• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO JAHE

DI DESA RAJA TENGAH KABUPATEN LANGKAT, DAN

BIOGRAFI RINGKAS LAPE SITEPU SEBAGAI

SENIMAN MUSIK TRADISIONAL GENDANG GALANG

LANGKAT

2.1 Sejarah Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan di mana wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah aliran anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah sungai lainnya di antara kedua sungai ini yaitu Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia. Sungai Batang Serangan ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian menjadi Sungai Langkat. Kedua sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala langkat dan Tapak Kuda.

Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari nama sejenis pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan “pohon langkat”. Dahulu kala pohon langkat banyak tumbuh di sekitar Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang sudah langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat kerajaan Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya populer dengan nama Kerajaan Langkat.

Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan tambo Langkat mengatakan bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang terjauh diketahui ialah Dewa Syahdan yang hidup kira-kira tahun 1500 sampai 1580.

(2)

sampai 1612. Dewa Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama Marhum Guri. Selanjutnya tambo Langkat mengatakan bahwa yang

menggantikan Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673).

Raja Kahar adalah pendiri Kerajaan Langkat dan berzetel di Kota Dalam, daerah antara Stabat dengan Kampung Inai kira-kira pertengahan abad ke-18. Berpedoman kepada tradisi dan kebiasaan masyarakat Melayu Langkat, maka dapatlah ditetapkan kapan Raja Kahar mendirikan Kota Dalam yang merupakan cikal bakal Kerajaan Langkat kemudian hari. Setelah menelusuri beberapa sumber dan dilakukan perhitungan, maka Raja Kahar

mendirikan kerajaannya bertepatan tanggal 12 Rabiul Awal 1163 H, atau tanggal 17 Januari 1750. Perkembangan selanjutnya Kota Binjai pernah jadi Ibu kota Kabupaten Langkat hingga pada saat ini Kabupaten Langkat beribukota Stabat, dan berdasarkan Perda Nomor 11 tahun 1995 telah ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Langkat 17 Januari 1750, dengan Motto : ”Bersatu Sekata Berpadu Berjaya”.

2.2 Gambaran Umum Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Jarak rata-ratanya dari Kota Medan sekitar 60 km ke arah barat laut, dan berbatasan langsung dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kabupaten Langkat beribukota di Stabat.

Wilayah Kabupaten Langkat terletak pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan 97°52’ - 98°45’ BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Propinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

(3)

d. Sebeleh timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Luas keseluruhan Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km² atau 626.329 Ha.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, secara administratif terdapat dua puluh tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat .

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat : 1. Kecamatan Kuala

2. Kecamatan Sei Bingai 3. Kecamatan Salapian 4. Kecamatan Bahorok 5. Kecamatan Serapit 6. Kecamatan Kutambaru 7. Kecamatan Selesai 8. Kecamatan Binjai : 9. Kecamatan Stabat 10. Kecamatan Wampu 11. Kecamatan Secanggang 12. Kecamatan Hinai

13. Kecamatan Padang Tualang 14. Kecamatan Batang Serangan 15. Kecamatan Sawit Seberang 16. Kecamatan Tanjung Pura : 17. Kecamatan Babalan 18. Kecamatan Gebang 19. Kecamatan Brandan Barat

(4)

20. Kecamatan Sei Lepan 21. Kecamatan Pangkalan Susu 22. Kecamatan Besitang

23. Kecamatan Pematang Jaya .

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Melayu (70,87 persen), diikuti dengan suku Jawa (9,93 persen), Karo (7,22 persen), Tapanuli/ Toba (2 persen), Madina (2 persen) dan lainnya (5,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen 7,56 persen), Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).

2.2.1 Letak Lokasi Penelitian Desa Raja Tengah

berbatasan dengan:

merupakan tempat tinggal dari bapak Lape Sitepu, di lokasi tersebutlah beliau membuka bengkel instrumennya dan hidup dengan keluarganya, tepatnya di Dusun Nangka Lima, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai Desa Raja Tengah. Desa Raja tengah memiliki luas wilayah 258 km².

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Baru • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Menjahong • Sebelah Barat berbatasan dengan Dalan Naman

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei

Bahasa karo jahe adalah bahasa yang dipergunakan masyarakat Nangka lima sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar rumah dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa karo yang digunakan sudah dipengaruhi 2.3 Bahasa

(5)

Melayu . Peranan bahasa karo jahe menunjukkan keberadaanya di tangah-tengah masyarakat, di sekolah, upacara adat istiadat dan upacara agama.

2.4 Sistem Kekerabatan

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo Jahe atau sering disebut Daliken Sitelu atau Rakut Sitelu.

Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu tungku, Si = yang, Telu = tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep nggeluh (kelengkapan hidup).

Unsur Daliken Sitelu ini adalah 1. Kalimbubu

2. Sembuyak/Senina 3. Anak Beru

Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik

sebagai kalimbubu,senina/sembuyak, anakberu, tergantung pada situasi dan kondisi saat itu. 1. Kalimbubu

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah(Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela.

Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan,

(6)

pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain.

Oleh Darwan Prints, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-undang. Kalimbubu dapat dibagi atas dua yaitu Kalimbubu berdasarkan tutur dan kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan).

1.Kalimbubu berdasarkan tutur

o Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah kelompok keluarga pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai keluarga pemberi anak dara awal dari keluarga itu. Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi dara sekurang-kurangnya tiga generasi.

o Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut mendirikan kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan diwariskan secara turun temurun. Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga. Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah Karo.

2. Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)

Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita terhadap generasi ayah, atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego (paman kandung ego).

(Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)

o Kalimbubu I Perdemui atau (kalimbubu si erkimbang), adalah pihak

kelompok dari mertua ego. Dalam bahasa yang populer adalah bapak mertua berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si pemberi

(7)

wanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena dan Kalimbubu Si Mada Dareh.

o Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak subclan pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana pihak subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.

o Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur senina darikalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya berada pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru bicara bagi kelompok subclan kalimbubu ego.

o Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen, sepengalon (akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya) pemilik pesta.

Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo :

o Dihormati oleh anakberunya

o Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya Tugas dan kewajiban dari kalimbubu :

o Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya

o Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling berselisih

o Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga

o Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di dalam acara-acara adat

o Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari sebuah

(8)

anggota anakberunya yang meninggal, yang menerima seperti ini disebut Kalimbubu Simada Dareh.

Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah pun mempunyai kalimbubu, minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudian bila ego (pria) menikah berdasarkan adat Karo, dia mendapat kalimbubu si erkimbang.

2. Senina/Sembuyak

Hubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :

o Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena satu clan (merga).

o Senina berdasarkan kekerabatan :

o Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara.

o Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka saling

bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru (clan) ibu) yang sama.

o Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena pemberi wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu subclan (beru) istri mereka sama. Tetapi dibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan istri. Dalam musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidak diminta.

o Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina karena suami mereka sesubclan (bersembuyak).

Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah sebagai

(9)

sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.

Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.

Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung. Satu subclan sama dengan saudara kandung.

Sembuyak dapat dibagi dua bagian :

1. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen (merga).

2. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:

o Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.

o Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.

o Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

3. Anak Beru

Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri. Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan.

(10)

Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut.

Anakberu dapat dibagi atas 2: 1. Anakberu berdasarkan tutur :

o Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus

minimal tiga generasi.

o Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah kampung selesai didirikan.

2. Anakberu berdasarkan kekerabatan :

o Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang

simpanankalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.

o Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan jalinan keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang. Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak mertuanya. Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.

o Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah maupun

(11)

ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi dukungan kepadakalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat.

o Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri, fungsinya memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi dukungan tenaga yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain :

o Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.

o Menyiapkan hidangan pada pesta.

o Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

o Menanggulangi sementara semua biaya pesta.

o Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga dan mengetahui harta benda kalimbubunya.

o Menjadwal pertemuan keluarga.

o Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya berduka cita.

o Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian adat) bagi kalimbubunya.

o Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya, Anakberu berhak untuk :

o Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak berhak menolak.

(12)

o Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia. Warisan ini berupa barang dan disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau, pakaian almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan.

Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya pihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan :

o Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepada anakberunya.

o Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena

pihak kalimbubu adalah pendiri kampung, mereka mempunyai hutan sendiri di sekeliling desanya).

o Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat hubungan kekerabatan yang sudah terjalin.

o Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu misalnya pada waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.

o Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat) bagi anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan anakberunya. Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepadaanakberunya adalah :

o Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak. Maksudnya, bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka yang berada di depan sebagai pengaman jalan dan sebagai perisai dari bahaya adalah pihakanakberu. Dalam bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.

o Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat transportasi hanya kuda, untuk membawa barang-barang atau untuk menyampaikan informasi dari satu desa ke desa lain, dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalah alat

(13)

membawa barang-barang yang diperlukan pihak kalimbubunya atau untuk menyampaikan berita tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi kewibawaan martabatkalimbubunya.

o Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaan adat pisau tajam dipergunakan untuk memotong daging atau kayu api atau untuk mendirikan teratak tempat berkumpul. Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian agar tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikankalimbubunya. Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau dari pihak kalimbubu yang meninggal dunia diserahkan kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh,

pemberiannya bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap dilanjutkan oleh penerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-acara adat di dalam

keluarga kalimbubu, anakberulah yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas tersebut, mulai dari menyediakan makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis pekerjaan di atas, dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun, maka anakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggap tercela di mata masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadi sesuatu bencana di dalam lingkungan keluarga dari anakberuyang melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai kutukan dari arwah nenek moyang mereka yang tetap melindungi kalimbubu.

Mata pencaharian masyarakat Karo Jahe sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja.

2.5 Mata Pencaharian

Banyak warga Karo Jahe yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS (pegawai negeri sipil), guru, pegawai swasta, dan lain-lain.

Dari hasil wawancara dengan bapak Lape Sitepu, bahwa beliau selain sebagai seorang seniman juga sebagai seorang pekerja bangunan dan petani. Diakui oleh beliau, penghasilan

(14)

menjadi seorang pemusik di Kabupaten Langkat tidaklah mencukupi jika dibanding dengan kebutuhan hidup saat ini, sehingga dengan dibantu penjualan instrumen musik yang dilakukannya sedikit mampu meringankan beban ekonomi keluarganya.

2.6 Sistem Kesenian

Dalam musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam ansambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan.

Pada masyarakat Karo Jahe terdapat ensambel musik tradisional, yaitu ansambel gendang Binge. Selain itu ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara tunggal.

2.6.1 Ensambel Gendang Binge

Beberapa instrumen yang terdapat dalam ansambel gendang Binge adalah sebagai berikut:

1. Sarune, kelompok aerophone yang memiliki reed tunggal (single reed) dimainkan dengan meniup terus menerus.

2. Gendang Galang, kelompok membranofone klasifikasi frame drum 3. Gendang Kitik, kelompok membranofone klasifikasi frame drum 4. Gung, instrumen idiophone sebagai pembawa tempo (ketukan dasar). 2.7 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji

(15)

informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d)

(16)

Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko, atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs:

(www.infoplease.com/homework/wsbiography.html). 2.8 Alasan Dipilihnya Lape Sitepu

Dalam tulisan ini, penulis memilih Lape Sitepu sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah: (a) Beliau adalah satu-satunya orang yang dapat membuat gendang galang yang merupakan alat musik tradisional Karo Jahe; (b) Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Karo Jahe dengan sangat baik; (c) Gendang galang hasil buatan Lape Sitepu banyak dipakai oleh

(17)

hasil karya beliau juga dikirim ke daerah-daerah lainnya seperti Bukit Lawang, Langkat, Batang Serangan, Tanjung Pura, maupun dari tanah Karo sendiri. (e) pengalaman beliau yang merupakan anak dari pembuat gendang galang pertama sekali yang membuat Lape Sitepu menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Karo Jahe.

Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan Lape Sitepu dan juga dari sudara-saudara, dan rekan-rekan. Peranan dan pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan kepada instrumen musik gendang buatan beliau.

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Karo Jahe, dalam hal ini gendang galang adalah salah satu instrumen musik tradisional Karo Jahe dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat Karo Jahe mengenai bentuk instrumen musik tradisional Karo Jahe yang dibuat oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada instrumen gendang galang, bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain. 2.9 Biografi Lape Sitepu

Biografi Lape Sitepu yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tanggapan masyarakat khususnya para masyarakat di Langkat mengenai keberadaan Lape Sitepu, khususnya mengenai gendang galang buatan beliau tersebut.

2.9.1 Latar Belakang Keluarga

Lape Sitepu lahir di desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat pada tanggal 10 Oktober 1955, anak dari ayah bapak T. Sitepu dan ibu T. Ginting. Lape lahir dari

(18)

keluarga seniman musik tradisional Karo Jahe, dimana ayah beliau bapak T Sitepu adalah seorang pemusik dan pembuat alat musik tradisional Karo Jahe yang terkenal se Langkat. Latar belakang keluarga yang sedemikian rupa membuat Lape sudah sangat akrab dengan musik tradisional Karo Jahe, baik dalam memainkan instrumen dan juga pembuatannya.

Profesi keseharian ayah beliau yang adalah pemain sekaligus pembuat instrumen musik tradisional Karo Jahe, sering juga membuat Lape sering terlibat membantu ayahnya dalam membuat alat musik juga dalam bermain musik, hal tersebutlah yang membuat Lape menjadi sangat akrab dengan musik tradisional Karo Jahe dan menguasai banyak permainan instrumen musik tradisional juga proses pembuatan nya.

Lape Sitepu merupakan anak pertama dari 4 bersaudara masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Lape Sitepu ( pembuat gendang, laki – laki ) 2. Nor Sitepu ( perempuan )

3. Hemat Sitepu ( Laki – Laki ) 4. Sedia Sitepu ( Laki – Laki )

2.9.2 Latar Belakang Pendidikan

Lape Sitepu hanya sempat menginjakkan dirinya di bangku SD di desa Raja tengah pada Tahun 1961 dan itupun hanya kelas 1 SD saja. Setelah itu dia tidak melanjutkan pendidikan apapun karena terkendala di biaya.

2.9.3 Berumah Tangga

(19)

1. Pirak Sitepu (anak sulung, laki-laki) 2. Carina Sitepu (perempuan)

3. Lusiana Sitepu (perempuan)

Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai tukang bangunan dan sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Karo Jahe khususnya gendang galang di rumah beliau yang beralamat di dusun Nangka Lima desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

2.10 Lape Sitepu Sebagai Pemusik Tradisional Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe

Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Karo Jahe sudah dimiliki beliau sejak masa kanak-kanaknya, dikarenakan latar belakang keluarga beliau yang merupakan keluarga seniman musik tradisional Karo Jahe di Kabupaten Langkat, ayah beliau bapak Terimbang Sitepu adalah seorang pemusik tradisional Karo Jahe yang terkenal di Kabupaten Langkat, dan juga sebagai pembuat alat musik tradisional Karo Jahe yang juga terkenal di sana. Kemampuan bermusik beliau sewaktu anak-anak tidak diragukan lagi terbukti dari beberapa event yang diikuti di daerahnya.

Karir beliau sebagai pemusik tradisional gendang galang dimulai bersama saudaranya Sedia Sitepu, dan mereka mulai bermain musik di beberapa acara adat maupun acara-acara seperti peresmian seperti gedung pemerintahan di binjai tahun 1995.

2.11 Lape Sitepu Sebagai Pembuat Alat Musik

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat Lape Sitepu seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Karo Jahe. Demikian juga halnya sebagai pembuat instrumen musik Karo Jahe.

Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat Karo Jahe diperoleh bapak Lape Sitepu semenjak dia masih anak-anak, beliau sering membantu

(20)

ayahnya bapak Terimbang Sitepu dalam membuat instumen musik tradisional masyarakat Karo Jahe. Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tesebutlah yang terus dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat instrumen musik tradisional pada masyarakat Karo Jahe.

Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah didasari kebutuhan pribadi juga beberapa saudara kandungnya yang juga sebagai pemusik tradisional pada masyarakat Karo Jahe, sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan ayahnya. Sarune, gendang kitik, dan gung adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh bapak Lape Sitepu , karena keempat instrumen tersebutlah yang kerap digunakan oleh bapak Lape Sitepu dan saudaranya dalam setiap pertunjukan yang mereka adakan maupun yang mengundang mereka untuk bermain musik tradisional. Dengan seringnya instrumen musik tradisional buatan bapak Lape Sitepu tersebut ditampilkan di beberapa acara-acara Kabupaten Langkat, maka hal tersebut lambat laun mulai diketahui oleh pemusik tradisional Karo lainnya, dan merekapun mulai meminta kepada bapak Lape Sitepu untuk dibuatkan juga instrumen musik serupa. Dari hasil penjualan instrumen tersebut membuat Junihar tertarik untuk mulai menekuni karirnya sebagai pembuat instrumen musik tradisional gendang galang pada masyarakat Karo Jahe.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor XI dan laju aliran saliva yang bermakna antara

Yayuk Kalbariyanto pada ibu hamil usia kehamilan 27 – 40 minggu pada tanggal 15 Desember 2013 untuk melakukan pengambilan data TFU di buku pemeriksaan pasien

Jawaban ini dapat dilihat di bacaan paragraf pertama kalimat kelima yaitu ?Begitu juga dengan kebiasaan membaca, janganlah posisinya terlalu dekat, hal ini dapat membuat mata

Tersedianya sumberdaya manusia yang produktif, yang disiapkan untuk memenangkan kompetitif (memiliki tingkat kecerdasan, karakter, serta kualitas kebangsaan yang tinggi), yang

Kesimpulan dari penelitian tingkat efisiensi Perusahaan Asuransi Syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) selama periode pengamatan

REGULATIONS, ACCELARATE FOREST LANDREFORM, IMPLEMENTING SOCIAL FORESTRY PROGRAM, RECOGNIZED ADAT FOREST MORE THEN 24,000.

Dengan diumumkannya PEMENANG kepada peserta lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan, apabila masih terdapat kesalahan di dalam penetapan pemenang

Dalam pelaksanaannya penanganan anak gizi bunk melalui rawat Map di nmah sakit ataupun TFC ini masih mengalami hambatan baik berupa hambatan sumber daya manusia (tenaga