• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN DENGAN KADAR LIPID DARAH DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA JANTUNG KORONER NOVA SULVIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN DENGAN KADAR LIPID DARAH DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA JANTUNG KORONER NOVA SULVIANA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

NOVA SULVIANA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

Dibimbing oleh VERA URIPI dan RETNANINGSIH

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari gaya hidup dan pola makan pasien penyakit jantung koroner yang melakukan control atau general check-up ke instalasi rawat jalan RS Persahabatan Jakarta Timur. Adapun tujuan khususnya antara lain : (1). Mempelajari karakteristik sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan perkapita, tingkat pendidikan, besar keluarga, dan penerangan diet) pasien, (2). Mempelajari status gizi dan riwayat kesehatan pasien, (3). Mempelajari gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan mer okok awal) pasien, (4). Mempelajari pola makan (frekuensi konsumsi bahan pangan dalam setahun, konsumsi energi dan zat gizi, frekuensi makan dalam sehari, kelengkapan bahan pangan dalam sehari dan preferensi jenis pangan) pasien, (5). Menganalisis faktor -faktor (karakteristik sosial ekonomi, status gizi, riwayat kesehatan, dan gaya hidup) yang berhubungan dengan kadar lipid darah dan tekanan darah pasien.

Desain penelitian yang dilakukan yaitu Cross-Sectional Study. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Jalan RS Persahabatan Jakarta Timur pada bulan April-Juni 2008. Contoh dalam penelitian ini adalah para penderita penyakit jantung koroner yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan RS Persahabatan Jakarta Timur. Jumlah contoh yang diambil yaitu 31 orang. Adapun penarikan contoh dilakukan dengan purposive sampling. Kriteria contoh yang diambil yaitu: berjenis kelamin pria atau wanita, umur lebih dari 40 tahun, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak mengalami gangguan hati dan ginjal, dan bersedia dijadikan contoh penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu data mengenai karakteristik contoh (nama, umur, jenis kelamin, agama, besar keluarga, pekerjaan, pendapatan per kapita per bulan, pendidikan terakhir, tinggi badan, berat badan, dan riwayat kesehatan), penerangan diet, data pola makan (frekuensi konsumsi bahan pangan dalam setahun, preferensi jenis pangan, dan konsumsi energi se rta zat gizi), data gaya hidup {aktivitas fisik selama satu hari (1x24 jam), kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan merokok}. Data karakteristik dan gaya hidup contoh didapatkan dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data konsumsi energi, zat gizi dan serat serta kelengkapan bahan pangan dalam sehari diperoleh dengan menggunakan metode food recall 1x24 jam serta food frequency questionaire untuk mengetahui frekuensi konsumsi bahan pangan dalam setahun.

Data sekunder yang dikumpulkan yaitu hasil rekam medik berupa kadar lipid darah (kadar trigliserida, kadar kolesterol total, kadar HDL, kadar LDL), tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dan profil RS Persahabatan serta instalasi rawat jalan penyakit jantung RS Persahabatan Jakarta Timur. Data sekunder diperoleh dari buku rekam medik untuk kadar lipid darah dan tekanan darah, sedangkan profil RS Persahabatan dan instalasi rawat jalan penyakit jantung diperoleh dari sekretariat RS Persahabatan.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh contoh (58,1%) berada pada usia 41-65 tahun dan sudah tidak bekerja lagi atau pensiunan , lebih dari separuh contoh (61,3%) memiliki jenis kelamin laki-laki, persentase terbesar contoh berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu 48.4 persen, sebagian besar contoh (87,1%) termasuk dalam keluarga kecil, lebih dari separuh contoh

(3)

contoh memiliki status gizi normal.

Lebih dari separuh contoh (61,3%) memiliki kadar trigliserida baik, lebih dari separuh contoh (74,2%) memiliki kadar kolesterol total dan HDL yang rendah, sebanyak 29.0 persen contoh memiliki kadar LDL pada kategori mendekati optimal dan sedang. Sebanyak 38.7 persen contoh mempunyai tekanan darah diastolik pada kisaran normal dan lebih dari separuh contoh (54,8%) berada pada kisaran normal.

Umumnya contoh memiliki aktivitas fisik sangat ringan (48,4%), sebagian besar contoh (83,9%) memiliki kebiasaan berolahraga, lebih dari separuh contoh (69,2%) melakukan jalan pagi sebagai olahraga yang dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya, lebih dari separuh contoh (53,9%) berolahraga dalam rentang waktu 15-30 menit, dan persentase frekuensi olahraga paling besar terdapat pada frekuensi 8-14 kl/bl (42,3%). Lebih dari separuh contoh (51,6 %) tidak memiliki kebiasaan merokok sebelum sakit, persentase terbesar (33,3%) contoh merokok ≤ 5 btng/hr. Lebih dari separuh contoh (66,7%) merokok dalam kurun waktu > 15 tahun dan persentase terbesar usia awal merokok conto h (46,7%) berada pada kisaran umur 16-20 tahun.

Lebih dari separuh contoh (61,3%) memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kl/hr. Jenis bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh pada saat sarapan yaitu makanan pokok (29,0%). Contoh paling banyak mengkonsumsi bahan pangan dengan kombinasi makanan pokok, lauk hewani, dan sayuran (19,4%) pada saat makan siang da n makan malam. Lebih dari separuh contoh (51,6%) contoh menyukai pengolahan pangan yang digoreng dan lebih dari separuh contoh (74,2%) menyukai teh untuk dikonsumsi sehari-hari.

Jenis bahan pangan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi yaitu nasi (beras) yang dikonsumsi setiap hari oleh semua contoh. Sayuran yang paling banyak dikonsumsi yaitu wortel frekuensi 279 kl/th. Buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah jeruk dengan rata -rata frekuensi 268 kl/th. Jenis susu yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah susu bubuk skim dengan rata-rata 181 kl/th. Jenis pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi yaitu telur ayam, ikan, daging ayam, dan daging sapi. Tahu dan tempe merupakan jenis pangan nabati yang paling banyak dikons umsi oleh contoh (30 orang) dengan rata-rata frekuensi yang sama yaitu 276 kl/th.

Terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kadar HDL (p<0,01;r=0,545). Terdapat hubungan yang signifikan antara st atus gizi dengan kadar LDL (p=0,036;r=0,379), tekanan darah sistolik (p=0,003;r=0,522) dan tekanan darah diastolik (p=0,014;r=0,436). Selain itu, terdapat hubungan yang positif signifikan antara kebiasaan merokok awal dengan kad ar kolesterol total (p<0,05;r=0,429) dan kadar LDL dalam darah (p<0,05;r=0,373). Hasil korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap dengan kadar kolesterol total (p=0,024;r=0,579), kadar LDL darah (p=0,034;r=0,549) dan tekanan darah diastolik (p=0,045;r=0, 523).

Masih banyaknya pasien yang belum pernah mendapatkan penerangan diet mengakibatkan masih adanya pasien yang mengkonsumsi makanan yang tidak dianjurkan. Oleh sebab itu, sebaiknya pihak rumah sakit menyediakan tempat khusus untuk konsultasi atau penyuluhan gizi serta konsultasi m engenai gaya hidup yang sehat.

(4)

Supervised by VERA URIPI and RETNANINGSIH.

Nowadays, coronary artery disease is the primary cause of death in the several countries including Indonesia. One of the risk factor of this disease is lifestyles and food pattern changes which can affect the blood lipids and blood pressure. Blood lipids and blood pressure are the indicators that used in coronary artery disease treatment and also as a risk factors. Objection of this research is study carefully about the correlation between lifestyles and food pattern with blood lipids and blood pressure at coronary artery disease patient in RSUP Persahabatan Jakarta Timur.

