• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

106

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI, SIKAP SEKS, DAN PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP TINDAKAN SEKS PRANIKAH SISWA SMK NEGERI 1 TOMPASOBARU

E. Worotitjan*, J. Posangi***, A. J. M. Rattu**, John Wantania *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ***Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual sebelum perkawinan. Tindakan seks pranikah pada remaja erat kaitannya dengan berbagai faktor diantaranya: pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap seks pranikah, dan pengaruh lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap seks, dan pengaruh lingkungan dengan tindakan seks pranikah. Pelaksanaan penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tompasobaru. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII dengan sampel seluruh siswa kelas XII yang bersedia dan hadir pada saat penelitian yaitu berjumlah 154 sampel dari jumlah seluruh 158 siswa. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,119>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah; pada uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,0001<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap tentang seks pranikah dengan tindakan seks pranikah siswa. Pada hasil penelitian antara pengaruh lingkungan dengan tindakan seks pranikah didapatkan nilai p=0,119>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh lingkungan dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru. Petunjuk yang didapatkan pada penelitian ini, meskipun hanya sikap siswa terhadap seks pranikah yang berhubungan dengan tindakan seks pranikah, tetapi faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pengaruh lingkungan terhadap tindakan seks pranikah perlu menjadi perhatian pihak sekolah, orang tua dan instansi pemerintah yang berkaitan untuk mengarahkan dan mengawasi para siswa dalam pergaulan massa kini.

Kata Kunci: Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Sikap Seks, Lingkungan, Tindakan Seks Pranikah

ABSTARCT

Premarital sexual behavior is sexual activity before marriage. Act of premarital sex among adolescents is closely related to various factors, including: reproductive health knowledge, attitudes toward premarital sex, and environmental influences. The purpose of this study was to analyze the relationship between reproductive health knowledge, sexual attitudes, and environmental influences with premarital sex acts. Implementation of this study took place at Vocational High School 1 Tompasobaru. This type of research is a survey research method with cross sectional study. The population in this study were students of class XII with samples from the class XII students who are willing and are present at the time of the study sample is numbered 154 of the total 158 students. Based on the analysis chi-square test is obtained with p = 0.119> α = 0.05, which indicates there is no significant relationship between knowledge about reproductive health with premarital sex acts; the chi-square test results obtained with p = 0.0001 <α = 0.05, which indicates there is a significant correlation between attitudes about premarital sex, premarital sex acts with students. In research among environmental influences with premarital sex acts p value = 0.119> α = 0.05, which indicates there is no significant relationship between environmental influences with premarital sex acts SMK Negeri 1 Tompasobaru. Instructions are found in this study, although only the students' attitudes toward premarital sex-related measures premarital sex, but the factor of knowledge about reproductive health and environmental influences on action premarital sex should be a concern the

(2)

107

school, parents and government agencies relating to direct and supervise the students in the association masses now.

Keywords: Reproductive Health Knowledge, Attitudes Sex, Environment, Action Premarital Sex

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami beberapa perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sejalan perkembangannya remaja mulai bereksplorasi dengan diri, nilai-nilai, identitas peran, dan perilakunya. Batasan usia remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja sebenarnya dalam periode atau fase yang tidak jelas. Mereka sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa (Kartika dan Kamidah, 2013).

Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003). Sebagian besar remaja putri (30,8%) sekolah menengah atas sudah

melakukan seks pranikah (Mulugeta, Y and Y. Berhane. 2014).

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor dan beberapa faktor lain, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong, Genetik dan Lingkungan. Berdasarkan data tentang remaja dari 4.726 responden SLTP dan SLTA pada 17 kota besar di Indonesia menyimpulkan bahwa 97% remaja pernah menonton film porno, 93,7% pernah melakukan ciuman, genital stimulation, dan oral seks, dan 62,7% remaja mengaku tidak perawan lagi serta 21,2% diantaranya pernah melakukan aborsi (Anonimous, 2012). Perilaku seksual remaja yang berisiko akan menyebabkan remaja akan mudah terjangkit berbagai penyakit infeksi menular seksual, seperti virus HIV/AIDS. Seks pranikah pada usia muda mengakibatkan kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, dan risiko penularan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS ( Teffera et al, 2015). Hal yang sama disampaikan oleh Reggasa T et al (2016), dimana diperlukan penggunaan kontrasepsi pada hubungan seks untuk mencegah penularan HIV. Seks pranikah mempunyai konsekwensi pada remaja

(3)

108 akibat pada usia muda yang dengan gampangnya mereka melakukan hubungan seks dengan pasangan yang beresiko, banyak pasangan, dan kemungkinan tidak menggonakan kondom (Chihurumnanya, A,. et al. 2016) . Dampak lain dari perilaku seks pranikah yaitu putus sekolah (Israwati., et al. 2013). Tindakan seks pranikah juga telah terbukti meningkatkan angka putus sekolah di Nigeria (Adanikin, A. I., et al 2016).

Saputri dan Hidayani (2016) meneliti faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pra nikah remaja di SMP Negeri 5 Tangerang. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi berjumlah 172 orang. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa remaja yang pernah melakukan perilaku seks pra nikah sebanyak 106 remaja (61,6%). Pada hasil analisis bivariat didapatkan bahwa pengetahuan, peran orang tua dan sumber informasi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seks pra nikah pada remaja. Sari, B dan O. F. Setyorogo (2013), mengungkapkan bahwa perlaku seksual pranikah meliputi tempat tinggal, keharmonisan keluarga, dan gaya hidup. Hubungan dengan teman sebaya juga memberikan pengaruh pada sikap dan tindakan seks pranikah remaja (Chen, A. C., et al. 2016).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan cross sectional study. Pendekatan cross sectional dilakukan untuk mengobservasi variabel – variabel pada waktu yang sama, dan subjek yang diamati hanya diobservasi sekali saja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas XII SMK Negeri 1 Tompasobaru berjumlah 158 orang.Sampel pada penelitian ini diambil seluruh siswa kelas XII yang bersedia dan hadir pada saat penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Antara Pengetahuan

Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Tindakan Seks Pranikah Siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab pengetahuan baik sebanyak 82 responden (53,2%) dengan tindakan seks pranikah baik sebanyak 41 responden (26,6%) dan yang kurang baik sebanyak 41 responden (26,6%), sedangkan jumlah responden yang menjawab pengetahuan kurang baik 72 responden (46,8%) dengan tindakan

(4)

109 seks pranikah baik sebanyak 45 responden (29,2%) dan yang kurang baik sebanyak 27 responden (17,5%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,119>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru.

Hal ini berbeda dengan Saputri dan Hidayani (2016) yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pra nikah pada 172 orang. remaja di SMP Negeri 5 Tangerang. Desain penelitian deskriptif dengan metoda cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di SMP Negeri 5 Tangerang. Pada hasil analisis bivariat didapatkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seks pra nikah pada remaja. Demikian juga Umaro dkk (2015) yang menganalisis Hubungan Antara Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Perilaku Seksual Pranikah pada sejumlah 19.882 remaja di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,000) dengan perilaku seksual pranikah remaja. Sulistianingsih, A (2010) menemukan adanya korelasi pengetahuan dengan sikap seks bebas pada remaja. Hasil penelitian

Mahmudah (2016) menunjukkan addanya hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. Hasil analisis bivariat mendapatkan bahwa perilaku seksual beresiko tinggi pada tingkat pengetahuan kurang.

Rattu (2012) menemukan nilai korelasi pengetahuan kesehatan reproduksi siswa dengan sikap siswa terhadap seks pranikah sebesar 0,637 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai korelasi sebesar 0,637 menunjukkan bahwa ada hubungan (korelasi) positif antara pengetahuan kesehatan reproduksi siswa dengan sikap siswa terhadap seks pranikah. Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 berarti H1 diterima atau ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi siswa dengan sikap siswa terhadap seks pranikah.

Pengetahuan seks penting diberikan kepada remaja, baik melalui pedidikan formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan unutk memperkuat pengetahuan

remaja dan pengembangan

kepribadiannya. Seks secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan

(5)

110 oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Begitupun dengan pendidikan seks, semakin baik seseorang itu mengetahui tentang seks semakin kecil pula ia melakukan seks itu.

Melalui pendidikan seks diharapkan dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, karena banyak remaja yang mendapat “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya, membaca buku porno, menonton film porno, dan lain-lain. Penting sekali pendidikan seks diberikan sebelum seorang anak menginjak dunia remaja, dimana proses kematangan seks sudah mulai timbul.

Akan lebih mudah membicarakan masalah seks sebelum anak itu mengalami kematangan seksnya, karena anak akan lebih terbuka dan perasaan malu berkurang. Disamping itu lebih baik mendahului dalam menerangkan masalah seks terhadap anak sebelum anak mengetahui dari orang lain yang mungkin akan memberikan informasi yang salah dan semata-mata karena senang membicarakan masalah seks.

Saat ini masyarakat masih sangat mempercayai mitos-mitos seks yang merupakan salah satu informasi salah mengenai seks, kurangnya pengetahuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti : Sosial ekonomi, kultur (budaya, agama), pendidikan dan pengalaman. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri, pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Seks Pranikah Siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan antara sikap tentang seks pranikah dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab sikap baik sebanyak 79 responden (51,3%)

(6)

111 dengan tindakan seks pranikah baik sebanyak 54 responden (35,1%) dan yang kurang baik sebanyak 25 responden (16,2%), sedangkan jumlah responden yang menjawab sikap kurang baik 75 responden (48,7%) dengan tindakan seks pranikah baik sebanyak 32 responden (20,8%) dan yang kurang baik sebanyak 43 responden (27,9%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,0001<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap tentang seks pranikah dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru.

Umaro dkk (2015) menganalisis Hubungan Antara Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012. Metode penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif analitis dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 19.882. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia. Faktor internal yakni tingkat pendidikan (p=0,000), pengetahun (p=0,000), sikap (p=0,000) dan gaya

hidup (p=0,017). Faktor eksternal yakni sumber informasi (p=0,000), kelengkapan informasi (p=0,005), peran (p=0,000) dan tempat tinggal (0,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa sikap memiliki nilai OR tertinggi sebesar 2,129 (95%CI : 1,963-2,309), artinya remaja dengan sikap tidak baik memiliki risiko 2,129 kali untuk melakukan perilaku seksual pranikah daripada remaja dengan sikap baik

Terdapat hubungan yang signifikan antara EQ dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual (intercourse) pranikah, hasil penelitian ini mirip dengan penelitian Nirmala (2005) dimana ada hubungan yang bermakna antara EQ dengan sikap siswa dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini sesuai dengan teori Sigmund Freud menjelaskan teori Psikoanalisisnya, antar nilai, moral dan sikap adalah satu kesatuan yang tidak dapat di bedakan. Nilai dan moral menyatu dalam salah satu struktur kepribadiannya, yang dikenal dengan super ego atau das uber ich yang merupakan sumber moral.

Didalam konteksnya hubungan antara nilai/moral dan sikap adalah jika telah menyatu dalam super ego dan seseorang yang telah mampu mengembangkan super ego-nya dengan baik, sikapnya akan cenderung didasarkan

(7)

112 atas nilai – nilai moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral. Ini dapat terjadi karena super ego yang sudah berkembang dengan baik dapat mengontrol dorongan – dorongan naluriah dari id yang bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan kepuasan. Berkembangnya seper ego dengan baik, juga akan mendorong berkembang kekuatan ego untuk mengatur dinamika kepribadian antar id dan super ego, sehingga perbuatannya selaras dengan kenyataan lingkungan sekitar.

Hubungan Antara Pengaruh

Lingkungan Terhadap Tindakan Seks Pranikah Siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

Hasil penelitian menunjukkan antara pengaruh lingkungan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab pengaruh lingkungan baik sebanyak 120 responden (77,9%) dengan tindakan seks pranikah baik sebanyak 71 responden (46,1%) dan yang kurang baik sebanyak 49 responden (21,8%), sedangkan jumlah responden yang menjawab pengaruh lingkungan kurang baik 34 responden (22,1%) dengan tindakan seks pranikah baik sebanyak 15

responden (9,7%). dan yang kurang baik sebanyak 19 responden (12,4%).

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,119>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh lingkungan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru. Saputri dan Hidayani (2016) pada hasil penelitian mereka didapatkan bahwa peran orang tua dan sumber informasi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seks pra nikah pada remaja.

Abate, et al (2016) dalam penelitian mereka berjudul “Premarital Sexual Practice and Associated Factors among Preparatory School Students in Jimma Town, Oromia Region, South West Ethiopia” menemukan bahwa dari 523 responden, faktor yang berhubungan secara bermakna dengan tindakan seks pranikah ialah tinggal jauh dari orang tua, tekanan dari teman sebaya dan hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua (Abate et al, 2016).

Pendidikan seks seyogyanya dimulai dari rumah, karena masalah seksual adalah masalah yang bersifat pribadi. Namun banyak orang tua yang kurang mampu memenuhi kebutuhan anak remaja merekakarena kurangnya

(8)

113 pengetahuan tentang hal tersebut dan masih kuatnya berlaku tabu tentang seks.

Cara penyampaian yang bijak dan tidak menakut-nakuti dalam memberikan penjelasan, membuat remaja merasa nyaman bercerita. Namun pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak mampu membuat remaja merasa nyaman bercerita dengannya, dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut dan masih kuatnya berlaku tabu tentang seks. Namun terkadang remaja menginginkan lebih banyak peluang untuk mempraktikkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistik dan salah satunya terkait dengan masalah seks. Pengambilan keputusan oleh remaja adalah salah satu bentuk adanya sifat remaja dan namun tuntutan remaja akan tanggung jawab membingungkan. Orang tua melihat remaja ingin lepas dari genggaman mereka, mereka mungkin melakukan pengendalian yang lebih kuat ketika remaja menuntut pertanggung

Mencegah terjadinya perilaku seks pra nikah membutuhkan hubungan yang erat antara orang tua dan remaja khususnya dalam hal komunikasi tentang masalah seksual dan perkembangannya sehingga remaja terhindar dari masalah kehamilan yang tidak diinginkan, seperti penyakit menular HIV/AIDS. Bila perilaku reproduksi remaja diterapkan

pada lingkungan maka yang perlu diperhatikan adalah faktor keluarga yaitu peran orang tua, remaja yang berperilaku seks pra nikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang ercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan.

Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak dan sebaliknya. Penelitian nasional di Amerika menunjukan bahwa anak-anak yang bisa mengkomunikasikan secara terbuka dan jujur kepada orang tuanya tentang seks akan sangat mengurangi terjadinya hubungan seks sebelum menikah dibandingkan dengan yang tidak terbuka dengan orang tuanya. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat diperlukan untuk mencegah remaja melakukan perilaku seks pra nikah.

Sumber Informasi sangat berpengaruh terhadap perilaku seks remaja. Pengertian dari media massa itu sendiri adalah salah satu sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa

(9)

114 pula pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Media massa adalah sebagai salah satu sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Media elektronik maupun cetak adalah salah satu media yang dapat menyebarkan informasi kesehatan reproduksi kepada masyarakat luas. Akan tetapi media massa saat ini tidak banyak memberikan sumbangan yang positif terhadap remaja. Menurut hasil penelitian, remaja memperoleh informasi tentang seksual berasal dari : media elektronik 88% dan media cetak 62%.

Remaja yang terpapar dengan media massa berhubungan signifikan terhadap perilaku seksual berisiko berat. Jenis media yang digunakan remaja cukup variatif, dari bentuk film, majalah,

gambar-gambar dan photo, ada yang mudah mengakses disitussitus di internet, tetapi jenis yang paling digemari remaja adalah menonton film porno. Perkembangan teknologi pada masa ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan dan pergaulan remaja. Informasi apapun dengan mudah didapatkan melalui media elektronik, seperti handphone, notebook, laptop, dan banyak lagi lainnya. Media elektronik maupun cetak adalah salah satu media yang dapat menyebarkan informasi kesehatan reproduksi kepada masyarakat luas. Akan tetapi media massa saat ini tidak banyak memberikan sumbangan yang positif terhadap remaja dan melalui internet pun remaja dengan mudah mendapat informasi yang ingin mereka ketahui termasuk

Efek media massa dalam kehidupan sehari-hari dapat merubah kognitif, efektif dan perilaku individu. Kurangnya informasi tentang seks yang seharusnya didapat dari sekolah dan orang tua maka remaja akan berusaha mencari informasi tersebut yang mudah diperoleh dari teman-temannya, media elektronik seperti internet, televisi, VCD, atapun media cetak seperti novel dan sebagainya. Informasi yang mereka peroleh tidak selalu benar, terbaik, dan bermutu bahkan kadang-kadang vulgar dan jorok. Dalam

(10)

115 hal ini sangat perlu perhatian dari orang tua dan guru yang merupakan orang-orang yang sangat penting dalam pemberian informasi yang tepat tentang seks pada remaja agar mereka tidak salah mencari informasi dan tidak salah memersepsikan informasi yang diperolehnya, sehingga kita dapat membantu remaja agar tidak terjerumus pada perilaku seksual yang tidak diinginkan.

Minimnya informasi yang diterima remaja tentang kesehatan reproduksi dan seks remaja mencari sendiri melalui informasi yang mudah di dapat seperti internet, sehingga remaja tidak mendapat penjelasan yang semestinya, hal tersebut membuat semakin tingginya perilaku seks pra nikah pada remaja. Hal ini juga dipengaruhi oleh anggapan masyarakat khususnya orang tua yang masih menganggap tabu membicarakan masalah seks.

Para remaja menerima informasi seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan seperti video porno, serita, internet, tayangan televisi, dan film. Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi dan juga dalam menentukan perilaku, karena beberapa kajian menunjukan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seks dan kesehatan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi

yang tidak akurat mengenai kesehatan reproduksi dari teman-teman mereka, bukan dari tenaga kesehatan, guru atau orang tua. Teman-teman yang tidak baik berpengaruh terhadap munculnya perilaku seks yang menyimpang. Maka dari itu informasi yang baik dan akurat diperlukan oleh remaja untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat menimbulkan perilaku seks pra nikah pada remaja. Tujuan sumber informasi kemajuan teknologi informasi telah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat luas dalam mendapatkan informasi penyebaran informasi tentang seks melalui media televisi dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk hasil dramatisir audio visual dan unsur gerak (live) dalam waktu bersamaan pesan yang dihasilkan televisi dapat menyerupai benda atau objek yang sebenarnya atau yang menimbulkan kesan lain.

Pemberian informasi masalah seks menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karna berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormone dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktifitas seks mereka sendiri. Tentu saja hal ini akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Karena

(11)

116 meningkatnya minat remaja pada masalah seks maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut, dari sumber informasi yang mereka dapatkan.

Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkandan membahayakan bagi remaja sebagai penerus bangsa. Dengan demikian dari pengetahuan yang slah ini akan berakibat praktek yang berbahaya dengan segala resikonya. Semakin banyak remaja mendapatkan informasi mengenai seks melalui media maka semakin banyak juga remaja mendapatkan efek dari informasi yang didapat.

Ketaatan agama yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa besar pelaksanaan ibadah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut. Melalui agama pula yang mengatur tingkah laku baik-buruk manusia, secara psikologis termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lainnya. Agama mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata karma, dan norma-norma masyarakat lain. Aktivitas keagamaan sangat berhubungan aktivitas seksual pada siswa

remaja putri, namun tidak pada siswa putra (Muhammad, N.A., et al. 2016).

Dalam keagamaan, ada kegiatan spiritual yaitu semua kegiatan baik jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan rohani atau kata hati untuk mendapatkan ketenangan. Di Indonesia salah satu moral yang sangat penting adalah agama, dimana agama bisa sebagai salah satu faktor pengendali tingkah laku remaja. Orang agamais menemukan bahwa agama memiliki dampak positif bagi remaja, dimana setuju tidak membenarkan seks pra nikah. Para remaja yang sering mengunjungi acara keagamaan cenderung lebih banyak mendengar pesan-pesan agar menjauh dari seks pra nikah. Keterlibatan remaja dalam organisasi keagamaan ini akan meningkatkan peluang bagi mereka berkumpul dengan remaja-remaja yang tidak setuju dengan seks pra nikah.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

2. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

(12)

117 3. Tidak terdapat hubungan antara

pengaruh lingkungan terhadap tindakan seks pranikah siswa SMK Negeri 1 Tompasobaru

SARAN 1. Bagi Sekolah

Melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam hal ini tindakan seks pranikah di setiap jenjang sekolah lanjutan di mulai pada tingkat pertama (SMP) sederajat, sekolah menengah atas (SMA) dan kalau perlu pada jenjang pendidikan tinggi atau diploma, baik sekolah negeri atau swasta di Indonesia umumnya dan Kota Manado pada khususnya, melalui metode peer education yang bersifat youth freendly (ramah terhadap remaja) artinya tidak hanya memberi materi melalui proses belajar mengajar di kelas, tetapi dikembangkan dengan metode lain seperti pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama teater, dan lain – lain, yang memuat materi dasar kesehatan reproduksi yang proporsional.

2. Bagi Siswa

Lebih mempelajari teori-teori yang menyangkut kesehatan reproduksi remaja karena terbukti berdasarkan penelitian kesehatan reproduksi remaja

sangat berpengaruh penting terhadap sikap siswa terhadap hubungan seksual pra-nikah. Petugas kesehatan melakukan kunjungan ke sekolah – sekolah untuk memberikan informasi dasar kesehatan reproduksi dan seksualitas yang proporsional sesuai dengan pemahaman dan tingkat pendidikan remaja serta tidak menganggap tabu untuk membicarakan permasalahan kesehatan reproduksi dan seksualitas.

3. Bagi Keluarga

Pengawasan orang tua dan guru terhadap siswa yang menggunakan Media Internet dimana akses pornografi harus diblokir oleh pemerintah (Kementerian Informasi dan Komunikasi)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous . 2012. Survei demografi dan kesehatan Indonesia. 2012. Kesehatan reproduksi remaja. Kementrian Kesehatan Jakarta. Israwati., dkk. 2013. Perilaku Seks

Pranikah Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer Bina Bangsa Kendari. Bagian PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Referensi

Dokumen terkait

pelayanan maksimal, dengan berpedoman pada Tri Brata dan Catur Prasetya dan Komisi Kode Etik Profesi Polri sebagaimana tugas pokok kepolisian yaitu mengayomi

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Proses penambahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku, proses penambahan fonem terdapat 2 kata dasar.. Dan

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

1 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif dan alumni di jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin angkatan

15 AMRI SHABIRIN FMIPA Pendidikan Biologi 16 Ananda Aprilia FMIPA Pendidikan Fisika 17 Andi Kurnia FMIPA Pendidikan Matematika 18 andi tri hermawan FT pendidikan

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs