• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network (Hardware)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network (Hardware)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network

(Hardware)

Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)

1) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: andiirwantomanik@gmail.com 2) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: Agun@pcr.ac.id

3) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: Wakhyu@pcr.ac.id

ABSTRAK

Dalam memperkirakan cuaca suatu area untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Meteorologi dan Geofisika, diperlukan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan otomatis. Saat ini pengambilan data yang masih manual oleh petugas BMKG, yaitu dengan memonitoring setiap 60 menit sekali. Proyek akhir ini mewujudkan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan secara otomatis, seperti temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin, arah angin dan intesitas terik matahari. Sistem ini menggunakan 6 buah sensor diantaranya: anemometer, mekanik arah angin, LM-35, DT-Sense Barometric Pressure & Temperature Sensor, dan DT-DT-Sense Humidity Sensor, pengujian sistem akuisisi parameter hujan untuk kecepatan angin menggunakan optocoupler dengan membaca jumlah garis dari encoder yang diinputkan pada port timer mikrokontroller, untuk arah angin sama halnya dengan kecepatan angin yang menggunakan encoder untuk menentukan arah angin, pengukuran intesitas panas matahari menggunakan perubahan tegangan dari LM 35 yang di inputkan ke port ADC mikrokontroller, data terukur oleh sensor yang telah diolah di mikrokontroller ditransmisikan ke server menggunakan KYL-500S. Pengujian dilakukan dengan memposisikan dua buah node pengukur di dua daerah yang berbeda dengan jarak antar node ± 80 meter NLOS, yang dikirim menggunakan wireless ke node 3 sebagai repeater dengan jarak dari node pengukur ± 80 meter NLOS, data diteruskan ke server dengan jarak ± 80 meter NLOS dari node repeater, kemudian data ditampilkan dalam graphical user interface.

Kata kunci: Sistim Akuisisi Parameter Hujan, Parameter Hujan

ABSTRACT

Weather forecasty of certain area for scientific purpose, especially in relation with Meteorology and Geophysics, needs certain devices to acquire rain parameter data automatically. Nowadays, the data acquisition is manually obtained by BMKG, that is restored every 60 minutes. This final project implements certain devices to acquire rain parameter data automatically, such as air temperature, air humidity, air pressure, wind velocity, wind direction, and sun light intensity. This system uses 6 type of sensors such as anemometer, wind direction sensor, LM-35, Sense Barometric Pressure and Temperature Sensor, and DT-Sense Humidity Sensor. Wind velocity is measured using optocoupler by reading the amount of lines, that is inputted into timer port of microcontroller, for wind direction sensor uses the same process encoder to determine the direction, sun light intensity being measured using voltage change from LM-35 that was inputted to ADC port of microcontroller. The data measured by sensor that has been processed in microcontroller is transmitted to server using KYL-500S. The testing is done by positioning two measuring nodes in two different areas with separated about ± 80 m away, mode NLOS, transmitted using wireless transmission to node 3 as repeater, with separated about distance from measuring nodes is ± 80 m away, mode NLOS, the data is forwarded to server with distance of ± 80 m away mode NLOS from repeater node, and then displayed in graphical user interface.

Keywords : Rain Parameter Acquisition System, Rain Parameter

1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Perubahan cuaca yang sangat cepat menyebabkan kondisi yang sangat sulit untuk memprediksi keadaan cuaca yang tidak menentu.

(2)

Kemajuan teknologi sekarang ini sebenarnya sudah dapat membantu manusia dalam hal melakukan pengambilan data parameter hujan dengan berbagai faktor alam. Kemajuan teknologi ini dipicu begitu pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang sensor maupun mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan single chip processor yang mampu melakukan pekerjaan manusia dalam dimensi yang kecil, kemampuan mikrokontroler ini juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan monitoring ataupun melakukan pengiriman data kesuatu wilayah tanpa diperlukan seorang manusia.

Dengan memperhatikan hal diatas, maka penulis tertarik mewujudkan suatu alat yang dapat membantu mengambil data parameter hujan secara otomatis, kemudian data yang diperoleh dikirim ke server menggunakan media wirelesss. Hal ini didasari pengambilan data yang masih manual oleh petugas BMKG, yang dalam proses pengambilan data dimonitoring setiap 60 menit sekali ke taman alat. Sementara alat ukur yang digunakan masih alat pengukur sederhana, seperti: alat pengukur suhu menggunakan termometer , pengukur tekanan udara menggunakan barometer, dan pengukur kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering.