This research was used cross-sectional study design with purposive sampling. The amount of samples are 31 samples. This research was used two kinds of data which are primary and secondary data. Primary data including social economy characteristics, lifestyles, dan food pattern were collected by using questionnaire. Food pattern data were obatained by using food recall 1x24 hour and food frequency questionnaire. Secondary data including blood lipids level and blood pressure were collected from medical book. Rank Spearman analysis was used to ascertain the correlation between lifestyles ( physical activity, sports, and smoking) and food pattern with blood lipids and blood pressure.

There is no variable either social economic characteristics, lifestyles or food pattern that correlate with triglyc eride level. Variable that significantly correlate with total cholesterol level are smoking habit before sample diagnosed having coronary artery disease, amount of cigarrete, and age when sample start to smoke. The other variable which significantly correlate with HDL level is age. There is a significant correlation between body mass index, smoking habit before sample diagnosed having coronary artery disease, amount of ciga rrete, and age when sample start to smoke with LDL level. Variable which significantly correlate with blood pressure are body mass index for both sistole and diastole level, term or duration of smoking before quit for sistole level, and amount of cigarrete for diastole level.

Keyword : coronary artery disease, lifestyles, food pattern, blood lipids, blood pressure

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : Nova Sulviana

A54104085

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

NIM : A54104085

Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Vera Uripi, S. Ked Ir. Retnaningsih, MSi

NIP 131 760 855 NIP 131 861 467

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP 131 124 019

(7)

Yusuf Pohan dan Ibu Siti Hotna Siregar. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 01 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1998. Pendidikan menengah pertama dilalui di SMP 51 Jakarta Timur dari tahun 1998 hingga 2001 dan selanjutnya diteruskan di SMA 71 Jakarta Timur pada tahun 2001 hingga 2004. Penulis kemudian diterima sebagai mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Ba ru (SPMB).

Semasa kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan acara kampus. Penulis pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai staff Departemen Kesekretariatan periode 2004-2005. Selain itu, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan GMSK English Club (GEC), Badan Konsultasi Gizi (BKG), dan Himpunan Mahasiswa Peduli Pan gan dan Gizi Indonesia (HMPPI). Penulis juga mendapatkan pembiayaan dari DIKTI atas diterimanya proposal Pekan Kreatifitas Mahasiswa dalam bidang Kewirausahaan. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga pernah menjadi asisten Matakuliah Biokimia Gizi, dan Dietetika Penyakit Degeneratif , dan Dietetika Penyakit Infeksi.

(8)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Hidup dan Pola Makan Penderita Jantung Koroner di RS Persahabatan Jakarta Timur”. Penulis menyampaikam terima kasih kepada semua piha k yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada:

1. dr. Vera Uripi, S.Ked dan Ir. Retnaningsih, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, dorongan, dan masukan dari awal penu lisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menjalani masa studi di GMSK.

3. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar atas saran yang diberikan.

4. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen penguji skripsi atas saran dan pertanyaan yang membangun.

5. Endang Taat Uji SKM MS selaku pemandu lapangan atas saran dan bantuannya selama penulis mengambil data di RS Persahabatan sert a pihak-pihak lainnya yang telah membantu kelancaran pengambilan data. 6. Orang tua serta adik tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

dorongan, dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

7. Dewi Kusumah, Ibnu Akbar, dan Devita Kusuma selaku pemb ahas atas saran dan kritik yang diberikan.

8. Teman-teman baikku, Pipin, Ari, Icha, Bagus, Aqsa, Nur Laela, Ima, Daru, Noorma, Yulia, Vika, Dhe dan teman-teman GMSK lainnya atas bantuan, semangat, dan kebersamaannya serta kenangan selama masa perkuliahan. 9. Teman-teman baikku di Onigiri Nippon Club: Ferly, Riffan, Iqbal, Chakko,

dan segenap anggota lainnya atas semangat, kebersamaan, dan kenangan lainnya yang tak akan terlupakan

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak -pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Agustus 2008

(9)

DAFTAR TABEL ... ... ... ... ix DAFTAR GAMBAR ... ... ... ... xi PENDAHULUAN ... ... ... ... 1 Latar Belakang ... .... ... ... 1 Tujuan ... ... ... ... 3 Manfaat ... ... ... ... 4 TINJAUAN PUSTAKA... .. ... ... 5

Penyakit Jantung Koroner ... ... ... 5

Kadar Lipid Darah ... ... ... 7

Tekanan Darah ... ... ... 10

Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner ... ... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ... ... ... 29

METODE ... ... ... ... 32

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... ... 32

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... ... ... 32

Jenis dan Cara Pengambilan Data ... ... ... 32

Pengolahan dan Analisis Data ... ... ... 33

Definisi Operasional ... ... ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... ... 40

Gambaran Umum RSUP Persahabatan ... ... 40

Karakteristik Sosial Ekonomi ... ... ... 40

Status Gizi ... ... ... ... 44

Riwayat Kesehatan ... ... ... 44

Gaya Hidup ... ... ... ... 45

Pola Makan ... ... ... ... 51

Kadar Lipid Darah dan Faktor-Faktor yang Berhubungan ... 62

Tekanan Darah dan Faktor-Faktor yang Berhubungan... 81

KESIMPULAN DAN SARAN ... ... ... 83

Kesimpulan ... ... ... ... 83

Saran ... ... ... ... 85

(10)

1. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh ... 28

2. Peubah, kategori peubah, dan analisis data yang digunakan ... 35

3. Sebaran contoh berdasarkan umur ... ... ... 40

4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... ... 41

5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ... 41

6. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ... ... 42

7. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 43

8. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita ... . 43

9. Sebaran contoh berdasarkan penerangan diet ... ... 44

10. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ... ... 44

11. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan ... ... 45

12. Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik ... .... 46

13. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan berolahraga ... 46

14. Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga ... ... 47

15. Sebaran contoh berdasarkan durasi olahraga ... ... 47

16. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga sebulan terakhir ... 48

17. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok ... ... 49

18. Sebaran contoh berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari ... 49

19. Sebaran contoh berdasarkan lama merokok ... ... 50

20. Sebaran contoh berdasarkan usia awal merokok ... ... 50

21. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan dalam sehari ... 51

22. Sebaran contoh berdasarkan kelengkapan bahan makan saat sarapan ... 52

23. Sebaran contoh berdasarkan kelengkapan bahan makan saat makan siang ... ... ... 52

24. Sebaran contoh berdasarkan kelengkapan bahan makan saat makan malam ... ... ... 53

25. Sebaran contoh berdasarkan jenis olahan pangan yang disukai ... 58

26. Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman yang disukai ... 58

27. Sebaran contoh berdasarkan kadar trigliserida ... ... 62

28. Sebaran contoh berdasarkan kadar kolesterol total ... ... 63

29. Sebaran contoh berdasarkan kadar HDL ... ... 63

30. Sebaran contoh berdasarkan kadar LDL ... ... 64

(11)

