• Tidak ada hasil yang ditemukan

model pengembangan kurikulum.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "model pengembangan kurikulum.pdf"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

43

U

U

n

n

i

i

t-

t

-3

3

M

M

OD

O

DE

E

L

L

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

U

U

R

R

I

I

K

K

U

U

L

L

U

U

M

M

Selamat berjumpa lagi para mahasiswa ... ! Kali ini kita akan mengkaji unit tiga yaitu “Pendekatan Pengembangan Kurikulum”. Sebelumnya Anda sudah mempelajari dua unit, yaitu unit satu membahas tentang “Hakekat Kurikulum”, dan unit dua membahas tentang “Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum”.

Sebelum berlanjut pada pembahasan unit tiga, bagaimana dengan hasil mempelajari unit satu dan dua?, apakah ada kesulitan? bisa difahami ... ? Jika masih ada yang belum difahami sebaiknya coba ulangi lagi, karena unit satu dan dua memiliki hubungan dengan unit tiga yang akan dibahas berikut ini.

Adapun contoh model pengembangan kurikulum yang diterapkan pada lembaga pendidikan di Indonesia saat ini menganut pendekatan sentral-desentral. Untuk melaksanakan suatu pekerjaan terdapat beberapa pendekatan/model yang dapat ditempuh sehingga pekerjaan tersebut bisa dikerjakan dengan efektif dan efisien. Dari beberapa pendekatan/model sebagai alternatif biasanya dipilih jenis pendekatan/model yang dianggap paling baik, misalnya prosesnya bisa berjalan dengan lancar dan hasilnya maksimal.

Pendekatan/model pengembangan kurikulum merupakan suatu proses

atau prosedur kerja dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kurikulum. Terdapat beberapa pendekatan/model pengembangan kurikulum, antara lain: Model Ralph Tyler, Administratif, Grass Roots, Demosntrasi dll. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan, dan oleh karenanya setiap model bersifat alternatif.

Setelah mempelajari unit 3 di atas, Anda diharapkan dapat:

1. Menjelaskan minimal 3 pendekatan/model pengembangan kurikulum

2. Menganalisis pendekatan/model pengembangan kurikulum yang diterapkan pada jenjang pendidikan dasar (SD) di Indonesia

Selamat belajar, semoga sukses

(2)

44

Pendekatan Administratif dan Grass

Roots dalam Pengembangan

Kurikulum SD

Untuk memahami ketiga pendekatan/model pengembangan kurikulum di atas, terlebih dahulu silahkan perhatikan tiga anak panah berikut ini:

Setelah memperhatikan anak panah diatas, berdasarkan pada posisi/penunjuk ketiga anak panah tersebut, dan kemudian dikaitkan dengan pengembangan kurikulum kira-kira bisa ditafsirkan seperti apa ?

1. Anak panah 1: ... ... 2. Anak panah 2: ... ... URAIAN

1

2

3

S

S

u

u

b

b

u

u

n

n

i

i

t

t

3

3

.

.

1

1

(3)

45

3. Anak panah 3: ... ...

Ketiga anak panah di atas dimaksudkan untuk mempermudah Anda dalam memahmi tiga pendekatan atau model dalam mengembangkan kurikulum. Sebelum menjelaskan setiap pendekatan pengembangan kurikulum di atas, terlebih dahulu mari kita uraikan pengertian pendekatan/model pengembangan kurikulum itu sendiri. Setelah itu baru kita bahas satu persatu secara utuh dari ketiga pendekatan pengembangan kurikulum tersebut.

A. Hakekat Pendekatan/Model Pengembangan Kurikulum

Sebelum membahas satu persatu pendekatan/model pengembangan kurikulum, terlebih dahulu sangat penting difahami apa yang dimaksud dengan “Pendekatan/Model” terutama dikaitkan dengan pengembangan kurikulum. Hal ini penting, mengingat terdapat beberapa istilah lain yang sering dihubungkan dengan pendekatan dan model, yaitu seperti: metode, strategi, teknik. Dalam pembahasan ini tidak akan membahas secara terurai dari masing-masing istilah tersebut, tetapi untuk memperoleh gambaran umum terhadap makna semuanya secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu “cara”. Adapun yang membedakannya terletak pada ruang lingkup dan keluasan bidang garapannya.

Pendekatan merupakan suatu cara melaksanakan sesuatu kegiatan yang masih sangat umum dan masih memubutuhkan tindaklanjut dalam bentuk model, metode, strategi dan teknik. Adapun metode, strategi, dan teknik merupakan suatu cara melaksanakan sesuatu yang sudah sangat spesifik dan terukur.

Menurut kamus Bahasa Indonesia pendekatan adalah “Proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu” Dikaitkan dengan pengembangan kurikulum memiliki arti sebagai suatu proses, metode atau cara yang ditempuh oleh para pengembang kurikulum untuk menghasilkan suatu

(4)

46

kurikulum yang akan dijadikan pedoman pendidikan/pembelajatan. Adapun Model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.

Sekarang mari kita kaji pengertian pendekatan/model di atas dihubungkan dengan Pendekatan/Model Pengembangan Kurikulum. Menurut tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran dijelaskan bahwa pendekatan/model pengembangan kurikulum adalah merupakan”Prosedur umum dalam kegiatan mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum” (Tim Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009).

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pendekatan pengembangan kurikulum merupakan prosedur sistematis yang ditempuh dalam menyusun kurikulum. Secara operasional langkah atau prosedur pengembangan kurikulum tersebut meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: pertama mendesain, kedua melaksanakan, dan ketiga mengevaluasi kurikulum.

Dalam buku yang sudah ditulis terdahulu “Pengembangan Kurikulum SD”, secara terperinci telah dikemukakan dan dibahas jenis-jenis pendekatan/model pengembangan kurikulum seperti: Model Zais, Adminsitrasi, Grass Roots, Terbalik, Pemecahan Masalah dan model Rogers. Setiap model masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu sifatnya merupakan pilihan (alternatif), dan setelah mempertimbangkan keterkaitan dengan berbagai aspek, kemudian bisa diputuskan pendekatan atau model pengembangan kurikulum mana yang akan ditempuh.

Berdasarkan pada orientasi sasaran yang ingin dihasilkan dari pengembangan kurikulum, selain menggunakan pendekatan/model yang telah disebut di atas, pendekatan pengembangan kurikulum fokusnya ada yang berorientasi pada kompetensi, mata pelajaran, rekonstruksi sosial,

(5)

47

teknologis, dan lain sebagainya. Sesuai dengan fungsinya bahan ajar yang dikembangkan ini adalah merupakan suplemen terhadap bahan ajar yang sudah disusun sebelumnya, maka pengayaan pembahasan hanya difokuskan pada tiga pendekatan/model pengembangan kurikulum saja. Dua pendekatan (Administratif dan Grass Roots) merupakan pengayaan dan perluasan terhadap pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, sedangkan satu pendekatan lagi (sentral dan de-sentral?) merupakan tambahan, karena belum dibahas pada buku yang sudah disusun sebelumnya.

B. Pedekatan Administratif VS Grass roots dalam Pengembangan Kurikulum

Dalam prakteknya kedua pendekatan ini (Administratif dan Grass Roots) tidak harus dipertentangkan, dan akan lebih bijak jika keduanya dijadikan model pengembangan kurikulum yang saling melengkapi. Akan tetapi untuk mempermudah Anda dalam memahami terhadap kedua pendekatan di atas, secara terperinci kita bahas satu persatu.

1. Pendekatan Administratif

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengembangan kurikulum model Administratif, antara lain yaitu: top down approach dan

line staf procedure. Semuanya memiliki arti yang sama yaitu suatu

pendekatan atau prosedur pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan.

Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model administratif ini menempuh beberapa langkah sebagai berikut: pertama Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan maupun strategi (naskah akademik); kedua Analisis kebutuhan; ketiga secara operasional mulai

Tim Penyusun Tingkat Pusat

(6)

48

merumuskan kurikulum secara komprehensif; keempat kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan cara melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah (tenaga ahli); kelima revisi berdasarkan pada masukan yang diperoleh; keenam sosialisasi dan desiminasi dan; ketujuh monitoring dan evaluasi.

Lebih jelas tahap-tahap pengembangan kurikulum tersebut di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar. 3. 01

2. Pendekatan Grass Roots

Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan Adminidtratif. Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah (sekolah/guru). Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah/guru, di mana kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.

Pengembangan Naskah Akademik Analisis Kebutuhan Pengembangan Draft Kurikulum Sosialisasi & Desiminasi Uji Coba/Vaildasi Revisi Monitoring & Evaluasi

(7)

49

Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini diperlukan kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah antara lain yaitu.

a. Sekolah/guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum yang sedang berjalan

b. Sekolah/guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki

c. Sekolah/guru secara terus menerus terlibat dalam proses pengembangan kurikulum

d. Sekolah/guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima masukan-masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis operasional bisa dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), maupun pengembangan hanya terhadap aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan untuk satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi serta tujuan, dan lain sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud

pengembangan kurikulum baik dengan pendekatan top down approach maupun grass roots approach

secara teknis bisa pengembangan terhadap

kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan

SEKOLAH/ GURU Pemerintah

(8)

50

kebutuhan. Adapun perbedaan yang sangat mendasar bahwa pendekatan

grass roots, inisiatif perbaikan dan penyempurnaan muncul dari arus bawah (sekolah/guru) seperti tertera pada tanda panah disamping ini.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan ketika mengembangkan kurikulum dengan menggunakan pendekatan grass roots pada dasarnya

sama dengan langkah-langkah pendekatan administratif approach

(administratif top down sedangkan grassroot bottom up, yaitu seperti bagan berikut:

Gambar. 3. 02

Setelah Anda mempelajari pembahasan topik tentang pendekatan Administratif dan Grass roots dalam pengembangan kurikulum, berikut ini dikemukakan satu tugas untuk menganalisis.

1. Kelebihan dan kekurangan pendekatan Administratif dalam pengembangan kurikulum SD

2. Kelebihan dan kekurangan pendekatan Grass roots dalam pengembangan kurikulum SD Implementasi & Monev Legalisasi Revisi Pengembangan Naskah akademik Uji Coba/Vaildasi Pengembangan draft Kurikulum Sekolah/guru (identifikasi masalah) LATIHAN

(9)

51

Untuk membantu Anda menganalisis terhadap kedua pertanyaan tersebut di atas, sekilas bisa dicermati dari pengertian dan prosedur dari kedua pendekatan tersebut. Pertama pendekatan Adminsitratif yairu suatu proses pendekatan pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, sesuatunya ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk kemudian dilaksanakan oleh pihak sekolah; kedua pendekatan Grass roots kebalikan dari pendekatan pertama yaitu inisiatif pengembangan kurikulum mucul dari pihak bawah (sekolah/ guru).

PETUNJUK PENGERJAAN LATIHAN

RANGKUMAN

 Setiap kurikulum dikembangkan berdasarkan pada suatu pendekatan / model tertentu. Adapun yang dimaksud dengan Pendekatan/model pengembangan kurikulum adalah merupakan ”Prosedur umum dalam kegiatan mendesain (designing),

menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum”

 Secara umum dibedakan atas dua pendekatan pengembangan kurikulum, yaitu pendekatan adminstratif yang merupakan pendekatan pengembangan sentralisasi; kedua pendekatan Grass roots yaitu pendekatan pengembangan yang muncul atas prakarsa dari bawah

 Dalam pengembangan kurikulum, pendekatan model apapun yang digunakan, secara prosedural menempuh tahapan: identifikasi masalah / kebutuhan, pengembangan naskah akademik, pengembangan draft kurikulum, uji coba / validasi, revisi,

(10)

52

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf yang dianggap paling tepat.

1. Suatu pola yang masih bersifat umum dan memerlukan tindak lanjut dengan cara yang lebih spesifik dan operasional, disebut…

A. Model C. Strategi

B. Pendekatan D. Metode

2. Suatu prosedur umum mendesain, menerapkan, dan megevaluasi kurikulum, lebih tepat dikategorikan sebagai…

A. Pendekatan/model pengembangan kurikulum B. Strategi pengembangan kurikulum

C. Teknik pengembangan kurikulum D. Metode pengembangan kurikulum

3. Secara operasional prosedur pengembangan kurikulum menempuh tiga kegiatan utama, yaitu…

A. Mendesain, menerapkan, mengevaluasi

B. Mendesain, sosialisasi, monitoring dan evaluasi C. Mendesain, uji coba, monitoring dan evaluasi D. Mendesain, distribusi, monitoring dan evaluasi

4. Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah (sentralisasi) untuk diterapkan oleh pihak sekolah, disebut jenis pendekatan…

A. Grass roots approach C. Administratif approach B. Sentral de-sentral D. Top down approach

5. Langkah-langkah pengembangan kurikulum Adminsitratif approach adalah sebagai berikut…

A. Analisis kebutuhan – merumuskan naskah akademik – merumuskan draft kurikulum – uji coba – revisi - Monev

B. Analisis kebutuhan – Merumuskan draft kurikulum– merumuskan naskah akademik – uji coba – revisi – Monev

(11)

53

C. Merumuskan naskah akademik – Analisis kebutuhan – merumuskan draft kurikulum – uji coba – revisi – Monev

D. Merumuskan naskah akademik – Analisis kebutuhan– merumuskan draft kurikulum – uji coba – revisi - Monev

6. Pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif sekolah (bawah) untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan kurikulum, disebut jenis pendekatan…

A. Grass roots approach C. Administratif approach B. Sentral de-sentral D. Top down approach

7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam pengembangannya menganut jenis pendekatan/model pengembangan kurikulum…

A. Sentral de-sentral C. Top down approach B. Grass roots approach D. Administratif approach

8. Itsilah lain yang sering digunakan untuk jenis pendekatan Adminsitratif approach dalam pengembanagn kurikulum adalah…

A. Top down approach dan Bottom up approach B. Top down approach dan Line Staf Procedure C. Line staf procedur dan grass roots approach D. Line staf procedur dan bootom up approach

9. Manakah pernyataan berikut yang tidak termasuk prinsip untuk pengembangan kurikulum model Grass roots approach adalah…

A. Pemerintah (pusat) aktif melakukan eksperimen pengembangan B. Sekolah/guru bersifat kritis menyikapi kurikulum yang berjalan C. Sekolah/guru memiliki ide-ide inovatif pengembangan kurikulum D. Sekolah/guru terus menerus terlibat dalam proses pengembangan

10. Menurut anda pendekatan apa yang lebih mudah untuk menghasilkan kurikulum yang seragam untuk seluruh wilayah Republik Indonesia…

A. Grass roots approach C. Sentral de-sentral approach B. Bottom up approach D. Administratif approach

(12)

54

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat Penguasaan = x 100

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100 % = Baik sekali

80 – 89 % = Baik 70 – 79 % = Cukup

(13)

55

Pendekatan Sentral-Desentral

dalam Pengembangan Kurikulum

SD

A. Pendekatan Sentral-desentral

Agar Anda dengan mudah dapat memahami pendekatan pengembangan kurikulum sentral de-sentral, terlebih dahulu harus melihat kembali dua pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya yaitu pendekatan “Administratif dan Bottom–up approach”. Kedua pendekatan tersebut merupakan proses pengembangan kurikulum yang sangat kontradiktif, dimana pendekatan administratif merupakan proses pengembangan kurikulum dari atas ke bawah (sentralisasi), sedangkan pendekatan Bottom-up kebalikannya yaitu proses pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh para pelaksana (guru/sekolah) di lapangan.

Adapun pendekatan sentral de-sentral merupakan proses pengembangan kurikulum yang menggabungkan kedua pendekatan tersebut di atas, yaitu menyatukan pendekatan administratif dan pendekatan grass roots. Dengan demikian dalam pendekatan sentral de-sentral antara pemerintah di pusat sebagai pemilik kebijakan bekerjasama dengan pihak di bawah (sekolah, guru dan para stakeholder), sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing berkolaborasi mengembangkan kurikulum (merancang, melaksanakan, mengontrol).

Pendekatan sentral de-sentral dapat menjadi solusi alternatif untuk memperkecil permasalahan-permasalahan yang ditempuh melalui

S

(14)

56

pendekatan administratif maupun grass roots. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, manajemen kurikulum sentralistik (Administrtaif) mempunyai beberapa kelbihan di samping kekurangan atau kelemahan. Kelemahannya antara lain: 1) kurikulum sentralistik tidak dapat mengakomodasi seluruh keragaman wilayah suatu negara, 2) pemahaman kurikulum nasional oleh seluruh wilayah tanah air memerlukan waktu yang relatif lama, 3) penerapan kurikulum sentralisasi oleh wilayah yang sangat luas akan menghadapi banyak hambatan dan kemungkinan penyimpangan.

Demikian juga model manajemen pengembangan kurikulum grass roots (desentralistik) disamping terdapat beberapa kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, kelemahannya antara lain: 1) tidak semua guru dan tenaga kependidikan memiliki keahlian atau kecakapan dalam mengembangkan kurikulum, 2) kurikulum yang bersifat lokal kemingkinan lulusannya kurang memiliki daya saing secara nasional, 3) desain kurikulum sangat beragam, sehingga berdampak pada kesulitan melakukan pengawasan, dan 4) perpindahan siswa dari satu sekolah/daerah ke daerah lain akan menimbulkan kesulitan.

Pendekatan sentral-desentral sebagai pola yang menggabungkan kedua model (terpusat dan arus bawah), secara teknis masih bisa dilakukan secara bervariasi. Artinya apakah masih lebih banyak muatan ke pusat atau ke bawah, atau mungkin setengah-setengah.

Menurut Kemp dalam Brady (1990) pendekatan pengembangan kurikulum harus dilihat dalam suatu kontinum “at one extrime is center-based

or top down curricumum development in which the curriculum is determined by the centre, and there is little autonomy for school. At the other extreme is the bottom-up or school-based curriculum, developed entirely by individual school”.

Pendapat Kemp tersebut menegaskan bahwa pengembangan kurikulum bisa bervariasi yaitu bisa seluruhnya atau sebagian dikembangkan oleh pusat

(15)

57

dan sebagian lagi oleh daerah. Oleh karena itu mengingat pola yang dikembangkan ini menggabungkan keduanya (pusat dan daerah), maka pendekatannya disebut dengan manajmen pengembangan sentral-desentral.

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi penduduk sangat banyak dan tersebar di wilayah yang sangat luas meliputi 33 provinsi terbentang dari Sabang sampai Merauke, sudah mengalami beberapa kali penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan bekenaan dengan isi kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya. Penyempurnaan lainnya berkenaan dengan kebijakan pendekatan pengembangan kurikulum, dimana selama masa orde baru kurang lebih 30 tahun segala tatanan kehidupan selalu berorientasi ke pusat (sentralisasi), tak ketinggalan juga dengan manajemen pengembangan kurikulum.

Setelah kekuatan orde baru berahir dan munculah orde reformasi, dimana dampak dari reformasi tersebut antara lain munculnya kekuatan daerah lokal, termasuk keinginan kuat untuk memberikan masukan dan berperan terhadap pengembangan program pendidikan (kurikulum). Terkait dengan perkembangan politik yang mempengaruhi terhadap berbagai tatanan kehidupan termasuk kebijakan dalam program pendidikan, pemerintah mengeluarkan Permen Diknas no. 24 tahun 2006 yaitu manajemen pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dengan demikian sejak keluarnya Permen tersebut di atas secara resmi Indonesia menerapkan manajemen pengembangan kurikulum berbasis sekolah (School based curriculum development) atau istilah yang digunakan di Indonesia yaitu KTSP. Model manajemen pengembangan kurikulum berbasis sekolah, bukan berarti seluruh kebijkan, isi, proses, dan evaluasi kurikulum

(16)

58

dilakukan oleh pihak sekolah sendiri, akan tetapi ada sebagian yang menjadi tugas dan wewenang serta tanggung jawab sekolah, dan ada sebagian yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah (pusat).

Standar kompetensi lulusan, standar kompetensi, kompetensi dasar, kerangka dasar dan struktur kurikulum disusun secara terpusat oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), dan penjabarannya seperti membuat silabus, program pembelajaran tahunan atau semester, satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dan perangkat kurikulum-pembelajaran lainnya dikembangkan oleh sekolah.

Dengan adanya pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab dalam mengembangkan KTSP, dan dihudungkan dengan hakekat dua model/pendekatan yang telah dibahas sebelumnya yaitu administratif dan grass roots, maka manajemen KTSP menganut kedua pendekatan tersebut atau bisa dikategorikan ke dalam pendekatan sentral-desentral.

Sehubungan dengan pendekatan sentral de-sentral tersebut, coba kemukakan jenis kegiatan yang menjadi wewenang pusat, dan jenis kegiatan yang menjadi wewenang daerah (sekolah) dalam tabel berikut ini.

Wewenang pusat (Sentraliasi) Wewenang daerah (sekolah) LATIHAN

(17)

59

Untuk mengerjakan latihan di atas Anda tinggal mengemukakan jenis-jenis kegiatan yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan jenis-jenis kegiatan yang menjadi wewenang daerah (sekolah) ketika mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf yang dianggap paling tepat.

RANGKUMAN

TES FORMATIF

PETUNJUK PENGERJAAN LATIHAN

 Sentral de-sentral adalah merupakan pendekatan pengembangan kurikulum selain dari dua pendekatan yang telah dibahas dalam unit 3.1 sebelumnya. (apa esensinya?, sebaiknya digabung dgn poin berikutnya)

 Pendekatan sentral de-sentral merupakan pendekatan

pengembangan kurikulum yang memadukan antara yang menjadi wewenang pusat dan wewenang daerah (sekolah) secara

terintegrasi

 Pendekatan pengembangan kurikulum SD yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah menganut pendekatan sentral de-sentral  Penerapan pendekatan sentral de-sentral tersebut bisa dilihat dari perpaduan antara wewenang pemerintah pusat yaitu menetapkan SKL, SI, SK, dan KD; Adapun jenis kegiatan yang menjadi wewenang daerah (sekolah) adalah menetapkan indikator, pengembangan materi, metode, media, pengembangan evaluasi, dan

(18)

60

1. Istilah yang sering digunakan untuk pendekatan pengembangan kurikulum yang dilakukan dari atas ke bawah ialah ...

A. Bootom up approach C. Grass root approach B. Top down approach D. Personality approach

2. Pendekatan pengembangan kurikulum yang menggabungkan antara sentralisasi dan desentralisasi disebut ...

A. Sentral de-sentral C. Top down approach

B. De-sentral sentralisasi D. Desentraliasi

3. Pendekatan pengembangan kurikulum yang dilakukan dari bawah ke atas disebut ...

A. Top down approach C. Bootom up approach B. Personality approach D. Sentral de-sentral

4. Kegiatan pengembangan kurikulum yang dilakukan sentral de-sentral meliputi tiga kegiatan yaitu ...

A. Merancang – melaksanakan – mengontrol B. Merancang – melaskanakan – merevisi C. Merancang – monitoring – evaluasi D. Merancang – mengendalikan - merevisi

5. Menurut Nana Syaodih beberapa kekurangan model pendekatan sentralistik yaitu, antara lain, kecuali ...

A. Tidak dapat mengakomodasi seluruh keragaman wilayah

B. Sosialisasi dan desiminasinya tidak akan sampai ketempat pelosok C. Pemahaman kurikulum nasional memerlukan waktu yang lama

D. Penerapan kurikulum sentraliasi kemungkinan terjadinya penyimpangan 6. Kelemahan pendekatan pengembangan kurikulum grass root yaitu, kecuali

...

A. Tidak semua sekolah memiliki tenaga ahli

B. Lulusan dari kurikulum lokal kemungkinan kurang bisa bersaing C. Resistensi atau enolakan dari pusat (sentraliasi) akan semakin kuat D. Perpindahan siswa dari lokasi ke lokasi lain akan mengalami kesulitan 7. Setelah sekian lama menganut sistem pengembangan kurikulum sentraliasi,

kini pemerintah menetapkan kebijakan dengan penerapan KTSP, yaitu dengan terbitnya peraturan ...

A. Permen diknas no. 25 tahun 2006 C. Permen diknas no 24 tahun 2006 B. PP no. 19 tahun 2005 D. Permen diknas no. 22 tahun 2006

(19)

61

8. Istilah lain untuk model manajmen kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ialah ...

A. School based curriculum activity B. School based curriculum development C. School based curiculum reality

D. School based curriculum integrity

9. Jenis kewenangan yang dilakukan oleh daerah / sekolah dalam pengembangan KTSP yaitu aspek ...

A. Standar kompetensi dan kompetensi dasar B. Standar kompetensi lulusan dan standar isi C. Indikator dan pengembangan alat evaluasi D. Indikator dan standar kompetensi

10. Jenis kewenangan pusat dalam pengembangan KTSP yaitu berkenaan dengan aspek

A. Standar kompetensi lulusan dan standar isi B. Kompetensi dasar dan indikator

C. Standar kompetensi dan pengembangan alat evaluasi D. Standar isi dan indikator pembelajaran

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat Penguasaan = x 100

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100 % = Baik sekali

80 – 89 % = Baik 70 – 79 % = Cukup

(20)

62

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kemp. 1985. Planning and Producing Instructional Media, Fifth Edition. New York: Harper &Row Publisher.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. 1982. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah;

Sebuah Pengantar Teoretis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE.

Sukmadinata,

Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Model : pola-pola yang dipakai dalam mengembangkan kurikulum Administratif : model pengembangan kurikulum yang dilakukan secara

terpusat

Grass Root : model pengembangan kurikulum yang dilakukan dari bawah

DAFTAR PUSTAKA

(21)

63

Central-Desentral : model pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan administrative dan grass root

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu model manajemen yang dikembangkan oleh satuan pendidikan

(22)

64 KUNCI JAWABAN Subunit 3.1 1. B 2. A 3. A 4. D 5. A 6. A 7. A 8. B 9. A 10. D Subunit 3.2 1. B 2. A 3. C 4. A 5. D 6. C 7. C 8. B 9. C 10. A

Referensi

Dokumen terkait

Bab keempat terdiri dari konsep kebahagiaan dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat yang meliputi pengertian kebahagiaan, sumber kebahagiaan, jenis kebahagiaan,

Communications Receivers • Squelch - disables the receiver audio in the absence of a signal • Noise limiters typically use a diode limiter or clipper in the audio. section of

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi- square diperoleh nilai p value = 1,000 lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bah - wa tidak ada

Widdiharto, Rachmadi, Model-Model Pembelajaran SMP, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika, 2004.. Widyantini,

atau dalam luasan area yang cukup luas sehingga wilayah Dusun Pancuran masih.. memiliki satu kriteria yang sama menyangkut tentang aspek keamanan

Gambar 15 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014. Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan

Di wilayah Puskesmas Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang, hasil penelitian menunjuk- kan bahwa proporsi status gizi kurang pada balita sebesar 52,1% dan ada hubungan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif pada Pelajaran IPA Siswa Kelas VII Semester 1 SMP PGRI 1 Ngraho Bojonegoro,