SAINS BANGUNAN & UTILITAS 1
PEMAHAMAN SYSTEM UTILITAS PENGHAWAAN ALAMI
PADA BANGUNAN GEDUNG (STUDI KASUS:
DI VILLA BATU BELIG, BADUNG)
DOSEN:
I NYOMAN SUSANTA, ST., MERG. (KOORDINATOR) IR. EVERT EDWARD MONIAGA
MAHASISWA: KELOMPOK V KELAS AB
1. DEWA NGAKAN MADE ENDY ARINATA 1504205007 2. I GUSTI AYU NADA SALMA WIJAKSANA 1504205009 3. I GUSTI AGUNG AYU CHANDRA DEVI 1504205010 4. DESAK AYU AWATARI WIDI 1504205014 5. NI MADE KRISNHA ARISTYA DEWI 1504205015
6. DWI PRATIWI 1504205017
7. DEWA AYU EMA NADILA SUMANTARA K 1504205019 8. KADEK AGUSTIAN KUSUMA WARDANA 1504205022 9. DEWA GDE NGURAH BARUNA WIJAYA 1504205031 10. PUTU GEDE BEY NANDA RYANDANA 1504205032
11. I KADEK DIANTARA 1504205040
JURUSAN ARSITEKTUR REGULER FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karuniaNyalah, makalah yang berjudul ”Pemahaman System Utilitas Penghawaan Alami pada Bangunan Gedung (Studi Kasus: di Villa Batu Belig, Badung)” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang diharapkan.
Makalah ini kami susun guna melaksanakan kewajiban yang telah diberikan kepada mahasiswa semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dalam mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas peran serta yang telah mendukung kami baik saran, bimbingan maupun informasi yang sangat membantu makalah ini.
Oleh karena adanya keterbatasan waktu dalam penyusunan makalah ini serta keterbatasan pengetahuan, kami hanya dapat menuangkan secara garis besar. Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, kami harapkan segala kritik & saran yang sifatnya mendukung atau membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Demikianlah, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mengenai pengetahuan tentang penghawaan alami.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.
Denpasar, 8 Oktober 2016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 2
BAB II METODE PENULISAN 2.1 Metode Pengumpulan Data ... 3
2.2 Metode Analisis Data ... 3
2.3 Identitas Bangunan Villa Batu Belig ... 4
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Materi Pendukung ... 7
3.2 Penghawaan Alami pada Bangunan Villa Batu Belig... 14
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 27
4.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah bangunan arsitektural tidak hanya memiliki nilai estetika, namun juga memiliki lingkungan binaan yang berada di dalam (interior) bangunan itu maupun di luar (eksteriror) atau di sekeliling bangunan. Lingkungan binaan tersebut merupakan wadah segala kebutuhan aktifitas manusia. Karena bangunan berfungsi untuk mewadahi aktifitas manusia maka ia harus mempunyai keadaan yang dibutuhkan oleh manusia yaitu kenyamanan, keamanan, dan efisiensi, serta kebutuhan-kebutuhan manusia lainnya. Untuk memenuhi hal tersebut maka bangunan terdiri dari segala elemen-elemen pembentuk ruangnya serta perabotan-perabotan yang dibutuhkan untuk aktifitas manusia.
Dalam menjalankan sistem operasional suatu bangunan tidak cukup hanya mengandalkan elemen-elemen pembentuk ruang serta perabotan akibat aktifitas manusia, namun juga diperlukan sistem lingkungan dan utilitas untuk mendukung kinerja bangunan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami sistem sains dan utilitas bangunan sehingga sebuah bangunan dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya. Sistem sains dan utilitas bangunan terdiri dari berbagai macam cakupan materi, salah satunya adalah penghawaan alami.
Indonesia merupakan daerah tropis yang mana juga terdapat musim panas, terutama Bali. Oleh karena itu setiap bangunan gedung yang ada di daerah yang terdapat musim panas harus mempunyai system penghawaan yang baik. Jika tidak memiliki sirkulasi penghawaan yang baik, maka bangunan tersebut tidak akan bisa digunakan sepenuhnya karena usernya akan terganggu. System penghawaan terdiri dari system penghawaan buatan, dan system penghawaan alami. Pada saat ini, orang-orang sedang gencar untuk mengetahui maupun mengembangkan system penghawaan alami karena adanya atau untuk mengatasi masalah global warming. Penghawaan alami sangat dibutuhkan agar terjadi pertukaran udara yang ada di dalam bangunan dengan yang ada diluar bangunan dengan sendirinya tanpa bantuan mesin. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai system utilitas penghawaan alami pada bangunan gedung yang menjadi studi kasus penulis, yaitu Villa Batu Belig, Badung.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig? 2. Bagaimana komponen penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig? 3. Bagaimana lay out sistem penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig? 4. Bagaimana kapasitas penghawaan alami pada setiap ruangan pada bangunan Villa
Batu Belig?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Tentang sistem penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig 2. Komponen penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig 3. Lay out sistem penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig
4. Kapasitas penghawaan alami pada setiap ruangan pada bangunan Villa Batu Belig
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa arsitektur dan arsitek, yaitu dapat mempelajari dan memahami prinsip-prinsip dasar mengenai penghawaan alami dan dapat menerapkannya pada desainnya.
2. Masyarakat umum/ klien, yaitu dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang penggunaan pengkondisian penghawaan alami dan juga diharapkan adanya komunikasi yang baik antara arsitek dengan klien (masyarakat umum) sehingga penyampaian informasi tentang bangunan yang akan dibangun tidak merugikan salah satu pihak.
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Metode Pengumpulan Data
Subjek yang dibahas pada makalah ini yaitu submateri sains dan utilitas bangunan, penghawaan alami pada suatu bangunan. Untuk keperluan pendataan, penulis menerapkan sistem observasi lapangan dan metode kajian pustaka.
Metode observasi lapangan berdasarkan sistem pengamatan langsung dari penerapan penghawaan alami. Dengan pengamatan langsung maka akan mengenali secara nyata mengenai penerapan penghawaan alami secara langsung pada objek sehingga memunculkan pertimbangan mengenai pengaplikasian penghawaan alami pada objek bangunan yang diamati.
Selain itu, penulis juga menggunakan metode kajian pustaka sebagai acuan dalam memilah-milah informasi yang didapat dalam berbagai tulisan/artikel ilmiah tersebut. Metode kajian pustaka ini juga mendorong penulis untuk lebih mudah mempelajari dan memahami berbagai aspek pada subjek yang dibahas. Dengan penggabungan prinsip dan metode tersebut diharapkan mampu memecahkan berbagai macam masalah yang telah ditentukan.
2.2 Metode Analisis Data
Dalam penyusunan makalah ini penulis membagi diri dalam kelompok kecil antara lain, kelompok pencari literature/ materi pada artikel/tulisan ilmiah, kelompok pengembangan/ analisa materi dan data serta penyusunan makalah. Sedangkan untuk pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke objek studi dilakukan oleh semua kelompok kecil tersebut dengan harapan semua memahami kondisi utilitas di lapangan. Pembagian kelompok kecil ini memudahkan penulis dalam memilah serta menganalisis data yang telah dikumpulkan melalui prinsip dan metode yang digunakan.
Literature yang dikumpulkan sebagai pendukung objek bahasan antara lain, deskripsi dari penghawaan alami, sistem dari penghawaan alami, komponen penghawaan alami, serta layout penerapan penghawaan alami pada suatu bangunan dan
literatur dalam bentuk tulisan namun juga memberikan tampilan visualisasi yang memudahkan pembaca dalam memahami substansi bahasan. Pengumpulan data dilakukan terhadap penerapan utilitas penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig tentang system, komponen, layout maupun kapasitasnya. Setelah data terkumpul dan didukung oleh materi literature, kemudian itu di analisa untuk mendapatkan kesimpulan. Kemudian penulis juga memberikan saran terhadap pembaca tentang sistem penerepan penghawaan alami pada bangunan villa tersebut.
