ANALISIS KONSTRUKSI TRANSFORMATOR
3 FASA 1600 KVA MILIK PT. PLN SANGGAU
Muhammad Abyad Fathulhaq (102117034)
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina Jalan Teuku Nyak Arief, Kebayoran Lama, Jakarta, 12220, Indonesia
abyadf2707@gmail.com
Abstrak : Dalam sebuah sistem tenaga listrik dibutuhkan beberapa komponen penting, salah satu komponen penting tersebut adalah transformator. Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Transformator dapat mengalami gangguan seperti halnya komponen sistem tenaga listrik lainnya. Gangguan ini tentunya dapat mengganggu kinerja dari transformator, dan akan berdampak pada keseluruhan sistem tenaga listrik. Dalam artikel ilmiah ini akan dibahas mengenai analisis konstruksi dan electrical test yang terdiri dari insulation resistance, winding resistance test, dan ratio test pada proses perbaikan transformator tiga fasa dengan tegangan HV/LV 6300 V/400 V dan rated power sebesar 1600 kVA milik PT. PLN Sanggau.
Kata kunci : transformator 3 fasa, analisis kontruksi, electrical test.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan dapat dihasilkan sumber daya
manusia yang mampu bersaing dalam
pengembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat pada era ini dan juga sumber
daya manusia yang berkualitas, dapat
memajukan perkembangan industri agar tidak tertinggal oleh negara lain.
Mahasiswa merupakan salah satu sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
mengembangkan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Agar dapat mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan, diperlukan keahlian khusus pada bidang tertentu. Keahlian tersebut dapat diasah dengan mengikuti kegiatan kerja praktik. Melalui kerja praktik mahasiswa dituntut untuk memiliki keahlian, pengalaman, dan kepekaan dalam mengatasi berbagi permasalahan yang terjadi di dunia
kerja. Selain itu kerja praktik juga dapat mengasah cara bekerja, baik secara individu maupun kelompok.
Program Studi Teknik Elektro
merupakan salah satu Program Studi di
Faktultas Teknik Industri Universitas
Pertamina. Pada Program Studi ini, mahasiswa diwajibkan untuk mengambil mata kuliah Kerja Praktik, dengan adanya mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan di lapangan dengan apa yang sudah dipelajari dikelas serta sebagai persiapan sebelum memasuki dunia kerja.
PT. Mesindo Tekninesia perusahaan jasa yang bergerak di bidang repairing,
rewinding dan overhaul AC, DC,
Transformator, dan Hoist Crane. PT. Mesindo Tekninesia berdiri pada tahun 1996 dan sudah bersetifikat EASA dan WQA. Staf ahli dan fasilitas khusus yang bekerja di PT. Mesindo Tekninesia akan menawarkan pengetahuan dan
pengalaman yang mendalam untuk
memberikan layanan teknik yang dapat diandalkan dan pengujian kemampuan yang
dapat membantu mencegah kegagalan
peralatan, mengurangi pemeliharaan dan meningkatkan operasi sehari-hari [1].
Tema yang diajukan pada kerja praktik di PT Mesindo Tekninesia Jakarta adalah “Analisis Konstruksi Transformator 3 fasa”. Mempelajari konstruksi dan electrical testing pada sebuah transformator 3 fasa adalah hal yang sangat menarik oleh karena itu dari kegiatan ini diharapkan penulis mampu meraih ilmu dan informasi dari bidang yang sesuai dengan program studi dan bidang konsentrasi yang diminati.
II. DASAR TEORI
2.1 Transformator 3 Fasa
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak- balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks
magnet di kumparan sekunder maka
mengalirlah arus sekunder jika pada rangkaian sekunder diberikan beban sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi) [2].
𝑒 = −𝑁(
𝑑∅𝑑𝑡)
Dimana :
e = Gaya gerak listrik (Volt)
N = Jumlah lilitan
𝑑∅
𝑑𝑡 = Perubahan fluks magnet
Hanya tegangan listrik arus bolak-balik
yang dapat ditransformasikan oleh
transformator sedangkan dalam bidang
elektronika transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada
transformator adalah untuk mengurangi
reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).
Transformator 3 fasa disebut demikian karena transformator 3 fasa terdapat 3 kumparan primer dan 3 kumparan sekunder yang dapat dimasuki (input) dengan 3 tegangan listrik dan mengeluarkan (output) 3 tegangan listrik. Sementara transformatornya hanya berjumlah 1. Sebagai pertimbangan ekonomis, transformator 3 fasa banyak mengurangi daya produksi. Selain itu, Transformator 3 fasa banyak sekali mengurangi berat dan lebar dari kerangka transformator. Maka dari itu, harga dapat dikurangi bila dibandingkan dengan menggabungkan transformator 1 fasa menjadi 3 buah. Tetapi, selain dari pada kelebihan transformator yang telah disebutkan diatas, ada suatu kekurangan dari transformator 3 fasa ini. Salah satu yang paling merugikan adalah bila salah satu fasa tegangan mengalami gangguan (kerusakan dan kelalaian) maka seluruh fasa akan terkena dampaknya dan meyebabkan seluruh transformator harus dipindahkan (diganti). Berbeda apabila menggunakan transformator 1 fasa 3 buah, apabila salah satu
mengalami gangguan, tidak akan
mempengaruhi transformator lainnya.
2.2 Konstruksi Transformator 3 Fasa
Transformator 3 fasa secara efektif adalah tiga transformator fasa tunggal yang saling berhubungan pada inti laminasi tunggal dan penghematan besar dalam biaya, ukuran
dan berat dapat dicapai dengan
menggabungkan tiga gulungan ke dalam
rangkaian magnetis tunggal. Sebuah
transformator 3 fasa umumnya memiliki tiga rangkaian magnetis yang interlaced untuk
memberikan distribusi seragam fluks dielektrik antara gulungan tegangan tinggi dan rendah.
Pengecualian untuk aturan ini adalah
transformator tipe shell 3 fasa. Dalam jenis konstruksi shell, meskipun ketiga inti bersama, mereka non-interlaced [3].
Gambar 2.1 Jenis Konstruksi Transformator 3 Fasa
Transformator 3 fasa tiga-tungkai ber-inti adalah metode paling umum dari konstruksi transformator 3 fasa yang memungkinkan fasa-fasanya dihubungkan secara magnetis. Fluks setiap tungkai menggunakan dua tungkai lainnya untuk jalur pengembaliannya dengan tiga fluks magnetis pada inti yang dihasilkan oleh tegangan line yang berbeda dalam fasa waktu sebesar 120 derajat. Jadi fluks dalam inti
tetap hampir sinusoidal, menghasilkan
tegangan supply sekunder sinusoidal.
Konstruksi transformator 3 fasa tipe-shell lima-tungkai lebih berat dan lebih mahal untuk dibangun daripada tipe-inti. Inti lima-tungkai umumnya digunakan untuk trafo daya yang sangat besar karena dapat dibuat dengan ketinggian yang dikurangi. Material inti transformator tipe shell, gulungan listrik, selungkup baja, dan pendingin hampir sama dengan jenis fasa tunggal yang lebih besar.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Overhaul Test
Overhaul test merupakan suatu kegiatan pembongkaran mesin dan memeriksa komponen di dalam mesin yang bertujuan untuk mengembalikkan performa mesin atau merekondisi mesin. Berdasarkan jenisnya,
overhaul terbagi menjadi dua yaitu semi
overhaul dan full overhaul. Semi overhaul yaitu
pembongkaran mesin yang dilakukan hanya setengah dari bagian mesin, sedangkan full
overhaul merupakan pembongkaran yang
dilakukan pada seluruh bagian mesin sehingga memerlukan penurunan mesin [4]. Berikut adalah langkah-langkah overhaul test yang dilakukan pada transformator 3 fasa.
3.1.1 Pengecekan Awal Transformator
Proses ini diawali dengan mengangkat transformator menuju bagian pengecakan awal, yaitu area before repair menggunakan hoist
crane. Pada area ini dilakukan pendataan awal
transformator yang ingin diperbaiki. Data yang diambil adalah spesifikasi trafo yang terdapat pada nameplate, data test megger, dan data test
miliohmmeter. Test megger dan test
miliohmmeter dilakukan untuk melihat kondisi isolasi dari trafo tersebut. Dari hasil tersebut dapat diketahui apa yang menjadi penyebab menurunnya performa trafo, dan dapat ditentukan pula jenis perbaikannya, apakah perlu total rewinding atau hanya partial
rewinding (sebagian). Berikut adalah gambar
dari kondisi transformator sebelum diperbaiki.
Gambar 3.1 Kondisi Transformator Sebelum Diperbaiki
3.1.2 Pembongkaran Transformator
Setelah data before repair sudah
lengkap, transformator akan dilakukan
pembongkaran untuk melihat kondisi
Pembongkaran trafo dilakukan di area
dismantling coil. Pada area ini, casing trafo
dipisahkan dari bagian kumparan dan inti trafo,
kemudian lilitan kumparan trafo juga
dilepaskan dari inti trafo. Setelah itu, dilakukan pengecekan kegagalan pada trafo. Berikut adalah gambar transformator setelah casing dipisahkan.
Gambar 3.2 Pemisahan Casing Transformator
3.1.3 Rewinding Kumparan pada Transformator
Proses rewinding merupakan
penggulungan ulang kumparan trafo yang sebelumnya telah dibongkar. Pada kasus trafo 3 fasa milik PT. PLN Sanggau, dilakukan total
rewinding, yaitu penggulungan ulang kumparan secara total atau mengganti semua kumparan. Rewinding pada trafo dilakukan pada dua sisi trafo, yaitu sisi LV dan HV. Berikut adalah gambar proses rewinding pada sisi LV dan HV.
Gambar 3.3 Rewinding Kumparan Sisi LV
Gambar 3.4 Rewinding Kumparan Sisi HV
3.1.4 Pemasangan Kembali Transformator
Setelah dilakukan rewinding pada kedua sisi kumparan, kumparan tersebut akan diletakkan kembali di inti trafo dan kemudian dipanaskan di oven. Proses pemanasan trafo ini berfungsi untuk menguatkan material isolasi dan menghilangkan gap antar komponen agar semakin rapat. Berikut adalah gambar proses pemanasan transformator di oven.
Gambar 3.5 Proses Oven Transformator
Setelah trafo dioven, dilakukan
pemasangan kembali kumparan dan inti trafo
dengan casing luar trafo. Proses ini
memerlukan alat hoist crane untuk mengangkat inti trafo dan memasangkannya dengan casing luar. Berikut adalah gambar pemasangan kumparan dengan casing transformator.
Gambar 3.6 Pemasangan Kumparan dengan
Casing Transformator 3.1.5 After Repair Testing
Transformator
Setelah trafo sudah dipasang kembali, dilakukan testing transformator after repair atau pengujian setelah perbaikan. Hasil pengujian after repair ini harus sesuai dengan standar yang sudah ditentukan dengan pihak PT. Mesindo Tekninesia dan konsumen, dalam kasus ini adalah PT. PLN Sanggau. Pengujian yang dilakukan antara lain adalah pengujian insulasi trafo dengan menggunakan megger, pengujian resistansi winding, dan pengujian rasio trafo.
3.1.6 Pengecatan Ulang dan Pengiriman ke Konsumen
Setelah hasil pengujian sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, dilakukan pengecatan ulang (repainting) transformator tersebut. Setelah itu, transformator akan dikirimkan ke pihak konsumen. Berikut adalah gambar transformator setelah pengecatan ulang dan siap dikirimkan ke pihak konsumen (PT. PLN Sanggau).
Gambar 3.7 Transformator Setelah Pengecatan Ulang
3.2 Electrical Test
Tujuan dilakukan electrical test adalah untuk mengetahui performa transformator tersebut setelah diperbaiki (after repair).
Pengujian tersebut meliputi insulation
resistance / Meg-Ohm test, winding resistance test, dan ratio test [5].
3.2.1 Insulation Resistance / Meg-Ohm Test
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (Mega-Ohm Meter) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi belitan/kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier (bila ada). Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran arus (leakage current) yang terjadi pada isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.
3.2.2 Winding Resistance Test
Belitan pada trafo merupakan
konduktor yang dibentuk mengeliling
/melingkari inti besi sehingga pada saat diberikan tegangan AC maka belitan tersebut
akan memiliki nilai induktansi (XL) dan nilai
resistif (R) dari belitan dan pengukuran ini hanya bisa dilakukan dengan memberikan arus DC pada belitan. Oleh karena itu pengujian ini sering disebut pengujian hambatan DC/DC
Resistance Test. Pengujian hambatan DC
dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi-koneksi yang ada di belitan dan memperkirakan apa bila ada kemungkinan hubung singkat atau resistansi yang tinggi pada koneksi belitan. Pada trafo 3 fasa, proses pengukuran dilakukan pada masing-masing belitan pada titik fasa ke netral dan pada hubungan antar fasa. Besar nilai resistansi masing-masing fasa pada transformator harus seimbang (balance) satu sama lain dengan toleransi ±5%.
3.2.3 Ratio Test
Transformer Turn Ratio Test (TTR)
atau pengukuran perbandingan belitan
transformator adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi (HV) dan sisi tegangan rendah (LV) pada setiap tapping sehingga tegangan output yang dihasilkan oleh transformator sesuai dengan yang dikehendaki. Tujuan dari pengujian rasio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah dalam antar belitan dan seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan mendeteksi adanya hubung singkat atau ketidaknormalan pada tap changer. Tingginya nilai resistansi akibat lepasnya koneksi atau konduktor yang terhubung ground dapat dideteksi. Pengukuran
dapat dilakukan dengan menggunakan
Transformer Turn Ratio Test (TTR).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konstruksi Transformator
Transformator yang menjadi pokok bahasan di hasil kerja praktik penulis adalah transformator 3 fasa milik PT. PLN Sanggau dengan No. Job 468. Transformator 3 fasa ini memiliki spesifikasi sesuai yang tertera pada
nameplate yaitu memiliki rated power 1600
kVA, frekuensi 50 Hz, tegangan HV 6300 V, dan tegangan LV 400 V. Konstruksi transformator ini terdiri dari inti, kumparan, minyak dan casing transformator.
4.1.1 Inti Transformator
Pada bagian inti trafo terdapat
insulated frame, dimana bagian ini merupakan
tempat melekatnya pelat-pelat tipis konduktor.
Insulated frame biasanya terbuat dari bahan
isolator seperti kayu (selulosa). Kemudian terdapat laminated sheet, ini merupakan pelat-pelat tipis konduktor yang terbuat dari besi
yang tersusun berlapis-lapis sampai
membentuk ketebalan tertentu. Ini berfungsi sebagai pendukung kerja magnetic circuit dan untuk mengurangi potensi eddy current losses (arus sekunder yang dihasilkan oleh arus primer). Kemudian laminated sheets tersebut dihubungkan secara seri untuk membentuk
laminated core. Ketebalan laminated core
harus tetap pada ketebalan 0.5 mm. Berikut adalah gambar inti transformator milik PT. PLN Sanggau.
Gambar 4.1 Inti Transformator PT. PLN Sanggau
4.1.2 Kumparan Transformator
Kumparan transformator adalah
beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak, dan lain-lain. Kumparan tersebut berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
4.1.3 Minyak Transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair yang dipergunakan
sebagai isolasi dan pendingin pada
transformator. Minyak transformator ini biasa ditemukan di transformator basah, dimana trafo milik PT. PLN Sanggau ini merupakan trafo basah. Sebagai bagian dari bahan isolasi, minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan tembus, sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini maka minyak
diharapkan akan mampu melindungi
transformator dari gangguan. Minyak
transformator mempunyai unsur atau senyawa hidrokarbon yang terkandung adalah senyawa hidrokarbon parafinik, senyawa hidrokarbon naftenik dan senyawa hidrokarbon aromatik. Selain ketiga senyawa tersebut, minyak transformator masih mengandung senyawa yang disebut zat aditif meskipun kandungannya sangat kecil.
4.1.4 Casing Transformator
Casing transformator merupakan pembungkus bagian dalam trafo yang berfungsi untuk melindungi winding dan core dari pengaruh luar (eksternal). Casing trafo biasanya terhubung pula dengan bushing transformator. Bushing merupakan sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
Bushing sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan tangki transformator. Pada bushing
dilengkapi fasilitas untuk pengujian kondisi bushing yang sering disebut center tap. Berikut adalah gambar bushing transformator.
Gambar 4.2 Bushing Transformator Lalu ada tangki transformator yang berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo dipasangkan relai bucholzt yang akan meyerap gas produksi akibat kerusakan minyak. Untuk menjaga agar minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung masuk saluran udara melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media penyerap uap air pada udara, sering disebut dengan silica gel dan dia tidak keluar mencemari udara disekitarnya. Berikut adalah gambar tangki transformator milik PT. PLN Sanggau.
Gambar 4.3 Tangki Transformator Lalu ada pula yang disebut On Load
Tap Changer (OLTC), dimana alat ini
merupakan sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban. Pada umumnya OLTC tersambung pada sisi primer dan jumlahnya tergantung pada perancangan dan
perubahan sistem tegangan pada jaringan. OLTC berfungsi untuk mengatur perubahan tegangan pada sisi masuk/input agar tidak mengakibatkan perubahan tegangan pada sisi keluar/output, dengan kata lain tegangan di sisi keluar/output-nya tetap. Sehingga trafo selalu
dalam kondisi terbaik, konstan, dan
berkelanjutan.
4.2 Hasil Electrical Test pada Transformator
Sebelum dilakukan electrical test, transformator perlu dilakukan pengecekan awal sesuai dengan nameplate yang tertera pada
body transformator, lalu dicatat kelengkapan
dan keadaan transformator. Berikut adalah
nameplate dari transformator milik PT. PLN
Sanggau.
Tabel 4.1 Data pada Nameplate Transformator milik PT. PLN Sanggau
Data Transformator PT. PLN Sanggau (No. Job 468)
Serial Number 121305031
Rated Power 1250/1600 kVA
Frequency 50 Hz Phase 3 Phase Volt HV 6300 V Volt LV 400 V Ampere HV 114,55/146,63 A Ampere LV 1804,22/2309,40 A
Dari data diatas dapat diketahui bahwa transformator tersebut memiliki daya 1250 kVA. Trafo tersebut memiliki tegangan 6300 V pada sisi primer (HV) dan 400 V pada sisi sekunder (LV). Transformator tersebut mengalirkan arus pada sisi primer (HV) sebesar 114,55 A dan 1804,22 A pada sisi sekunder (LV). Setelah didapatkan data tersebut, dilakukan electrical test untuk mengetahui
performa transformator tersebut setelah
diperbaiki (after repair). Pengujian tersebut
meliputi insulation resistance / Meg-Ohm test,
winding resistance test, dan ratio test. 4.2.1 Insulation Resistance /
Meg-Ohm Test
Berikut adalah gambar diagram
pengukuran insulation resistance test.
1U 1V 1W 2W 2V 2U Mega Ohmmeter Line Earth 1U 1V 1W 2W 2V 2U Mega Ohmmeter Earth Line LV – GROUND HV – GROUND 1U 1V 1W 2W 2V 2U Mega Ohmmeter Earth Line HV – LV
Gambar 4.4 Diagram Pengukuran Insulation
Resistance Test
Berikut adalah hasil pengujian
insulation resistance dari transformator milik
PT. PLN Sanggau.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Insulation
4.2.2 Winding Resistance Test
Berikut adalah gambar diagram
pengukuran winding resistance test.
Gambar 4.5 Diagram Pengukuran Winding
Resistance Test
Berikut adalah hasil pengujian winding
resistance dari transformator milik PT. PLN
Sanggau.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Winding Resistance Sisi HV Transformator PT. PLN Sanggau
4.2.3 Ratio Test
Berikut adalah gambar diagram
pengukuran ratio test.
1U 1V 1W 2W 2V 2U DTR Ratio H1 X2 X1 N H2
Gambar 4.6 Diagram Pengukuran Ratio Test
Berikut adalah hasil pengujian ratio dari transformator milik PT. PLN Sanggau. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Ratio Transformator PT. PLN Sanggau
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari laporan artikel ilmiah yang sudah penulis susun, hal yang disimpulkan adalah konstruksi tiap komponen transformator 3 fasa
memiliki fungsinya masing-masing. Inti
transformator berfungsi sebagai pendukung kerja magnetic circuit dan untuk mengurangi potensi eddy current losses. Kumparan
transformator berfungsi sebagai alat
transformasi tegangan dan arus. Minyak transformator pada trafo basah berfungsi
sebagai isolasi dan pendingin pada
transformator. Casing transformator berfungsi untuk melindungi winding dan core dari pengaruh luar. Untuk mengetahui performa transformator setelah diperbaiki, diperlukan untuk menjalani electrical test after repair.
Pengujian tersebut meliputi insulation
resistance / Meg-Ohm test, winding resistance test, dan ratio test. Dapat diketahui bahwa hasil electrical test transformator 3 fasa milik PT.
PLN Sanggau memiliki hasil yang baik dan sudah sesuai standar.
5.2 Saran
Adapula saran yang dapat digunakan menjadi salah satu parameter dalam menjadi perbaikan, peningkatan mutu, serta kualitas pelayanan terhadap kondisi dan lingkungan kerja yang digunakan, antara lain :
1U 1V 1W 2W 2V 2U DC Resistance R1 R2 1U 1V 1W 2W 2V 2U DC Resistance R1 R2
1) Menggunakan alat pelindung diri atau
safety equipment seperti safety shoes, earplug, helm, masker, eye protection, dan
sarung tangan ketika berada pada
lingkungan kerja atau workshop.
2) Mengutamakan keselamatan dan
koordinasi tim dalam menyelesaikan pekerjaan.
3) Memastikan penggunaan peralatan
pekerjaan sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure)
4) Dilakukannya perawatan dan kalibrasi pada alat ukur yang digunakan sesuai waktu yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar alat ukur yang digunakan dapat menunjukan hasil pengukuran dengan akurat ketika pendataan.
5) Adanya ruang penyimpanan untuk coil yang digunakan dengan suhu tertentu dan dalam kondisi tidak lembab untuk menjaga kelembaban dan kualitas coil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Apriana. "Analisi Penerapan
Fingerprint untuk Kebutuhan Presensi
Karyawan di PT.MESINDO
TEKNINESIA". Jakarta, 2018.
[2] Sumanto. “Teori Transformator ANDI Offset” Yogyakarta, 1991.
[3] Bonggas, L.Tobing. “Peralatan Tegangan Tinggi”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
[4] Za’im, Mukhammad Rif’at. “Analisis Transformator Daya 3 Fasa 150 KV/ 20 KV pada Gardu Indukungaran PLN Distribusi Semarang”. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2014. [5] Jainudin, Arif Muslih & Dr. Ir. Hermawan
DEA. “Electrical Test pada Transformator Tiga Fasa PT. Bukit Asam 630 KVA”. Semarang : Universitas Diponegoro, 2016.