35. Tabulasi silang antara besar keluarga dengan kadar lipid darah ... 69

36. Tabulasi silang antara pendapatan per kapita dengan kadar lipid darah ... 70

37. Tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan kadar lipid darah ... 71

38. Tabulasi silang antara kebiasaan berolahraga dengan kadar lipid darah .. 72

39. Tabulasi silang antara kebiasaan berolahraga dengan kadar lipid darah .. 72

40. Tabulasi silang antara durasi olahraga dengan kadar lipid darah ... 73

41. Tabulasi silang antara frekuensi olahraga dengan kadar lipid darah ... 74

42. Tabulasi silang antara kebiasaan merokok dengan kadar lipid darah ... 75

43. Tabulasi silang antara jumlah rokok dengan kadar lipid darah ... 76

44. Tabulasi silang antara lama merokok dengan kadar lipid darah ... 77

45. Tabulasi silang antara usia awal merokok dengan kadar lipid darah ... 78

46. Tabulasi silang antara status gizi dengan kadar lipid darah ... 79

47. Tabulasi silang antara penerangan diet dengan kadar lipid darah ... 80

48. Tabulasi silang antara riwayat kesehatan dengan kadar lipid darah ... 81

49. Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik ... . 82

(12)

1. Jantung dengan arteri koroner kanan (RCA) dan kiri (LCA) ... 5

2. Aterosklerosis pada pembuluh darah .. ... ... 7

3. Hubungan antar faktor risiko penyakit jantung koroner ... 13

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit jantung koroner ... 31

5. Rata-rata Frekuensi Konsumsi Serealia, Umbi, Roti, Pasta dan Hasil Olahannya ... ... ... 54

6. Rata-rata Frekuensi Konsumsi Sayur .. ... ... 55

7. Rata-rata Frekuensi Konsumsi Buah ... ... ... 56

8. Rata-rata Frekuensi Konsumsi Susu dan Hasil Olahannya ... 56

(13)

Kesehatan merupakan salah satu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan harus dijaga sebaik mungkin. Kesehatan merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam pembangunan di Indonesia. Pemerintah menetapkan tujuan pembangunan kesehatan pada UU No. 23 tahun 1992 yakni tercapainya harapan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan mayarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan penduduk.

Tahun 2010 merupakan tahun yang tela h ditetapkan oleh pemerintah sebagai tahun Indonesia Sehat. Tahun pencanangan Indonesia Sehat berjalan seiringan dengan era globalisasi. Era globalisasi ini otomatis akan meningkatkan persaingan di Indonesia. Oleh karena itu, adanya peningkatan derajat kes ehatan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga dapat bersaing dengan individu-individu lain.

Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut ter jadi karena derasnya arus informasi yang dapat masuk dengan mudah dan diakses oleh masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi dalam bentuk perubahan gaya hidup masyarakat dan adanya perubahan pola konsumsi pangan.

Gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya (Sumarwan 2002). Suhardjo (1989) menyatakan gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1989), gaya hidup mempengaruhi perilaku konsumsi dalam keluarga. Perilaku konsumsi dapat diketahui melalui pola konsumsi makan keluarga. Pola konsumsi makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri khas untuk kelom pok masyarakat tertentu (Kardjati, Alisjahbana, & Kusin 1985). Kedua perubahan tersebut disinyalir sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan derajat kes ehatan manusia.

(14)

Salah satu jenis penyakit yang saat ini banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup dan pola konsumsi pangan adalah penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif mencakup penyakit diabetes mellitus, kanker, penyakit kardiovaskuler dan lain-lain. Penyakit kardiovaskuler yang banyak menyebabkan kematian adalah penyakit jantung koroner. Menurut data WHO (2002), jumlah individu yang meninggal akibat penyakit jantung koroner adalah sebanyak 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas dan 1.332.000 untuk umur 15-59 tahun. Menurut WHO (2004) Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian utama seluruh dunia, terus meningkat, dan menjadi pandemik yang tidak melihat batasan apapun.

Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia j uga memperlihatkan peningkatan. Hal tersebut bisa dilihat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (2001), penyakit sirkulasi (jantung dan pembuluh darah) menempati urutan tertinggi sebagai penyakit penyebab kematian di Indonesia (26,4%). Persentase ini meningkat dibandingkan SKRT sebelumnya yaitu SKRT (1995) sebesar 19 persen dan SKRT (1992) sebesar 9.9 persen. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner (Ulfah 2000). Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung (Krisnatuti & Yenrina 1999). Penyakit jantung koroner dikaitkan dengan adanya aterosklerosis yang bertalian erat dengan penyimpangan metabolisme trigliserida dan kolest erol dalam tubuh (Muchtadi 1996).

Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan antara gaya hidup dan pola makan seseorang terhadap kadar lipid darah dan tekanan darah pasien p enyakit jantung koroner. Kadar lipid darah dan tekanan darah merupakan salah satu dari faktor risiko penyakit jantung koroner serta saat ini dijadikan salah satu objek dalam pengobatan dan pencegahan penyakit jantung koroner. Kadar lipid darah yang diduga mempengaruhi penyakit jantung koroner anta ra lain kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar HDL, dan kadar LDL. Sedangkan tekanan darah yang tinggi diduga akan memperberat kerja jantung sehingga dapat menyebabkan kemampuan kontraksinya berkurang. Baik kadar lipid darah maupun tekanan darah dapat berubah-ubah jika terdapat perubahan pada gaya hidup dan pola

(15)

makan seseorang. Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat disinyalir sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK).

Mann (2002) membagi faktor risiko yang dapat menye babkan penyakit jantung koroner sebagai berikut: faktor yang tidak dapat diubah ( jenis kelamin, peningkatan umur, faktor genetis, dan bentuk tubuh), faktor yang dapat diubah (merokok, dislipidemia, oksidasi LDL, obesitas, hipertensi, aktivitas fisik, hiperglikemia dan diabetes, peningkatan trombosis, serta tingkat homosistein yang tinggi), psikososial (kelas sosioekonomi bawah dan situasi yang menekan (stress)), dan perilaku yang tidak sehat serta geografi (iklim dan musim (udara dingin)).

Era globalisasi yang saat ini sedang berjalan membawa perubahan -perubahan dalam kehidupan manusia. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di era ini mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup. Penemuan -penemuan di bidang teknologi seperti lift, escalator, dan lain-lain menjadikan orang-orang menjadi malas untuk aktif bergerak. Perubahan gaya hidup menjadi gaya hidup yang santai dan kurang bergerak secara fisik atau biasa disebut sebagai gaya hidup sedentary dapat memberikan efek negatif pada kesehatan.

Era ini juga membawa perubahan dalam pola makan dan kebiasaan makan seseorang. Jenis-jenis rumah makan atau restaurant yang menawarkan makanan-makanan yang tinggi kalori dan lemak seperti junkfood lebih banyak disukai oleh masyarakat pada umumnya sehingga cenderung untuk meninggalkan pola makan yang lama. Perubahan pola konsumsi makan dari makanan yang beragam dan bergizi ke jenis makanan yang memiliki kalori tinggi dan serat rendah serta memiliki kandungan lemak tinggi juga dapat meningkatkan efek negatif terhadap kesehatan. Apabila kedua hal tersebut tidak diubah tidak mustahil seseorang akan mengalami penyakit degeneratif atau kardiovaskuler sebelum waktunya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gaya hidup dan p ola makan pasien penderita jantung koroner di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mempelajari gaya hidup dan pola makan penderita penyakit jantung koroner yang melakukan kontrol di Instalasi Rawat Jalan RSUP Persahabatan Jakarta Timur.

(16)

Tujuan Khusus

1. Mempelajari karakteristik sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan perkapita, tingkat pendidikan, dan besar keluarga) pasien.

2. Mempelajari gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan merokok) pasien.

3. Mempelajari pola makan (frekuensi konsumsi bahan pangan dalam setahun, konsumsi energi dan zat gizi, frekuensi makan dalam sehari, kelengkapan bahan pangan dalam sehari dan preferensi jenis pangan) pasien.