Jadi, metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan data secara detail untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi berdasarkan hasil observasi dan kajian pustaka dimuat dalam bentuk artikel/tulisan ilmiah.
2.3 Identitas Bangunan Villa Batu Belig
Nama pemilik : Desak Putu Subakti
Lokasi : Jalan Pantai Batu Belig No. 14, Seminyak, Bali, 80361
Tahun : 2009
Batas-batas bangunan :
- Batas utara : Site kosong - Batas selatan : Hotel W
- Batas barat : Jalan Pantai Batu Belig - Batas timur : rumah penduduk Jam operasional : 24 jam
Nama Arsitek : Ir. Dewa Ketut Ambara Putra Fungsi bangunan : Villa penginapan keluarga Maksimal orang yang bisa ditampung:
- Villa tipe 7 dan 8 kurang lebih 10 orang Luas bangunan : ± 564, 26 m2
Layout Ground Floor Villa 7 di Villa Batu Belig
Gambar 1. Layout Ground Floor Villa 7 di Villa Batu Belig. Sumber: Arsip arsitek Ir. Dewa Ketut Ambara Putra.
Layout First Floor Villa 7 di Villa Batu Belig
Gambar 2. Layout First Floor Villa 7 di Villa Batu Belig. Sumber: Arsip arsitek Ir. Dewa Ketut Ambara Putra.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Materi Pendukung
3.1.1 Pengertian Penghawaan Alami
Angin yaitu udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
Sifat Angin
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi
Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.
Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memnerikan kesejukan bagi penghuni bangunan.
Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia.
Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding/lubang angin juga harus diperhatikan fungsinya
Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar, maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah.
3.1.2 Hal-Hal yang Sangat Berkaitan dengan Penghawaan Alami 1. Pencahayaan
Yaitu kebutuhan penerangan pada suatu ruang yang kita buat, terutama untuk pemanfaatan penerangan dari cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan.
2. Kelembaban
Yaitu banyaknya uap air pada udara dalam ruangan. 3. Luas bukaan
Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau lostos atau lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin ada pada suatu ruangan.
3.1.3 Jenis Penghawaan Alami a. Sistem Ventilasi Silang
Ventilasi silang atau cross ventilation adalah dua bukaan berupa jendela atau pintu yang letaknya saling berhadapan di dalam satu ruangan. Ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi lain.
Ventilasi silang memungkinkan udara mengalir dari dalam ke luar dan sebaliknya, tanpa harus mengendap terlebih dahulu, di dalam ruangan. Udara yang masuk dari satu jendela, akan langsung dialirkan keluar oleh jendela yang ada di hadapannya, dan berganti dengan udara baru, begitu seterusnya. Dengan begitu, tanpa AC pun ruangan tetap terasa sejuk.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran jendela atau bukaan, yang harus seimbang dengan ukuran ruangan. Ruangan berukuran besar sudah tentu membutuhkan bukaan yang besar pula. Tak hanya membuat aliran udara membaik, bukaan besar juga memasukkan banyak cahaya matahari. Ruangan pun menjadi sehat dan terang, tanpa perlu menyalakan lampu di siang hari.
Menurut cara membukanya, ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang terbuka permanen, ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup. Sebaiknya, sebuah rumah mempunyai keduanya. Ventilasi permanen untuk menjamin pertukaran udara minimal setiap hari, ventilasi temporer untuk difungsikan apabila memerlukan kondisi penghawaan yang lebih baik. Jenis-jenis ventilasi alami :
- Jendela biasa. - Jendela boven.
Boven biasanya berada di atas kusen, bisa menjadi satu atau terpisah. Boven ada beberapa macam, ada boven yang mempunyai daun seperti jendela biasa, ada boven yang diisi dengan 2 bilah kaca yang menyisakan celah udara di antaranya seperti yang banyak dipakai di kamar mandi, atau boven yang yang diisi dengan
ram kayu. Ram kayu berguna untuk faktor keamanan, yaitu supaya tidak ada orang yang bisa menerobos masuk melalui lubang boven.
- Jalusi/krepyak
Adalah bilah-bilah kayu yang terpasang permanen di kusen. Celah-celah di antara bilah-bilah inilah yang akan menjadi lubang untuk aliran udara alami.
- Kaca naco
Kaca naco adalah jendela yang kacanya dibagi menjadi beberapa segmen dan mempunyai mekanisme yang bisa digerakkan membuka dan menutup. Kaca naco mempunyai kelemahan berupa faktor keamanan yang tidak terlalu baik. Selain itu, kaca naco termasuk kurang ekonomis.
- Loster
Loster adalah sebutan untuk ornamen yang mengisi lubang ventilasi di dinding. Kegunaan loster sama seperti ram, yaitu untuk memperkecil ukuran lubang karena faktor keamanan.
b. Barier System
Barier pada penghawaan disebut juga penghalang untuk mengurangi volume udara panas yang masuk kedalam rumah. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menggunakan barier yang berupa tanaman pada sisi rumah, kadar panas yang dibawa oleh udara menuju rumah dapat berkurang karena sebagian udara panas tersebut diredam oleh barisan pepohonan pada sisi rumah.
c. Elemen Air (Kolam)
Adanya elemen air, baik di luar maupun didalam area rumah dapat menambah kesejukan hunian, karena udara panas yang berasal dari luar bangunan direndam dengan udara dingin yang dihasilkan dari elemen air tersebut sehingga mampu mendinginkan ruangan.
d. Plafon
Plafon dapat menahan udara panas yang datang dari atas atau atap. Semakin tinggi jarak langit-langit dengan lantai, akan menambah kesejukan didalam rumah karena adanya cukup ruang untuk perputaran dan pertukaran udara.
e. Secondary Skin
Secondary skin atau selubung/kulit bangunan yang kedua, dapat menambah lama waktu panas masuk kedalam rumah dan dapat menghindari percikan air hujan. Ada berbagai material yang dapaat digunakan sebagai secondary skin, salah satunya penggunaan material batu alam.
3.1.4 Hal Yang Diperhatikan Untuk Mengoptimalkan Penghawaan Alami a. Orientasi Bangunan.
Radiasi matahari adalah penyebab utama tingginya suhu di dalam rumah. Sebisa mungkin hindari banyak bukaan di arah timur dan barat. Apabila tidak bisa dihindari, bisa diupayakan adanya barrier terhadap radiasi panas matahari, terutama matahari sore di arah barat. Barrier bisa berupa tanaman atau vegetasi, atau elemen bangunan berupa sun shading. Sun shading berupa elemen vertikal (sirip) atau elemen horizontal (topi-topi/over hang).
b. Perbanyak bukaan.
Bukaan atau ventilasi udara yang dianjurkan adalah paling tidak sebesar 15% dari luas lantai bangunan.
c. Atur letak bukaan.
Ventilasi udara haruslah berada di kedua sisi bangunan atau ruangan. Tidak akan banyak manfaatnya apabila bukaan hanya berada di salah satu sisi bangunan. Udara luar tidak akan bisa masuk ke dalam rumah bila tidak ada lubang yang lain untuk jalan keluar udara. Jadi, harus dihindari memanfaatkan seluruh kavling hingga ke belakang. Sisakan sedikit bagian kavling di belakang rumah yang terbuka hingga ke atas, supaya terjadi ventilasi silang.
yang sama. Misalkan suatu bidang dinding mempunyai jendela di sisi sebelah kiri, sebaiknya bidang dinding yang berseberangan mempunyai jendela di sisi kanan. Dengan konfigurasi seperti ini, diharapkan seluruh bagian rumah/ ruangan akan tersentuh oleh aliran udara.
3.1.4 Jenis Bukaan 1. Pintu
- Pintu Swing
Jenis pintu yang paling umum dan selalu digunakan di bangunan manapun adalah pintu swing atau pintu kupu-kupu, yaitu pintu biasa yang dapat membuka-menutup dengan cara didorong ke depan atau ditarik kebelakang dengan putaran satu arah maupun dua arah.
- Pintu Geser
Pintu model ini sering disebut juga dengan sliding door. Cara membukanya dengan menggeser pintu ke samping kanan atau kiri. Pintu geser ini biasanya digunakan pada ruang yang sempit karena tidak memerlukan ruang unntuk mengayunkan pintu seperti pintu swing. Pintu geser juga mulai banyak digunakan pada lemari pakaian. karena memberikan kesan rapih. Namun kekurangannya, pemasangannya lebih sulit dan memerlukan struktur bantalan yang kuat untuk menggantung, dan dapat merepotkan bila roda keluar dari rel pengaman.
- Pintu Lipat
Pintu ini sering disebut juga dengan folding door. Cara membukanya pun tidak berbeda dengan pintu geser, yaitu dengan digeser kesamping dan menggunakan bantalan rel, namun bedanya pintunya dilipat. Jenis pintu ini biasanya sering digunakan pada ruang keluarga yang menghadap ke taman belakang atau pada pintu garasi.
- Pintu Putar Otomatis
Pintu putar otomatis atau revolving door digunakan pada mall, hotel, dan gedung perkantoran. Pintu ini akan berputar secara otomatis saat
2. Jendela
- Fixed Window
Disebut juga dengan jendela mati karena tidak mempunyai engsel jendela. Jendela ini tidak bisa dibuka tutup dan hanya mengalirkan cahaya matahari untuk menerangi ruangan, bukan udara yang masuk ke ruangan. Karena tidak bisa memasukan sirkulasi udara pengunaan tipe jendela ini sebaiknya perlu di pertimbangkan sebaik mungkin.
- Sliding Window
Sliding Window, sesuai dengan namanya sliding window atau jendela geser dibuka tutup dengan cara di geser secara horizontal, dan satu diantaranya adalah jendela mati. Sliding door biasanya menggunakan engsel.
- Double and Single Hung Window
Double Hung Window merupakan jendela yang terdiri atas 2 daun di susun vertikal dan di operasikan dengan cara menggeser salah satu daun jendela secara vertical. Sendangkan Single Hung Window adalah jendela yang memiliki bentuk fisik yang sama dengan Double Hung Window yang membedakannya adalah hanya 1 daun yang dapat di geser, Single Hung Window hanya bisa menyediakan 50% bukaan.
- Casement Window/Bukaan ke luar/ samping kiri/kanan (jendela biasa) Jendela dengan jenis bukaan ini merupakan jendela dengan letak engsel di samping. Jendela dapat dibuka penuh 100% sehingga memberikan ventilasi udara yang optimal.
- Awning dan Hopper Window
Tipe jendela ini memiliki prinsip kerja yang mirip dengan jendela ayun hanya saja sisi jendela yang di kaitkan adalah sisi atas(Awning) atau bawahnya(Hopper). Jendela jenis ini membuka kearah luar dengan posisi engsel di atas. Dengan ventilasi ruangan yang cukup memadai dan sudut bukaan bisa diatur sesuai kebutuhan.
- Pivot Window
Jenis ini memiliki engsel di tengah. Jendela membuka dan menutup dengan cara diputar 90 derajat atau 180 derajat secara horizontal maupun vertikal. Ventilasi udara terasa lebih optimal.
- Jalousie Window
Jalousie Window adalah jendela yang memiliki pelat-pelat penjang horizontal (sirip) dari kayu yang tersusun rapat.
3.2 Penghawaan Alami pada Bangunan Villa Batu Belig 3.2.1 Sistem Penghawaan Alami
Pada banguna Villa Batu Belig sistem penghawaan alami yang digunakan yaitu sebagai berikut.
a. Sistem cross ventilation atau ventilasi silang (memasukkan udara ke dalam ruangan melalui bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan yang lain). Ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi lain. Ventilasi silang memungkinkan udara mengalir dari dalam ke luar dan sebaliknya, tanpa harus mengendap terlebih dahulu, di dalam ruangan. Udara yang masuk dari satu jendela, akan langsung dialirkan keluar oleh jendela yang ada di hadapannya, dan berganti dengan udara baru, begitu seterusnya. Dengan begitu, tanpa AC pun ruangan tetap terasa sejuk. b. Elemen Air (Kolam). Adanya elemen air, baik di luar maupun didalam area
rumah dapat menambah kesejukan hunian, karena udara panas yang berasal dari luar bangunan direndam dengan udara dingin yang dihasilkan dari elemen air tersebut sehingga mampu mendinginkan ruangan.
c. Plafon dapat menahan udara panas yang datang dari atas atau atap. Semakin tinggi jarak langit-langit dengan lantai, akan menambah kesejukan didalam rumah karena adanya cukup ruang untuk perputaran dan pertukaran udara.
Gambar 3. Sistem penghawaan alami yang digunakan pada Villa Batu Belig yaitu cross ventilation, plafond ekspose dan kisi-kisi. Sumber: Observasi 22 September 2016.
3.2.2 Komponen Pengahawaan Alami
Komponen penyusun penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig yakni dari system cross ventilation berupa pintu kaca dengan frame kayu sliding, pintu swing, jendela kaca mati atau fixed window, pintu lipat, pintu swing kaca dengan frame kayu, pintu swing kaca dengan frame kayu bukaan satu, kisi-kisi, dan loster serta dari sistem plafond ekspose.
Gambar 4. Bukaan sliding door dan fixed window pada junior bedroom 1. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 5. Bukaan pintu sliding. Sumber: Observasi 22 September 2016. Pada kamar yang berada pada lantai satu, bukaan yang digunakan yakni pintu kaca sliding dengan frame kayu dan juga pintu swing kaca dengan frame kayu.
Gambar 6. Bukaan sliding door pada kitchen room. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Pada dapur, komponen penghawaan alami yakni pintu kaca sliding dengan frame kayu. Tidak terdapat fixed window. Penghawaan alami pada dapur kurang karena hawa di dalam dapur panas dikarenakan sedikitnya pertukaran udara yang terjadi di dapur.
Gambar 7. Bukaan sliding door pada gym room dan ruang makan. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Pada ruangan ini digunakan pintu kaca sliding dengan frame kayu. Bukaan ini berfungsi untuk mensirkulasikan udara dari luar ruangan ke dalam ruangan ataupun sebaliknya. Selain itu terdapat kisi-kisi yang terbuat dari besi yang berfungsi mengurangi cahaya matahari masuk.
Gambar 7. Bukaan pintu swing dan pintu lipat pada theatre room. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 8. Bukaan pintu swing pada theatre room menuju halaman belakang. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 9. Bukaan sliding door dan fixed window pada junior bedroom 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 10. Bukaan pintu swing pada junior bedroom 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 11. Bukaan pintu swing pada toilet tamu. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 12. Bukaan berupa loster pada dinding maupun sumbu tangga. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Loster pada dinding tangga dapat berfungsi sebagai sirkulasi udara dan yang terdapat pada sumbu tangga dapat berfungsi sebagai elemen dekorasi.
Gambar 13. Bukaan sliding door pada living room di lantai 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 14. Bukaan sliding door pada living room di lantai 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Terdapat pintu kaca sliding dengan frame kayu pada kedua sisi ruang tamu dan juga fixed window atau jendela mati pada masing-masing sisi pintu. Namun pada sisi sebelah kanan terdapat kisi-kisi yang berfungsi mengurangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan. Terdapat juga kisi-kisi kayu pada langit-langit sehingga penghawaan alami lebih optimal.
Gambar 15. Bukaan sliding door dan fixed window pada master bedroom di lantai 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Gambar 16. Bukaan sliding door dan fixed window pada master bedroom menuju teras di lantai 2. Sumber: Observasi 22 September 2016.
Pada master bedroom di lantai 2 bukaan yang digunakan yakni pintu kaca dengan frame kayu sliding, selain itu terdapat fixed window di bagian samping kanan dan kiri dari pintu slinding.
Gambar 17. Bukaan double swing door pada toilet master bedroom. Sumber: Observasi 22 September 2016.
3.2.3 Lay Out Sistem Penerapan Penghawaan Alami
Berikut lay out penerapan system penghawaan alami dari Villa Batu Belig pada lantai 1.
Gambar 18. Layout penerapan system penghawaan alami pada Ground Floor Villa 7 di Villa Batu Belig. Sumber: Arsip arsitek Ir. Dewa Ketut Ambara Putra dengan analisis penulis.
Ket :
: udara keluar dan udara masuk
: cross ventilation/ventilasi silang
Berikut lay out penerapan system penghawaan alami dari Villa Batu Belig lantai 2.
Gambar 19. Layout penerapan system penghawaan alami pada First Floor Villa 7 di Villa Batu Belig. Sumber: Arsip arsitek Ir. Dewa Ketut Ambara Putra dengan analisis penulis.
Ket :
: udara keluar dan udara masuk
: cross ventilation/ventilasi silang
Pada ruang tamu dan kamar tidur terjadi cross ventilation yang disebabkan penempatan bukaan saling berhadapan atau bersilangan.
3.2.4 Kapasitas Penghawaan Alami pada Setiap Ruangan Tabel 1. Data luas ruang dan luas bukaan.
No Nama Ruang Luas Ruang
Luas Bukaan Sirkulasi Udara Luas Bukaan (%) 1. Ruang Tamu 51,75 m2 36 m2 70 2. Ruang Keluarga /Home Theatre 12.3 m 2 13, 92 m2 113 3. Ruang Makan/Gym 40,95 m 2 30, 96 m2 76 4. Junior Bedroom 1 29.25 m2 6, 96 m2 24 5. Junior Bedroom 2 24,75 m2 8, 16 m2 33 6. Master Bedroom 35,20 m2 10, 61 m2 30 7. Dapur 18,9 m2 2, 88 m2 15 8. Junior Toilet 1 15,40 m2 2, 4 m2 16 9. Junior Toilet 2 13,65 m2 2, 16 m2 16 10. Master Toilet 14,62 m2 2, 4 m2 16
Sumber: Analisis Penulis.
Data Kecepatan Angin, Kelembaban dan Suhu Udara Kecepatan angin di Bali rata-rata 5,4 m/detik
Kelembaban di Bali berkisar 74–88 % Suhu udara di Bali 25,9 oC– 29,2oC
Kapasitas sirkulasi udara alami/ penghawaan alami dalam setiap ruangan pada bangunan Villa Batu Belig telah sesuai dengan kapasitas bukaan sirkulasi yang dianjurkan, yaitu minimal 15% dari luas ruangan. Hampir semua ruangan yang terdapat pada bangunan tersebut memiliki bukaan untuk sirkulasi udara alami yang sangat luas. Sehingga udara yang mengalir di luar bangunan dapat menyejukkan ruangan dengan optimal.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a. Pada Villa Batu Belig, sistem penghawaan alami yang digunakan yaitu cross ventilation karena letak pintu yang berhadapan dan menyilang menyebabkan terjadinya sistem ini dan sistem plafond ekspose.
b. Komponen penyusun penghawaan alami pada bangunan Villa Batu Belig yakni pintu sliding kaca dengan fixed window pada sisi kanan dan kiri, pintu swing baik itu pintu swing kaca maupun kayu, pintu lipat, loster, dan kisi-kisi.
c. System penghawaan alami pada Villa Batu Belig diterapkan dengan menempatkan bukaan-bukaan pada sisi ruang yang kurang mendapat udara sehingga masih kurang optimal penempatan/ layouting bukaan-bukaannya. d. Kapasitas penghawaan alami pada Villa Batu Belig telah sesuai dengan kapasitas
sirkulasi udara alami minimal yang dianjurkan.
4.2 Saran
Penempatan/ layouting bukaan pada bangunan hendaknya lebih memperhatikan arah datangnya udara sehingga udaranya benar-benar bisa dioptimalkan. Penempatan bukaan tidak semata hanya untuk mendapatkan view atau berorientasi pada view di sekitarnya. Untuk jendela sebaiknya menggunakan jendela yang dapat di buka, tidak terlalu banyak menggunakan fixed window sehingga sirkulasi udara alami di dalam ruangan dapat terpenuhi. Penambahan ventilasi di tiap-tiap ruang perlu diperhatikan sehingga pertukaran udara dalam ruang dapat terpenuhi saat jendela maupun pintu dalam keadaan tertutup. Apabila menggunakan jendela mati, maka udara tidak dapat mengalir masuk dan keluar pada ruangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional Indonesia Tentang Standar Minimum Luas Bukaan
http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/propinsi
http://ngurahrai.bali.bmkg.go.id/images/PDF/WADD_APRIL_opt.pdf
Lechner, Norbert. 2001. Heating, Cooling, Lighting. Jakarta: Rajagraafindo Persada Tanggoro, Dwi. 2000. Utilitas Bangunan Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia. Tanggoro, Dwi. 2009. Utilitas Bangunan Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1. Susunan Organisasi Kelompok dan Pembagian Tugas
No. Nama NIM Pembagian Tugas
1. Dewa Ngakan Made Endy Arinata
1504205007 Ngeprint gambar untuk ACC objek.
2. I Gusti Ayu Nada Salma Wijaksana
1504205009 Observasi.
Mencari literature. 3. I Gusti Agung Ayu
Chandra Devi
1504205010 Observasi.
Mengembangkan setiap materi yang telah terkumpul.
4. Desak Ayu Awatari Widi 1504205014 Observasi. Mencari literature. 5. Ni Made Krisnha Aristya Dewi 1504205015 Observasi.
Menganalisis materi dan menyusun makalah.
6. Dwi Pratiwi 1504205017 Observasi.
Mengembangkan setiap materi yang telah terkumpul.
7. Dewa Ayu Ema Nadila Sumantara K 1504205019 Observasi. Mencari literature. 8. Kadek Agustian Kusuma Wardana 1504205022 -
9. Dewa Gde Ngurah Baruna Wijaya
1504205031 Observasi.
Mencari gambar bestek bangunan yang telah disepakati.
10. Putu Gede Bey Nanda Ryandana
1504205032 Observasi.
Mencari literature. 11. I Kadek Diantara 1504205040 Observasi.
Mengkoordinasikan anggota kelompok dan membantu setiap pembagian tugas serta mengarahkan sesuai ketentuan tugas.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR REGULER
KARTU ASISTENSIMATA KULIAH SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1 SEMESTER/TAHUN GANJIL/ TAHUN 2016/2017
KELOMPOK 5
NAMA MAHASISWA *terlampir
NIM *terlampir
TUGAS OBSERVASI DAN PELAPORAN
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5 JURUSAN ARSITEKTUR REGULER
NO. NAMA NIM
1. DEWA NGAKAN MADE ENDY ARINATA 1504205007
2. I GUSTI AYU NADA SALMA WIJAKSANA 1504205009
3. I GUSTI AGUNG AYU CHANDRA DEVI 1504205010
4. DESAK AYU AWATARI WIDI 1504205014
5. NI MADE KRISNHA ARISTYA DEWI 1504205015
6. DWI PRATIWI 1504205017
7. DEWA AYU EMA NADILA SUMANTARA K 1504205019
8. KADEK AGUSTIAN KUSUMA WARDANA 1504205022
9. DEWA GDE NGURAH BARUNA WIJAYA 1504205031
10. PUTU GEDE BEY NANDA RYANDANA 1504205032