• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2016 merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016. Program dan kegiatan yang menjadi prioritas di tahun 2016 diarahkan kepada penyelesaian pencapaian tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Pelaksanaan pembangunan daerah disusun dalam suatu tahapan tertentu untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan proses pembangunan serta keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.

Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan tahun berjalan dengan RKPD, ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan pokok pembangunan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan.

Prioritas pembangunan tahunan disusun berdasarkan kriteria :

a. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan sesuai tema pembangunan;

b. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;

c. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya;

d. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun.

Sebagai dokumen perencanaan pembangunan RKT merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di mana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut, RKT mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: a. Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat

seluruh kebijakan publik;

b. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat sasaran dan prioritas pembangunan daerah satu tahun;

(2)

2

c. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah Daerah

2 Dasar hukum

a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan danKinerjaInstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4663);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasiaonal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

d. PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara,Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4689);

e. Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, PelaporanKinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

3. Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah

Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan perencanaan menjadi komponen dalam siklus pelaksanaan pembangunan. Hasil evaluasi adalah merupakan review atas segala hal yang mengarah pada sebuah keberhasilan maupun

(3)

3

kegagalan atas upaya yang telah dikerjakan. Menjadi sangat esensial keberadaannya seandainya dapat menjadi titik tolak pelaksanaan pembangunan periode berikutnya.

Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purworejo menghasilkan berbagai pencapaian. Pokok-pokok hasil capaian pelaksanaan pembangunan Kabupaten Purworejo disajikan dalam 2 kelompok besar yaitu Kondisi Umum Daerah dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan.

1. Kondisi Umum Daerah

1.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Letak, luas dan batas wilayah

Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” - 1100 8’ 20” Bujur Timur dan 7o 32’ – 7o 54” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo, Propinsi

DIY Sebelah

selatan

: Samudra Indonesia

Sebelah barat : Kabupaten Kebumen

2. Kondisi Topografi

Kondisi kemiringan lereng atau lereng Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu:

a. Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo,

b. Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen,

c. Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo,

d. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.

(4)

4

Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai dengan 1.064 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi

Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut :

a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut. b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan

ketinggian antara 25 – 1064 meter di atas permukaan air laut.

3. Kondisi Klimatologis

Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Rata-rata suhu udara di Purworejo antara 19–28oC dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun hingga 3.720 mm/tahun.

Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering setiap tahun maka curah hujan di Kabupaten Purworejo termasuk dalam kategori tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut secara langsung dapat mengakibatkan penjenuhan pada tanah permukaan sehingga mempengaruhi drainase permukaan tanah. Hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo.

4. Kondisi Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi. Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir maupun kekeringan. Proporsi litologi batuan Kabupaten Purworejo berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar 60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi dan 39,9% aluvium tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan barat Kabupaten Purworejo. Susunan batuan/stratigrafi yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi

(5)

5

pada Pegunungan Serayu Utara yang berada di bagian utara dan Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur. Kabupaten Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial, bentuk lahan asal proses marin dan bentuk lahan asal proses denudasional.

5. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi sumber daya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga pengembangan sumber daya alam daerah harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan sumber daya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian lingkungan. Kekeliruan pengembangan sumber daya alam selain berdampak pada degradasi sumber daya alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang berakibat sangat merugikan.

Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Di Kabupaten ini terdapat beberapa sungai yang mengalir di daerah ini dan bermuara di Samudera Indonesia. Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo.

6. Kondisi Penggunaan Lahan

Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua kategori yaitu lahan kering seluas 72,854.80 Ha atau 70,40 % dan tanah sawah seluas 30,626.97 Ha atau 29,60%. Lahan kering terdiri dari 10,116.50 Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya, 51,598.14 Ha berupa tegal/kebun /ladang/huma, 6,857.88 Ha berupa hutan negara, dan sisanya berupa padang rumput, tambak,

(6)

6

tanah lainnya. Luas sawah beririgasi adalah 27,677.14 Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 2949.83 Ha.

Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang terkendali. Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan permukiman.

7. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah diarahkan pada kawasan budidaya yang direncanakan sesuai kemampuan lahan guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.Pemanfaatan kawasan budidayajuga diarahkan dalamrangkamendukung terciptanya struktur ruang yang mendukung bagi pengembangan berbagai sektor pembangunan dan integrasiwilayah.Pengembangan kawasan budidaya di KabupatenPurworejo dilakukan secara efektif dan efesien serta sinergis, agar pemenfaatan ruang dan sumber daya dapat dilakukan secara optimal. Berkenaan dengan itu, strategi pengembangan kawasan budidaya ditekankan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

8. Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Wilayah Kabupaten Purworejo terdapat 4 (empat) kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang dan kawasan rawan bencana kekeringan.

9. Demografi

a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo menurut hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010 adalah 694.404 jiwa. Sedangkan kondisi pada akhir tahun 2013 adalah 705.485 jiwa. Dilihat dari

(7)

7

persebarannya, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 11,92 % dan 8,36% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Adapun Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013 sebagaimana tersaji pada gambar berikut.

Gambar 2.1.

Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013

Sumber Data : Purworejo Dalam Angka Tahun 2014

b. Usia

Sebagian besar Penduduk Purworejo berusia antara 15–64 Tahun. Rasio beban ketergantungan di Purworejo tahun 2013 adalah 54,24. Artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) rata-rata menanggung beban 54,24 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 keatas).

Kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo rata-rata 684,65 orang/km2. Dari sisi kewilayahan, terdapat tiga kecamatan yang kepadatan penduduknya di atas 1.000 orang/km2 yaitu Kecamatan Purworejo dengan kepadatan penduduk sebesar 1.589,05 orang/km2, Kecamatan Kutoarjo dengan kepadatan penduduk

(8)

8

sebesar 1.563,56 orang/km2 danKecamatan Bayan dengan kepadatan penduduk sebesar 1.067,24 orang/km2. Hal ini disebabkan karena tiga kecamatan tersebut memang merupakan kawasan Aglomerasi yaitu kawasan strategis tumbuh cepat Kota Purworejo-Kota Kutoarjo. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kaligesing dengan kepadatan penduduk sebesar 393,56 orang/km2 dan Kecamatan Bruno dengan kepadatan penduduk sebesar 403,27 orang/km2. Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya memiliki hutan yang cukup luas.