2. Tinjauan Pustaka 2.1. Wireless Sensor Network

Wireless Sensor Network (WSN) adalah suatu infrastruktur jaringan wireless yang menggunakan

sensor untuk memonitoring fisik atau kondisi lingkungan sekitar, seperti suhu, suara, getaran, gelombang elektromagnetik, tekanan, gerakan, dan lain–lain. Masing–masing node dalam jaringan sensor nirkabel biasanya dilengkapi dengan radio tranciever atau alat komunikasi wireless lainnya, mikrokontroler kecil, dan sumber energi, biasanya baterai.

Dengan adanya teknologi WSN, memungkinkan peneliti untuk mendapat informasi yang maksimal tanpa harus berada di area sensor. Informasi dapat diakses dari jarak jauh melalui gadget seperti laptop, remote control, server dan sebagainya[1].

Gambar 2.1 Konfigurasi Dasar WSN [1]4

Pada gambar 2.1 terlihat bahwa WSN dibangun dari Access Point dan Sensor Point. Sensor Point dapat juga dikatakan sebagai pemroses data analog dari perubahan sensor. Aplikasi ini menggunakan

BASCOM-AVR yang memanfaatkan fitur dari Microcontroller ATMega 8535. Data analog sensor

akan diubah menjadi digital untuk kemudian dikirim ke Access Point melalui media Wireless[1].

2.2. Mikrokontroler AVR ATMEGA8535

ATMega8535 digunakan karena mikrokontroler ini menggunakan arsitektur RISC (Reduced

Instruction Set Computing) 8 bit yang memiliki konsumsi daya rendah dan memiliki perfoma yang

tinggi karena semua instruksinya dalam kode 16 bit dan sebagian besar dieksekusi dalam 1 siklus membuat salah satu jenis AVR ini berbeda dengan keluarga MCS51 yang instruksinya membutuhkan 12 siklus. Sehingga ATMega8535 dapat digunakan untuk aplikasi sederhana maupun aplikasi yang komplek [2].

(3)

2.3. LM35

Untuk memudahkan pengolahan temperature diukur dengan sebuah tranduser sehingga tanpa perlu memikirkan konversi dari besaran sensor menjadi besaran listrik. Transduser juga harus mempunyai daerah pengukuran yang luas. IC LM35 ini mempunyai presisi yang tinggi dengan lineraritas +10.0 mV terhadap suhu Celcius. Suhu yang dapat diukur cukup lebar yakni antara –55 C sampai dengan 150 C. Sedangkan konfigurasi pin LM35 terlihat pada gambar dibawah ini[1].

Gambar 2.3 Konfigurasi pin LM35 2.4. Optocoupler

Optocoupler adalah merupakan komponen elektronik opto isolator yang terdiri dari pemancar cahaya atau emitter yang mengkopel secara optik terhadap photo detector melalui media yang terisolasi. Pemancar cahaya dapat berupa penerang lampu ataupun LED. Media isolasi berupa udara, plastik, gelas atau fiber. Sedangkan photo detector dapat berupa photo konduktor, photo dioda, photo transistor, photo SCR atau rangkaian photo dioda/amplifier[3].

Gambar 2.4 Rangkaian Optocoupler 2.5. DT-SENSE Humidity Sensor

DT-SENSE HUMIDITY SENSOR merupakan sebuah modul sensor cerdas berbasis sensor HH10D yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya kelembaban nisbi (Relatif Humidity disingkat RH) di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE HUMIDITY SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa perhitungan tambahan. Modul sensor ini dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DTSENSE HUMIDITY SENSOR antara lain untuk sistem HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning), pengendali iklim mikro, stasiun cuaca (weather station), pengendali kelembaban udara (humidifiers atau

dehumidifier), atau aplikasiaplikasi lain yang menggunakan informasi kelembaban nisbi[4].

Gambar 2.5 Modul DT-SENSE HUMIDITY SENSOR 2.6. DT-SENSE Barometric Pressure & Temperature Sensor

DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR merupakan sebuah modul

sensor cerdas berbasis sensor HP03 yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya tekanan dan temperatur udara di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE &

TEMPERATURE SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai

(4)

UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE &

TEMPERATURE SENSOR antara lain untuk sistem pengukuran dan kendali tekanan udara, sistem

barometer/altimeter, produk-produk perkiraan cuaca, atau aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan informasi tekanan udara dan temperature[4].

.

Gambar 2.6 Modul DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR 2.7. KYL-500S

Kyl 500S digunakan sebagai media transmisi untuk mengirimkan data yang terdeteksi oleh sensor-sensor tanpa kabel (nircable). Untuk dapat mengirimkan data serial melalui udara minimal diperlukan suatu device yang dapat melakukan proses penumpangan data serial digital ke frekuensi pembawa dengan frekuensi yang lebih tinggi untuk kemudian dipancarkan ke udara. Salah satu contoh device yang dapat melakukan hal tersebut adalah modul Kyl 500S Wireless Transceiver. Jarak yang bisa ditempuhnya sekitar 100 m – 5Km. Baudrate di udara 1200 bps, 2400 bps, 4800 bps, 9600 bps, 19200 bps, atau 38400 bps. Modulasi GFSK (Gaussian Frequency Shift Keying) sehingga sangat anti-interferensi dan BER (Bit Error Rate) yang rendah[5].

Gambar 2.7 KYL-500S 3. Perancangan Sistem

Pada perancangan terdapat 2 bagian utama, yaitu bagian hardware dan software. Dan pada bagian ini akan dijelaskan blok diagram sistem secara keseluruhan.

(5)

Gambar 3.2 Alat Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network

Dapat dilihat pada blok diagram sistem akuisisi parameter hujan menggunakan Wireless Sensor

Network , pada modul pengukur, proses pengambilan data menggunakan 6 buah sensor, yaitu sensor

kecepatan angin, sensor arah angin, sensor temperatur udara, sensor tekanan udara, sensor kelembaban nisbi, dan sensor pengukur tingkat intensitas panas matahari. Proses kerja dari sensor tersebut yaitu ketika terjadinya perubahan data cuaca yang terukur pada setiap parameter yang menjadi penyebab terjadinya hujan seperti kecepatan angin, temperatur udara, tekanan udara, dan kelembaban udara, maka semua sensor akan mengukur perubahan-perubahan data yang merupakan parameter penyebab terjadinya hujan, tidak adapun perubahan data yang terukur oleh sensor-sensor tersebut, mikrokontroller tetap akan mengirim data secara terus-menerus dimana urutan pengiriman datanya, node 1 dan 2 mengirimkan data ke node 3. Pada node 3 akan di cek apakah node 1 dan 2 sudah mengirim data, jika ada data yang diterima maka diteruskan ke server menggunakan modul tranceiver KYL-500S . Data ditampilkan dalam bentuk user interface dan grafik.

4. Analisa dan Hasil Pengujian

Pengukuran / pengujian berdasarkan perancangan. Awalnya pengukuran dilakukan untuk setiap blok rangkaian yang terpisah untuk selanjutnya diukur untuk sistem keseluruhan secara terintegrasi. Adapun pengujian yang dilakukan meliputi:

1. Pengujian Rangkaian Sensor Kecepatan Angin dan Arah Angin. 2. Pengujian Sensor LM 35

3. Pengujian Sensor Humidity

4. Pengujian Sensor Barometric Pressure dan Temperature

5. Pengujian KYL 500s (Transmiter dan Receiver)

6. Pengujian Pengiriman data dengan sistem WSN

4.1.1 Pengujian Rangkaian Sensor Kecepatan Angin dan Arah Angin

Pengukuran rangkaian sensor kecepatan angin dan arah angin ini dimaksudkan untuk melihat output tegangan dan output gelombang.

Pada pengujian rangkaian sensor kecepatan angin prosedur pengujiannya ialah dengan memberikan supply tegangan DC ke rangkaian optocoupler sebesar 5 volt, kondisi awal Jika antara Phototransistor dan LED terhalang maka Phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika high.

Sebaliknya jika antara Photo transistor dan LED tidak terhalang maka Phototransistor tersebut akan on sehingga output-nya akan berlogika low.

(6)

Gambar 4.1 Pengujian kecepatan angin ketika Phototransistor dan LED tidak terhalang

Gambar 4.2 Pengujian kecepatan angin ketika phototransitor dan LED terhalang

Gambar 4.3 Output gelombang pengujian optocoupler

Gambar 4.4 Data pengujian kecepatan angin

Berdasarkan hasil data pengukuran kecepatan angin yang terukur ialah 0 knot, hal ini disebabkan satuan kecepatan angin yang digunakan ialah knot, dimana 1 knot = 1,86 Km/jam, sehingga pada pengujian, angin yang terukur dari anemometer tidak terbaca karena jumlah pulsa dari pembacaan putaran encoder harus mencapai kecepatan 1,86 Km/jam dalam sekali pengambilan data, satu hal lagi disebabkan mekanik kecepatan angin tidak terlalu ringan sehingga sulit berputar dengan angin yang pelan.

Pengujian sensor arah angin prinsipnya hampir sama dengan pengujian sensor kecepatan angin, karena sama-sama menggunakan rangkaian optocoupler untuk menentukan arah angin.

(7)

Gambar 4.5 Pengujian arah angin ketika Phototransistor dan LED tidak terhalang

Gambar 4.6 Pengujian arah angin ketika phototransitor dan LED terhalang

Gambar 4.7 Data pengujian arah angin

Berdasarkan pengujian data arah angin diatas, jika antara Phototransistor dan LED terhalang maka Phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika high.

Sebaliknya jika antara Photo transistor dan LED tidak terhalang maka Phototransistor tersebut akan on sehingga output-nya akan berlogika low, maka dapat ditentukan arah anginnya.

4.1.2 Pengujian Rangkaian LM35

Pengukuran pada rangkaian sensor suhu LM35 ini dimaksudkan untuk melihat keluaran tegangan dari sensor tersebut dan dibandingkan dengan hasil perhitungan teori.

Pengujian rangkaian sensor pengukuran intesitas panas matahari ialah dengan menjalankan rangkaian dengan memberikan supply 5V, ukur menggunakan probe multimeter pada output penguat non inverting, amati tegangan output.

(8)

Gambar 4.9 Tampilan suhu LM35 pada hyperterminal dalam kondisi suhu standart

Gambar diatas merupakan tegangan awal pada output LM35 dengan supply 5V, ini merupakan output tegangan pada suhu normal (suhu ruangan), dan setelah dinaikkan suhu dengan mendekatkan api pada sensor LM35 tersebut, tegangan akan naik, ini menunjukkan sensor suhu LM35 bekerja. Tampilan suhu pada hyperterminal terletak di akhir yaitu data suhu terbaca sebesar 28o.

Gambar 4.10 Output tegangan penguat non iverting LM35 setelah dipanaskan

Gambar 4.11 Tampilan suhu LM35 pada hyperterminal dalam kondisi LM35 dipanaskan

Tegangan bertambah ketika sensor dipanaskan dengan api, yang berarti suhu disekitar sensor naik, dimulai dari tegangan suhu standar sekitar suhu standart dengan tegangan output sekitar 1,42 V, dan dipanaskan sampai dengan tegangan sekitar 2,86 V, pembacaan data suhu di hyperterminal teletak di akhir yaitu sebesar 57o. Pada pengujian sensor LM 35 ini, digunakan untuk mengukur tingkat intesitas panas matahari dalam 1 hari, sehingga dapat dilihat seberapa lama matahari terik dalam satu hari.

4.1.3 Pengujian Humidity Sensor

Keluaran DT-SENSE HUMIDITY SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa perhitungan tambahan.

(9)

Gambar 4.12 Data humidity sensor yang telah terkalibrasi penuh 4.1.4Pengujian Sensor Barometric Pressure dan Temperature

Keluaran DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa terlalu banyak perhitungan tambahan.

Gambar 4.13 Data Barometric Pressure dan Temperature sensor yang telah terkalibrasi penuh 4.1.5 Pengujian KYL 500S

Pengujian KYL 500S dilakukan dengan mengirimkan data dari mikrokontroller menggunakan satu node saja langsung ke KYL 500S server dan kemudian di tampilkan di hyperterminal seperti berikut:

Gambar 4.14 Data yang diterima dilihat dari hyperterminal

Data diatas merupakan data pengiriman dari salah satu node, angka 1 awal menandakan nomor nodenya, 52 merupakan inisialisasi data arah angin, 0 nerupakan data kecepatan angin dalam satuan knot, 93 merupakan data kelembaban udara yg terukur, 1015/1014 merupakan data tekanan udara, 24 merupakan suhu udara, dan 25 merupakan nilai intesitas panas matahari.

(10)

4.4.1 Pengujian Pengiriman data dengan Parameter Jarak

Pengujian dilakukan dengan mengirimkan data dan ditampilkan pada hyperterminal jarak 10 meter antara TX dan RX, kemudian TX tetap pada posisi semula dan untuk RX (server) bergerak menjauhi node perlahan-lahan, sampai akhirnya data tidak diterima lagi oleh RX. Pengujian dilakukan pada kondisi Line Of Sight (LOS) dan Obstacle (NLOS), berikut data yang didapat pada saat pengukuran.

Pengujian dilakukan pada kondisi Line Of Sight (LOS) dan Obstacle (NLOS), berikut data yang didapat pada saat pengukuran.

Tabel 1 Tabel Jarak Koneksi KYL 500S kondisi LOS

NO Jarak (m) Status koneksi 1 10 OK 2 20 OK 3 40 OK 4 60 OK 5 80 OK 6 100 OK 7 120 OK 8 140 OK 9 160 OK 10 180 NO OK 11 200 NO OK

Tabel 2 Tabel Jarak Koneksi KYL 500S kondisi NLOS

NO Jarak (m) Status koneksi 1 10 OK 2 20 OK 3 40 OK 4 60 OK 5 80 OK 6 100 NO OK 7 120 NO OK 8 140 NO OK 9 160 NO OK 10 180 NO OK 11 200 NO OK

4.5 Pengujian Pengiriman Data dengan Sistem Wireless Sensor Network

Dalam pengujian pengiriman data dengan sistem server dilakukan di area kampus Politeknik Caltex Riau dan Sport Centre Rumbai. Pada pengujian data menggunakan sistem wireless sensor

network masing-masing node diletakan pada daerah pengukuran yang berbeda, node 1 diletakan di

area lantai 4 PCR bagian sudut mendekati area parkir motor tepatnya diatas lab 326, node 2 diletakan di area lantai 4 PCR bagian sudut mendekati area parkir mobil, tepatnya diatas lab 316, node 1 diletakan di area kantin PCR dan server diletakan di lapangan sport centre rumbai.

(11)

Gambar 4.15 Area Pengujian Wireless Sensor Network

Gambar 4.16 Data Hasil Pengujian Wireless Sensor Network

Dapat dilihat dari tampilan di hyper terminal angka awal pada setiap data merupakan kode dari node, yaitu 1 dan 2. Selain awal datanya bukan angka tersebut maka data tersebut tidak akan diolah di VB.

Tetapi pada saat pengiriman data sensor pada setiap node juga terdapat data yang error, data

error ini disebabkan karena banyaknya penghalang (obstacle) saat pengiriman data antar node ke server, seperti pohon dan dinding kampus PCR.

Penyebab lainnya karena keterbatasan kemampuan KYL-500S, KYL500-S ini merupakan modul

transceiver yang half-duplex dimana modul ini tidak bisa menerima dan mengirim data secara

bersamaan.hal ini akan menyebabkan terjadinya collision dalam pengiriman data.

4.6 Analisa Perbandingan Data Temperatur Udara (0C) Sensor dengan Data Temperatur Udara (0C) BMKG Pekanbaru

Berdasarkan pengujian data temperatur udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter hujan yang dibandingkan dengan data temperatur udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel dan grafik:

Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG

Dari perbandingaan data temperatur udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor menghasilkan data yang bagus, karena perbandingan dengan data BMKG hampir mendekati. Pengujian data pengukuran ini dilakukan dengan meletakan posisi alat sensor pengukur tugas akhir

(12)

sama dengan posisi peletakan alat dari BMKG Pekanbaru, sehingga perbandingan data sensor dengan alat BMKG tidak terlalu jauh.

4.7 Analisa Perbandingan Data Kelembaban Udara (% RH) Sensor dengan Data Kelembaban Udara (% RH) BMKG Pekanbaru

Berdasarkan pengujian data kelembaban udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter hujan yang dibandingkan dengan data kelembaban udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel dan grafik:

Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG

Dari perbandingaan data kelembaban udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor menghasilkan data yang bagus, karena perbandingan dengan data BMKG hampir mendekati. Pengujian data pengukuran ini dilakukan dengan meletakan posisi alat sensor pengukur tugas akhir sama dengan posisi peletakan alat dari BMKG Pekanbaru, sehingga perbandingan data sensor dengan alat BMKG tidak terlalu jauh.

4.8 Analisa Perbandingan Data Tekanan Udara (hpa) Sensor dengan Data Tekanan Udara (hpa) BMKG Pekanbaru

Berdasarkan pengujian data tekanan udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter hujan yang dibandingkan dengan data tekanan udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel dan grafik:

Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG

Dari perbandingaan data tekanan udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor menghasilkan perbedaan data yang sangat signifikan, karena posisi peletakan alat tidak sama dengan alat pembanding.

5. Penutup 5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian tehadap proyek akhir ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:

Sistem sudah dapat bekerja secara realtime, hal ini dapat ditunjukan dengan adanya database yang ter update setiap detiknya. Sensor yang digunakan dapat bekerja dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil data yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan data pembandingnya. Pangaruh obstacle dilingkungan sekitar sangat mempengaruhi jarak pengiriman KYL 500S,

(13)

Pengiriman data secara wireless sensor network sudah berjalan sesuai dengan konsepnya, hanya saja wireless KYL 500s mampu mengirimkan data pada jarak ±160 meter LOS dan ±80 meter NLOS.

5.2 Saran

Adapun saran yang diharapkan untuk pengembangan proyek akhir ini adalah:

Sebaiknya sistem diperluas dengan penggunaan akses internet dengan membentuk suatu gateway

interface, sehingga akses lebih jauh tidak terbatas pada jangkaun wireless saja. Mekanik kecepatan

angin sebaiknya dibuat dari bahan yang jauh lebih ringan, sehingga disaat kondisi angin kecil, mekanik masih dapat berputar untuk mengukur kecepatan angin. Pada sistem yang digunakan, sebaiknya mempunyai sumber tegangan yang mandiri, agar bisa diletakan di sebuah daerah terpencil yang tidak mempunyai sumber listrik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Yunianto, Andrika Fitri. (2008). Rancang Bangun Prototipe Stasiun Klimatologi Pertanian

Berbasis Komputer PC dan Mikrokontroler dengan Tranceiver Nirkabel. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

[2] http://organisasi.org/proses-terbentuknya-terjadinya-hujan-alami-dan buatan-ilmu-pengetahuan-fisika

[3] Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan. (2011). Hourly Synoptic

Observations Recording Sheet. Riau: Stasiun Meteorologi Pekanbaru.

[4] Saefebri, Yongghi. (2007). Prototipe Wireless Sensor Network (WSN) Sebagai sistem

Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan Menggunakan Media Wireless (Hardware). Pekanbaru:

Politeknik Caltex Riau.

[5] Iswanto. (2008). Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroller ATMEGA8535

dengan Bahasa Basic. Yogyakarta: Gava Media.

[6] Putriasari. (2006). Rancang Bangun Sistem Penghitung KWh Berbasis Power Line Carrier

(PLC). Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau.

[7] Ade. (2011). Prinsip Kerja Optocoupler. Dalam Indojaya. Diambil 24 November 2011 dari

http://indojaya.com/teknologi/televisi/1448-prinsip-kerja-optocoupler-.htm. [8] http://www.innovativeelectronic.com/product/dt-sense.

[9] Shenzen KYL communication equipment Co,Ltd. (t.t). KYL 500s smart wireless transceiver data modul. Diambil 23 November 2011 dari http://pdf1.alldatasheet.com/datasheet-pdf/view/391448/KYL/KYL-500S.html

Gambar

Gambar 2.7 KYL-500S  3.  Perancangan Sistem
Gambar 3.2 Alat Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network
Gambar 4.2 Pengujian kecepatan angin ketika phototransitor dan LED terhalang
Gambar 4.5 Pengujian arah angin ketika Phototransistor dan LED tidak terhalang
+5

Referensi

Dokumen terkait

14 Beberapa penelitian serupa menunjukkan bahwa MSP2 merupakan lokus gen yang sangat polimorfik dengan banyak variasi alel sehingga baik digunakan untuk petanda

Data hasil monitoring potensi daya dan energi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai parameter pertimbangan kelayakan pemasangan PLTS rooftop pada daerah tropis. u caPan

Perkembangan usaha swasta tidak boleh menyimpang dari azas demokrasi yang merupakan ciri dari sistem ekonomi terpimpin berdasarkan pancasila... Perekonomian

TOPSTAR FASHION (D&C BRIGHTSPORT CENTRE) BUKA DIGI STORE EXPRESS LABUAN (LEDDER ENTERPRISE) BUKA.. STREETWISE FASHION STORE

Ketiga, hasil dari beberapa contoh analisis data pada jenis data angka kematian yang disebabkan oleh kanker paru-paru menunjukkan bahwa model regresi Binomial Negatif I (MLE)

dimana dari konveksi tersebut memproduksi kaos yang sudah siap pakai, dengan desain dan warna kaos yang telah dibuat menurut konveksi, kemudian pemilik menyerahkan

Jumlah usaha yang sudah punya laporan keuangan usaha terpisah dengan keluarga ditaksir hanya sekitar 30 persen dari total UKM.. Di Jabar terdapat sekitar 8,2

Cacing tanah yang teridentifikasi tergolong dalam genus Planapheretima yang terdapat pada preferensi habitat pekarangan rumah sebanyak 7 individu dari 11 jumlah