentrasi Logam Berat Sebelum dan Sesudah Proses S/S

Parameter Logam Berat Sebelum S/S Baku Mutu Keterangan Sesudah S/S Baku Mutu Keterangan 4% 6% 8% 10%

Timbal (Pb) 4,04 3 Tidak memenuhi 0,396 0,430 0,449 0,468 0,5 Memenuhi Kadmium (Cd) 1,08 0,9 Tidak memenuhi 0,122 0,129 0,132 0,141 0,15 Memenuhi Merkuri (Hg) 0,36 0,3 Tidak memenuhi 0,042 0,044 0,047 0,048 0,05 Memenuhi Arsen (As) 0,99 3 Memenuhi 0,325 0,352 0,383 0,420 0,5 Memenuhi Selenium (Se) 2,19 3 Memenuhi 0,417 0,426 0,449 0,485 0,5 Memenuhi Tembaga (Cu) 4,79 60 Memenuhi 1,295 1,400 1,495 1,535 10 Memenuhi Perak (Ag) 1,06 40 Memenuhi 0,735 0,810 0,835 0,850 5 Memenuhi Barium (Ba) 0,41 210 Memenuhi 0,142 0,170 0,191 0,245 35 Memenuhi Nikel (Ni) 22,85 21 Tidak memenuhi 3,220 3,245 3,250 3,330 3,5 Memenuhi Seng (Zn) 0,85 300 Memenuhi 0,660 0,770 0,802 0,812 50 Memenuhi Boron (B) 4,46 150 Memenuhi 0,815 0,975 1,845 2,005 25 Memenuhi

** PP RI No 101 tahun 2014 Lampiran IV Baku Mutu Karakteristik Beracun Melalui TCLP untuk Penetapan Standar Pengolahan Limbah B3 Sebelum Ditempatkan di Fasilitas Penimbusan Akhir

Konsentrasi Logam Pb, Cd, Hg dan Ni pada sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 yang pada awalnya melebihi baku mutu mengalami penurunan setelah

(8)

1035

dilakukannya proses S/S. Penurunan kandungan logam berat tersebut membuktikan bahwa proses S/S dengan penambahan semen mampu mengikat logam berat pada sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 menjadi lebih stabil dan menjadikan mobilitas logam berat pada produk paving block menjadi sangat berkurang. Proses S/S pada prinsipnya adalah mengubah sifat fisika dan kimia limbah B3 dengan cara menambahkan bahan pengikat (semen) membentuk senyawa monolit dengan struktur yang kompak agar supaya pergerakan limbah B3 terhambat atau dibatasi, daya larut diperkecil sehingga daya racun limbah B3 tersebut berkurang sebelum limbah B3 tersebut ditimbun atau dimanfaatkan kembali.

3.2.4 Pemilihan Komposisi Paving Block

Dari hasil pengujian keberhasilan proses S/S cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dalam pembuatan paving block dilakukan pemilihan varian komposisi paving block yang dapat digunakan. Dari pengujian kuat tekan didapatkan semua variasi penelitian memenuhi standar SNI 03-0691-1996 yaitu untuk mutu B, C dan D, sedangkan untuk pengujian penyerapan air, variasi paving block yang memenuhi standar mutu B dan C yaitu penambahan 0%, 4% dan 6% cacahan sampah plastik HDPE. Variasi paving block dengan penambahan cacahan sampah plastik konsentrasi 8% dan 10% tidak memenuhi standar karena nilai penyerapan air melebihi standar yang ditetapkan. Hasil pengujian TCLP menunjukkan semua varian paving block dalam penelitian ini, kandungan logam beratnya tidak melebihi standar baku mutu PP RI No 101 tahun 2014, sehingga aman digunakan untuk lingkungan.

Berdasarkan tiga paremeter pengujian di atas, varian paving block dengan penambahan 6% sampah plastik jenis HDPE bekas kemasan limbah B3 terpilih menjadi variasi komposisi paving block terbaik. Hal ini dikarenakan varian ini memiliki nilai kuat tekan tertinggi yaitu 17.23 MPa dengan nilai penyerapan air 5,96% dan kandungan logam dalam paving block tidak melebihi standar yang ditetapkan, sehingga aman untuk digunakan. Menurut SNI 03-0691-1996, Paving block ini memenuhi standar mutu B

sehingga dapat digunakan sebagai pelataran parkir. Dengan penambahan 6% cacahan sampah plastik bekas kemasan limbah B3, dari perhitungan didapatkan untuk membuat 1 m3 volume paving block dibutuhkan jumlah sampah plastik sebanyak 23,25 kg atau setara dengan 775 buah kemasan oli berat 30g. 1 m3 paving block ini dapat digunakan sebagai pelataran parkir seluas16,68 m2.

4. KESIMPULAN

Setelah dilakukan proses S/S terhadap cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 dengan pembuatan paving block didapatkan nilai kuat tekan paving block memenuhi standar mutu B, C, dan D. Nilai kuat tekan ini dipengaruhi konsentrasi penambahan cacahan sampah plastik dan umur paving block. Penambahan konsentrasi cacahan sampah platik lebih besar dari 6% akan menurunkan nilai kuat tekan dan meningkatkan nilai penyerapan air. Pengujian TCLP terhadap cacahan sampah plastik HDPE bekas kemasan limbah B3 sebelum dilakukan proses S/S memiliki kandungan logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni) yang melebihi nilai baku mutu PP RI No 101 tahun 2014. Namun setelah dilakukan proses S/S, kandungan logam berat semua variasi paving block (setelah proses S/S) telah berada di

(9)

1036

bawah baku mutu yang ditetapkan. Variasi komposisi paving block terbaik adalah dengan penambahan 6% cacahan sampah plastik HDPE yang membutuhkan 23,25 kg sampah plastik atau setara dengan 775 buah kemasan oli berat 30g untuk membuat 1 m3 paving block yang dapat digunakan sebagai pelataran parkir seluas16,68 m2.

5. DAFTAR PUSTAKA

Adibroto, F. 2014. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Serat Pada Kuat Tekan Paving Block. Jurnal Rekayasa Sipil, 10 (01), 1-11.

Amran, Y. 2015. Pemanfaatan Limbah Plastik untuk Bahan Tambahan Pembuatan Paving Block Sebagai Alternatif Perkerasan pada Lahan Parkir di Universitas Muhammadiyah Metro. Jurnal TAPAK, 04 (02), 125-129.

Badan Standar Nasional. 1996. SNI-03-0691-1996 tentang Bata Beton (Paving Block). Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1971. Peraturan Beton Indonesia

tentang Persyaratan Kadar Lumpur Agregat Halus dan Kasar Lolos Saringan No. 200

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2012. Penyakit Akibat Kerja karena Pajanan Logam Berat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gailius, A, Vacenovska,B, dan Drochytka, R. 2010. Pengaruh Komposisi Kimia Bahan

Penyusun Paving Block Terhadap Kuat Tekan dan Daya Serap Airnya. Jurnal Teknik Kimia, 04 (19), 14-21.

Larasati, D, Iswan, dan Setyanto. 2016. Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Kapur dengan Alat Pemadat Modifikasi. Jurnal JRSDD, 04 (01), 11-22, ISSN:2303-0011.

Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

Prestika, M, Adha, I dan Setyanto. 2016. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 4(02), 175-184. Ruslinda Y., Raharjo, S., Dewilda, Y., Aziz, R. and Nabila, A. 2018. Investigation of

Household Hazardous Waste (HHW) Generation and Composition in Padang City, Indonesia. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences 13 (10), 8079-8087.

Syarif, A, Setyawan, C, dan Farida, I. 2016. Analisa Uji Kuat Tekan Beton dengan Bahan Tambahan Batu Bata Merah. Jurnal Konstruksi, ISSN:2302-7312, 14 (01), 46-56.

The Dow Chemical Company. 2014. Product Safety Assessment High Density Polyethylene (HDPE) Resins. Diakses pada 6 April 2018 dari

http://msdssearch.dow.com/PublishedLiteratureDOWCOM/dh_091f/0901b80380 91f9d5.pdf.

(10)

1037

Utomo, M.P dan Laksono, E.W. 2007. Kajian Tentang Proses Solidifikasi/Stabilisasi Logam Berat dalam Limbah dengan Semen Portland. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. 103-109.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Paving Block  Kode
Gambar 1. Pengaruh Cacahan Sampah Plastik Jenis HDPE Bekas Kemasan Limbah B3  terhadap Nilai Kuat Tekan
Tabel 4. Perbandingan Konsentrasi Logam Berat   Sebelum dan Sesudah Proses S/S

Referensi

Dokumen terkait

Variasi suhu dengan interval waktu pada pelindian bijih laterit dilakukan untuk menentukan nilai energi aktivasi dari pelindian yang dilakukan. Fraksi mol besi yang

Pemanas air tanpa media penyimpan panas akan memiliki efisiensi yang lebih kecil dari pemanas air dengan media penyimpan panas, hal ini dikarenakan panas dari matahari

ActionScript adalah bahasa pemrograman Adobe Flash CS 3 yang digunakan untuk membuat animasi atau interaksi (Ferry Herlambang, 2007).. ActionScript mengizinkan untuk membuat

Sistem informasi olah data kependudukan ini mempunyai fitur yang dapat digunakan untuk mengolah data penduduk, data kelahiran, data kematian, data KK, data

Menyimpan limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS Limbah B3) dalam kemasan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 dan dilengkapi dengan simbol dan label

1) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemas.. 2) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus

BWT adalah algoritma kombinatorial yang merubah urutan input simbol data sehingga simbol yang sama cenderung terkumpul seperti yang terlihat pada Gambar 4 (c).. Sub