• Tidak ada hasil yang ditemukan

* * * * * * * * * * * * KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "* * * * * * * * * * * * KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH PANS US

RAPAT SEMENTARA

4 RUU TENTANG

PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

*

*

*

*

*

*

*

RAPAT PANJA I KE 6

*

*

*

*

*

*

*

*

*

SEKRETARIAT JENDERAL DPR R I .. . T A K A R T A :L 9 9 4

(2)

DAN ATAS UU NO.l2 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ---~-~--- ---~---~--Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Jenis Rapat S i f a t Hari/tanggal p u k u 1 T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r I. ANGGOTA PANJA I F.ABRI 1 • OEDIYANTO. HS 2 . DRS. SOETIKNO 3 . KARSONO 4. DJOKO SANTOSO 5 . HAD! SUTRISNO 6. DARYANTO I 1994-1995 Ke-10

Rapat Panitia Kerja I, Ke-6 Tertutup

Senin~ 3 Oktober 1994

09.00 WIB

Java Ball Room I

Drs. H. Awang Faroek Ishak Oediyanto, HS

Drs. Mahmudi

Melanjutkan pembahasan materi.

1. Drs. H. AWANO FAROEK ISHAK 2. DRS. H. ASNAWI HUSIN

3. drs. INRIA ASIKIN NATANEGARA 4. NY. SRI REJEKI SUMARYOTO, SH

5. DEWI PARAMATASARI YUNUS 6. DRS. SARWOKO SURJOHOEDOJO 7. R. ATU NARANG~ SE

8. H .. HUSNI THAMRIN ~ SH

9. DRA.NY. NANNY DADING KALBUADI

10. DRS. THOMAS SUYATNO

11. H. JUSUF TALIB. SH

(3)

1. DRS. JUSUF SYAKIR

2. ALIMARWAN HANAN. SH

3. DRA. H.A. CHOZIN CHUMAIDY 4. H. BACTIAR CHAMSYAH F.PDI 1. SETYADJI LAWI. BA 2. DRS. IGN. SUWARDI 3. DJUPRI. SH II. PEMERINTAH 1. DR. MANSURY 2. DRS. ABRON! NASUTION 3. DRS. IMAN SAMARYO 4. DRS. ROESDIJONO

5. DRS. NURYADI. MA. MPA

6. DRS. ARIE SOELENDRO. MA 7. MAKMUN GUMAY. SH 8. DRS. M. SOEBAKIR 9. DRS. RUSLI TAIB 10. WIDAYATNO SASTROHARDJONO, SH~ MA .11. DJADJA ZAKARIA. SH, MSc 12. IR. SERIRAMA BUTAR BUTAR

13. DRS. DJAZOELI SADHANI 14. DRS. SOENARI

15. DJOKO SUGIONO. SH 16. DR. M. PALAL SANTOSO

(4)

Assalamu'alaikum wr.wb.

Sidang yang kami hormati, dengan mengucapkan bismillahirohmanirrohim rapat panja lanjutan pembahasan rancangan undang-undang nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata cara perpajakan dan PBB kami nyatakan dimulai. Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian yang kami hormati, sesuai dengan jadwal yang kita sepakati bersama kita masih mempunyai waktu tiga hari lagi untuk menyelesaikan tugas-tugas kita, nah untuk itu kami selaku Pimpinan setelah mengadakan rapat dengan pimpinan pansus ingin menyampaikan rencana jadwal rapat-rapat kita sebagai berikut Waktu tiga hari ini akan kita manfaatkan sebaik mungkin dan hari

ini kita akan melaksanakan rapat sebagaimana biasa yaitu dari jam 09.00 wib sampai dengan jam 17.00 wib sore nanti dengan seperti biasa diiringi dengan istirahat dan makan siang. Kemudian nanti malam kita akan melanjutkan rapat Tim perumus yang akan dimulai jam 20.00 wib sampai dengan jam 23.00 wib. dengan tidak menutup kemungkinan untuk diteruskan sesuai dengan kesepakatakn. lalu besok, hari selasa tanggal 4 Oktober 1994, kita akan lanjutkan lagi rapat panja dimulai jam 09.00 wib juga akan berakhir jam. 17.00 wib, kita harapkan rapat Panja selama dua hari ini dapat menyelesaikan semua tug as ki ta khususnya yang masih tersisa. Dari inventarisasi saya kita masih ada 22 Pasal. Dari 22 Pasal itu tinggal 15 Pasal yang kita bahas, sebab sisanya yang 7 dinyatakan tetap. Ditambah dengan kita harus masih membicarakan lagi beberapa hal yang memang kita pending. Ada beberapa dari catatan kita, itu juga perlu kita bicarakan dalam dua hari ini. Jadi mudah-mudahan pagi dan sore nanti sudah bisa menyelesaikan yang tersisa yang 15 pasal, sedangkan besok hari itu khusus kita bicarakan hal-hal yang ki ta pending. Sehingga dengan demikian pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 1994, tersisa waktu untuk tim perumus melanjutkan tugasnya. Dimana untuk diketahui oleh Bapak-bapak dan Ibu sekalian, pada malam harinya Pimpinan Panja harus melapor didalam rapat gabungan panja-panja yang akan dilaksanakan bers~ma di gedung ini juga. Jadi kita tidak menggunakan istilah rapat pansus tetapi kita menggunakan istilah rapat gabungan panja-panja dimana pimpinan panja akan melaporkan kepada

(5)

dengan jadwal yang telah kita sepakati bersama, bahwa Pansus akan

melapor kepada Bamus DPR-RI, Jadi kami harapkan kepada

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian marilah kita bersepakat untuk

memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya, sehingga target

yang telah ki ta sepakati bersama dapat ki ta selesaikan dengan

sebaik-bainya. Untuk itu kami mohonkan pendapat dari

masing-masing fraksi. Kami mulai dari fraksi Karya Pembangunan.

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO)

Sebarnya setuju dengan usul Pimpinan.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima

kasih, silakan f.ABRI

JURU BICARA F.ABRI

Setuju Pak

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih, silakan F.PDI

JURU BICARA F.PDI (STYADJI LAW!, BA)

Terima

kasih. Pada dasarnya setuju tetapi dengan

pengertian bahwa beberapa hal yang belum kita

bicarakan seperti

yang tetap-tetap

yang akan kita bicarakan dikemudian masih

terbuka kamungkinan untuk dibicarakan, Terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik Terima kasih, silakan F.PP

JURU BICARA F.PP (DRS. JUSUF SYAKIR)

Setuju Pak.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Pemerintah, bagaimana ...

PEMERINTAH

(DR. MANSURY)

Kami

ikut·

Pimpinan Pak,

(6)

Terima kasih. Bapak-bapak dan Ibu sekalian, khususny~

kepada fraksi PDI. Memang apa yang Bapak kemukakan itu termasuk yang akan kita bicarakan pada saat kita berbicara masalah yang dipending. Menurut catatan kami usul F.PDI itu termasuk yang dipending, sehingga dengan demikian esok hari pada saat kita berbicara mengenai i tu tentu usul F. PDI akan menjadi perhatian kita bersama. Kemudian disamping itu Bapak-bapak dan Ibu sekalian, tadi pada saat rapat dengan Pimpinan Pansus kita juga diharapkan juga untuk menunjuk dua orang untuk duduk sebagai tim penyerasi, jadi dua orang dari fraksi-fraksi dan dua orang dari Pemerintah. Nah untuk itu nanti kita akan tunjuk dua orang untuk mewakili Panja kita untuk duduk barsama -sama dengan tim penyerasi pada tingkat Pansus. Ini adalah maksudnya untuk menyerasikan berbagai hal yang diantara satu undang-undang dengan undang-undang lain saling terkait. dan saya kira itu tentu sudah dapat kita pahami bersama. Dan ini nanti tidak menggambarkan dan tidak mewakili fraksi. Jadi siapa soja nanti yang akan kita tunjuk itu sudah mewakili Panja kita. Tadi sudah disepakati dua orang. Demikian juga dapat menunjuk dua orang.

Baiklah Bapak-bapak dan Ibu sekalian, kalau ki ta sudah sepakati itu kita mulai beranjak membahas beberapa pasal yang masih menjadi kewajiban kita untuk kita bicarakan mulai hari ini. Kita telah menyelesaikan pasal 32. Dan pada hari ini kita akan membicarakan pasal-pasal berikutnya; dari catatan saya pasal 33 tidak kita bicarakan lagi karena berstatus tetap. Jadi kita bisa lewati, kita bisa melanjutkan ke pasal 34. Nah Pasal 34 ini. terdiri dari 5 ayat. Dari lima ayat iDi kita melihat perubahan; Pasal 34 ayat ( 1) itu ada perubahan materi, ayat ( 2) juga perubahan materi, ayat (3) juga perobahan materi dan ayat (4) itu perubahan materi dan ayat (5) saya kira ini merupakan ketentuan baru. Kami persilakan Pemerintah untuk terlebih dahulu untuk memberikan penjelasan mengenai Pasal 34 ini. Kepada Pemerintah kami persilakan.

PEMERINTAH (DRS. IMAN SAMARYO)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Sebagaimana diketahui bahwa Pasal 34 ini terdiri dari lima ayat, semuanya ada perobahan

(7)

yang harus dipegang oleh pejabat dan para ahli yang diperbantukan, Namun ada tambahan dalam ayat ( 1), kalau dalam ayat

(1)

yang lama tidak adak pengecualian, rnaka didalam pasal

34

ayat

(1)

yang baru kerahasiaan jabatan itu tidak berlaku apabila pejabat itu sebagai saksi atau sebagai saksi ahli dalam sidang pengadilan. Jadi maksudnya adalah untuk memperlancar proses peradilan, jadi kalau dulu tidak ada sekarang diadakan. dan ini merupakan keimbangan juga daripada kerahasiaan yang kita minta dari pihak bank, dan lain-lain. Kemudian larangan terhadap _ayat (2) itu berlaku juga terhadap ahli. Demikian juga kalau dulu ahli tidak dikecualikan sekarang ahli kalau dia bertindak sebagai saksi atau saksi ahli didalam sidang pengadilan maka dia juga boleh membuka rahasia tadi. Jadi ayat

(2)

ini menegaskan bahwa rahasia jabatan tidak berlaku bagi tenaga ahli yang ditunjuk sebagai saksi dan saksi ahli hanya khusus dalarn peradilan agar proses peradilan berjalan lancar. Ayat ( 3) juga ada perobahan materi disini dikatakan bahwa "untuk kepentingan negara menteri keuangan berwenang memberikan izin tertulis pada pejabat sebagairnana dimaksud dalam ayat ( 1) dan ahli-ahli sebagaimana dirnaksud dalam ayat ( 2) supaya memberikan keterangan, mernperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang wajib paja~

kepada pihak yang ditunjuknya. Jadi ayat (3) ini menegaskan perlu adanya keterbukaan antara direktorat jenderal pajak dengan pihak lain.

Kemudian pasal

34

ayat

(4),

ini ada penambahan kalau dulu sidang-sidang pengadilan itu hanya ada dalam perkara pidana

sekarang ditambahkan juga dalam perkara perdata. Agar perkara

L • u 1 • 1 n t n l 11 l 1 'a •J n I' l ~1 n '1 J m n tl t a h. h. n 11 (1 n I n 111 I' n ti o I l 11 l , 111 n ll n ditambnhkrua clctf.ictr hultumnya yait.u Paaal 215 roklamen acttra purlla tn. ~;uhlnyya dongan dumikian parmintaan hakim dalam purkara

perdata juga bisa diberikan dan ini ada dasar hukumnya. Ayat (5)

itu sebagi konsekuensi logis dari pada penambahan tadi. Jadi hanya rnenegaskan dengan rnenambah ketentuan Pasal 215 rekleman acara perdata ini agar perrnintaan hakim dalam perkara perdata ada dasar hukumnya. Saya rasa penjelasan singkat cukup demikian, terima kasih.

(8)

Baik terima kasih1 kepada Pemerintah yang telah memberikan penjelasan tentang perubahan -perubahan rnateri dari ayat ( 1) 1

{ 2) 1 ( 3) ( 4) serta ( 5) dar i Pasal 34 ini. kami persilakan

kepada fraksi-fraksi1 yang pertama fraksi karya pembangunan.

JURU BICARA F.KP (H.JUSUF TALIB1 SH)

Terima kasih Saudara Pimpinan1 dari F.KP yang berkaitan

dengan pasal 341 ada beberapa butir yang perlu kami angkat pertama; pada ayat (1) yang menyebutkan setiap pejabat, kita tahu bahwa yang dimaksud dengan pajabat adalah pejabat pajak. Tapi karena ini undang-undang kami cenderung untuk diperlengkapi saja~

Jadi setiap pejabat pajak supaya tidak membentur kepada pejabat diluar instansi pajak, itu yang pertama. Kemudian yang kedua ayat { 4), sejalan dengan kesepakatan terhadap muata Pasal 21 kami sarankan penyebutan Pasal itu ditiadakan yaitu Pasal 180 undang-undang nomor 8 tahun 1991 tentang hukum acara pidana, atau Pasal 215 reklemen acara perdata seperti dimuat dalam Staatblad 1847 dan seterusnya. Jadi khususnya yang berkai tan dengan reklemen acara perdata saya kira pada waktunya ini akan diganti sehingga penyebutan ini dengan alasan sama dengan pasal 21 kami cenderung untuk di hapuskanl lalu diganti dengan kalimat yang kira-kira bunyinya '' untuk kepentingan pemer iksaan di pengadi lan dalam perkara pidana atau perdata atas permintaan hakim sesuai ketentuan-ketentuan dalam hukum acara pidana atau hukum acara perdata Menter i keuangan dst." Jadi dengan demikian ki ta tidak terikat pada penyebutan pasalnya tetapi pada ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan permintaan hakim dalam kaitannya dengan masalah perpajakan ini. Itu yang kedua1

Yang ketiga; permintaan hakim sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4), ayat (4) itu mengarah pada dua kemungkinan yaitu ; tindak pidana ataupun perdata. Karena itu hukum acara yang dipergunakan hukum acara pidana a tau hukum acara perdata. Nah disini dalam ayat {5) sudah ditetapkan hanya harus menyebutkan nama tersangka. Kalau tersangka kai tannya dengan acara pi dana. Kalau

perdata tentunya penyebutannya

bukan tersangka. tetapi tergugat. Jadi nama tersangka atau tergugat dan seterusnya-dan

(9)

seterusnya . . . i tu say a kira, dan da lam penj elasannya dalam Panjelasan pasal 34 khususnya ayat (4), kami sarankan ditambah. Dialinea ketiga dari bawah, kepada pejabat pajak termasuk pejabat; meskipun yang dimaksudkan pajak tetapi bisa saja

.

diartikan lain, karena ini dikaitkan dengan Majelis Pertimbangan Pajak. Jadi kami sarankan dilengkapi saja, kepada pejabat pajak termasuk pejabat pajak yang ditugaskan dalam peradilan pajak atau majelis pertimbangan pajak. Di MPP kita tahu bahwa sektretaris itu adalah pejabat dari Direktorat Jenderal Pajak dengan seluruh stafnya tapi dia bukan merupakan anggota dari MPP. Jadi kalau yang dimaksudkan itu saya kira lebih tepat dikatakan pejabat pajak sehingga tidak diartikan termasuk pejabat dari Majelis Pertimbangan Pajak, sebab disitu ada empat pejabat yang ditunjuk; dua pejabat tetap yaitu hakim agung dari

mahkamah agung dan dua pejaba~ pengganti di Majelis

pertimbangan pajak itu. Jadi dilengkapilah ayat (2)nya itu dengan kata-kata pejabat pajak. Saya kira ltu beberapa catatan yang

ingin saya sampaikan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Terima kasih. Silakan F.KP

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO}

Ter ima kasih. Bapak ketua ada satu tambahan pad a ayat

(2), ayat (2) berbunyi " larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Sekali lagi saya hanya mengingatkan khususnya yang menyangkut mengenai rahasia bank. Saya lebih cenderung oleh direktur jenderal ditiadakan saja karena jelas itu sudah tercakup didalam ayat (3) yaitu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. jadi cukup "larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1} berlaku juga terhadap ABRI yang di tunjuk untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan ketentuan perundang-undangan perpajakan, kecuali sebagai saksi dan saksi ahli dalam sidang pengadilan. Jadi direktur jenderal disitu mohon ditiadakan ,karena sudah langsung pada ayat berikutnya adalah Menteri Keuangan, terima kasih.

(10)

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik terima kasih Pak Thomas. Selanjutnya kami persilakan

Fraksi ABRI,

JURU BICARA F.ABRI (DRS. SOETIKNO)

Terima kasih Pak Ketua, Pasal 34 ayat (1) kami mendukung

dari fraksi karya, kemudian ayat (2) ini mengenai istilah

ahli.

Saya bacakan "larangan sebagaimana dimaksud dalam

ayat

(1)

berlaku juga terhadap ahli yang ditunjuk." kemudian didalam

persandingan ini dikolom alasan perubahan ini disebutkan tenaga

ahli, kalau kita rasa-rasakan kalau disini menyebut terhadap

ahli, ahli itu sebagai kualifikasi barangkali. Jadi bel urn

menyebut orangnya. Terhadap ahli itu masih bersifat kualifikasi

yang umum. Jadi kami sarankan kata "ahli" itu "tenaga ahli"

Jadi "larangan terhadap sebagaimana dimaksud pada ayat (

1)

berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur

jenderal pajak. Demikian juga didalam ayat ke tiga itu juga

demikian disini juga ada ahli-ahli. Kami sarankan "dan tenaga

ahli" sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Kemudian ayat (4)

juga demikian. didalam baris ketiga itu ada "dan ahli sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2} ". Nah ini ditambah dengan tenaga ahli.

Kemudian selanjutknya adalah didalam ayat

(3)

untuk kepentingan

negara, menteri kuangan berwenang memberikan izin, nah ini apakah

tidak sebaiknya diberikan penjelasan wewenang. wewenang itu

diberikan dengan cara bagaimana ?, apakah atas permintaan,

ataukah memberi inistiatif dari Menteri keuangan atau begaimana ?

Ini saya kira perlu dijelaskan lebih · lanjut. Kemudian didalam

ayat (4), tadi juga ditanggapi oleh Fraksi Karya Pembangunan

yaitu penyebutan pasal-pasal tersebut ini memang seharusnya

penyebutan tersebut tidak disini.

Ini juga ada saran dari fraksi

Karya Pembangunan,

say a sependapat juga kalau memang ini akan

dicantumkan sebaiknya pasal ini dicantumkan didalam penjelasan,

karena ini fungsinya hanya menjelaskan. Ya kalau

menjelaskan

barangkali lebih tepat kalau ini ditempatkan di penjelasan. Saya

kira demikian, terima kasih.

(11)

Terima kasih Pak Soetikno dari Fraksi ABRI. Selanjutnya kami persilakan dari Fraksi PDI.

JURU BICARA F.PDI (DJUPRI, SH)

Terima kasih Pimpinan. Assalamualaikum wr.wb.

Saudara Pimpinan dan sidang Panja yang kami horrnati, Fraksi PDI dalam menanggapi rancangan pasal 34 ayat (1) sampai dengan ayat ( 5) perlu mengajukan bebE;trapa pertanyaan, dan sekaligus memberikan tanggapan at.as rumusan yang ada. Yang pertama Pasal 34 ayat (1) disini ditegaskan bahwa setiap pwjabat

dilarang untuk memberitahukan kepada pihak lain dan

seterusnya . . . . Sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan. Pertanyaan kami adalah apa sebabnya ditegaskan disini hanya didalam sidang pengadilan. Sebab kalau berbicara sebagai saksi dalam perkara pidana dan juga sebagai ahli saksi didalam perkara pidana disini dimasukkan juga perkara perdata. Tentu pemeriksaan saksi it.u oleh penyidik dilakukan ditingkat penyidikan oleh penyidikk. Apabila kesaksian ini hanya bisa dilakukan di sidang pengadilan untuk memberikan kesaksian · itu mungkin bagi penyidik mengalami kesulitan. Dengan perkataan lain apabila kurang ahli atau kurang keterangan ahli kemungkinan tidak memenuhi persyarata~. Pertanyaan karni hanya latar belakang kesaksian ini sebagai saksi. maupun sebagai saksi ahli hanya dilakukan didalam sidang pengadilan atas permintaan hakim. Pertanyaan berikutnya menyangkut ayat (2) dan ayat (3) karena ini berkaitan satu sama lain. Kemudian ayat (4) fraksi PDI juga menggaris bawahi juga tadi apa yarig disampaikan oleh rekan F.KP bahwa penyebutan pasal dan undang-undangnya disini sedangkan kita tahu hukum acara perdata sebagai basic law akan dibicarakan bersama-sama dengan Dewan dan Pemerintahdan disana-sini juga yang berkaitan dengan hukum acara perdata yang tersebar dimana-mana. Oleh karena itu memang sebaiknya dihapuskan, sehingga rumusannya nanti_menjadi tidak tercantum pasal dan acara pidana,

kalau menyebut acara perdata dengan sendirinya akan

bisa mengantisipasi acara perdata yang akan datang ini sudah akan bisa dirubah atau disempurnakan atau diganti sama sekali, tidak ada masalah untuk itu. lalu ayat ( 5), memang kalau kita bicara

(12)

memang kurang lengkap tidak hanya menyebutkan nama tersangka

tetapi dalam kasus perdata memang harus disebutkan dia tergugat.

Bahkan sebaliknya apabila ada gugatan rekonpensi termasuk pihak

penggugat juga. Sehingga didalam ayat (5)· nanti permintaan hakim

sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus menyebutkan nama

tersangka, a tau nama

tergugat a tau penggugat. Keterangan yang

diminta a tau kai tan antara perkara pidana dan perkara perdata

yang bersangkutan dengan keterangan yang lebih diminta

tersebut~

Dan ini penyebutan-penyebutan yang perlu ditambahkan.

Saya kira

demikian dari F.PDI, selanjutnya kami persilakan kepada Pimpinan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih Fraksi POI, selanjutnya kami persilakan dari

Fraksi PP,

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih Bapak Ketua. Tadi dari F.KP, F.ABRI, dan

F.PDI sudah banyak sekali membahas masalah-masalah yang dari segi

hukum memang log is sekali. Oleh karena F. PP hanya akan

mengemukakan satu masalaha saja, yaitu Pasal 34 ayat (4) bukan

mengenai Pasal dan hukum acara perdatanya mengenai tambahan itu·

tetapi kata-kata "menteri keuangan dapat memberi izin tertulis",

kata-kata dapat disini artinya Menteri Keuangan

berhak

untuk menolak permintaan sebagaimana disampaikan, artinya tidak

memberi izin tertulis. Karena kata dapat disini adalah

kata-kata yang bersifat netral, jadi artinya dapat memberi izin

tertulis tetapi juga berarti tidak dapat memberi izin tertulis.

Karena i tu kami mengusulkan kata-kata "dapat" disini dihapus,

walaupun tidak harus diganti dengan kata-kata "harus" , jadi

netral saja. "Untuk kepentingan pemerintah di pengadilan dalam

rangka

perkara pidana atau perdata atas permintaan hakim

sebagaimana dimaksud dalam ... maksudnya hukum acara pi dana a tau

pardata, Menteri Keuangan memberi izin tertulis dan seterusnya ..

Ini perintah undang-undang, jadi kalau kata-kata dapat ini masih

ada

artinya memberi keluangan bisa memberi izin dan tidak bisa

memberi izin. Itu saja Pak Ketua, terima kasih,

(13)

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Demikianlah Saudara-saudara sekalian, dari keempat fraksi tadi ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang saya kira perlu dijelaskan oleh Pemerintah, seperti tadi misalnya dari fraksi Karya Pembangunan , mengusulkan beberapa penyebutan di pasal ini yang dihilangkan yang juga ada kesamaannya dengan fraksi ABRI dan F.PDI dan juga tadi ada beberapa usul dari F. PP untuk menghapuskan beberapa kata dari beberapa pasal disini, untuk itu kami persilakan kepada Pernerintah untuk mernberikan tanggapannya, kami persilakan ..

(14)

Aeaal&IIU' alaikwa varokbllatullUi wabarokatuh,

Pertamaa, pertanyaan dari Frakai Karya meagenai ayat ( 1 ) ya:q

Ja9DCWIU!

lean aetiap peja'bat digant1 dengan pejabat pajak. Sebenarqa ,..mg 41malc8u.cl

dengaa aetiap pejabat pad& ayat ( 1) bukan saja pejabat pajak, tetapi juga termasuk orang-orang atau pihak-pihak atau aereka-mereka yang memang ditu-gasltan untuk melalcukan tugaa di bidarag perpajalcan, •:1 sal nya a.laultan public diberi tqas sepert1 eekarang berdedikaai peaenuhaa kewajiban PPN. Jadtae-reka itu aendiri wajibmerehaaiakaD apa yaDg diketahu.ilqa dari wajib pajak

JaDg bereangkutan itu. Jadi mak:audnya ayat (

1)

ini bukan aema.tama.ta paja -bat pajak. Memanc di penjelaeq darit ayat ini cukup jelaa tidak dipandang perlu eiipa saja

mi,

baranckali ini bisa dirumuskan nanti.

Demikian Pale mengenai ayat ( 1 ) •

Selanjutnya 111enpnai ayat (

4}

agar nomor-nomor pasal i tu dihilaraglam dan tadi malah dieaapaikan satu usul dari :Pralasi Kax'ya yang is.inya

kira-ki-ra

setelah permintaan hakim sesuai den&an ketentuan XOH Pidana dan KUH Per-data, tampakeya ini lmtuk meajaga kemungkinaa di masa depan kalau undang -undang

:vans

berean&kutan itu berubah, sehingga kalau hanya menunjuk n&JDallY8. saja, biarpgn dia berubah berkali-kali tidak ada pengarubnya terhadap Pasal

34 ayat (4) ini. Mengenai hal seperti ini sebenal.'llp aud.ah ada di atas di

paaal sebelUJIUlYa, naapalcnya ini lebih seeuai uaul dari Frakai Karya ini yg

juga tadi diusullcan dar! Frakai Almi dan juga dari Frakai PDI. Saya kira i-ni sangat oocok untulc mepghilangkan no1110r-oomor paaal KUH Perdata dan KUH

Pidana.

Selanjuteya mene;enai teroengka ;yang ada pada qat (

5),

dimJnta atau di uaulkan d1tambah deugan tercugat, ini juga nampalcnya aesuai kalau kata-kata

terguaat ditam.bahkan diaini, sebab dia meqangkut pidana maupun perdata. Jadi ini usul aangat b~ untuk mel8Jl8)capi ayat (5) in!.

SelanjutD7a mengenai penjelasan a~at:~~(

4),

penjelasan ayat (

4)

kalau k_!

ta baoa diaini selain clari pasal-paaal tacU diusul.k8n dihilangkan ada juga

meqenai kata "d&pat", d1111Dta dih1lauglam. UauJ. ini jup dari Frakei Pere.! tuan aupaya kata "dapat" ini dihapus, eehingga ada kewajiban Menter! Keu.an.a an UDtuk memberi, bulam dapat memberi daD tid.ak member!, kalau "dapat" Jl1'&

dihapua berarti Wldang-undang .1ni Mnugaskan Menteri Xeuangan untuk •Diber_!

kaD ijin '\ertulia. Nampaknya ueu1. iui

aancat

bagus eehingga kata "dapat" 1-ni, Pemerintah dapat aenyetujui untuk dibapws.

Selanjutnya kembali ke qat

.(2),

Dirjen Pajak diusulkan pada ayat (2) in1 waul dar! Frakai X:&r)'a.

JCalau kit a baoa lagi ayat ( 2) ini, larangan aebaga:l mana d1maJceud pada ayat ( 1) berlakU juga terhadap ahli l'&D8 ditUDjuk oleh Dirjen Pajak untuk membantu

(15)

Jadi aebenarnya ada.cya kata Dirjen Pajak ini maksudnya iai Dir~en Pajaklah yang menunjuk, jadi barangkali kurang kena kalw dikaitkan dengan ka.ta.-kata keuangan di ayat

(3),

sebab penunjukkan tenaga abli ini memang oleh

Direk-tur Jenderal Pajak. Ini maaala.h penunjukkannya aa.ja, a.danya ltata Dirjen P.! jak d.isini, adhingga karena itu hanya menunjukkan ata.u menllelaskaD penun -jukkan tenaga ahli terse but ma.ka kata Dirjen PQ.jak di ayat ( 2) ini maaih diperlukan.

Selanjutnya mengenai ahli tadi, ada beberapa diaini dari Fr-ctksi .ABRI baik yang ada di ayat ( 2), ayat ( 3), dan ~at ( 4) diuaulka.n dia•purnaka.n

dan menjadi tenaga a.hli. Ini tampaknya. juga lebib baik kalau kata-kata

te-naga ditambahkan d1 depan kata ahli, aehingga nanti akan lebih IIU.dah diae-ngerti, lebih jelas bagi pelaksana und.ang-unda.ng.

Ja.d.i usulnya ini a.kan ditambahkan nanti kata-kata tenaga ahli diaini. Selanjutnya di ctyat ( 3) di~ ftanyakan, Wlt uk kepentingan negara. Ment.!.

ri Keuangan berwewenang memberikan ijin tertulis pada pejabat aebaga~

tiimaksu.d pad.a ayat ( 1) dan tenaga-tenaga ahli seaudah ada perbaikan seba -gaimana dimakaud pada ayat (2) supaya memberikan ketera.ngan memperlihatkan bukti tertulis dari dan atau tentang wajib paj-.k pada pihalt yang

ditunjuk-nya.

Jadi ini dipertanya.kan bagaimana memberikan ijin tertulis tersebut, apakah ini atas permintaan atau ataa iniaiatif dari r1enteri Keuangan. Ini sudah barang tentu ini maaalah proaedur jadinya, karena pelaksanaan undang-undang ini ala pada D'irekto.rat J entieral Pajak, sudah barang tentu proaesnya dida.-hul ui dengan adanya permintaan dar! Direktur J enderal Pajak yang memang t_!

dak dimuat disini sebab ini proses pelaksanaa.n daripada. pemberian ijin te~

tulia terse but.

Mengenai ayat

(4)

aud.ah dijawab dimana dipertanyak.an oleh Frakai Ka~

ya tadi, demikian juga Frakai PDI •

Selanjutnya Fraksi PDI mempertanyakan ayat ( 1) kenapa hanya Qalam si-dang pengadilan saja., tidak termasuk dalam penyidika.n, misalnya

pemeriksa-an sehingga penyidik bisa menemui keaulit an dalam hal inie

Pada daaa:r.uya rabaaia jabatan tidak: terbuka oleh semua pibak, namun untulc kepentingan pengadilan dipandang sangat panting, oleh karena itu atas

kua-sa undang-undang, kua-sakai atau aa.kai ahli, atau tenaga ahli Y8ll8 dapat memb.! rikan keterangan sakai ahli yang dima.kaud disini itu dapat memberikan ket.! rangan untuk keperluan peraidangan tanpa ijin Menteri.

J'adi tadi pertanya.annya. kena.pa. b.anya. di depan pengadilan eaja, tidak teras. auk dalam proses penyidikannya.

(16)

Demikian penjela&amJl'a Pak.

Jadi pertanyaazmya kenapa hanya di depan sidang pengadilan, kalau di sidazag penpdilao meJDaDg itu langsung dialos atau pertanyaaanya dia3ukan la.Dpung ke yang beraangkutan itu, ae~ingga d1 ayat ( 1) ini tenaga ahli tadi atau P.!

jabat tadi boleh aembuka kerahaaiam itu dalaa hal dalam sidaac penaadilan

karena memang tidak di.JmngkiDkaa memiDta ijin, kalau di luar sldazag penga -dllan dia barua minta ijin itu ada, aebelua dia diperiksa oleh penyidik, dia dimnngkinkaa atau ada waktu untu aiata ijin dulu aeugenai bahwa dia

a-keD diperikaa oleh penyidik tadi, tetapi kalau d1 sidazag pengadilan itukan

berkembang maealaheya, aeh1Dgp aetiap ~~&Salah YaDS diajukan padanya 'biaa dibuka berdasar ayat ( 1) ini.

Ini kira-ld.ra penjelaean, 11\ldah-mwlabllll kalau M&ib clipandang lau:anc jelaa

DAnti barangkali bisa dijawab lagi.

Selanjutnya mengenai ayat (

2)

dan (

3)

tadi jup sudah dijelaskan d1

ataa, dan ayat

(4)

pert~aaa dari Fraksi PDI audah dijelaakan • - dengaD

Fraksi Karya, demikian jup ayat

(5)

J1UlC diueulkan teraaugka ditambah

ter-gusat, Frakai PDI mengusulkan hal yang sama, ini aemaog saran bagua. Teria kaeih atas uaul.nya.

Sel.aDjutnya qat

(4)

dari Frakai Peraatuan Pembangunall, ka.ta "dapat"

ini tadi audah dan akan dihilanckan, aehin8ga aerupakaD kewaj iban dar1 Men-. teri KewmgaD untuk membe;rikaD itu kareDa ataa perintah undarlg-undaag.

'l'erima kaaih.

KETUA RAPAT :

'l'erima kaaih Pale AbroDi Naaution ataa nama Pemerintah telah memberikan jawaban atas :pertanyaan beberapa Frakei-frakei tadi terhadap paeal in1.

Saudara-oaudara sekalian,

Dari jawaban Pemerintah tadi temyata dari .pertanyaan Frakai-fraksi a-da beberapa Y&D£ langaung a-dapat diaetujui untuk kita aempumakan, tetapi d!;

ri jawaban tad! ada jup yang perlu ada tanggapan balik dari Fraksi-frakai. Pertama kami perailakan dari Frakai Kar,ya, khusuanya pertanyaan yang diaam-paikan oleh Pak Thomas. Silakan •

..TURU BICARA FKP (DRS. THOMAS SUYATNO) :

rl'erima kaaih Bapak Ketua,

Di dalam ayat ( ') jelas-jelaa pihak-pihak dimaksud ditunjuk oleh Ment.!

ri Keuangan.

(17)

karena ini aekaligus akan mencalcup bal itu menyangkut Undang-undang Bomor

7

Tahun

1992.

Jelas aekali dalam ayat

(3)

ditunj.uk oleh Menter! Xeuangan. ""'alu d1 dalam ayat ( 2) juga ada k.alimat-kalimat yang agak resurb padahal bisa diposititkan, llisalnya pada hakekateya, aejauh mungkin unda.ng-undang menghindarkan kalimat-kalillat aeperti ini, harus posit i f sejauh munglcin. Oleh karena:nya saya mengusulkan pada bakekatnya adalah diga.nti dengan be~

peran, lcarena pada llakekatnya adalah jelas bukan kalimat posit if', tetapi pada hakekatnya adalah langsung diganti dengan berperan sama dengan, dan

seteru.enya.

Di

dalaa penjelasan ayat

(2).

Demikian Bapak Ketua,

Km'UA RAPAT 1

Silakan Pale Jusuf.

JURU BICARA FKP (H. JUSlJF. TALIB, SH) :

Dari penjelaaan Pemerintah saya lcira yang penjelaaan ayat

(4)

kaai

ma-aih menguaulkan, yaitu karena disini dieebutkan Majelis Pertimbangan Pajak ataupun namanya nantinya, itu jangan sampai menimbulkan pengertian bahwa

M.!

jelis Pajak itu merupakan perangkat eksekutif. Jadi P'ltusarmya merupakan pu tusan ba.dan tata usaba negara, jadi bisa diartikan begitu kalau kalimatrqa

ini lura.s seperti ini, kepada pejabat pajak te:rmasuk pejabat pajak yang di-tugaakan dalam badan peradilan atau Majelia Pertimbangan Pajak. Saya mange!:

ti yanc dimaksudkan adalah sekretaris, tetapi di MPP itu ada pejabat negara

yang juga ditugaalcan di MPP, yang jelas itu

4

orang hakim agung dari Mahk:a-mah Aguna.

Jadi untuk men&hilangkan itu kami sarankan, okelah kalau di dalam ayat ( 1)

nya eudah diaaaukkan demikian, tetapi saya mohon tetap dicantumkan nanti di dalam penjelaaan ayat ( 1) y~ aekareng oukup jelas, aeperti dikatalcan Pale Nasution tadi.

~·etapi untuk ayat (

4)

eya dalaa penjelasan disarankan tetap di tambah kepada pejabat pajak termaauk pejabat pajak: yang ditugaakan dalam badan, dengan d.,!

mikian jelaa bahwa itu ma.ksudnya sekretaris dengaa eeluruh sta.tnya, tidak teJ.WUUk: pejabat yang ditupalcan d.Uuar pajak yaitu dari Mahkamah

Acunc·

'l'erima kasih Pak.

KE.'l'UA BAPAT 1

Terima kaaih Pat Juaut Talib, aelanjutnya tadi ada dar! FPDI yang

per-lu diberi tapggapan. SUakan.

(18)

JURU BICARA FPDI ( DJUPRI I SH) :

Pertama kami ucapkan terima kaaih atas penjelasan Pemerintab. atas

per-tanyaan dari Frakai PDI yang berkaitan dengan keterangan sake! dan saksi ~

l i di dalam sidang pengadlian. Mungkin aaya kurang tangkap begitu.

Sebetulnya perlu diketahui terlebih dahulu bahwa dalam kasus perdata itu berbeda dengan kasus pi dana, kasus perdata itu utama itu surat-surat, seba-liknya kalau pidana itu eaksi dulu baru aurat-surat, lalu pengakuan dan ae-bagainya. Jadi saksi itu penting, andaikata satu kasus tidak ada saksi, itu tidak bisa diajukan bahkan satu sakai itu buka.n saksi dalam istilah

pidana-nya. Oleh karena itu penyidik perlu m~meriksa di tingkat penyidikan, kadang kala diaini PPNS yang su:iah disahkan aebagai PPNS mela.kukan penyidikan pet_!! gas khusua dari pejabat perpaja.kan yang diberi wewenang untuk itu. Kemudian dalam pemeriksaan untuk memperoleh saksi ditemukan hal itu. Oleh karena itu sampai kami tanyakan kenapa hanya sampa.i di aidang pengadilan, oleh sidang pengadilan itu jelas ataa permintaan hakim diminta aaksi dan sake! ahli, biasanya sakai ahli diminta disitu, untuk ~saksinya itu sendiri sering ka:li terjadi kasus dengan berita aoara yang dikirim oleh penyidik pada penuntut

umum dan kemudia.n diaju.ka:n di pengadlian itu sudah mengandung keterangan -keterangan saksi itu sendiri, kemudian di bawah sumpah di sida.ng pengadila.n kadang-kadang disumpah di lua.r sidang pengadilan. Ini diperlukan keterangan seperti itu, oleh karena itu apakah dimuka penyidik atau tidak di lllUka pe~

adilan maksud kami hal ini dilarang, kalau di larang malta penyidik a.kan me-ngalami kesulitan. Sehingga kembali kepada pertanyaan kami,. kenapa. hanya di

sidang Pengad.ilan untu.k saksi dan aaksi ahli, lair~ bagaimana kalau itu dila kukan di muka penyidik, apakah itu tidak boleh.

Kalau saya menangkap rumu.san ayat ini begitu. Demikian Saudara P impinan.

KETUA RAP AT :

Terima kaaih Pale Djupri,

Pertanyaan dari Fraksi ABRI tadi saya kira semuanya diterima., namun d_! mikian apakah ada yang mas ih ing in disampaikan ? • Cukup. Bagaimana dengan Frakai PP ? • Cuk.up. Baiklah ka.mi kembalikan kepada Pemerintah, tadi ada be-berapa tambaha.n pertanyaa.n dar! FKP. Kami perailaka.n.

PEMlll.INT~ (DRS. ABRON! NASUTION) :

Pertanyaan dari FKP mengenai penjelasan dari ayat (2) yaitu kata pada

hakekatnya, tampaknya i tu memang tidak tegaa. Jadi setuju kalau ini dihilan_& kan aaja biar bahasanya lebih posit if, setelah ken~. adalah sama dengan petugae

(19)

pajak yang dilarang Terima kasih Pale.

Selanjutnya aengenai yang ditunjuk tadi ayat (

2)

1 aungkin kita baca

ae-kali lagi, atau kareD& ada kait~a dengan ayat ( 1) eetiap pejabat dllarang memberitahuk:an kepada pibalc lain YSilC tidak berhak aegala aeeuatu ;yang dike-tahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka

jabat-an atau pekerj~ untuk menjalankaa k.etentwm peraturan perundangan perP,!

jakan kecuali aabagai eaksi ahli kecuali aebagai eakai atau sakai ahli dalam ·

eidang pengadilan.

Di

ayat

(2)

nya larangan eebagaimana dimakeud pad& ayat (

1)

berlaku juga

terhadap ahli, tadi audah menjadi, tenaga abli yang ditunjuk oleh Dirjen Pa-jak.

Jadi kata-kata ditunjuk sama dengan penjelaean yang pertama, tena.ga ahli ini orane luar, bukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan dia melalcukan tugas dalam bidang perpajakan, hanya karena ditunjuk oleh Direktur J enderal Pajak, oontohnya eekarang ini akuntan public, beberapa tenaga akuntan public itu

d.!

minta bantuannya sebagai tenaga ahli yang ditunjuk, jadi yang menunjuk ini Dirjen Pajak. Kalau ini dihilangkan maka tampalcnya tidak menjadi jelas, se -bab tenaga ahli kalau ini dihllangkan yang ditunjuk, yang menunjuk jadi t i

-dak jelae, atau tenaga ahli yang membantu dalam pelaksanaan ketentuan pera -turan perundangan nanti juga tidak menjadi jelas.

Jadi sebenarnya ini adanya ketentuan Dirjen Pajak ini adalah memang Direktur Jenderal Pajak lah yang meminta bantuan tenaga abl1 teraebut.

Itu kira-kira penjelasan meJl8enai ayat (

2).

Selanjutnya mengenai ayat

(4),

penjalasannya yaitu menampakkan setelah kata termasuk pejabat yang ditugaskan dalam, itu te:maaulc pejabat ditambah termasuk pejabat pajak yang ditugaskan dalam badan peradllan pajalc atau Maj_!

lie Pertimbangan Pajak. Ini nampaknya lebih seauai sebab kalau tidak nanti orang-orang yang diaitu yang dari instanai lain bisa tercakup disini. Jadi usul ini akan kita atau dapat diaetujui dan nanti kita akan oantumkan tambahan kata-kata tersebut •

Selanjutnya mengenai dolam rangka penyidikan tadi khususnya pidana, pe-nyidik itu berhadapan dengan aakai atau aakai ahli, itu bisa juga di luar P.!

ngadilan, dapat di·jelaakan sebagai tambahan penjelaaan sebagai berikut aakei dalam aidang pengadilan aebelum dideagar keterangannya disumpah lebib dahulu aehtngga menjaga betul-betul kerahaaiaan wajib pajak dan kerahasiaan nanti

akan dibuka dapat dibuka di

pensadilan.

Jadi ini nampalcnya kal.au memang karena pxoaea ini aebelum pengadilan audah

aepanjang saksi itu audah ditetapkan aebagai sakai dan ada proses d~~luar

P!

ngadilan, in! nampaknya perlu kUi berilcan perumuaan dulu, mengenai yang aa-tu ini.

(20)

Ada tambahan dari Pale Hansury.

PFXERINTAH (DR. MANSURY) :

Memang keteraDg yang didapat untuk keperlua perpajakan itu seyogyazqa

tidak de~~gan mud&b diberikan kepada pibalt-pihalc lain dan oleh karena itu

yang dimakeudkan disini ba~a apabila hald.m aerasakan atau memperldralc.an

~ inf'ormasi

yang

ada pada Kantor Pajak lab yang akan menyebabkan ter

-ungkapnya keadaan materiil daripada tiDd.alt pidana yang bereangkutan, hanya dalam hal itu memang dimaksudkan au~ petugas pajak itu dipanggll untuk sebagai saksi.

Jadi memang dalaa rumusan ini tidak dima.kaudkan bahwa rahaaia yang

diberi-kan oleh wajib pajak itu dapat diberikan kepada pibak-pibak lain dalam ke-perluan penyidikan, karena dilchawatirkan nanti akar.L semaltin enggannya ·wa -jib pajak itu memberikan data-data yang sebenarnya kepada Direktorat Jend!

raJ. Pajak.

Demikian tambaban dari lcami.

D11'UA RAPAT :

Terima kaaih Pale Mansury,

J adi dar! jawaban Pemerintah tadi jelaa beberapa pertanyaaa-pertanyaan yang khuausnya disampailcan oleh Frakei Karya dan Frakei PDI, kiranya sudah terjawab. Untulc itu kami kembalikan kepada FKP, apakah bisa menerima

penje-laa~m Pemerintah itu. Silaka.n.

JURU BICARA FKP (DRS. THOMAS SUYATNO) a

(21)

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Terima kasih, silakan F.PDI

JURU BICARA F.PDI (DJUPRI SH)

Kami minta kepastian berarti dengan keterangan Pemerintah tadi diluar pengadilan itu tidak boleh, meskipun itu ada izin. Lha pertanyaan saya berikutnya kalau demikian apakah tidak berarti kasus-kasus yang menyangkut perpajakan ini tidak bisa diajukan karena tidak adanya saksi yang bisa diajukan dengan proses berita acara yang diajukan poleh penyidik, pertanyaan saya berikutnya seperti itu. Kemungkinan bisa terjadi tidak bisa diajukan kasus itu kalau tidak ada izin kepada petugas penyidik memeriksa yang berkaitan dengan seal perpajakan itu. Katakanlah tidak ada saksi untuk itu, lha wong satu saksi saja tidak bisa. Saksi adalah bukti utama dalam kasus pidana, kalau tidak boleh nanti jangan-jangan tidak bisa diajukan kasusnya. Demikian pertanyaan kami.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih F.PDI, silakan dari Pemerintah ini ada pertanyaan dari Pak Djupri. Mohon penJelasan, silakan.

PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Apabila menyangkut tindak pidana fiskal sendiri, yang akan melakukan penyelidikan adalah penyidik pajak Pak. Jadi datanya sudah ada sama mereka. Jadi tidak perlu dia diberi izin lagi untul mengungkapkan didalam hasil penyelidikannya itu. Karena dia sendiri sudah memegang data-data. Jadi dia tidak akan melakukan penyidikan atau tidak akan mengusulkan penyidikan kalau bukti-buktinya tidak· cukup. Jadi dia sendiri sudah memiliki1 karena itu tidak perlu lagi dia. Penyidik itu memang petugas pajak dalam hal tindak pidana perpajakan.

KET.UA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Bagaimana F.PDI,

JURU BICARA F.PDI( DJUPRI, SH)

(22)

a;t'!li. Apakah berlaku dua-duanya Pak. Karena saksi ahli memang petugas pajak. Tapi kalau saksi biasa itu ... apakah termasuk itu.

I

Itu pertanyaan saya.

PEMERINTAH ( DR. MANSURY)

Mungkin perlu kami jelaskan Pak. Kalau tindak pidan~_

perpajakan itu penyidiknya petugas pajak juga. tapi kalau bukan tindak pidana perpajakan kemungkinan petugas pajak ditanya sebagai saksi, bukan sebagai saksi ahli. Dalam hal yang demikianlah hakim bisa meminta petugas paj ak i tu, melaui izin menteri keuangan.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Bagaimana F.PDI apakah sudah bisa menerima penjelasan.

JURU BICARA F.PDI (DJUPRI, SH) Bisa.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baiklah Saudara-saudara sekalian dengan demikian beberapa usul dari fraksi-fraksi tadi langsung bisa diterima sebagai penyempurna daripada pasal-pasal dan ada juga tadi beberapa usul dari fraksi-fraksi yang langsung diterima untuk disempurnakan pada penjelasan. Jadi kami akan ulang rumusan-rumusan yang telah kita sepakati, jadi yang pertama : Untul ayat (1) "Setiap pejabat " jadi tidak ditambah kata-kata pajak, tetap, tetapi perlu ada penjelasan. Dijelaskan lebih tegas siapa itu pejabat. Jadi dengan demikian rumusan Pasal 34 ayat (1) tetap tidak berubah. Tetapi dengan catatan di penjelasan ayat (1) yang tadinya cukup jelas dibuat penjelasan dan rumusannya kami serahkan kepada Pemerintah untuk dibuat dan nanti akan diajukan didalam rapat Tim Perumus.

Yang berikut adalah ayat (2) "larangan sebagaimana dfmaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli", Tadi ada usul dari Fraksi ABRI yang telah kita setujui yang ditunjuk o+eh direktur jenderal pajak untuk membantu dalam pelaksaan

k~tentuan peraturan perundang-undangan perpaj akan, kecual i

sTba~ai seb~ga;i. saksi a tau saksi ahli dalam s:iidang pe~g<fdilan

'*.

I

~

::

kemudiari ...

I

(23)

Keuangan berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan tenaga-tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan, rnemperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak kepada pihak yang ditunjuknya."

Kernudian ayat (4) " Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkata pidana atau perdata atas permintaan hakim sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana dan ketentuan hukum acara perdata Menteri Keuangan memberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) buku bukti tertulis dan keterangan wajib pajak yang ada padanya."

Yang terakhir ayat

(5) "

Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat

(4},

harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang diminta serta kai tan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut." Bagaimana Saudara-saudara sekalian apakah bisa diterima.

(rapat menyatakan bisa)

Baik, Ada koreksi, karena ini memerlukan perumusan kita serahkan kepada Pemerintah untuk menyempurnakan, substansi sudah diterima, tinggal kita meminta Pemerintah untuk membuat rumusannya diajukan nanti didalam. Rapat Pimpinan.

JURU BICARA F.PP (DRS. JUSUF SYAKIR)

Saya kira untuk penjelasan ayat (2) sudah diterima, kata-kata pacta hakekatnya itu dihapus. Kemudian ayat (4) itu juga sudah diterima ditambah "pejabat pajak" jadi tidak perlu ditimuskan lagi.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Memang tadi sudah saya singgung dan sudah diterima, tentu artinya sudah disetujui. Ayat (2) pada hekekatnya disetujui, ayat (2) pada hakekatnya itu disetujui kemudian tambahan kata "pejabat" pada ayat

(4).

Tetapi ada ayat

(1)

yang memerlukan rumusan baru, nah untuk itu kami serahkan kepada pemerintah untuk dapat membuat rumusan itu kemudian mengajukan kepada rapat Tim Perumus. Saya kira demikian.

(24)

Yang rumusan penjelasan ayat (4) saya kira kata "dapat11 juga

harus dihapus.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baiklah saudara-saudara, bisa kita sahkan. ( sidang rapat setuju)

Saudara-saudara setelah tadi kita sudah menyelesaikan Pasal 34, berikut ini kita akan menyelesaikan Pasal 35. Pasal 35 ini ada dua ayat. Dan dua-duanya ada dua materi. Untu lebih jelasnya perubahan ini kami mohonkan kepada Pemerintah untuk memberikan penjelasan untuk perubahan-perubahan ini. Kami persilakan.

PEMERINTAH (DRS. IMAM SAMARYO)

Di9alam kenyataannya dalam menjalankan ketentuan peraturan perpaj akan f iskus ser ing kal i me mer lukan bukti dan keterangan lain dari pihak ketiga yang ada hubungannya dengan wajib pajak. Sedang diperiksa atau disidik. Pasal 35 mengatur hal yang

demiki~n. Perbedaan ayat

(1)

yang lama dan ayat

(1)

yang baru. Ayat (1) yang beru memperinci apa yang diartikan pihak ketiga.

Yaitu termasuk bank, akuntan publik,

kantor administrasi dan pihak

notaris, konsultan pajak,

ketiga lainnya untuk

mengantisipasi, mungkin pihak-pihak ketiga lagi berdasarkan perkembangan zaman. Jadi ayat (1) yang baru lebih memperinci apa yang dimaksud dengan pihak ketiga.

Kemudian ayat(2), disamping untuk pemeriksaan juga untuk penyidikan. Jadi kalau dulu dalam · rangka permintaan untuk keperluan pemeriksaan, sekarang dalam rangka pemeriksaan atau penyidikan pajak. Ini maksudnya adalah pasal ini diadakan untuk mempercepat pelaksanaan pemeriksaan dan penyidikan, kami rasa

cukup sekian. Terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih, kita mulai dulu dari Fraksi Karya Pembangunan.

JURU BICARA F.KP (H.JUSUF TALIB, SH)

Terima kasih Saudara Pimpinan, Pasal 35 ayat (1) dan ini saya kira sudah terangkat dalam berbagai pembicaraan, termasuk

(25)

jawaban Menteri Keuangan sendiri sudah tegas masalah ini, yaitu kata-kata "direktur jenderal pajak" diganti dengan 11

menteri keuangan", dan sebelum bank kami sarankan ditambah "pihak" jadi yang diperiksa atau disidik atas permintaan Menteri Keuangan

11

pihak " bank akuntan publik dan seterusnya. Jadi ditambah kata-kata pihak bank. Kemudian sejalan dengan ayat ( 1), maka ayat '(2) pun kata-kata direktur jenderal pajak disitu diganti "menteri keuangan''. Kemudian didalam penjelasan pasal 35 tentunya menyesuaikan dir i dengan apa yang kami kemukakan tadi. Ter ima kasih Pak.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih Fraksi Karya Pembangunan, selanjutnya kami persilakan kepada fr~ksi ABRI.

JURU BICARA F.ABRI (KARSONO)

Terima kasih. Mengenai Pasal 35 ini, ayat (1) kami dapat memahami dan mengerti. Pada ayat (2) kalau toh konsepnya semacam ini kami ada usulan untuk ... "dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh kewajiban untuk merahasiakan untuk keperluan pemeriksaan atau penyidikan pajak kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan oleh permintaan direktur jenderal pajak dengan tambahan kalimat "sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku."

Karena sebagaimana kita ketahui ada hal-hal yang mempunyai wewenang oleh Menteri. Jadi ingin ditambahkan kata-kata "sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku". Terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih Fraksi ABRI, selanjutnya kami persilakan

F.PDI.

JURU BICARA F.PDI (STYADJI LAW!, BA)

Terima kasih Pimpinan, hanya kami ingin mengusulkan pada ayat (1) pengulangan kata-kata diatas terlalu dekat seperti ini, sebaiknya diganti mulai dari perkataan "direktur jenderal pajak" itu diganti dengan Menteri Keuangan, bank, akuntan, akuntan

(26)

publik, notaris, konsultan pajak itu sudah disebut diatas, karena itu di bawahnya kami usulkan setelah perkataan "menteri kuangan" pihak-pihak tersebut .diatas waj ib memberikan. keterangan a tau bukti yang diminta. Artinya menghilangkan suatu deretan kata-kata yang diulang seperti yang diatas. Pihak-pihak tersebut diatas wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.