4. Mempelajari penerangan diet, status gizi dan riwayat kesehatan pasien.

5. Mempelajari kadar lipid darah (kadar trigliserida, kadar kolesterol total, kadar HDL, dan kadar kolestertol) dan tekanan darah pasien.

6. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar lipid darah dan tekanan darah pasien.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada RSUP Persahabatan Jakarta Timur selaku instansi yang terkait mengenai faktor -faktor yang berhubungan dengan kadar lipid darah dan tek anan darah pasien penyakit jantung koroner sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam pengobatan penyakit jantung koroner misalnya dalam memberikan penerangan diet yang lebih menyeluruh. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada pasien maupun masyarakat luas mengenai faktor -faktor yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner sehingga dapat menanggulangi dan mencegah penyakit jantung koroner. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah ilmu bagi peneliti sendiri.

(17)

Jantung merupakan organ berupa otot yang berbentuk kerucut, berongga, dan dengan basisnya di atas dan puncaknya dibawah. Puncak atau apexnya miring ke sebelah kiri. Jantung memiliki berat kira-kira sebesar 300 gram (Maulana 2007). Jantung merupakan salah s atu organ vital dalam tubuh manusia. Jantung berperan dalam pemompaan darah dalam tubuh. Jantung bagian kiri berfungsi dalam memompa darah bersih yang kaya akan oksigen (O2)

atau zat asam ke seluruh tubuh. Sedangkan jantung kanan berfungsi dalam menampung darah kotor yang rendah oksigen (O2), kaya karbondioksida (CO2)

atau zat asam arang yang nantinya akan dialirkan ke paru -paru untuk dibersihkan (Ulfah 2000).

Arteri koronaria merupakan arteri yang keluar dari aorta (pembuluh darah besar utama) yang kemudian bercabang dua menjadi arteri koronaria kiri dan kanan yang berdiameter lebih kecil dari 304 milimeter. Arteri koronaria kiri dan kanan melewati permukaan jantung, saling bertemu di bagian belakang dan hampir membentuk lingkaran (Maulana 2007). Dari keseluruhan pembuluh darah, pembuluh darah arteri koronaria merupakan pembuluh darah yang paling sering mengalami gangguan pada penyakit jantung koroner (Maulana 2007).

Ulfah menyatakan bahwa jantung berdenyut sebanyak 60 -80 kali per menit. Denyutan jantung dapat bertambah cepat pada saat aktifitas atau emosi agar kebutuhan energi tubuh terpenuhi . Tiap kali jantung berdenyut darah yang dipompakan adalah sekitar 70 cc jadi dalam waktu satu hari atau 24 jam, jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 l. Gambar 1 menunjukkan jantung dan arterinya (Ulfah 2000).

Gambar 1. Jantung dengan arteri koroner kanan (RCA) dan kiri (LCA)

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner. Akibat adanya penyumbatan ini, maka dengan sendiri nya suplai energi kimiawi

(18)

ke otot jantung (miokard) berkurang, sehingga terjadilah gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan. Kondisi dimana otot jantung mengalami kekurangan energi kimiawi disebut iskemia miokard. Bila iskemia berlangsung terus maka terjadilah kerusakan sel otot jantung, kondisi ini disebut infark miokard (Ulfah 2000).

Kematian akibat penyakit jantung koroner umumnya terjadi melalui sindroma koroner akut (SKA) yang umumnya disebut sebagai serangan jantung. Sindrom koroner akut merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung secara akut. Gangguan pada aliran darah tersebut diakibatkan trombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh darah sehingga mengham bat aliran darah (Maulana 2007).

Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis (Kusm ana & Hanafi 1996). Penyakit jantung koroner dikaitkan dengan adanya aterosklerosis yang bertalian erat dengan penyimpangan metabolisme trigliserida dan kolesterol dalam tubuh (Muchtadi 1996). Aterosklerosis merupakan penyempitan pembuluh darah koroner karena lemak jenuh. Aterosklerosis terjadi karena adanya pengumpulan lemak di dinding arteri dan menebal sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan penyempitan pada dinding arteri. Hal ini membuat kemungkinan adanya penggumpalan darah pada bagian arteri y ang menyempit tersebut (Maulana 2007).

Aterosklerosis

Aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani athere yang berarti seperti bubur dan skleros yang berarti mengeras. Aterosklerosis merupakan penimbunan yang terdapat pada arteri oleh endapan jaringan lemak. Lapisan jaringan lemak atau biasa disebut atheroma ini terdapat pada lapisan dalam arteri sejak masa kanak-kanak dan seterusnya. Jika lapisan ini rusak seperti karena tekanan darah tinggi atau merokok maka potongan -potongan besar dari jaringan lemak akan timbul selama beberapa tahun (Patel 1994).

Potongan-potongan besar tersebut disebut atheromatous plaques dan biasanya muncul pada bagian cab ang-cabang arteri dan di bagian biasanya aliran darah terganggu (Patel 1994). Plak tersebut berwarna kuning, substansinya seperti bubur, terutama terdiri dari darah, lipid, kolesterol, dan

(19)

trigliserida. Lipid ini biasanya terdapat pada aliran darah bergabu ng dengan protein khusus dan membentuk partikel yang dikenal sebagai lipoprotein. Semua lipoprotein mengandung kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan protein namun proporsinya berbeda (Patel 1994). Gambar 2 memperlihatkan proses aterosklerosis pada pembuluh darah.

Gambar 2 Aterosklerosis pada pembuluh darah

Ateroskeloris adalah suatu penyakit sistemik dan karena itu jarang timbul pada hanya satu pembuluh darah (Kusmana & Han afi 1996). Plak sering timbul pada tempat-tempat dimana terjadi turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah dengan tekanan tinggi, daerah yang pernah kena trauma dimana terjadi deskuamasi endotel yang menyebabkan adesi trombosit (Kusmana & Hanafi 1996). Aterosklerosis merupakan respons terhadap cedera dari dinding arteri baik akibat tekanan darah, mekanis, kimiawi, makanan, CO, racun rokok, homosistin, kolesterol teroksidasi maupun LDL teroksidasi (Krisnatuti & Yenrina 1999).

Bila aterosklerosis berada pada pembuluh darah koroner jantung maka akan menimbulkan penyakit jantung koroner (Krisnatuti & Yenrina 1999). Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan otot dinding jantung akibat terhentinya aliran darah (infark miokardia). Selain itu, gangguan akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah dapat me nyebabkan berkurangnya aliran darah ke suatu organ ( iskemia). Pembuluh nadi sangat peka sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem pengontrol irama jantung (Krisnatuti & Yenrina 1999).

Kadar Lipid Darah Kolesterol

Salah satu turunan lemak yang saat ini banyak diteliti karena keterkaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif yaitu kolesterol. Kolesterol merupakan sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Sterol adalah kelompok senyawa yang mempunyai karakteristik struktur cincin kompleks steroid dengan bebagai variasi (Almatsier 2003). Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan

(20)

dan berupa seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama di liver (hati) (Heslet 2007). Bahan makanan yang mengandung kolesterol yang tinggi yaitu kuning telur, jeroan (paru, hati, ginjal, dan jantung), dan produk ikan atau kerang (kaviar, telur ikan kod, kepiting, udang besar dan udang kecil) (Heslet 2007).

Kolesterol di dalam tubuh mempunyai dua sisi berlawanan, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat membahayakan bergantung berapa banyak terdapat dalam tubuh dan di bagian mana (Almatsier 2003). Kolesterol dalam darah berasal dari dua sumber yaitu dari diet (kolesterol eksogen) dan dari ha sil sintesis dalam tubuh (kolesterol endogen). Apabila seseorang tidak mengkonsumsi kolesterol maka hati akan mensintesisnya dari asam lemak dengan kecepatan 0.5 -1.0 g/hari.

Biosintesis kolesterol secara endogen di mulai dengan perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom. Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu (1) konversi asetil -KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA), (2) konversi HMG KoA menjadi mevalonat, (3) konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2, (4) konversi IPP menjadi

squalene dan (5) konversi squalene menjadi kolesterol (Cheung et al 1993). Dalam biosintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sebelas macam enzi m yaitu asetoasetil-KoA thiolase, HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase, fosfomevalonat kinase, mevalonat pirofosfat dekarboksilase, isopentenil-pirofosfat isomerase (IPP isomerase), farnesil -pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase, squalene monooksigenase dan squalene epoksidase. Biosintesis kolesterol terjadi 25 persen di organ hati dan 10 persen di usus (Cheung et al 1993).

Kolesterol diperlukan oleh tubuh untuk kepentingan berikut sintesis asam empedu yang diperlukan untuk pencernaan lemak, sintesis hormon steroid, sintesis vitamin D, dan sebagai komponen membran sel (Krisnatuti & Yenrina 1999). Bersama darah, lemak dibawa dalam bentuk lip oprotein. Lipoprotein adalah gabungan dari trigliserida dan lipid besar lainnya seperti kolesterol dan fossolipiddengan protein-protein khusus (Almatsier 2003). Berdasarkan National Cholesterol Education Program (2001) kadar kolesterol total dalam darah diklasifikasikan menjadi: rendah (< 200 mg/dl), sedang (200-239 mg/dl), dan tinggi (≥ 240 mg/dl).

(21)

Terdapat empat jenis lipoprotein dengan karakteristik berbeda -beda, antara lain sebagai berikut (Krisnatuti & Yenrina 1999):

1. Chilomikrons

Merupakan jenis lipoprotein yang kandungan lemaknya tinggi, densitas rendah, komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein. Kilomikron adalah lipoprotein yang berukuran paling besar serta berfungsi mengangkut lipid berasal makanan dari saluran cerna ke seluruh tubuh. (Almatsier 2003). 2. Pre-beta lipoprotein-very low density lipoprotein (VLDL)

Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kurang lebih sebanyak 20 persen kolesterol terbuat dari lemak endogenous di hati. Bila VLDL meninggalkan hati, lipoprotein lipase kembali bekerja dengan memecah trigliserida. Kemudian, VLDL akan mengikat kolesterol yang ada pada lipoprotein lain dalam sirkulasi darah. VLDL akan bertambah berat karena kekurangan trigliserida dan mejadi LDL (Almatsier 2003).

3. Beta lipoprotein-low density lipoprotein (LDL)

Jenis lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat tinggi, dibuat dari lemak endogenous di hati. Kolesterol ini sering disebut sebagai kolesterol jahat. Hal tersebut dikarenakan LDL yang teroksidasi di pembuluh darah oleh sel -sel perusak (scavenger pathway) sehingga tidak dapat kembali ke dalam aliran darah (Almatsier 2003). Hal tersebut akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah dan apabila terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel -sel otot dan kalsium sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (Almatsier 2003). National Cholesterol Education Program (2001) menyatakan bahwa kadar LDL yang baik dalam tubuh yaitu dibawah 100 mg/dl.

4. Beta lipoprotein-high density lipoprotein (HDL)

Jika sel-sel lemak membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipid akan dikembalikan pula ke dalam aliran darah. Hati dan usus halus kemudian akan memproduksi HDL yang masuk ke aliran darah. HDL akan mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diang kut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier 2003). Jenis lipoprotein ini membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat

(22)

dari lemak endogenous di hati. Oleh karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dan fungsinya sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik.

Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan risiko terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan cara berhenti merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktifitas (exercise) (Djohan 2004). Berdasarkan National Cholesterol Education Program (2001), kadar HDL darah yang baik yaitu > 40 mg/dl.

Trigliserida

Lemak dalam bahan makanan sebagian besar (kurang lebih 90%) merupakan lemak yang terdapat dalam bentuk trigliserida, sedang 10 persen sisanya terdapat dalam bentuk kolesterol dan fosfolipid (Piliang & Al Haj 2006). Menurut National Cholesterol Education Program (2001), kadar trigliserida normal di dalam tubuh manusia yaitu kurang dari 150 mg/dl, agak tinggi (150-250mg/dl), tinggi (250-500 mg/dl), dan sangat tinggi (>500 mg/dl).

Peningkatan kadar trigliserida darah umumnya tidak ditemukan pada seseorang yang usianya dibawah 30 tahun (Patel 1994). Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula, atau lemak serta gaya hidup tidak sehat la innya (Maulana 2007).

Tekanan Darah

Tekanan darah arterial ialah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah -ubah pada setiap tahap siklus jantung (Pearce 1997). Tekanan darah sistolik menunjukkan besarnya tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berkontraksi (jantung berdenyut). Tekanan darah sistolik merupakan besarnya tekanan tertinggi pada pembuluh darah pada satu waktu tertentu. Tekanan darah diastolik menunjukkan besarnya tekanan pada dinding pembulu h darah pada saat otot jantung rileks diantara dua denyutan. Tekanan darah diastole merupakan tekanan terkecil di dalam pembuluh darah pada satu waktu tertentu (Purwati et al. 2002).

Tekanan darah selalu berubah-ubah, tergantung waktu dan keadaan si penderita. Keadaan sakit atau emosi dapat meningkatkan tekanan darah dengan tiba-tiba. Selain itu, rasa kegelisahan, tekanan mental, dan temperatur yang dingin dapat pula meningkatkan tekanan darah (Moerdowo 1984). Faktor -faktor yang mempertahankan tekanan da rah, yaitu:

(23)

1. Kekuatan memompa jantung

Gerakan jantung berasal dari nodus sinus -atrial dan kontraksi dua atrium. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengenduran atau diastol.

2. Banyaknya darah yang beredar

Untuk membuat tekanan dalam suatu susunan tabung maka tabung perlu diisi penuh. Oleh karena dinding pembuluh darah adalah elastik dan dapat menggembung, maka harus diisi lebih supa ya dapat dibangkitkan suatu tekanan.

3. Viskositas (kekentalan darah)

Viskositas darah disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Misalnya dalam anemia, jumlah sel dalam darah berkurang dan dengan sendirinya tekanan menjadi lebih rendah, seandainya jantung dan sistema vasomotrik tidak bekerja lebih giat untuk mengimbanginya.

4. Elastisitas dinding pembuluh darah

Tekanan lebih besar terjadi di dalam arteri daripada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastik daripada yang ada pada vena. 5. Tahanan tepi (resistensi perifer)

Tahanan tepi adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada dalam arteriol, dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghasilkan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan darah tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena (Pearce 1997)

Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45 -75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terj adinya angina pectoris dan miokard infark. Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan hubungan antara penyakit jantung koroner dan tekanan darah diastolik. Kejadian miokard infark dua kali lebih besar pada kelompok tekanan darah diastolik 90 -104 mmHg dibandingkan Tekanan darah diastolik 85 mmHg, sedangkan pada teka nan darah diastolik 105 mmHg empat kali lebih besar (Djohan 2004).

(24)

Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang saling mempengaruhi. Faktor risiko diartikan sebagai karakterisitik yang berkaitan dengan kejadian suatu penyakit di atas rata -rata. Linder (1992) mengelompokkan faktor risiko penyakit jantung koroner dalam dua kelompok, yaitu faktor risiko primer dan sekunder.

Faktor-faktor yang temasuk dalam faktor risiko primer yaitu merokok (satu pak atau lebih dalam sehari), adanya hipertensi, dan peningkatan kolesterol plasma. Faktor risiko sekunder yaitu peningkatan trigliserida plasma, obesitas, diabetes mellitus, stress kronis, pil KB, vasektomi, kurang aktivitas fisik, dan keturunan (Linder 1992). Selain itu, Ia juga menyatakan tentang hubungan kejadian penyakit kardiovaskuler dengan konsumsi makanan tertentu. Bahan pangan yang berkorelasi positif, yaitu protein hewani, kol esterol, daging, lemak total, telur, gula, kalori total, dan lemak hewani. Sedangkan bahan pangan yang berkorelasi negatif yaitu serat dan protein nabati.

Mann (2002) membagi faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner sebagai berikut:

 Faktor yang tidak dapat diubah: Jenis kelamin, peningkatan umur, faktor genetis, bentuk tubuh

 Faktor yang dapat diubah: merokok, dislipidemia, oksidasi LDL, obesitas, hipertensi, aktivitas fisik, hiperglikemia dan diabetes, peningkatan trombosis, tingkat homosistein yang tinggi

 Psikososial: kelas sosioekonomi bawah, situasi yang menekan (stress), perilaku yang tidak sehat

 Geografi: iklim dan musim (udara dingin).

Faktor-faktor risiko yang disebutkan di atas tersebut bersifat saling menguatkan. Orang yang memiliki tiga faktor risiko memiliki peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu faktor risiko (Krisnatuti & Yenrina 1999). Secara skematis faktor -faktor risiko diatas dapat dilihat pada Gambar 3. Selain itu, -faktor diet yang dapat memberikan kontribusi timbulnya penyakit jantung meli puti tiga hal, yaitu:

1. Diet yang berkaitan dengan tinggi kolesterol dan tinggi lemak yang berhubungan dengan konsumsi lemak jenuh hewani. Mann (2002) menyatakan bahwa vegetarian memiliki risiko yang lebih rendah daripada

(25)

pemakan daging, namun hal tersebut belum dinyatakan secara pasti karena masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Hipertensi yang berkaitan dengan tingginya konsumsi garam pada makanan. 3. Obesitas.

Gambar 3 Hubungan antar faktor risiko penyakit jantung koroner (Muchtadi 1996)

Faktor-Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Umur. Seiring dengan meningkatnya usia, efisiensi dari sistem kardiovaskuler pun menurun dan meningkatkan risiko terjadinya gangguan (Patel 1994). Usia 45 tahun merupakan usia yang kritis dan harus diwaspadai oleh kaum pria sedangkan pada kaum wanita yaitu pada usia 55 tahun atau ketika sudah memasuki masa menopause (Maulana 2007).

Jenis Kelamin. Penyakit jantung koroner umumnya dikenal sebagai penyakit kaum pria. Hal tersebut bisa dilihat pada perbandingan kasus dengan kaum wanita pada usia yang sama. Pria dibawah usia 50 tahun memiliki risiko 3 atau 5 kali lebih besar terkena atau meninggal akibat jantung koroner dari kaum wanita (Patel 1994). Menurut Maulana (2007), sebelum memasuki masa

Penyakit Jantung Koroner

Diet makanan dan minuman berlebihan

Gaya Hidup Santai

Diabetes Mellitus

Merokok

Diet tinggi sodium

Diet Lemak

- Tinggi lemak total - Tinggi lemak jenuh - Rendah perbandingan lemak tak jenuh/lemak jenuh - Tinggi masukan kolesterol Kegemukan Hipertensi Atheriosklerosis

(26)

menopause, kaum wanita memiliki suatu ”pelindung alami” yaitu hormon estrogen. Hormon estrogen ini berperan dalam menjaga tingkat kolesterol darah , yaitu menjaga High Density Lipoprotein (HDL) tetap tinggi dan Low Density Lipoprotein (LDL) tetap rendah. Selain itu, hormon estrogen juga berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya pembekuan darah.

Genetik atau Riwayat Penyakit Jantung pada Keluarga. Jika terdapat anggota keluarga seperti kakek, nenek, orangtua, saudara lelaki atau perempuan yang pernah mengalami serangan jantung atau stroke maka terdapat peningkatan risiko terkena serangan dibandingkan dengan orang lain yang tidak berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung (Patel 1994).

Lingkungan Keluarga. Hal ini dipertimbangkan dalam faktor risiko yang tidak dapat diubah karena keluarga tidak hanya membagikan gen tetapi juga berada dalam lingkungan yang sama. Untuk menyokong teori lingkungan ini terdapat pengamatan bahwa tekanan darah tinggi biasanya muncu l pada pasangan suami istri dan hanya satu dari kembar identik yang dapat terkena penyakit jika dipisahkan segera setelah lahir dan dibawa ke lingkungan yang berbeda. Selain itu, keadaan rumah yang penuh tekanan, adanya perselisihan, persaingan tidak sehat yang terjadi di dalam keluarga dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung dan tekanan darah tinggi (Patel 1994).

Faktor-Faktor Risiko yang Berpotensi dapat Diubah

Pendidikan. Pendidikan adalah usaha untuk mengadakan perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perubahan perilaku yang diharapkan mengandung aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang nantinya berkaitan dengan perubahan kebiasaan makan (Guhardja 1979). Menurut Hardinsyah (1985) tingkat pendidikan akan mempengaruhi ting kat konsumsi pangan seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung memilih bahan pangan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitas dibandingkan dengan orang yang berpen didikan rendah.

Tingkat pendidikan yang tinggi terutama yang berkaitan dengan pengetahuan gizi tentang informasi gizi dan kesehatan yang tinggi akan mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik. Namun, jika tingkat pendidikan tinggi tetapi tidak disertai dengan pengetahuan gizi maka tidak akan berpengaruh terhadap pemilihan pangan (Sediaoetama 1991).

(27)

Pendapatan Keluarga. Pendapatan berpengaruh terhadap daya beli seseorang. Rendahnya pendapatan mengakibatkan seseorang tak mampu membeli bahan pangan dalam jumlah yang diperlukan (Sajogyo et al. 1994). Menurut Harper et al. (1986) pada umumnya jika pendapatan naik, maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Madanijah (2004) menyatakan bahwa perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi keluarga. Jika pendapatan meningkat maka pembelian pangan dalam hal kualitas maupun kuantitas akan lebih baik.

Besar Keluarga. Menurut BKKBN (1998) diacu dalam Marut (2008), besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga d ikelompokkan menjadi tiga yaitu: keluarga kecil (jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang), keluarga sedang (jumlah anggota keluarga antara lima hingga tujuh orang, dan keluarga besar (jumlah anggota keluarga lebih dari tujuh orang). Besar keluarga akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga. Selain itu juga dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam k eluarga (Sukarni 1994).

Pekerjaan. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu (BPS 1998 dalam Setiawati 2006). Pekerjaan yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi gaya hidup dan merupakan satu-satunya basis terpenting untuk menyampaikan prestise, kehormatan, dan respek (Engel et al 1994).

Gaya Hidup. Menurut Suhardjo (1989), gaya hidup adalah hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Beberapa masukan yang merupakan variabel utama dalam penelitian adalah: pendapatan, pendidikan, tempat pemukiman pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Masukan lainnya adalah struktur keluarga, jumlah anggota rumah tangga, umur, jarak antar anak, jenis kelamin, pembagian kerja anggota rumah tangga dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga (Suhardjo 1989). Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah (Sumarwan 2002). Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, kurang gerak badan, dan tidak pernah berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner (Patel 1994).

(28)

Merokok. Dua bahan terpenting dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah nikotin dan gas CO (karbon monoksida). Asap rokok mengandung sekitar 0.5 persen sampai 3 persen nikotin dan apabila dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40 -50 mg/ml darah. Akibatnya, nikotin dapat mengganggu kinerja jantung karena membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah (Aditama 1992).

Nikotin dalam rokok juga dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bert ugas membawa oksigen ke jantung (Sani 2006). Menurut beberapa hasil penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat menaikkan tekanan darah. Senyawa dala m rokok yang diduga dapat meningkatkan tekanan darah yaitu nikotin. Nikotin dapat meningkatkan penggumpalan dalam darah dan menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah (Purwati et al. 2002)

Gas CO (karbon monoksida) dapat mengganggu kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat zat hemoglobin di dalam darah 200 kali lebih kuat dari oksigen. Setiap batang rokok mengandung tiga hingga enam persen gas CO. Kadar CO dalam darah perokok berat sekitar lima persen. Kebiasaan merokok berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah melalui mekanisme aterosklerotik, gangguan metabolisme lemak, gangguan sistem homeostatik, gangguan irama jantung serta penurunan kemampuan untuk oksigenisasi (Aditama 1992).

Perokok akan mengalami serangan jantung tiga kali lebih sering dibandingkan dengan bukan perokok. Kebiasaan merokok juga akan meningkatkan kematian menjadi dua kali lebih tinggi pada perokok yang sebelumnya pernah mendapat serangan jantung. Jika kebiasaan merokok dimulai dari usia muda maka risiko mendapatkan penyakit jantung koroner adalah dua kali lebih besar daripada bukan perokok dan meningkatkan risiko terkena serangan jantung sebelum usia 50 tahun (Aditama 1992).

Merokok juga berpengaruh terhadap kadar lipid darah . Ditemukan kadar HDL yang rendah pada orang-orang yang merokok. Hal tersebut berarti pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar

(29)

LDLnya. Kadar LDL pada orang merokok cenderung tinggi yang berarti lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh (Sani 2006).

Kedua hal tersebut mengindikasikan bahwa seorang perokok mengalami gangguan transportasi lemak ke hati. Meski sering ditemukan kadar HDL rendah pada seorang perokok namun belum ada penelitian khusus yang bisa menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh rokok. Selain memperburuk profil lemak atau kolesterol darah, rokok juga dapat meningkatka n tekanan darah dan nadi (Sani 2006).

Kurang Gerak Badan. Bergerak atau aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori). Saat ini, masyarakat dimanjakan dengan teknologi yang dapat mempermudah aktivitas sehari-hari sehingga menimbulkan gaya hidup sedentary (Kodyat 1994 dalam Muchtadi 1996). Gaya hidup sedentary adalah gaya hidup dimana gerak fisik sangat minimal, sedangkan beban kerja mental maksimal. Fasilitas -fasilitas yang menggunakan teknologi tinggi ( lift, escalator) mempersempit peluang warga kota untuk melakukan gerak fisik yang optimal.

Gerak fisik yang kurang atau bahkan tidak ada sama sekali dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Menurut Kusmana (2003) aktivitas fisik terutama aerobik meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive relaxing factor (EDRF) yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah.

Apabila seseorang kurang aktif bergerak maka orang tersebut mempunyai risiko dua sampai tiga kali lebih besar untuk menderita serangan jantung dibanding orang yang aktif dan melakukan olahraga secara teratur. Hal tersebut dikarenakan latihan secara teratur dapat memperkuat otot jantung , memperbaiki sistem peredaran darah, dan mengurangi kemungkinan terjadinya kegemukan (Masino 2006).

Kebiasaan Olahraga. Menurut Masino (2006), banyak hasil -hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kebiasaan berolahraga dapat meningkatkan kesehatan jantung. Namun, masih banyak orang yang belum menerapkan kebiasaan berolahraga ini dalam kehidupan sehari -harinya. Alasan yang umumnya digunakan adalah tidak adanya waktu dan keterbatasan fasilitas. Padahal sebenarnya olahraga dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus pergi ke sasana olahraga. Olahra ga sederhana yang dapat

(30)

dilakukan antara lain: lompat tali, berjalan cepat selama 30 menit, menggunakan tangga ketika kembali ke ruangan di kantor, dan aktivitas apapun yang dapat memacu kerja jantung setidaknya selama 30 menit hingga satu jam (Masino 2006).

Jenis olahraga yang baik untuk para penderita jantung koroner adalah jenis olahraga yang memiliki intensitas yang sedang seperti jalan pagi, jalan cepat, senam, dan lain-lain (Lee & Paffenbarger 2001). Beberapa penelitian yang terdapat dalam Lee & Paffenbarger (2001) menyatakan bahwa jenis olahraga yang baik untuk penderita jantung koroner yaitu olahraga dengan intensitas sedang hingga bersemangat (vigorous). Pemilihan jenis olahraga sebaiknya disesuaikan dengan keadaan penyakit penderita penyakit jantung koroner.

Menurut American College of Sports Medicine (2001), olahraga yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner yaitu olahraga aerobik sedangkan yang tidak dianjurkan yaitu yang berkaitan dengan penguatan otot. Jenis olahraga aerobik yang dapat dilakukan seperti jalan cepat, jogging, senam pagi, ataupun sekedar mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel, membuang sampah, dan lain-lain. Seseorang yang memiliki penyakit jantung koroner seharusnya memiliki suatu perencanaan olahraga yang dikonsultasikan dengan dokter dan secara berkala mengevaluasi perencanaan olahraga tersebut (American College of Sports Medicine 2001). Durasi olahraga yang dianjurkan untuk para penderita penyakit jantung koroner adalah setidaknya 30 menit hingga satu jam setiap berolahraga dengan frekuensi olahraga setidaknya tiga hari sekali.

Beban yang dapat diterima oleh jantung berkisar antara 60 -80 persen dari kekuatan maksimal jantung. Beban segera itu dijabarkan dengan denyut jantung antara 70-85 persen dari denyut jantung maksimal. Dengan demikian, olahraga sudah cukup memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung bila diberi beban antara 60-80 persen atau dengan aturan denyut jantung antara 70 -85 persen dari denyut jantung maksimal. Bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika beban latihan kurang dari 70 persen maka efek latihan sangat sedikit atau kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat (Kusmana 1997).

Menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (2000), jika olahraga dilakukan dengan teratur, jantung akan menjadi lebih kuat dan berdaya guna. Arteri yang mensuplai

(31)

otot jantung dengan darah akan bertambah besar ukurannya dan mengurangi risiko serangan lebih lanjut. Olahraga bukan hanya sekedar melindungi penderita penyakit jantung dengan jalan membuka saluran pembuluh darah baru sekitar pembuluh darah koroner yang tersumbat namun juga terdapat bukti yang menyebutkan bahwa olahraga dapat menghindari penyumbatan bagi mereka yang belum mengalami penyumbatan pembuluh darah. Hal ini disebabkan seseorang yang berolahraga akan mel arutkan satu macam protein yang disebut fibrin. Dengan demikian lebih banyak seseorang berolahraga maka kadar fibrinnya akan makin rendah sehingga gumpalan darah tidak akan terbentuk (Kuntaraf & Kuntaraf 2000).

Berolahraga keras dapat meningkatkan HDL kol esterol dalam darah sampai 20-30 persen. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa kemampuan High Density Lipoprotein (HDL) menyingkirkan kolesterol biasa meningkat selama latihan fisik. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama karena apabila kita berhenti berolahraga, kadar HDL kolesterol dan kolesterol biasa kembali ke kadar semula sebelum olahraga dimulai. Oleh karena itu, jika ingin memperbaiki dan mengontrol kadar kolesterol dalam darah maka perlu melakukan olahraga secara teratur (Heslet 2007).

Menurut beberapa hasil penelitian dalam Durstine (2001), kebiasaan berolahraga dapat menurunkan kadar trigliserida dan kadar LDL namun tidak selalu turun. Kadar kolesterol cenderung tidak berubah selama berolahraga. Namun, kadar HDL meningkat jika seseorang melakukan olahraga aerobik yang dilakukan setidaknya 12 minggu berturut -turut walaupun tidak selalu berhasil.

Kebiasaan berolahraga umumnya lebih berpengaruh terhadap kadar lipid darah pada seseorang yang sejak awal memiliki gaya hidup yang aktif dan tidak berpengaruh banyak pada seseorang yang memiliki gaya hidup sedentary. Kebiasaan berolahraga tersebut dapat mempengaruhi kadar lipid darah dalam waktu setidaknya 24-48 jam sesudah berolahraga. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi hasil laboratorium pada saat pengambilan darah untuk mengecek kadar lipid darah (Durstine 2001).

Kusmana (2003) menyatakan bahwa a ktivitas apa pun asal mampu meningkatkan denyut jantung antara 110 -130 per menit, berkeringat dan disertai peningkatan frekuensi napas namun tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke . Namun, manfaat itu baru bisa didapat jika peningkatan aliran darah lewat aktivitas fisik berlangsung secara

(32)

teratur dalam waktu cukup lama (20 menit sampai satu jam) serta dilakuk an secara teratur seumur hidup.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan rutin dapat meningkatkan peredaran dan melindungi jantung, sehingga dapat dikatakan bahwa latihan merupakan suatu faktor risiko bagi tubuh. Seperti pada penelitian pada pegawai sipil dewasa di London yang menyatakan bahwa laki -laki yang mengisi waktu luang dengan aktivitas yang bersemangat hanya memiliki sepertiga risiko terkena penyakit jantung koroner dibandingkan yang tidak beraktivitas (Patel 1994).

Pola Makan. Pola makan adalah berbagai informasi yang menberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu (Kardjati, Alisjahbana, & Kusin 1985). Menurut Harper et al (1986) pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih bahan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya, dan sosial. Pola makan biasa disebut juga dengan kebiasaan makan, kebiasaan pangan, atau pola pangan (Harper et al 1986).

Kebiasaan makan atau pola makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan, dan cara pemi lihan bahan pangan (Suhardjo 1989). Khumaidi (1994) menyebutkan bahwa pada dasarnya terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu faktor intrinsik (berasal dari dalam diri manusia) dan faktor ekstrinsik (berasal dari luar manusia).

Pola konsumsi makanan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung jumlah kalori yang berlebih, tinggi lemak, garam, dan gula serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol maupun kopi (Patel 1994) . Seseorang yang menkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol atau lemak jenuh cenderung untuk memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena aterosklerosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner. Bahan makanan yang tinggi kolesterol antara lain: telur, jeroan (hati, otak, jantung, usus, dan lain -lain), dan kerangkerangan. Lemak jenuh biasanya ditemukan pada pangan hewani seperti daging -dagingan, produk susu, produk olahan daging, dan cooking fats (Patel 1994).

(33)

Sanjur dan Elizabeth (1982) dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan dalam hubungannya dengan preferensi pangan. Ketiga faktor tersebut adalah karakteristik individu (umur, jenis kelamin, suku, dan pendapatan), karakteristik makanan (rasa, harga, rupa, dan tekstur), dan karakteristik lingkungan (musim, pekerjaan, dan tingkatan sosial dalam masyarakat).

Konsumsi Energi dan Zat Gizi. Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai s umber energi dan zat-zat gizi. Kebutuhan akan energi dan zat -zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat, badan, iklim, dan aktivitas fisik. Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan yang dikonsumsi sehari -hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Zat gizi yang dibu tuhkan oleh tubuh antara lain: karbohidrat, lipid atau lemak, protein, vitamin, mineral, dan air (Almatsier 2003).

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup. Menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidra t, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Almatsier (2003) kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempu nyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan s umber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang -kacangan dan biji-bijian. Selain itu juga bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi -padian, umbi-umbian, dan gula murni serta semua bahan makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut. Angka kecukupan energi rata-rata per orang per hari untuk jenis kelamin laki-laki adalah 2350 Kal (30-49 thn), 2250 Kal (50-64 thn), dan 2050 Kal (> 65 thn) (AKG 2004). Jenis kelamin perempuan memiliki angka kecukupan energi rata-rata yaitu 1800 Kal (30-49 thn), 1750 Kal (50-64 thn), dan 1600 Kal (> 65 thn) (AKG 2004). Jumlah masukan energi yang berlebihan baik energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein, maupun alkohol dapat

(34)

mempertinggi trigliserida dan kolesterol dalam darah (Krisnatuti dan Yenrina 1999).

Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa), gula alkohol (sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol), dan oligosakarida (rafinosa, stakiosa, verbakosa, dan fruktan). Jenis karbohidrat lainnya yaitu karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida (pati, dekstrin, dan glikogen), dan serat yang dinamakan juga polisakarida non pati. Golongan polisakarida non pati atau serat terbagi ke dalam dua kelompok yaitu serat larut air (pektin, gum, mukilase, glukan, dan algal) dan serat tidak larut air (s elulosa, hemiselulosa, dan lignin) (Almatsier 2003). Banyak penelitian yang menyatakan polisakarida non pati larut air berpengaruh terhadap penurunan kolesterol darah terutama fraksi LDL (Low Density Lipoprotein) yang disertai dengan penurunan kolesterol dalam hati dan lain jaringan.

Menurut Almatsier (2003) fungsi karbohidrat bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Sumber karbohidrat terutama adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Bahan pangan lainya seperti sayuran, buah -buahan, daging-dagingan dan olahannya sedikit sekali mengandung karbohidrat. WHO (1990) diacu dalam Almatsier (2003) menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana.

Lemak dibedakan berdasarkan struktur dan fungsinya. Komponen utama lemak terdiri dari: asam-asam lemak, turunan asam-asam lemak (ester gliserol, ester kolesterol, dan glikolipid), dan sterol dan turunan sterol seperti kolesterol, asam empedu, steroid, dan komponen minor (vitamin -vitamin yang larut dalam lemak dan prostaglandin). Fungsi utama lemak yaitu mensuplai sejumlah energi dengan volume relatif sedikit, membantu absorbsi vitamin -vitamin yang larut lemak, sumber asam-asam lemak esensial yang tidak dapat disintesa oleh tubuh (Piliang & Al Haj 2006).

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan lain -lain), mentega,

Gambar

Gambar 3  Hubungan antar faktor risiko penyakit jantung koroner (Muchtadi 1996)
Tabel 1  Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh
Gambar 4  Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit jantung koroner
Tabel 2  Peubah, kategori peubah, dan analisis data yang digunakan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan semua item pertanyaan untuk variabel Tingkat kepuasan petani mempunyai nilai signifikansi korelasi Pearson yang

Sedangkan Bogdan (dalam Sugiyono, 401:2014) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rsur as proposed by Van der Werf and Zimmer (1998) depends on five input variables: (1) the runoff risk of the field site; (2) the drift percentage (depends on application tech-

Performa discharge yang meliputi potensial, kerapatan arus, kapasitas, dan energi discharge paling besar pada arus discharge konstan (0,05 mA) di dalam larutan