POLICY BRIEF 2020
PUSAT RISET KELAUTAN BRSDM KP
P E N G E L O L A A N SA MP A H P L A ST I K D I MU A R A SU N G A I
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Sampah Plastik di laut menjadi permasalahan utama di dunia untuk dapat segera diatasi. Jambeck et al. (2015) menyebut bahwa Indonesia sebagai penyumbang terbesar kedua sampah plastik di laut antara 0.48-1.29 juta ton/tahun, atau menyumbang sekitar 10% dari polusi plastik global.
2. Untuk mengurangi sampah di laut, perlu pengelolaan sampah yang berasal dari darat dan keluar melalui Muara Sungai. Muara
Gembong merupakan Muara Sungai Citarum yang termasuk paling tercemar di dunia di antara 20 sungai dalam hal sampah plastik. 3. Pada tahun 2025 Indonesia ditargetkan terjadi pengurangan
sampah plastik dilaut sebesar 70%, sedangkan pengelolaan
sampah di Kabupaten Bekasi saat ini baru mencapai 50% timbulan sampahnya dan Kecamatan Muara Gembong tidak terjangkau oleh program pengelolaan sampah tersebut.
4. Untuk dapat melakukan pengelolaan sampah plastik secara efektif dan efisien diperlukan data yang cukup mengenai komposisi,
volume, dan sebaran sampah. Sampah rumah tangga di Kecamatan Muara Gembong secara umum sebesar 25,42 ton/hari.
P E N D A H U L U A N
Berdasarkan kajian dari Jambeck et al. (2015), Indonesia dianggap sebagai penyumbang terbesar kedua untuk sampah plastik di laut antara 0.48-1.29 juta ton/tahun, atau menyumbang sekitar 10% dari polusi plastik global. Pencemaran sampah berdampak pada kualitas dan fungsi ekosistem pesisir. Konferensi Laut PBB pada tahun 2017 menyebutkan bahwa limbah plastik di lautan
membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura laut, dan ikan-ikan setiap tahunnya. Pengurangan sampah plastik di laut harus dimulai dari darat karena 80% sampah plastik di laut
disumbang oleh daratan. Untuk itu, pengelolaan sampah laut harus juga dilakukan pada muara sungai sebelum sampah
POLICY BRIEF 2020
0 2
itu memasuki perairan laut. Apalagi empat sungai di Indonesia termasuk di antara 20 sungai yang paling tercemar di dunia dalam hal sampah plastik. Hal tersebut perlu pembuktian lebih lanjut. Muara Gembong dipilih sebagai lokasi kajian karena merupakan muara sungai dari DAS Citarum yang merupakan salah satu dari 4 sungai tercemar terberat di Indonesia. Saat ini berbagai permasalahan lingkungan muncul akibat keberadaan sampah plastik ini. Padahal DAS Citarum merupakan salah satu lokasi prioritas program pengendalian sampah laut (Perpres No. 15 Tahun 2018). Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah sebenarnya seberapa banyak volume sampah plastik yang keluar dari Muara S. Citarum di Muara Gembong? Bagaimana komposisi sampah plastik tersebut? Jika kedua pertanyaan ini bisa terjawab, maka pengelolaan sampah plastik dapat segera dilakukan secara efektif dan efisien dengan masyarakat setempat sebagai aktor utama.
P E R MA SA L A H A N
Berbagai lain:
permasalahan muncul di kawasan Muara Gembong, antara 1. Pencemaran lingkungan di sekitar perairan dan ekosistem mangrove
akibat tumpahan bahan bakar minyak ke perairan dan buangan
sampah. Akumulasi sampah menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan mangrove.
2. Pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi saat ini baru mencapai 50% timbulan sampahnya, sedangkan Kecamatan Muara Gembong belum termasuk di dalam program tersebut.
3. Untuk dapat mengelola sampah plastik secara efektif dan efisien di Muara Gembong, harus diketahui dahulu volume dan komposisi
sampah plastiknya. Selama ini belum ada data yang menyebutkan kedua hal tersebut.
POLICY BRIEF 2020
0 3
K O N D I SI SA MP A H D I MU A R A G E MB O N G
Untuk dapat mengetahui komposisi sampah plastik suatu wilayah, maka harus dilakukan sampling sampah dengan metode pengambilan sampel yang telah dibakukan. Sampel kemudian dianalisis di lokasi melalui sortasi, dipilah berdasarkan jenis sampahnya lalu ditimbang berat dari masing-masing jenis tersebut. Sedangkan sebarannya dapat dilakukan melalui analisa spasial dan penginderaan jauh.
1. Komposisi Sampah
Kategori plastik dan karet ditemukan sebanyak 15 jenis dari 19 jenis, dengan dominasi jenis styrofoam yang umumnya wadah bekas makanan. Secara komposisi volume diketahui bahwa sampah di
perairan muara sebesar 0,128 gram/m2 , sampah di sungai sebesar 0,233 gram/m2, dan sampah di ekosistem mangrove sebanyak 1.164 gram/m2. Makroplastik debris yang terdampar di ekosistem mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan. Kelimpahan plastik pada ekosistem mangrove didominasi oleh makroplastik jenis styrofoam
terutama berupa wadah bekas makanan.
Dari dua lokasi kajian, yaitu Desa Pantai Sederhana dan Desa Pantai Bahagia diketahui kelimpahan makroplastik debris terapung di perairan sungai dan perairan laut lebih banyak di Desa Pantai Sederhana
dibandingkan Desa Pantai Bahagia.
Identifikasi dan Komposisi Makropastik Debris Terdampar di Ekosistem Mangrove Muara Gembong (Sumber: Olah Data Primer, Pusriskel 2020)
POLICY BRIEF 2020
0 4
POLICY BRIEF 2020
0 5
2. VOLUME SAMPAH DI PERAIRAN KECAMATAN MUARA GEMBONG
Anakan dari DAS Citarum di Kecamatan Pesisir Muara Gembong meliputi 20 area Sub-Sub DAS dengan luasan antara 80,7 ha (SubDAS M) hingga 2.077,86 hektar (SubDAS F). SubDAS F bermuara di Muara Bendera dengan F1 berujung di muara Kali Mati. Analisis Daerah Aliran Sungai (DAS) selanjutnya digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik konsentrasi input sampah rumah tangga.
Input sampah rumah tangga ke badan sungai dianalisis dengan
pendekatan kuantitatif penginderaan jauh dan validasi serta survey lapang. Foto citra satelit ikonos tahun 2019 dengan jumlah 14.017 buah tile. Dari citra satelit tersebut dapat dideteksi obyek rumah
secara otomatis menggunakan kecerdasan buatan (AI) dengan aplikasi Picterra (https://app.picterra.ch).
Identifikasi rumah penduduk berdasarkan hasil interpretasi citra satelit tersebut diatas menunjukkan keberadaan sekitar 8.086 rumah di desa-desa pesisir Kecamatan Muara Gembong, dengan pola paralel dengan sempadan sungai, terutama Sungai Citarum yaitu sebanyak sekitar 4.640 buah rumah atau sekitar 57,4%. SubDAS dengan sebaran rumah penduduk terbanyak adalah subDAS F yaitu sebanyak 3.051 buah rumah atau sekitar 37,73%, kemudian subDAS F1 (1.615 atau 19,97%) dan K (664
sedangkan
atau 8,21%.). SubDAS F dan F1 adalah sungai utama Citarum subDAS K adalah sungai CBL (SubDas K atau Sungai
Cikarang Bekasi Laut/CBL tidak kita bahas).
POLICY BRIEF
0 6
POLICY BRIEF 2020
0 7
POLICY BRIEF 2020
0 8
2. ESTIMASI INPUTAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Estimasi timbulan sampah dihitung berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002 tentang banyaknya sampah rumah tangga yang timbul dari
penduduk dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan. Dalam kajian ini digunakan asumsi seberat 0,87 kg/orang/hari. Angka ini kemudian diverifikasi di lapangan melalui wawanacara di lokasi (Juli 2020). Jumlah orang dalam satu rumah dihitung dengan referensi data BPS tahun 2019 sehingga diperoleh nilai rata-rata orang dalam 1 rumah yaitu sebanyak 4 (empat) orang. Dengan asumsi terdapat 4 (empat) jiwa dalam satu rumah maka maka tiap rumah menghasilkan sampah seberat 3,48 kg/hari. Input sampah rumah tangga pada akhirnya dapat dihitung.
Desa yang menghasilkan sampah rumah tangga paling banyak adalah Desa Pantai Harapan Jaya yaitu sebanyak 2.603,91 ton/tahun. Adapun total sampah yang dihasilkan di desa-desa pesisir Kecamatan Muara Gembong adalah sebanyak 10.270,84 ton/tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2019, Kecamatan Muara Gembong berpenduduk 37.753 jiwa maka diperkirakan volume sampah yang dihasilkan adalah
sebanyak 11.988,47 ton/tahun atau sebesar 1,42% dari sampah yang dihasilkan satu Kabupaten Bekasi (846.956,34 ton/tahun).
Tabel Sebaran Input Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Muara Gembong
POLICY BRIEF 2020
0 9
3. VOLUME SAMPAH DI PERAIRAN KECAMATAN MUARA GEMBONG
Volume sampah di perairan pesisir adalah sebesar 0,13 gr/m2 sedangkan untuk perairan sungai sebesar 0,23 gr/m 2 . Sehingga apabila dikalikan dengan luas perairan pesisir Kecamatan Muara
Gembong akan diperoleh volume sampah seberat 24,78 ton, dan untuk perairan sungai seberat 0,63 ton. Sehingga total volume sampah
perairan adalah seberat 25,42 ton.
Estimasi sampah rumah tangga adalah 28,14 ton per harinya;
sedangkan berdasarkan data dari Pusrikel tahun 2020 diketahui bahwa terdapat sekitar 25,42 ton sampah di perairan Kecamatan Muara
Gembong. Dengan demikian terdapat selisih sekitar 2,72 ton sampah tiap harinya. Nilai tersebut bisa diasumsikan sebagai volume sampah yang berhasil didaur ulang dan atau yang terjebak di dalam ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di Kecamatan Muara Gembong,
berdasarkan data Pusat Riset Kelautan, adalah sekitar 836,53 hektar, dan volume sampah yang berada di ekosistem mangrove adalah sebesar 1.164 gr/m2 .
POLICY BRIEF 2020
1 0
K E SI MP U L A N D A N R E K O ME N D A SI
Hasil penelitian Pusat Riset Kelautan menunjukkan bahwa:
1. Volume sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kecamatan Muara Gembong sebesar 25,42 ton dengan perincian 24,78 ton berada did aratan dan 0,63 ton berada di perairan/badan sungai 2. Terdapat selisih 2,72 ton sampah per hari. Dari penelitian di
lapangan diperoleh data bahwa terdapat endapan atau drifting
sampah sebesar 1.165 gram/m2; sedangkan luasan hutan mangrove di pesisir Kecamatan Muara Gembongadalah 836,53 ha. Ini artinya bahwa hutan mangrove sampah yang mengalir dari badan sungai sebagian tertambat pada mangrove, dan sebagian lagi mengalir menuju ke laut.
3. Perhitungan volume sampah di Kecamatan Muara Gembong ini dengan asumsi bahwa pengelolaan sampah di kecamatan selain Muara Gembong sudah baik sehingga badan sungai Citarum dapat diminimalisir sekecil mungkin dalam mengalirkan sampah.
4. Dari sampah-sampah yang terdapat di perairan Muara GEmbong di
dominasi oleh plastik dan karet. Dengan demikian, pengolahan sampah direkomendasikan terfokus pada pengolahan plastik dan karet, baik dengan melakukan transformasi plastik ke bbm maupun dengan insenerasi. Perlu dicatat bahwa daur ulang sampah plastik hanya dapat dilakukan untuk plastik dalam kondisi cukup baik yang biasanya berasal dari sumber rumah tangga langsung.
POLICY BRIEF 2020
0 5
R E F E R E N SI
1. Azis, A., Wijayanto, D., Hari P.Y. 2020 Kajian Pengembangan Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Sebagai Kampung Wisata Bahari. Diakses internet 13 Maret 2020 https://ikamat.org/
2. Bank Dunia. 2018.Hotspot sampah laut Indonesia, Kajian Cepat. Laporan Sintesis April. 2018. 53 ha
3. Cordova, M.R. 2017. Pencemaran Plastik di Laut. Oseana, Volume XLII, Nomor 3 Tahun 2017 : 21 - 30 Cordova 2018
4. Fareza, A.G & Sembiring, E. 2020. Occurence Of Microplastics In Water, Sediment And Milkfish (Chanos chanos) In Citarum River Downstream (Case Study: Muara Gembong). E3S Web of Conferences 148.
5. Kamil, R. 2018. Selamatkan Citarum Selamatkan Kehidupan. Paparan Gubernur Jawa Barat dalam Rapat Terbatas Kabinet 16 Januari 2018 disampaikan pada Sosialisasi Program dan Persiapan Ratas Kabinet Tentang Penataan Sungai Citarum.
6. KLHK. 2017. Pemantauan Sampah Laut Tahun 2017. Presentasi diakses 18 Maret 2020 ppkl.menlhk.go.id › website › filebox › 18070316090.Plastics Europe (2018) Plastics the facts 2018. https://www.plasticseurope.org/en/resources/publications/619-plastics-facts- 2018 [ 8 Agustus 2019]
7. Prasetiawan T. 2018. Upaya Mengatasi Sampah Plastik di Laut. Info Singkat Vol X No 10/II/Puslit/Mei/2018
8. Pusat Riset Kelautan, 2020, Pengelolaan Sampah Plastik LAut di Wilayah Pesisir, IPB Press
9. Singh B., and N. Sharma.(2008). Mechanistic implications of plastic degradation. Polymer Degradation and Stability, 93: 561–584.
10. Suryono, D.D & Rustam, A, 2019. Pencemaran Pesisir dan Laut. Dalam Widjaya, S & Kadarusman. 2019 Buku Besar Maritim Seri Buku 3: Sumber Daya Non hayati Maritim. AmaFrad Press. Hal 232-277
11. UNEP (2016). Marine plastic debris and microplastics – Global lessons and research to inspire action and guide policy change. United Nations Environment Programme, Nairobi. 12. UNEP and GRID-Arendal, 2016. Marine Litter Vital Graphics. United Nations Environment
Programme and GRID-Arendal. Nairobi and Arendal. UNESCO; WHO;