Kemudian yang kedua pada ayat ( 2) ini kami ingin mendapatkan ketegasan, kalau seorang pegawai karena undang-undang harus merahasiakan. Kemudian rahasia i tu dibatalkaD: oleh ayat ini, adakah kernudian tindakan dari instansi dimana· dia bekerja itu tetap mendapatkan hukuman. Sebab dengan perkataan seperti tersebut dalam rumusan ini ''kewajiban merahasiakan tersebut d i t i ad aka n o·l e.h perm in t a an Menter i k

e

.u an g an , in i dar i s e g i menteri keuangan. Tapi kalau dari segi undang-undang yang mengatur kepegawaian dimana dia bekerja .. kemudian pimpinannya mengambil langakh-langkah tindakan dia kan berdasarkan undang-undang juga. Karena i tu ingin mendapatkan dari pegawai-pegawai ·

yang memberikan tentang rahasia pekerjaannya disuatu

tempat .. apakah masih dapat di tuntut dengan undang-undang yang diama dia bekerja tersebut. Terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih, selanjutnya kami persilakan Fraksi PP.

JURU BICARA

F.PP

(DRS. JUSUF SYAKIR)

Terima kasih Pak Ketua, Pasal 35 ayat (1), Undang-undang yang lama menyebut direktu:r j enderal Pajak. Kemudian di RUUnya tetap disebutkan adalah haknya dirjen pajak. Tetapi karena sesudah tahun 1983, dimana undang-undang yang lama itu diundangkan. ada undang yang jelas-jelas mengatur masalah ini, undang-undang nomor 7 tahun 1992 mengenai perbankan, maka Pasal 35 ayat

( 1) itu harus secara tegas dikatakan Menteri Keuangan, begitu juga ayat (2) nya. Yang tidak bisa dipisahkan dari ayat (1) ya~tu harus dirubah menjadi Menteri keuangan. Ini yang pertama.

Yang 'kedua, ini masalah teknis. Saya lupa apakah di undang-undang perbankan i tu permintaan i tu harus tertulis a tau permintaan begitu saja, saya lupa betul itu- Rasa-rasanya ada

(27)

dikatakan permintaan tertulis maka sebaiknya disini seluruh permintaann yang hubungannya dengan pidana ini haruslah permintaan tertulis. Supaya sinkron, sehingga tadi di Pasal 34 yang kita setujui, mengenai permintaan untukj saksi dan lain sebagainya itu, kalau memang diundang-undang perpajakan disana permintaannya tertulis maka sebaiknya diundang-undang perpajakan itu juga memakai kata permintaan tertulis. Supaya sinkron, karena kalau lain-lain nanti di pengadilan bisa menimbulkan. kesulitan.

Itu saja pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih. Kami persilakan kepada Pemerintah untuk memberikan jawaban dan tadi ada beberapa usul perubahan baik dari F. KP, kemudian penambahan redaksional dari F .ABRI, F. PP, F.PDI. Silakan,

PEMERINTAH (DRS. ABRONY NASUTION)

Terima kasih, pertama mengenai penambahan kata pihak didepan "bank", jadi sebelumnya itu barangkali sesuai dengan apa yang diuraikan dari Fraksi PDI tadi, adanya undang-undang perbankan perbankan. Karena itu sebenarnya yang menjadi masalah di pasal 35 ayat ( 1) dan ( 2) ini adalah keberadaan undang-undang perbankan itu sendiri, sedangkan disini pihak-pihak itu bukan saja bank, akuntan, notaris, konsultan, kantor administrasi dan lain sebagainya. Dan waktu membicarakan pasal 29 juga yang menjadi masalah sebenarnya adalah rahasia bank.-Jadi nampaknya supaya perlakuan terhadap bank ini sama dengan undang-undang perbankan perlu pemisahan ini, pihak bank dengan pihak-pihak lain itu. Sehingga kerahasiaan bank inilah yang bisa dibuka atas permintaan Menteri Keuangan. Itu klop dengan pasal-pasal di rahasia banknya. Jadi tadi juga ki ta liha apakah ada pertanyaan tertulis. Nampaknya memang ada. Bank dilarang member ikan keterangan, ini Pasal 40 ten tang rahasia bank. A tau Pasal 41 Bab VII mengenai rahasia bank. Saya baca saja barangkali "Untuk kepentingan perpaj akan, Menter i keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah tertentu kepada pejabat pajak. Itu bunyinya. ayat .... /

(28)

Ayat ( 2) perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) harus menyebutkan nama pejabat pajak dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya. Jadi nampaknya dalam membahas baik Pasal 35 maupun Pasal 29 kemarin yang ada kaitannya di Pasal 35 ini, yang menjadi masalah itu adanya undang-undang nomor 7 tahun 1992 ini, karena di Pasal ·35 ini sernua pihak itu digabung menjadi satu sedang yang menjadi masalah kita dalam pembahasan adalah hanya satu pihak saja yaitu bank, nampaknya bank ini harus dipisahkan. Banknya yang menter i keuangan sedangkan yang lainnya itu cukup dirjen pajak. Sebab di undang-undang tahun 1993 itu direktur jenderal pajak seperti yang juga disampaikan dari F.PP tadi, itu kira-kira penjelasan mengenai pihak-pihak yang ada disini yang perlu dipilah antara satu bank dengan yang lainnya. Dengan demikian bank hanya oleh Menteri Keuangan sesuai undang-undang pokok perbankan, sedangkan yang lainnya tetap dirjen pajak sebagaimana diatur dalam undang-undang lama. Dan mengenai berita tertulis tadi sudah jelas itu memang ditambahkan nanti bahwa itu memang tertulis. Ini kira-kira penjelasan yang dapat kami berikan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih kepada penjelasan Pemerintah, saya persilakan yang pertama dari F.KP untuk memberikan tanggapan

terhadap jawaban Pemerintah.

JURU BICARA F.KP ( DRS. THOMAS SUYATNO)

Terima kasih, Jadi kami dapat menerima seandainya dirumuskan konform dengan Pasal 29.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Terima kasih, silakan F.ABRI

JURU BICARA F.ABRI (KARSONO)

Kami mengerti, tapi usul kami pada ayat· (2) belum. dikatakan, kami menambah usul untuk mengantisipasi hal-hal

seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah ditambah dengan kata-kata sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

(29)

sendiri. Tapi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Terima kasih,

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Terima kasih, F.PDI

JURU BICARA (STYADJI LAWI 1 BA)

Dua-duanya bel urn dij awab Pak 1 jadi tentang masalah

penyingkatan kata-kata pengulangan itu disederhanakan ditambah dengan bagaimana kalau pegawai yang membuka rahasia itu padahal itu sudah ada permintaan Menteri Keuangan1 rnasihkah dia terancam hukuman karena undang-undang mengatur pekerjaannya sendiri itu.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Baik Terima kasih1 silakan F.PP

JURU BICARA F.PP (DRS. JUSUF SJAKIR}

Tadi jawaban Pemerintah rnenyatakan sepanjang itu rahasia bank, maka setuju sekali disesuaikan dengan undang-undang perbankan yaitu harus atas perintah tertulis Menteri Keuangan1

itu intinya yang satu: Yang kedua1 tapi bagi akuntan publik1 no tar is I konsul tan paj ak 1 kant or administrasi dan pihak ketiga

lainnya maka cukup oleh Dirjen Pajak. Karena undang-undang yang lama menyatakan demikian. Ini alasan dari Pemerintah. Namun kami mohon dipertimbangkan kembali masalah ini. Karena · notaris umpamanya adalah pejabat negara walaupun tidak sama dengan Anggota DPR-RI, tidak sama dengan Presiden, Anggota DPA dan lain sebagainya. Tapi notaris itu adalah suatu jabatan yang sangat terhormat mewakili negara bahkan pensiunnya saja 65 tahun. Belum umpamaya akuntan publik 1 walaupun ini profesi tapi juga mempunyai kedudukan yang khas didalam keuangan 1 dalam masalah

pemeriksaan keuangan. Kami masih mempertimbangkan untuk tetap mengusulkan supaya mereka-mereka ini juga harus berdasarkan Menteri Keuangan, supaya posisi kewibawaannya: di kalangan masyarakat itu terjaga, sehingga b~kan saja tiank saja, sebab undang-undangnya begitu kita tidak bisa lain,memang:harus menteri

• 1 ! ,

keuangan tapi yang · lain-lain ini dalam rangk:a menjaga posisi

(30)

politik dan wibawa mereka dihadapan masyarakat dan hukum alangkah tepatnya kalau itu atas permintaan Menteri Keuangan. Akan me.njadi sangat terhormat mereka ini. jadi kami mengusulkan ayat {1} da~

( 2) ini tetap dig anti Menter i Keuangan. Ini al.asannya ter ima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih F. PP, silakan Pemerintah terutama tadi ada pertanyaan F.PDI yang belum terjawab jadi usul untuk tidak dua·. kali pengulangan kata-kata didalam ayat satunya 0 dan juga ta~i penj elasan ten tang kerahasiaan bank, serta pegawai yang tidak berstatus pejabat bank. Silakan

PEMERINTAH (DRS. ABRONY NASUTION)

(31)

PEMERINTAH (DRS. ABRONtl :

Terima kasih pak, pertama dari FKP, tadi kaitannya dengan Pasal 29, kemarin sudah dijelaskan bahwa Pasal 29 yang 35 ini,kira-kira perbedaannya adalah Pasal 29 itu yang diperiksa itu misalnya bank itu sendiri diperiksa. Jadi sudah barang tentu dalam memeriksa bank, berapa besarnya penghasilan, apakah SPT sudah diisi dengan benar tanpa menyinggung-nyinggung keadaan nasabah dengan sendirinya, sebab tidak ada kepentingannya untuk memeriksa bank kok ditanya nasabahnya, itu di Pasal 29.

Sedang di Pasal 35 ini yang diperiksa PT X sedang perlu mengatahui kegiatan PT X itu di salah satu bank, rnaka dimintalah kepada bank i tu keterangan mengenai PT X, a tau dimintalah kepada notaris itu atau kantor akuntan publik itu keterangan mengenai PT

X.

Terus dalam hubungan itu maka beda dari 29 dan 35.

Selanjutnya mengenai ABRI tadi, barangkali ada kaitannya dengan memilah ini. Konkritnya sebenarnya ini kalau kita kembali ke

35

ayat

(1)

dan

(2)

ini, 35 ayat

(1)

sebenarnya utuh, sebab ini baru suatu, kita diharapkan pada suatu keadaan apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perpajakan perlu keterangan atau bukti dari ini semua pihak-pihak ini yang mempunyai hubungan dengan waj ib pajak yang

diporikoa. Jadi ini pihak-pihak ini pihak ke tiga yang atau

disini

atas

permintaan Direktur Jenderal

Pajak,

pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta. Jadi tercakup usul PDI tadi, ini bisa sapaya jangan berulang. Jadi ini suatu penjelasan terhadap suatu keadaan sebenarnya, bahwa pihak-pihak itu wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta atas permintaan Dirjen Pajak. Baru di ayat

(2)

dalam hal-hal pihak-pihak itu terikat oleh kewajiban merahasiakan koma untuk keperluan pemeriksaan atau penyidikan pajak,· kewajiban merahasiaan tersebut ditiadakan oleh permintaan tertulis oleh Dirjen

Pajak, kecuali pihak itu adalah bank harus mendapat

persetujuan Menteri Keuangan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Disitu sebenarnya

ditampung usul dari FABRI tadi. Kalau sudah begitu bunyinya, itu lain

kita minta, bunyinya

begitu. Jadi

di

ayat

(2)

itu utuh dengan tadi sedikit perobahan supaya jangan berulang. Di

(32)

ayat (3) itu ·seluruhnya atas permintaan Dirjen Pajak harus dibuka kecuali terhadap bank harus mendapat perintah

tertu~is dari Menteri Keuangan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku yaitu rahasia bank. Jadi ini kalau bagini inilah yang dikehendaki sebenarnya, sehingga untuk melancarkan upaya peningkatan penerimaan pajak, dapat diimpormasikan dalam hal

ini,

masalah

ini

selama ini memang demikian sulit semua serba rahasia, jadi semua serba buntu. Kita barangkali kita perlu membandingkan apa yang kita dengar dari negara lain, bahwa disana itu rahasia itu tidak asa semua, termasuk bank, kita masiah, supaya jangan saling tabrakan dengan

UU

Perbankan, tetap disebut Menteri Keuangan disini. Jadi ini sekedar informasi saja, kalau tidak, tidak mungkin terbuka itu, mereka-mereka yang kita baca di harian, bahwa pungutan wajib pajaknya 10 tahun yang lalu, ternyata tidak beres, karena disana tidak ada rahasia untuk kepentingan perpajakan.

Jadi demikian barangkali sekedar keinginan, jadi tadi

dari PDI tadi

masalah

pengulangan sudah

terjawab.

Terus

ada

pertanyaan apa ada tindakan dari kantornya atau instansinya terhadap pegawai yang· bersangkutan, sedang yang bersangkutan itu melaksanakan UU, ini tentu ada pengaturan secara intern di kantor itu, masalah intern kantor itu, kalau kantor itu memang juga harus mengamankan pelaksanaan UU ini, pegawai yang ditujunya itu mesti mengikuti ini tanpa sanksi, tidak sembarang orang sudah ada pegawai tertentu sebagaimana halnya kalau kita memeriksa WP, itu pegawai yang berhadapan dengan petugas pemeriksa itu menceritakan semua keadaan dari pada perusahan itu tanpa ada sanksi, demikian juga dari pihak ketiga, kalau memang dia ditunjuk secara intern perusahan ata.u intansi itu tidak ada masalah, asal jangan orang lain, pegawai yang tidak ditunjuk.

Kira-kira ini pak yang bisa saya jelaskan.

KETUA :

Terima kasih, silahkan dari Fraksi-fraksi untuk memberikan tanggapan terhadap laporan pemerintah tadi, yang pertama dari.FKP. Silahkan.

(33)

FKP (DRS. TOMAS SUYATNO) :

Terima kasih, substansinya setuju, tetapi kami menunggu

perumusan lebih lanjut. Terima kasih.

KETUA :

Terirna kasih, FABRI.

FABRI (KARSONO) :

Terima kasih, seperti kami kemukakan tadi, sebetulnya

secara substansial bisa kami

terima~

cuma kami tadi usui

tentang pada ayat

(2)

ditambah kata sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Kalau tahu tidak komodir, saya.kira

kami

setuju, terima kasih.

KETUA :

Silahkan FPDI.

FPDI (SETYADJI LAWI, BA)

Terima kasih, jadi dari jawaban Pemerintah tadi bahwa

hal-hal yang menyangkut pegawai tersebut diatur tersendiri

intern dari pihak perusahaan itu atau kantor itu. Tegasnya

sekalipun

UU

ini mengatakan bahwa kerahasian terhadap apa

yang dia pegang itu ditiadakan dengan adanya Pasal

35

ayat

(2) ini tidak ada jaminan kepada pegawai itu tidak ditindak

berdasarkan UU yang mengatur dia bekerja.

Jadi yang ingin kami menanyakan sesungguhnya jaminan

kepada karyawan atau pegawai yang karena tugasnya

merahasiakan dari sektor dari bagian

UU

yang dia lakukan

yang dibacakan. Jadi jaminannya ini yang ingin kami

tanyakan.

Terima kasih.

KETUA

Terima kasih,

FPP.

FPP

{DRS. YUSUF SYAKIR)

Rasa-rasanya Pemerintah belum memberikan tanggapan kami

supaya baik akuntan publik, notaris, yang mempunyai

kedudukan istimewanya di lingkungan sistem kenegaraan kita,

itu diberi perhormatan yang setinggi-tingginya untuk menjaga

(34)

wibawa mereka itu dikalangan masyarakat dan karena itu untuk penjaga itu maka perintah itu jangan hanya datang dari Dirjen Pajak tapi dari Menteri Keuangan, karena posisi mereka itu. Itu yang kami mohonkan untuk dipertimbangkan kembali.

Terima kasih.

l<_ETUA :

Silahkan Pemerintah, jadi ada pertanyaan dari FPP yang belum terjawab dan juga mungkin ada rumusan untuk menyempurnakan terhadap usul dari Fraksi-fraksi tadi, kami persilahkan.

PEMERINTAH (DRS. ABRON!) :

Terima kasih pak, nanti mengenai pertanyaan dari FPDI tadi pak, mengenai notaris tadi tidak lain, sekarang sebagai informasi sebenarnya ada ketentuan dari Departemen Kehakiman, jadi ada suatu edaran bersama dengan Dirjen Pajak, bahwa notaris itu wajib memberikan keterangan tentang akte-akte yang dia buat kepada Dirjen Pajak. Ini sebenarnya sudah berjalan mulus aja tidak ada masalah. Jadi nampaknya kalau kita apa nam.~nya monsyaratkan tadi itu dan itu Dirjen Pd.j dk, kalau ki ta angkat lagi ke Menter i Keuangan ini kan masih, sayang ini sudah berjalan mulus pak, dan tadi memang konsep ini jadinya supaya jangan berbenturan dengan bank tadi hanya Menteri Keuangan saja yang bank bagiatu.

Selanjutnya Pak Mansury barangkali.

FPP (DRS. YUSUF SYAKIR)

Interupsi sebentar, jadi ada SKB atau suarat edaran bersama Menter i Kehakiman bersama Dir j en Pajak. To long ini kepada ditunjukkan apa antara Menteri Kehakiman dengan Menteri Keuangan, apa antara Manteri Kehakiman dengan Dirjen Pajak.

P.FME.Rl.NT/\J:LtDR& , __ . .AJJRQN.tl :

Dan ini sudah berjalan dua tahun dan ini berjalan mulus saja.

Referensi

Dokumen terkait

1) Manajemen Hotel Satriya Cottages Kuta Bali seharusnya meningkatkan materi yang diberikan pada saat pelatihan agar menunjang karyawan dalam mengerjakan

Prinsip metode ELISA untuk pemeriksaan prealbumin ini adalah Protein prealbumin pada sampel akan berikatan dengan anti-prealbumin yang telah dicoating pada permukaan

Tindakan pengisolasian dapat dilakukan denga cara melihat indikator pada lampu kartu jaringan tersebut jika kartu jaringan dalam kondisi yang atau bekerja baik

Keluarga d a n pasien akan meningkatkan pengetahuan mengen a i Penyebab, tanda dan gejala serta cara penularan serta penanganan resiko penyebaran infeksi

Adalah produk whitening yang mengandung bahan aktif yang kuat, yang berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Cara penggunaan produk tersebut adalah dengan

(Calderol) O : 50-100 mcg/hari Untuk penyakit tulang akibat ginjal kronik dan dialisis

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, karakteristik karkas, dan persentase kematian antara

8 JADWAL PEMBELAJARAN/KULIAH MINGGU KE CAPAIAN PEMBELAJARAN (Tujuan) BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) SUB BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) METODE PEMBELAJA RAN ALOKASI WAKTU