Laju pertumbuhan penduduk Purworejo dari tahun 2010 2013 adalah 1,595%. Rata-rata pertumbuhan penduduk Purworejo pertahun sebesar 0,531%. Pertumbuhan penduduk Kecamatan yang di atas rata-rata Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Butuh, dan Bruno.

Salah satu ukuran kualitas yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang telah berhasil dicapai adalah dengan Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup. Sedangkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf merupakan dimensi pokok yang menunjukkan status tingkat pendidikan. Pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Perkembangan IPM Kabupaten Purworejo dalam kurun waktu tahun 2008-2013 menunjukkan peningkatan. Capaian IPM Kabupaten Purworejo pada tahun 2013 sebesar 74,18 meningkat dari tahun 2012 sebesar 73,53. Jika dibandingkan target yang tercantum dalam dokumen RPJMD Kabupaten Purworejo 2011-2015.

(9)

9

Komponen pembentuk indikator IPM ada 4 yaitu: Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Lama Sekolah serta Pengeluaran per Kapita. Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Standar UNDP besarnya adalah 25 < x > 85 (minimal 25 tahun dan maksimal 85 tahun). Pada tahun 2011 angka harapan hidup di Kabupaten Purworejo adalah 70,78 tahun meningkat menjadi 71,04 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 71,44. Kondisi ini masih di bawah Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 71,97 di tahun 2013.

Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun

ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Standar UNDP minimal 0% dan maksimal 100%. Pada tahun 2011 angka melek huruf di Kabupaten Purworejo mencapai 91,74% meningkat menjadi 92,79% di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 93,53. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 91,71% di tahun 2013.

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purworejo adalah 7,75 tahun meningkat menjadi 7,84 tahun di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 7,93 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,02. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 7,43 tahun di tahun 2013.

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan merupakan pengeluaran riil

perkapita yang telah disesuaikan untuk menggambarkan daya beli masyarakat. Standar UNDP maksimal Rp. 737.720,- yang merupakan proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta pada tahun 2018 dengan asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% per tahun selama periode 1993-2018. Pengeluaran riil perkapita di Kabupaten Purworejo meningkat dari Rp. 634,970,- di

(10)

10

tahun 2010 menjadi Rp. 636.340,- di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi Rp. 638.510,- di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 641.040,-. Namun demikian, pengeluaran per kapita Kabupaten Purworejo masih relatif sedikit lebih rendah dari Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 646.440.

IPM Kabupaten Purworejo meningkat setiap tahunnya dan di atas angka provinsi maupun nasional. Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Purworejo yang perlu perhatian adalah Usia Harapan Hidup dan yang perlu kerja keras adalah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan.

1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. PDRB dan Perkembangannya

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian dari sistem neraca ekonomi regional yang didalamnya merekam hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu (satu tahun). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

b. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam periode tahun sampai dengan tahun 2011 ini menggunakan tahun dasar tahun 2000.

c. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

d. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku adalah 6.466.490,69 juta rupiah dan meningkat menjadi 7.143.081,12 juta rupiah, atau meningkat tiap tahun sebesar 10,46%. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mencapai 3.016.597,82 juta rupiah di tahun 2010 menjadi 3.168.113,50 juta rupiah di tahun 2011,

(11)

11

atau meningkat 5,02%. Artinya bahwa jika dibandingkan dengan tahun dasar tahun 2000, maka perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 3,78 kali dan untuk harga konstan mencapai 1,67 kali di tahun 2011.

2. Laju Inflasi

a. Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional. Inflasi menunjukan tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian di suatu wilayah. Dengan mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah tertentu dari waktu ke waktu akan diketahui tingkat perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah tersebut.

b. Dilihat dari persebaran inflasi menurut kelompok barang dan jasa pada tiga tahun terakhir, maka kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pemicu inflasi pada akhir tahun 2012 yang mencapai 8,09%.

Secara regional Jawa Tengah laju inflasi Kabupaten Purworejo relatif cukup baik. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat empat daerah yang dijadikan Kota Survey Biaya Hidup (SBH) yaitu Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Tegal. Empat daerah ini yang menjadi barometer tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian wilayah regional di Jawa Tengah. Jika dibandingkan dengan empat kota SBH tersebut, laju inflasi Kabupaten Purworejo masih lebih rendah dari Purwokerto dan relatif lebih mendekati Tegal. Jika dibandingkan dengan daerah sekitar, laju inflasi Kabupaten Purworejo tahun 2012 masih sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Magelang. Namun demikian tetap dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Purworejo memiliki perkembangan harga dan stabilitas perekonomian yang relatif cukup baik.

(12)

12 3. PDRB per kapita

PDRB per kapita berbeda dengan pendapatan per kapita. PDRB per kapita menunjukan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu.

Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo mencapai Rp. 9.299.166,25 dan meningkat menjadi 10.257.226,13 pada tahun 2011. Namun kondisi di tahun 2011 tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 15.376.170,75 maupun skala nasional yang mencapai Rp. 30.812.926,11.

4. Indikator ketimpangan Regional

Kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perlu dilihat dari sisi pemerataan pembangunan di masing-masing wilayah pendukung. Hal tersebut diperuntukan untuk dapat menekan timbulnya kesejangan pembangunan kewilayahan khususnya yang disebut dengan ketimpangan wilayah. Ketimpangan itu sendiri terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan ekonomi yang belum merata. Ketimpangan pembangunan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks ini dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.

Indek ketimpangan Williamson dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu melalui indek ketimpangan menurut lapangan usaha dan indek ketimpangan menurut kewilayahan atau antar kecamatan. Indek ketimpangan menurut lapangan usaha

(13)

13

menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar sembilan kelompok lapangan usaha yang ada di seluruh wilayah kabupaten. Sedangkan indek ketimpangan kewilayahan atau antar kecamatan menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar wilayah kecamatan.

Jika dilihat menurut lapangan usaha, Indeks ketimpangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun 2010-2011 menunjukan grafik sedikit meningkat yaitu dari 0,6912 menjadi 0,74613. Artinya bahwa terjadi kesenjangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dimana beberapa sektor terjadi penguatan dan menjadi sangat dominan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi antar wilayah sektoral kecamatan sementara sektor yang lain berada di bawah rata-rata umum kabupaten. Jika dicermati maka sektor pertanian, industri, dan perdagangan dan jasa masih merupakan sektor dominan di Kabupaten Purworejo. Kondisi ini dapat dikatakan masih sejalan dengan visi misi daerah dimana menkankan pada pembangunan menuju daerah agribisnis.

Jika dilihat menurut kewilayahan, ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Purworejo secara makro terdapat kesenjangan kewilayahan khususnya antara beberapa wilayah kecamatan yang secara geografis berada di dataran tinggi dengan beberapa wilayah kecamatan yang berada di daerah dataran rendah dan datar yang sebagian diantaranya merupakan kota pusat pertumbuhan. Indeks ketimpangan wilayah kecamatan Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun 2010-2011 justru menunjukan grafik menurun yaitu 0,3800 menjadi 0,37141 menurut PDRB atas dasar harga berlaku. Kondisi ini menunjukan bahwa pemerataan pembangunan antar kecamatan yang dihitung berdasar kondisi empiris di tahun 2011 relatif lebih merata dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari pertumbuhan indek ketimpangan wilayah berdasar PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000,

(14)

14

perkembangan kesenjangan antar wilayah di tahun 2010-2011 juga mengalami penurunan yaitu 0,3500 menjadi 0,34209. Artinya bahwa walaupun beberapa kecamatan relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya namun proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah tidak menjadi pemicu kesenjangan dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah dapat disimpulkan terjadi proses saling mendukung (backward and forward linkage) antar wilayah sehingga menyebabkan tidak terjadinya kecenderungan konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial yang memunculkan kondisi ketimpangan sektoral antar daerah di Kabupaten Purworejo.

2. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan

2.1 Evaluasi pencapaian prioritas pelaksanaan pembangunan sampai dengan tahun berjalan

Evaluasi pembangunan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi pembanguan dilaksanakan secara sistematis dengan mengumpulkan, menganalisis data informasi untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan.

2.2 Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Dalam Dimensi Kewilayahan.

Perkembangan pembangunan suatu daerah pada dasarnya adalah merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan wilayah-wilayah yang menjadi cakupannya. Perkembangan pembangunan Kabupaten Purworejo merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan 16 Kecamatan dan 494 desa yang ada di Purworejo. Dengan demikian perkembangan pembangunan sebuah Kabupaten salah satu faktor penentunya adalah sejauhmana

(15)

15

perkembangan wilayah-wilayah cakupannya, seberapa besar kesenjangan antar wilayah yang ada.

Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber, berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial dan seringkali memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah.

2.2.1 Ketimpangan Antar Wilayah

Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Purworejo dapat ditinjau dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Yang dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per kapita serta jumlah penduduk, masing-masing untuk tiap kecamatan. Angka indeks ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar.

Indeks Williamson Kabupaten Purworejo meningkat terus sejak tahun 2006 sampai 2011. Fenomena tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam hal ketimpangan antar wilayah. Kesenjangan antar wilayah Kecamatan yang tampak dalam Indeks Williamson tersebut mengungkap adanya beberapa wilayah yang secara relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya. Apabila dipetakan dengan menggunakan tipologi Klasen maka akan tampak tipologi suatu wilayah apakah berada dibawah atau diatas rata-rata wilayah lainnya.

Berikut tabel yang menunjukkan pengklasifikasian wilayah dalam 4 kuadran mengikuti pola tipologi klasen

(16)

16

Tabel.

Empat Kuadran Tipologi Klasen

Yc ap Tinggi Rendah

R

Tinggi Maju dgn pertumbuhan cepat

Berkembang cepat

Purworejo Bayan

Kutoarjo Banyuurip

Rendah Maju tapi tertekan Kurang berkembang

Purwodadi Grabag Butuh Bagelen Ngombol Kaligesing Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Sumber: Analisis, 2013

Berdasarkan tipologi klasen tersebut diatas dua wilayah dalam kategori maju dengan pertumbuhan cepat, 3 wilayah dalam kategori berkembang cepat, 2 wilayah dalam kategori maju tapi tertekan dan 9 wilayah dalam kategori kurang berkembang.

Perkembangan kondisi masing-masing wilayah selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa 2 wilayah menunjukkan perkembangan yang meningkat yaitu Ngombol Banyuurip dan Butuh, 1 wilayah mengalami penurunan Ngombol, dan 13 wilayah kondisinya tetap (yaitu Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Bayan, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano,Grabag dan Bener). Perkembangan tersebut tampak dalam tabel berikut ini :

(17)

17

Tabel.

Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011

Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011

No Kecamatan Tipologi Ket.

2009 2010 2011 1. Grabag Berkembang cepat Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 2. Ngombol Kurang Berkembang

Berkembang cepat Kurang berkembang

Turun

3. Purwodadi Maju Tapi Tertekan

Maju tapi tertekan Maju tapi tertekan Tetap

4. Bagelen Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 5. Kaligesing Berkembang cepat

Berkembang cepat Kurang berkembang Tetap 6. Purworejo Maju Dgn Pertumbuhan Cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Tetap 7. Banyuurip Maju Dgn Pertumbuhan Cepat

Maju tapi tertekan Maju dengan pertumbuhan

cepat

Naik

8. Bayan Berkembang cepat

Berkembang cepat Berkembang cepat Tetap

9. Kutoarjo Maju Dgn Pertumbuhan Cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Tetap

10. Butuh Maju Tapi Tertekan

Kurang berkembang

Maju tapi tertekan Naik

11. Pituruh Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 12. Kemiri Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 13. Bruno Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 14. Gebang Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 15. Loano Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap 16. Bener Berkembang cepat Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap Sumber: Analisis, 2013

(18)

18

Karakteristik suatu wilayah yang dapat pula menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan yang diantaranya tampak dalam kekuatan masing-masing sektor produksinya. Demikian juga mengenai aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo yang secara administratif tersebar ke dalam 16 wilayah Kecamatan. Tampak bahwa sebagian besar wilayah secara struktural didominasi oleh agrikultural, namun beberapa wilayah sudah mulai bergerak pada sektor manufaktur dan jasa.

Berdasar struktur produksi tiap-tiap wilayah tersebut, maka hampir semua kecamatan telah mengalami pergeseran struktur ekonomi. Sektor primer (agraris) perlahan bergeser ke sector sekunder (manufacture) dan sector tersier (jasa). Kondisi pada tahun 2011, tipe kecamatan, yaitu :

a. Bertipe agraris ada 12 kecamatan yaitu kecamatan Grabag, Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener.

b. Bertipe industri ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Banyuurip dan kecamatan Bayan

c. Bertipe jasa-jasa ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo.

Meskipun demikian selama periode ini kecamatan yang masih bertipe agraris secara perlahan-lahan bergeser kearah industri dan jasa-jasa

2.2.3. Upaya Pengembangan Wilayah

Pembangunan wilayah telah dilakukan pemerintah daerah melalui program kegiatan yang dikelola oleh satuan kerja perangkat daerah maupun melalui bantuan sosial kemasyarakatan dan hibah dari pemerintah daerah langsung kepada masyarakat.

Secara umum alokasi pada beberapa wilayah tampak relatif lebih besar dari wilayah lain. Pada beberapa skema bantuan memang tidak dapat didistribusikan merata untuk semua wilayah namun disesuaikan dengan jumlah kelompok sasaran yang ada di masing-masing wilayah. Misal untuk Dana Alokasi Untuk Desa

(19)

19

didistribusikan sesuai dengan jumlah desa yang ada dalam suatu wilayah. Distribusi bantuan kemasyarakatan, hibah serta bantuan sosial pada tahun 2012 sudah relatif terdistribusi ke 16 wilayah, namun demikian tetap ada wilayah yang alokasinya relatif sangat kecil dibanding wilayah lainnya. Yang relatif lebih besar pada satu wilayah perlu untuk dioptimalkan lagi dari sisi pemerataannya pada periode yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan proposal yang masuk namun secara proaktif perlu disusun pola alokasi yang lebih merata ke semua wilayah.

Kinerja pelaksanaan kegiatan di kecamatan selama tahun 2012 secara umum dari sisi kuantitas (% realisasi output) cukup baik, namun dari sisi kualitas terdapat beberapa kegiatan yang kurang optimal dalam pelaksanaannya.

Beberapa upaya lain dalam hal peningkatan kapasitas wilayah, terdapat dalam program dan kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh beberapa satuan kerja perangkat daerah. Meliputi peningkatan sarana prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan dan kelautan maupun perindustrian dan perdagangan.

RENCANA KINERJA TAHUNAN

KABUPATEN

: PURWOREJO

TAHUN ANGGARAN : 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4 1. BIDANG PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN OLAH RAGA Meningkatnya aksesibilitas pendidikan

Pendidikan anak usia dini, non formal dan informal

1. APK PAUD 4-6 tahun 71.93% 2. APK PAUD 0-6 tahun 32.00%

(20)

20

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

3. Prosentase Angka Buta Huruf

(Penurunan) 0.21%

4. Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) berkinerja A dan B

47.06%

5. % Ketersediaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal

100%

6. % Keterlaksanaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal

100% 1. % ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran PAUDNI 45% Pendidikan Dasar

1. APK SD/ SDLB/MI/ Paket A 100.0%

2. APM SD/ SDLB/MI/ Paket A 86.27%

3. APK SMP/ SMPLB/ MTs/ Paket B 98.9% 4. APM SMP/ SMPLB/ MTs/ Paket B 81.5%

5. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD dan 6 km untuk SMP dari

kelompok permukiman

permanen di daerah terpencil

100%

6. Di setiap SD dan SMP tersedia satu ruang guru yang

dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf

kependidikan lainnya; dan di setiap SMP tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

50.3%

7. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap

satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

96.00%

(21)

21

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

9. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;

89.00%

10. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus

masingmasing sebanyak 40% dan 20%;

54.00%

11. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa

Indonesia, dan Bahasa Inggris;

41.00%

12. Di setiap Kabupaten/Kota

semua kepala SD

berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

65.00%

13. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

86.00%

14. Di setiap kabupaten/kota

semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah

memiliki sertifikat pendidik;

100.00%

15. % Ruang kelas SD sesuai

standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan

74.9%

16. % Ruang kelas SMP sesuai

(22)

22

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan 17. % SD yang memiliki perpustakaan 80.01% 18. % SMP yang memiliki Laboratorium Penunjang 83.15%

19. % SD yang memiliki sanitasi layak

100.0%

20. % SMP yang memiliki sanitasi

layak 100.0% 21. % ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran SD/SMP 76.80% Pendidikan Menengah 1. APK SMA/SMK/MA/Paket C 85.4% 2. APM SMA/SMK/MA/Paket C 75.7%

3. % Ruang kelas SMA/SMK

sesuai standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan

90.0%

4. % SMA/SMK yang memiliki

sanitasi layak

5. % ketersediaan sarana

prasarana penunjang pembelajaran SMA/SMK

1. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga

Pendidik PAUDNI 2,650

2. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik PAUDNI

1,250

3. Ketersediaan Tenaga

Kependidikan Non Guru PAUDNI

4. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap

satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

96.00%

5. Di setiap SMP tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah

(23)

23

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

6. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;

89.00%

7. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus

masingmasing sebanyak 40% dan 20%;

54.00%

8. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa

Indonesia, dan Bahasa Inggris;

41.00%

9. Di setiap Kabupaten/Kota

semua kepala SD

berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

65.00%

10. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik

86.00%

11. Di setiap kabupaten/kota

semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah

memiliki sertifikat pendidik;

100.00%

12. Pemenuhan Kebutuhan

Tenaga Pendidik Pendidikan

Menengah 100.00%

13. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik pendidikan menengah

14. Ketersediaan Tenaga

(24)

24

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4 Pendidikan menengah

1. Angka putus sekolah

a. Jenjang SD/SDLB/MI 0.04%

b. Jenjang SMP/SMPLB/MT's 0.07%

c.Jenjang SMA/SMK/MA 0,10%

2. Angka Kelulusan SD/SDLB/MI 100%

3. Angka Kelulusan

SMP/MTs/SMPLB 100%

4. Angka Kelulusan

SMA/SMK/MA 100%

5. Angka lulus pendidikan

kesetaraan paket A 100%

6. Angka lulus pendidikan

kesetaraan paket B 100%

7.% Ketersediaan kurikulum

muatan lokal pendidikan dasar 100%

8. % Keterlaksanaan kurikulum

muatan lokal pendidikan dasar 100%

9.Prosentase sekolah yang

menetapkan RAPBS tepat waktu

100%

10. Nilai rata rata Ujian Nasional

a. SD/MI 6.90

b. SMP/MTs 5.50

c. Pendidikan Menengah 6.25

11. % Pengelolaan Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) yang sesuai standar

65.2%

12. Jumlah event kompetisi

Bidang Pendidikan

13. Angka melanjutkan jenjang SMP/MTs

100%

14. Angka melanjutkan jenjang SMA/MA/SMK 100% Meningkatnya perlindungan dan pemanfaatan asset budaya

1). Cakupan Kajian Seni 50% 60.00%

2). Cakupan Fasilitasi Seni 30% 85.71%

3).Cakupan Gelar Seni 75% 100.00%

4). Misi Kesenian 100% 100.00%

5). Cakupan Sumber Daya

Manusia Kesenian 25%

85.71%

6). Cakupan Tempat 100% 50.00%

(25)

25

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

1). Jumlah cagar budaya yang

diregistrasi 279

2). Jumlah cagar budaya yang

direvitalisasi 83

3). Tersedianya museum yang

representative 1

4). Cakupan Pembinaan Nilai

Sejarah, Adat, dan Tradisi

15

Meningkatnya

prestasi pemuda dan olahraga

1. Jumlah pemuda pelopor

kabupaten 6 2. Jumlah organisasi kepemudaan aktif 20 3. Jumlah Kewirausahaan Pemuda 12 4. Prosentase organisasi

kepramukaan yang aktif 100%

5. Jumlah prestasi olahraga 30

6. Jumlah penyelenggaraan

kejuaraan olahraga tingkat daerah Kabupaten

13

7. Jumlah event olahraga untuk

masyarakat 2

8. Prosentase klub / organisasi olahraga yang aktif

87% 2. BIDANG KESEHATAN Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat

1. Cakupan pelayanan pasien

rawat jalan yang tertangani 100%

2. Jumlah Puskesmas dengan

sarpras sesuai standar 2

3. Jumlah Puskesmas dengan

SDM yang sesuai standar 2

4. Cakupan pelayanan pasien

rawat inap yang tertangani 100%

5. Jumlah Puskesmas rawat inap

dengan sarpras sesuai standar 1

6. Jumlah Puskesmas rawat inap dengan SDM yang sesuai

standar

(26)

26

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

6. Cakupan pelayanan gawat

darurat level I (RS ) di kabupaten

75%

Pelayanan Gawat Darurat (RS)

level I di Kabupaten 6

Pelayanan Gawat Darurat (RS) di

Kabupaten 8

7. Cakupan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Fasilitas

Penunjang Pelayanan

Kesehatan&Tenaga Kesehatan yg teregristrasi

100%

1. Cakupan ketersedian obat dan

perbekes sesuai kebutuhan 100%

2. % pengawasan obat dan

makanan 32%

3. % penggunaan obat rasional 95%

4. Cakupan Pelayanan Sertifikasi

Produk Pangan 100%

1. Persentase anak mendapat

imunasi dasar lengkap ( >= 85% sasaran)

92.30%

2. Cakupan desa/kelurahan

Universal Child Immunization (UCI)

100%

3. Cakupan Penemuan dan

Penanganan Penderita Penyakit

a. Acude Falcid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk berusia < 15 tahun

100%

b. Pneumonia Balita ditangani 100%

c. Pasien baru TB BTA positif 100%

d. Penderita DBD yang ditangani 100%

e. Penderita diare ditangani 100%

f. Kasus baru HIV/AIDS ditangani 100%

g. Kasus Baru Kusta ditangani 100%

h. Penderita malaria ditangani 100%

i. Angka kesakitan malaria 0,9‰

j. Juml Desa HCI(khusus

malariatinggi) 100%

DESA MCI (Midle Case

Incidence) 16

Desa HCI (High Case

Incidence) 14

k. Kasus ISPA Balita ditangani 100%

l. Kasus penyakit tidak menular ditangani

(27)

27

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

4. Terkendalinya populasi lalat di

TPS dan TPA 20%

5. Cakupan rumah sehat 75%

6. Terpantaunya kesehatan

TTU/TPM 100%

7. Jumlah sample air yang

diperiksa 460 8. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam 100%

9. Cakupan pelayanan kesehatan

jemaah haji

100%

1. Angka Kematian bayi (per

1000 kelahiran hidup) 12/1000 KH

2. Angka kematian balita (AKABA) 13,5/1000 KH

3. Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup) sesuai MDGs

102/100.0 00 KH

4. Cakupan kunjungan Ibu Hamil

K4 95%

5. Cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani 100%

6. Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

95%

7. Cakupan neonatus dengan

komplikasi yang ditangani 80%

8. Cakupan kunjungan bayi 90%

9. Cakupan pelayanan anak

balita 80%

10. Cakupan pelayanan ibu nifas 95%

11. Cakupan puskesmas PKPR

(Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

6

12. Cakupan Pelayanan

Kesehatan LANSIA

60%

13. Prevalensi gizi buruk 0.09%

14. Cakupan Balita Gizi Buruk

mendapatkan perawatan 100%

15. Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI usia 6-24 bulan bagi keluarga miskin

100%

16. Jumlah kasus kretin baru 0 kasus

(28)

28

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

beryodium masyarakat

18. Cakupan anemia ibu hamil

(target Nasional) <15 %

19. Cakupan anemia ratri (target

Nasional) <15 %

20. Cakupan ibu hamil KEK <20%

21. Cakupan KEK Ratri <20%

22. Cakupan Balita Usia 0-6 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif

86%

23. Cakupan desa siaga aktif

mandiri 6.48%

24. Proporsi Posyandu Mandiri 23,72%

25. Prosentase PKD aktif 32%

26. Prosentase upaya promosi

kesehatan 100%

27. Jenis media informasi

kesehatan yang dipergunakan (elektronik, visual)

4 jenis

28. Juml Sasaran (orang) yg mendptkan pelayanan inf. kes yg dilakukan

39,520

29. Jumlah Sistem informasi

yang dipergunakan Pelayanan kesehatan

4

30. Cakupan penjaringan

kesehatan siswa SD dan setingkat

39,520

31. Persentase cakupan

pelayanan kesehatan Rumah sakit

39,520

32. Cakupan pelayanan gawat

darurat level 3 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten / kota

4

33. Cakupan rumah tangga sehat

yang melaksanakan PHBS

75%

1. Cakupan Masy. Miskin yg

mendpt Jaminan Kesehatan miskin (JKN Kesehatan)

100%

2. Jumlah Masyarakat Miskin

Yang Mendapat Jaminan Kesehatan (PBI)

258,689

(29)

29

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

rujukan pasien masy miskin peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran)

4. Cakupan Kepesertaan JKN 70%

3. BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN SUMBER DAYA AIR

Meningkatnya

cakupan air bersih bagi masyarakat

1. Cakupan akses air bersih 86.52%

2. Persentase cakupan layanan

air minum Perkotaan 83.88%

3. Persentase cakupan layanan

air minum Perdesaan 82.20%

Meningkatnya akses layanan infrastruktur dasar masyarakat

4. Prosentase sampah yang

tertangani 42.02%

5. Prosentase TPA yang

memenuhi kriteria dan dioperasikan secara layak

100%

6. Prosentase cakupan layanan

persampahan 100%

7. Tersedianya sistem air limbah

setempat yang memadai 87.35%

8. Cakupan akses sanitasi layak 86.73%

9. Prosentase cakupan layanan

air limbah perkotaan 0.09%

10. Prosentase saluran drainase

dalam kondisi baik 27.83%

11. Prosentase Bangunan gedung

Negara dalam Kondisi baik 85%

12. Prosentase bangunan gedung

yang tertangani kelaikan fungsinya

0%

13. Prosentase penataan

bangunan dan lingkungan di kawasan perkotaaan

30.00%

14. Prosentase kesesuaian

bangunan dengan RTBL 100%

15. Proporsi panjang jaringan

jalan dalam kondisi mantap 74.27%

15. Peningkatan kapasitas jalan

kabupaten 5.00%

16. Prosentase Jembatan dalam

Kondisi Baik 96.77%

17. Peningkatan kapasitas

(30)

30

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

18. Prosentase permohonan IUJK

yang terlayani sesuai SOP 100%

19. Jenis Data dan Informasi

Jasa Konstruksi

100%

Meningkatnya kualitas penataan ruang

1. Tersedianya informasi rencana tata ruang

4%

2. Terselenggaranya pemanfaatan

ruang kabupaten sesuai rencana

99.9%

3. Terselenggaranya pengendalian

pemanfaatan ruang kabupaten 100%

4. Prosentase luas Ruang

Terbuka Hijau publik di wilayah perkotaan 17.89% Meningkatnya akses layanan infrastruktur dasar masyarakat 1. Tertanganinya pembangunan infrastruktur di kawasan strategis (Minapolitan, Agropolitan, Perbatasan (KSCT), Purwokulon, Kutoarjo- Purworejo, Kemiri, Purwodadi, kawasan pariwisata, kawasan industri)

55.6%

2. Prosentase Trotoar dalam

kondisi baik 73.00%

3. Prosentase PJU dalam kondisi

baik 79.19%

Meningkatnya cakupan pelayanan irigasi

1. Cakupan layanan irigasi pada

DI kewenangan kabupaten 100.00%

2.Prosentase Saluran irigasi

dalam Kondisi Berfungsi 33.45%

3.Prosentase Bendung/Bangunan

Air dalam Kondisi Berfungsi 30.47%

4. Prosentase drainase irigasi

dalam kondisi berfungsi 22.39%

5. Prosentase tingkat penanganan

kerusakan sungai 20.79%

6. Prosentase tingkat penanganan bangunan pengendali daya rusak air

24.29%

7. Prosentase pelaksanaan

kegiatan pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air

16.28%

8.Prosentase pelaksanaan

(31)

31

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

masyarakat dalam

pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air

Menurunnya dan berkurangnya kemiskinan dan pengangguran

1). Prosentase Rumah layak Huni 84.03%

2). Prosentase Kebutuhan rumah

(backlog rumah) 60.84%

3). Cakupan lingkungan yang

sehat dan aman yang didukung dengan PSU

63.77%

4). Prosentase kawasan

permukiman kumuh yang tertangani

40.00%

5).Cakupan perbaikan

perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social

20.00%

6). Prosentase Rumah layak Huni 84.03%

7). Prosentase Kebutuhan rumah

(backlog rumah) 60.84%

8). Cakupan lingkungan yang

sehat dan aman yang didukung dengan PSU

63.77%

9). Prosentase kawasan

permukiman kumuh yang tertangani

40.00%

10.Cakupan perbaikan

perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social

20.00% 4. BIDANG SOSIAL Menurunnya prosentase keluarga miskin 1. Prosentase PMKS yang mendapatkan penanganan 46,14% 2. Persentase (%) PMKS yang menerima program

pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya

0,7%

3. rosentase (%) Pembinaan Panti

sosial skala kabupaten 100%

4.Cakupan Wahana

kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang

(32)

32

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial yang dibina

5. Prosentase daerah rawan

bencana yang masyarakatnya disiapsiagakan

300 desa

6. Prosentase (%)keluarga korban

bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat

100%

7. Prosentase penanganan

pemulihan trauma bagi korban bencana kabupaten

100%

8. Prosentase penyediaan

kebutuhan dasar bagi korban bencana

100%

9. Penghargaan kepada keluarga

pahlawan perintis dan veteran

3 event

10. Pemeliharaan taman makam

pahlawan 1 lokasi

5. BIDANG TENAGA KERJA Menurunnya jumlah

pengangguran 1. Jumlah pencari kerja terdaftar yang ditempatkan 2350 orang

2. Jumlah masyarakat yang

terlibat dalam kegiatan Perluasan Kerja

920 orang

3. Besaran tenaga kerja yang

mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi

32

4. Besaran tenaga kerja yang

mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat

240

5. Pelatihan berdasarkan unit

kompetensi 10 orang

6. Prosentase Pembinaan

Lembaga Pelatihan Kerja 100%

7. Angka sengketa pengusaha

pekerja per tahun tertangani 100.00%

8. Prosentase Perusahaan yang

sudah memenuhi persyaratan terbentuknya sarana

hubungan industrial

38.26%

9. Prosentase Perusahaan yang

menfasilitasi tenaga kerja mengikuti jamsostek

(33)

33

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

10. Prosentase pekerja/buruh

yang menjadi peserta jamsostek

70,48%

11. Rasio rata-rata upah

minimum kabupaten dibanding angka KHL (Kebutuhan Hidup Layak)

100%

12. Prosentase perusahaan yang

sudah menerapkan UMK 33,60%

13. Prosentase penanganan

kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

100%

14. Prosentase penanganan

pekerja anak 100.00%

15. Prosentase perusahaan yang

menerapkan peraturan ketenagakerjaan

37.33%

6. BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Meningkatnya

kesetaraan gender 1. Prosentase Program dan Kegiatan Responsif Gender di SKPD Kabupaten

72%

2. Prosentase Anggaran Responsif

Gender di SKPD Kabupaten

32%

3. Prosentase Desa yang

menerapkan perencanaan dan penganggaran responsif gender

10%

4. Cakupan ketersediaan tenaga

pelayanan pengaduan terlatih yang mampu menindaklanjuti pengaduan

100%

5. Cakupan ketersedian bantuan

hukum untuk mendampingi perempuan dan anak korban dan atau saksi KTP/KTA

100%

6. Cakupan layanan pemulangan

bagi perempuan dan anak korban kekerasan

100%

7. Prosentase Capaian indikator

Kabupaten Purworejo Layak Anak

70%

8. Prosentase pemenuhan

perlindungan anak,

kesejahteraan anak, dan hak-hak anak

75%

(34)

34

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

kekerasan pada perempuan dan anak

10. Jumlah kegiatan peningkatan

kualitas hidup perempuan dan anak

5

7. BIDANG KETAHANAN PANGAN Meningkatnya

produktivitas sector pertanian dalam arti luas

1. Ketersediaan bahan pangan dibandingkan kebutuhan pangan penduduk

1:1

2. Prosentase skor pola pangan

harapan 85.70% 8. BIDANG PERTANAHAN Optimalisasi tata kelola pemerintahan yang baik dan

kondusivitas daerah.

1. Prosentase tanah negara yang

teridentifikasi 100%

2. Prosentase tanah yang bersertifikat di Kabupaten Purworejo

100%

3. Tingkat pelayanan pengadaan dan sengketa tanah

100% 9. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Meningkatnya kualitas lingkungan hidup

1. Prosentase perusahaan wajib amdal (UKL/UPL/SPPL) yang diawasi

50%

2. Prosentase Tingkat Ketaatan

Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Air

60%

3. Prosentase Informasi Luasan

kerusakan Tanah untuk produksi biomassa

100%

4. Prosentase Tingkat Ketaatan

Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Udara

100%

5. Prosentase Jumlah pengaduan

masyarakat yang tertangani 100%

6. Cakupan pengelolaan keneka

ragaman hayati 20.00%

7. Prosentase Rumah tangga yang

menerapkan 3R 18%

(35)

35

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

10. BIDANG ADM KEPENDUDUKAN DAN CAPIL Meningkatnya

kualitas pelayanan public

1. Prosentase kepemilikan Kartu

Keluarga 93%

2. Persentase penduduk yang

memiliki akta kelahiran

96.32%

3. Prosentase Penduduk yang

memiliki KTP

90%

4. Tingkat keakuratan pencatatan

peristiwa kependudukan 100%

5. Tingkat updating database

kependudukan 100% 11. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

1. Prosentase ketersediaan data

profil desa 20%

2. Jumlah PKK aktif di

desa/kelurahan 494

3. Prosentase UP2K (Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga) yang aktif

100%

4. Jumlah Pasar Desa yang aktif 113

5. Jumlah UED-SP LPM (Usaha

Ekonomi Desa Simpan Pinjam Lumbung Pangan Masyarakat) yang aktif

494

6. Jumlah Simpan pinjam

kelompok perempuan yang aktif

2545

7. Jumlah UEP (Usaha Ekonomi

Produktif) yang aktif 121

8. Jumlah BKAD (Badan

Kerjasama Antar Desa) 15

7. Jumlah kegiatan yang

melibatkan partisipasi masyarakat 9 keg 12. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEJAHTERAAN SOAIAL Menurunnya prosentase keluarga miskin

1. Prevenlace Rate (CPR)/ Peserta

KB Aktif 82.85%

2. DO (drop out) KB (%) 11.75%

(36)

36

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

ingin anak tapi tidak ber KB)(%)

4. Prosentase Jumlah peserta KB

Mandiri

41.15%

5. Prosentase remaja mendapat

penyuluhan KRR

3.45%

6. Prosentase perkawinan remaja

perempuan usia kurang dari 20 tahun

18.70%

7. Jumlah UPPKS yang aktif 287

kelompok

8. Persentase anggota UPPKS

(Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang ber KB

68%

9. Jumlah Kelompok Bina

Keluarga Balita (BKB) aktif 544

10. Jumlah Kelompok Bina

Keluarga Remaja (BKR) aktif 254

11. Jumlah Kelompok Bina

Keluarga Lansia (BKL) aktif 478

12. Jumlah IMP (Institusi

Masyarakat Pedesaan/Perkotaan) yang aktif 494 13. BIDANG PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PARIWISATA Meningkatnya kualitas pelayanan public

1. Cakupan ketersediaan rambu

Jalan 100.00%

2. Cakupan ketersediaan marka

jalan 81.00%

3. Cakupan ketersediaan APILL 100.00% 4. Prosentase titik parkir yang

terlayani 90.00%

5. Prosentase tersedianya

angkutan umum yang

melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kabupaten

75.00%

6. Prosentase tersedianya halte yang layak fungsi pada setiap prasarana kabupaten yang telah dilayani angkutan umum

62.50%

(37)

37

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

8. Prosentase kendaraaan umum

laik jalan 100%

9. Prosentase terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum

100%

10. Prosentase tersedianya unit pengujian kendaraan wajib uji yang layak fungsi

100%

11. Prosentase terpenuhinya

standar keselamatan pada perlintasan sebidang 100% Meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi public

12. Cakupan pengembangan dan

pemberdayaan Kelompok Informasi

100.00%

13. Prosentase data dan informasi

pemerintahan yang dipublikasikan

68.00%

14. Prosentase SKPD yang

memiliki jaringan berbasis LAN 100.00%

15. Prosentase pendirian tower

telekomunikasi sesuai cellplan 100.00%

16. Cakupan desa yang terlayani

Teknologi Informasi 100.00% Berkembangnya dan

meningkatnya daya jual potensi wisata

17. Peningkatan jumlah pengunjung pariwisata ( orang/tahun ) 261,034 14. BIDANG KOPERASI DAN UKM Meningkatnya peran sektor perdagangan, kualitas koperasi dan UMK

1. Prosentase Jumlah Koperasi

aktif. 85%

2. Prosentase Jumlah Koperasi

sehat. 80%

3. Prosentase Peningkatan jumlah

Usaha mikro kecil 20%

4. Prosentase usaha mikro yang berkembanng menjadi usaha kecil. 2% 15. BIDANG PENANAMAN MODAL

(38)

38

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

investasi yang dilayani

2. Prosentase peningkatan nilai

investasi. 2.0%

16. BIDANG KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN Meningkatnya

kualitas pelayanan public

1. Prosentase arsip yang dikelola 15%

2.Prosentase pengelolaan arsip sesuai dengan pedoman kearsipan

45%

3.Prosentase Kunjungan 10%

4. Prosentase jumlah unit yang

dibina 20%

5. Prosentase jumlah koleksi

bahan pustaka 5% 17. BIDANG PERTANIAN Meningkatnya ketersediaan, distribusi dan konsumsi serta keamanan pangan

1. Jumlah luasan panen komoditas pertanian(Ha/th) berbasis produk unggulan

70,500

2. Panjang jaringan irigasi perdesaan dalam kondisi baik (m)

291,300

3. Luasan penerapan teknologi

intensifikasi pertanian (Ha) 1090

4. Prosentase penerapan

tehnologi IB 80%

5. Prosentase cakupan pelayanan

penyuluhan (WIBI) 100%

6. Prosentase pengukuhan

kenaikan kelas kelompok

Lanjut 9%

Madya 2%

Utama 3%

7. Cakupan layanan pemotongan

ternak pada RPH

100%

8. Prosentase kenaikan Populasi Ternak Besar

1%

9. Prosentase kenaikan Populasi

Ternak Kecil 9%

10. Prosentase kenaikan Populasi

Ternak Unggas

5%

Meningkatnya usaha

agribisnis dalam

11. Jumlah produksi komoditas perkebunan potensial

(39)

39

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Target

1 2 3 4

pengelolaan potensi

pertanian 12. Jumlah produksi kelapa (ton) setara kopra 24.967,09

13. Jumlah produksi kelapa deres

dalam bentuk gula (ton)

18.655,89

14. Jumlah produksi cengkeh

(ton)

532,03

15. Prosentase Peningkatan

jumlah kelompok tani yang menerapkan Teknologi intensifikasi perkebunan (kelompok)

10%

18. BIDANG OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM,

ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN

Meningkatnya kapasitas pengorganisasian pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah

1. Prosentase peningkatan PAD

terhadap pendapatan daerah 14.30%

2. Tingkat capaian PAD terhadap

target 100%

3. Prosentase pengelolaan aset

yang dikelola dengan baik 100%

4. Prosentase pemantauan

penyusunan APBDes tepat

waktu 100%

5.Prosentase ketepatan waktu

dan keakuratan laporan keuangan daerah

100%

6. Tertib pengelolaan keuangan

daerah 100%

1. Prosentase ketersediaan

jumlah pegawai sesuai formasi

87%

2. Prosentase pejabat struktural dan fungsional yang telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan

90%

3. Tingkat disiplin pegawai 92%

4. Prosentase penyelesaian

administrasi kepegawaian

Gambar

Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,

〔商法三九〇〕有限会社の財務諸表の任意監査において、監査人が

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

This research is aimed at (1) describing the moral values in folktales of students reading texts in Headline English 3 for SMP-MTs and (2) to describe the connection between the

Dari penilaian terhadap fisik bangunan rumah tinggal, tingkat penerapan prinsip tahan gempa pada bagian rumah yang dibangun dengan program bantuan JRF sudah

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang