• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI

INDONESIA

Farah Margaretha Leon

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Trisakti Jln. Kyai Tapa no.1, Grogol Jakarta

farahmargaretha@trisakti.ac.id Abstrak

Penelitian ini berguna untuk mengetahui hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu modul intelektual, sebagai variable bebas (diukur dengan value added capital coefficient, value added human capital coefficient, dan structural capital coefficient) dan kinerja perusahaan sebagai perusahaan sebagai variable terika (diukur dengan return on equity). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi menggunakan 13 sampel dengan 5 tahun penelitian, tahun 2011 sampai 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara modal intelektual dan kinerja perusahaan. Kata kunci: kinerja perusahaan, modal intelektual, value added intellectual coefficient

Abstract

The purposive of this research is to find out the relationship between intellectual capital and companies performance in Indonesia Stock Exchange. This research uses latent variables, they are intellectual capital, as independent variable (which is measured by value added capital coefficient, value added human capital coefficient, value added human capital coefficient, and structural capital coefficient) and company’s performance (which is measured by return on capital). Analysis method that is used in this research is structural equation modeling with 13 sample per year with 5 years observation, from 2011 until 2015. The result of this research shows that there is positive and significant relationship between intellectual capital and company’s performance.

Keywords: company’s performance, intellectual capital, value added

intel-lectual coefficient.

Pendahuluan

Kekayaan dan daya saing perusa-haan, senantiasa dikaitkan dengan kepe-milikan sumberdaya yang bersifat fisik. Sumberdaya fisik tersebut tercermin di dalam berbagai faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, bangunan dan tanah. Sedangkan kebutuhan terhadap penge-tahuan kurang mendapatkan perhatian. Bahkan, akses untuk memperluas penge-tahuan sebagai sumberdaya utama untuk menggerakkan perusahaan dikontrol oleh

faktor produksi itu sendiri. Kondisi tersebut, merupakan pencerminan dari era revolusi industri yang berlangsung sejak kurang lebih dari dua setengah abad yang lalu.

Saat ini kesadaran terhadap pen-tingnya sumberdaya pengetahuan sebagai sumber daya kekayaan perusahaan sema-kin tinggi, seiring dengan meningkatnya intensitas persaingan di antara para pelaku bisnis. Karena, dari hasil penelitian yang ada, bahwa perusahaan yang mampu

(2)

ber-tahan lama adalah perusahaan yang mampu menjadikan pengetahuan (know-ledge) sebagai modal utamanya (Bontis, 2009)

Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini me-maksa perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan dengan cepat, perusahaan mengu-bah dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menu-ju knowledge based business (bisnis berda-sarkan pengetahuan). Seiring dengan peru-bahan ekonomi yang memiliki karakte-ristik ekonomi yang berbasis ilmu pengeta-huan dengan penerapan manajemen penge-tahuan (knowledge management) maka ke-makmuran suatu perusahaan akan bergan-tung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal

yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi (Sawarjuwono et al, 2003). Dengan meng-gunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan kompetitif. Ber-kurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak me-nyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap mereka. Rupert (1998) me-ngungkapkan bahwa ini tercermin dari ba-nyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pa-sar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al, 2014) seperti terlihat pada tabel 1

Tabel 1

Market Value and Assets (in billions of dollars)

Company Market

Value

Revenue Profits Net assets Hidden Value General Electric 169 79 7.3 31 138 (82%) Coca-Cola 148 19 3.5 6 142 (96%) Oxxon 125 119 7.5 43 82 (66%) Microsoft 119 9 2.2 7 112 (94%) Intel 113 21 5.2 17 96 (85%

(Sumber: Roos, et al. 2014)

Berdasarkan hal di atas dapat dika-takan bahwa market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat me-ningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2010). Hal ini dapat dilihat pada aplikasi komputer yang diproduksi oleh Microsoft, di mana produk yang dihasilkan dibuat berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya.

Implementasi modal intelektual (intellectual capital) merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga di lingkup bisnis global, hanya

beberapa negara maju saja yang telah mulai menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia (Sawarjuwono dan Kadir, 2013). Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengem-bangan perusahaan maupun kemampuan

(3)

perusahaan dalam memotivasi karyawan-nya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat.

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada pengaruh positif intellectual capital terhadap kinerja ke-uangan perusahaan ?

Booth (2008) melakukan pene-litian di Inggris yang sedang mengalami penurunan GDP (Gross Domestic Product) secara terus-menerus tiap tahunnya. Beliau menyatakan bahwa UK memiliki proporsi dari investasinya pada tangible asset atau asset fisik, sehingga ia menemukan sebab-nya yaitu kurangsebab-nya produktivitas pada setiap orang, atau dengan kata lain output perorangnya sangat rendah, sehingga manajemen tidak kompeten. Hasil pene-litiannya menyimpulkan bahwa investasi pada intangible asset seperti intellectual capital pada perusahaan manufaktur dapat meningkatkan produktivitas. Menurut Rupert, secara keuangan, intellectual capi-tal juga termasuk hal yang sangat funda-mental sekali kepentingannya dalam dunia ekonomi dalam meningkatkan market value. Apapun itu namanya, tidak ada keraguan didalamnya bahwa investasi pada asset intangible akan menghasilkan lebih banyak dan banyak lagi.

Bontis et al (2010), meneliti de-ngan menggunakan questioner yang berasal dari Canada pada penelitiannya di Malaysia mengenai pengaruh intellectual capital dan kinerja bisnis di Malaysia pa-da dua sektor industri di Malaysia yang mereka golongkan menjadi dua bagian yaitu non-service industries dan service industries. Hasilnya adalah bahwa human capital sangat penting pada industri non-service industries dibanding pada non-service industries itu sendiri, physical capital dan structural capital sangat memiliki hubu-ngan yang positif dehubu-ngan kinerja bisnis serta kinerja perusahaan ditahun-tahun kedepan pada industri-industri di Malaysia.

Riahi-Belkaoui (2013) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh antara return on total asset atau ROA berdasarkan net value added dengan in-tangible asset dari intellectual capital sebagai sumber daya yang mendasar dari perusahaan. Penelitiannya menggunakan sampel dari perusahaan multinasional di Amerika Serikat yang secara statistic berjalan berdasarkan dua kekuatan yaitu sumber daya dan stakeholders views. Ha-silnya memberikan jawaban seluruh regresi sangat positif signifikan. Hasilnya men-dukung hipotesisnya yaitu bahwa intel-lectual capital memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan dimasa yang akan datang yang diukur dengan net value added atau kekayaan total yang diciptakan berdasar-kan indicator resource-based dan stake-holder view dimana perusahaan dapat men-capai suatu keadaan persaingan yang sustained atau bertahan terus-menerus dan memiliki profit yang superior melalui ma-najemen startegi tangible asset seimbang dengan intangible asset.

Firer dan Williams (2013), mene-liti pada tujuh puluh lima perusahaan di Afrika Selatan dari seluruh bisnis yang sangat relevan dengan intellectual capital. Terdapat empat sektor perusahaan yang di-pilih yaitu banking, electrical, information technology dan services. Dengan data-data yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan tersebut, beliau ingin mengukur besarnya pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu dari segi profitability, productivity dan market value (ROA, ATO, M/B). Hasilnya ditemukan hubungan yang positif antara efisiensi dari value added yaitu structural capital dengan profitability, sedangkan yang lainnya berhubungan negatif. Hal ini terjadi karena reaksi pasar yang tetap menganggap dan yakin bahwa nilai yang diciptakan oleh adanya aset fisik yang besar dari perusahaan tetap menjadi keyakinan untuk berinvestasi.

(4)

Chen, et al (2015) meneliti dengan menggunakan data perusahaan yang ada di Taiwan Stock Exchange dan dengan menggunakan metode pengukuran intel-lecttual capital VAIC untuk mengukur be-sarnya capital employed dan intellectual capital, dengan menggunakan model regresi untuk mengukur besarnya pengaruh penciptaan nilai perusahaan yang efisien dengan market-to-book value perusahaan serta menjabarkan pengaruh antara intel-lectual capital terhadap kinerja keuangan dimasa yang akan datang. Hasilnya men-dukung hipotesis bahwa intellectual capital memiliki pengaruh positif terhadap market value dan financial performance perusahaan dan juga ditemukan bahwa intellectual capital menjadi indikaor untuk kemajuan kinerja keuangan pada peru-sahaan-perusahaan manufaktur yang ber-operasi di Taiwan pada tahun-tahun berikutnya. Sebagai tambahan bahwa in-vestor akan menilai lebih terhadap peru-sahaan yang memiliki efisien pada phy-sical capital, human capital dan structural capital.

Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, tentunya lebih cenderung untukmenjaga kondisi peru-sahaan baik dari segi kinerja keuangan. Dimana, perusahaan yang dapat mengelola kinerja keuangan dengan baik akan mem-berikan keuntungan bagi para investor. In-vestor akan menanamkan modalnya kepa-da perusahaan apabila kinerja suatu perusahaan selalu dalam kondisi sehat. Informasi tentang kesehatan perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan secara periodik. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang merupakan variabel dependen. Sedangkan intellectual capital efficiency (VAIC), capital employ-yed efficiency (VACA), human capital effi-ciency (WAHU) dan structural capital efficiency (STVA) merupakan variabel independen.

Dari penelitian sebelumnya, Riahi-Belkaoui (2013) serta Firer dan Williams

(2013) menjelaskan bahwa jika market value efisien, maka investor akan menilai perusahaan lebih tinggi dan akan me-ningkatkan investasinya pada perusahaan yang memiliki investasi atau pengeluaran intellectual capital yang lebih besar. Menurut pandangan investor, intellectual capital merupakan sumber kekuatan pe-rusahaan dalam bersaing dengan pesaing lainnya, yang akan memberikan kontribusi pada kinerjakeuangan perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bontis (2012) pada dua sektor industri di Malaysia bahwa struc-tural capital yang dalam hal ini merupakan salah satu komponen dari intellectual capital, ditemukan memiliki hasil yang positif berpengaruh terhadap kinerja ke-uangan suatu perusahaan. Selain itu menurut Riahi-Belkaoui (2013), menurut pandangan stakeholder bahwa terdapat pengaruh yang positif antara intellectual capital terhadap financial performance. Maka berdasarkan uraian diatas, mengutip dari penelitian Bontis dan Fitz-enz (2012) membentuk suatu hipotesis dibawah ini yang menunjukkan bahwa intellectual capital dapat meningkatkan kinerja ke-uangan di tahun-tahun yang akan datang. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1 Perusahaan dengan intellectual

ca-pital yang lebih besar cenderung memiliki kinerja keuangan yang baik. Tetapi jika investor menaruh perbedaan pandangan atau nilai terhadap ketiga indikator dari intellectual capital tersebut maka Chen et al (2015) membentuk hipo-tesis dari masing-masing komponen dari intellectual capital atau VAIC sebagai berikut:

H2-1 Perusahaan dengan physical

ca-pital efficiency yang lebih besar cenderung memiliki nilai rasio re-turn on equity yang besar.

(5)

H2-2 Perusahaan dengan human capital

efficiency yang lebih besar cende-rung memiliki nilai rasio return on equity yang besar.

H2-3 Perusahaan dengan proporsi

struc-tural capital yang lebih besar da-lam menciptakan value added cenderung memiliki return on equity yang besar.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua macam variable, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel-variabel tersebut diidentifikasikan di dalam table 2, sebagai berikut:

Tabel 2

Variabel Penelitian, Indikator dan Skala

Variabel Indikator Skala

Kinerja Perusahaan (Variabel Terikat)

Returnon Equity (ROE) ROE =

Rasio

VAIC (value added intellectual capital) (Variabel Bebas)

Value Added Capital Coefficient (VACA) VACA =

Rasio Value Added Human Capital Coefficient

(VAHU) VAHU =

Rasio Structural Capital Coefficient (STVA)

STVA =

Rasio VAIC = [ ] Rasio

Value Added = OUT – IN Rasio

Keterangan

Value added : outputs (OUT) – inputs (IN)

OUT : seluruh pendapatan perusahaan, baik sales revenue maupun service revenue.

IN : seluruh biaya yang dapat mendatangkan penerimaan bagi perusahaan, tidak termasuk di dalamnya biaya tas tenaga kerja Capital employed : total asset perusahaan, tidak termasuk di dalamnya intangible

asset

Human capital : total salary and wages expense perusahaan Structural capital : value added – human capital

Data yang digunakan dalam pe-nelitian ini merupakan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory berupa company profile dan data laporan keuangan per 31 Desember dari tahun 2011 hingga tahun 2015.

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (purposive sampling). Purposive sampling

adalah bentuk pengambilan sampel non-probabilitas yang didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu, karakteristik atau ciri-ciri tertentu berdasarkan ciri atau sifat populasinya (Hermawan 2012), dimana pada penelitian ini adalah sampel atas perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki sharholder’s equity yang positif

(6)

terus menerus per 31 Desember dari tahun 2011) hingga tahun 2015.

Metode yang digunkan adalah metode analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana atau simple regression untuk menguji variable independen VAIC dan regresi linier berganda atau multiple regression untuk menguji variable independen yang lebih

dari satu variable yaitu komponen dari intellectual capital VACA, VAHU dan STVA. Sehingga persamaan atau model yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut:

Model penelitian untuk variabel financial performance

ROE =  + βVAIC + €

ROE = 0 + 1VACAit + 2VAHUit + 3STVAit+ €it

Hasil Penelitian

Analisis Statistik Deskriptif

1. Capital Employed Efficiency / Value Added Capital Coefficient = VACA

Capital employed merupakan asset tangible perusahaan yang terdiri dari uang dan modal fisik. Capital employed efficiency diukur dengan menggunakan Value Added Capital Employed Coefficien

(VACA) yang diperoleh dengan cara membagi value added (VA) dengan capital employed (CE). Semakin tinggi Value Added Capital Employed Coefficient (VACA) menunjukkan bahwa suatu perusahaan semakin baik dalam mengelola capital employed yang dimiliki. Hasil perhitungan VACA dapat dilihat pada table 3 berikut ini :

Tabel 3

Hasil Perhitungan VACA Periode Tahun 2011-2015

No. Sampel

Kode Persh. 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 GGRM 0.282104 0.268509 0.202941 0.176906 0.143539 0.214800 2 BATI 0.211820 0.130903 0.219538 0.226089 0.105540 0.178778 3 INDF 0.367003 0.174411 0.173246 0.179748 0.128472 0.204576 4 ULTJ 0.026061 0.059004 0.056580 0.034713 0.013139 0.037899 5 STTP 0.137804 0.138574 0.085214 0.101024 0.094012 0.111326 6 FAST 0.165377 0.239410 0.199373 0.231135 0.179471 0.202953 7 UNIC 0.122696 0.164781 0.102789 0.093028 0.069296 0.110518 8 KOMI 0.210366 0.214153 0.092467 0.059871 0.063967 0.128165 9 HEXA 0.210366 0.212666 0.219289 0.179876 0.170516 0.251924 10 TSPC 0.477274 0.248228 0.199638 0.181798 0.171619 0.182364 11 MERK 0.110535 0.337624 0.306691 0.200507 0.240762 0.265004 12 BATA 0.324972 0.337282 0.309289 0.244856 0.184866 0.280253 13 MLPL 0.013828 0.110659 0.133293 0.029417 0.027907 0.063021 Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki value added atau VICA terbesar adalah PT. Sepatu Bata Tbk dengan rata-rata VACA adalah 0.280253 yang berdasarkan teori bahwa semakin besar intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin baik kinerja keuangannya.

2. Human Capital Efficiency / Value Added Human Capital Coefficient (VAHU)

Human Capital merupakan kemampuan yang dimiliki para karyawan suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Human capital efficiency diukur dengan menggunakan Value Added Human Capital Coefficient (VAHC). Semakin

(7)

tinggi Value Added Human Capital Coefficient (VAHC) menunjukkan bahwa semakin baik suatu perusahaan dalam

mengelola human capital efficiency yang dimiliki.

Tabel 4

Hasil Perhitungan VAHU Periode Tahun 2011-2015

No. Sampel Kode Persh. 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata 1 GGRM 19.844600 17.099500 5.071519 4.235996 3.042171 9.858757 2 BATI 0.406851 0.862085 1.694936 1.595906 0.628440 1.037643 3 INDF 3.578197 1.410447 0.643560 0.526762 0.694801 1.370753 4 ULTJ 0.762112 1.619027 1.128899 0.565523 0.196067 0.854326 5 STTP 2.135525 1.685838 0.637430 0.556654 0.427100 1.088509 6 FAST 0.378240 0.623331 0.378683 0.381297 0.303582 0.413026 7 UNIC 2.945131 5.112112 0.284743 0.261580 0.142658 1.749245 8 KOMI 0.423765 3.668207 1.254041 0.722748 0.989983 1.411749 9 HEXA 3.578844 1.153694 1.197709 0.766658 1.007238 1.540829 10 TSPC 1.851537 6.459714 3.045317 2.424964 2.020765 3.130459 11 MERK 1.532640 2.785155 2.742194 1.282072 1.436840 1.955780 12 BATA 1.323697 1.524584 1.284573 1.008712 0.658359 1.159985 13 MLPL 0.267774 6.189196 6.204765 0.866988 0.895121 2.884769 Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa value added atau VAHU terbesar adalah PT. Gudang Garam Tbk yaitu dengan VAHU rata-rata sebesar 9.858757 yang berdasarkan teori bahwa semakin besar value added dari intellectual capital maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan.

3. Structural Capital Efficiency

Structural Capital merupakan faktor intangible yang dimiliki perusahaan, seperti kemampuan perusahaan dalam membangun hubungan yang baik dengan

para stakeholder, image perusahaan, paten, hak cipta dan trademark yang dapat mempengaruhi keberhasilan bisnis suatu perusahaan. Structural capital efficiency diukur dengan menggunakan Value Added Structural Capital Coefficient (STVA) yang diperoleh dengan cara membagi structural capital (SC) dengan Value Added (VA). Semakin tinggi Value Added Structural Capital Coefficient (STVA) suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam mengelola structural capital efficiency yang dimiliki. Tabel 5

Hasil Perhitungan STVA Periode Tahun 2011-2015 No. Sampel Kode Persh. 2011 2012 2012 2014 2015 Rata-rata 1 GGRM 0.949608 0.941519 0.802820 0.623928 0.671287 0.825833 2 BATI -1.457901 -0.159978 0.410007 0.373397 -0.591242 -0.285143 3 INDF 0.720530 0.291005 -0.553856 -0.898392 -0.439262 -0.175995 4 ULTJ -0.312142 0.382345 0.114181 -0.768273 -4.100309 -0.936840 5 STTP 0.531731 0.406823 -0.568800 -0.796447 -1.341374 -0.353613 6 FAST -1.643821 -0.604285 -1.640734 -1.622630 -2.294001 -1.561094 7 UNIC 0.660457 0.804386 -2.511936 -2.822916 -6.009754 -1.975953 8 KOMI -1.359796 0.727387 0.202578 -0.383608 -0.010118 -0.164711 9 HEXA 0.720580 0.133219 0.165072 -0.304362 0.007186 0.144339 10 TSPC 0.459908 0.845194 0.671627 0.587623 0.505138 0.613898 11 MERK 0.347531 0.640954 0.635329 0.220013 0.304028 0.429571 12 BATA 0.244540 0.344083 0.221531 0.008637 -0.518927 0.059973 13 MLPL -2.734495 0.838428 0.838834 -0.153419 -0.117167 -0.265564

(8)

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa value added atau STVA yang terbesar adalah PT. Gudang Garam Tbk yaitu sebesar 0.825833 yang berdasarkan teori bahwa semakin besar intellectual capital yang dimiliki perusahaan maka semakin baik kinerja keuangannya.

4. Intellectual Capital / Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

Intellectual capital merupakan sumber daya yang tidak dapat (intangible), pengetahuan, kemampuan dan hubungan antar karyawan serta perusahaan yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Intellectual capital diukur dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang diperoleh dari hasil penjulahan Value Added Human Capital Coefficient (VAHC), Value added Capital Employed Coefficient (VACA), dan Value Added Structural Capital Coefficient (STVA). Semakin tinggi Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan semakin

baik dalam mengelola intellectual capital yang dimiliki.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat menentukan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Investor dalam berinvestasi mencari perusahaan dengan keuangan yang baik memiliki resiko yang ditimbulkan perusahaan kecil. Anggapan lain dari investor yaitu bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik tentunya mampu memberikan keuntungan yaitu dengan rasio keuangan.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari sudut pandang investor dapat dihitung dengan menggunakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari perusahaan kepada investasi dari investor. Rasio tersebut adalah return on equity (ROE). Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham atau investasi saham di perusahaan tersebut. Hasil perhitungan ROE dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6

Hasil Perhitungan ROE Periode Tahun 2011-2015

No. Sampel Kode Persh. 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata 1 GGRM 0.5448 0.5208 0.3641 0.3097 0.2397 0.395811 2 BATI 0.5758 0.1982 0.3566 0.4255 0.1628 0.0343784 3 INDF 0.8728 0.3658 0.3584 0.3872 0.2519 0.447210 4 ULTJ 0.0164 0.0728 0.0528 0.0451 0.0189 0.041206 5 STTP 0.2084 0.2248 0.1374 0.1603 0.1529 0.176758 6 FAST 0.2707 0.4000 0.3367 0.3762 0.3038 0.337492 7 UNIC 0.295 0.1650 0.2682 0.2072 0.1187 0.209917 8 KOMI 0.3919 0.3851 0.1397 0.0889 0.0969 0.220503 9 HEXA 1.1588 0.3929 0.4121 0.3238 0.3038 0.518287 10 TSPC 0.1031 0.4095 0.3061 0.2929 0.2790 0.278115 11 MERK 0.4563 0.7259 0.6296 0.3649 0.4523 0.525791 12 BATA 0.7067 0.7441 0.6570 0.4812 0.3429 0.586368 13 MLPL 0.0187 0.1279 0.0860 0.0344 0.0305 0.059497 Sumber : Data Diolah

Dari hasil perhitungan pada table diatas dapat dilihat bahwa ROE yang

terbesar dimiliki oleh PT. Sepatu Bata Tbk yaitu sebesar 0.5863 yang berarti

(9)

perusahaan ini memiliki kemampuan dalam memberikan return kepada pemegang sahamnya adalah sebesar 58.63% merupakan nilai yang tinggi yang dapat menarik investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan ini.

Pembahasan

Untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas akan digunakan uji t.

Pengambilan keputusan pada uji t berdasarkan probabilita adalah jika sig. > 0.05 maka Ho diterima, artinya bahwa secara signifikan tidak terdapat pengaruh antara variable independent terhadap variable dependen. Sebaliknyajika sig. < 0.05 maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variable independent terhadap variable dependen.

Hasil uji t pada persamaan dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7

Hasil Regresi Model Penelitian (Uji t)

Hipotesis Sig. B Keputusan

H1 0.010 0.316 Ada pengaruh yang positif

H2-1 0.000 1.014 Ada pengaruh yang positif

H2-2 0.000 0.438 Ada pengaruh yang positif

H2-3 0.024 0.082 Ada pengaruh yang positif

Sumber : Data Diolah

Hipotesis 1 : Perusahaan dengan intellectual capital yang lebih besar cenderung memiliki kinerja keuangan yang baik.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada intellectual capital (VAIC) terhadap return on equity, diketahui bahwa nilai sig. lebih kecil dari 0.05 (sig. 0.010 < 0.05) dan nilai beta 0.316 yang berarti bahwa secara signifikan ada pengaruh yang positif antara intellectual capital terhadap besarnya ROE atau dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al (2015) bahwa jika terjadi kenaikan pada intellectual capital sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan rasio ROE sebesar 0.316 kali.

Hipotesis 2-1 : Perusahaan dengan physical capital efficiency yang lebih besar cenderung memiliki nilai rasio return on equity yang besar.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada physical capital efficiency

(VACA) terhadap return on equity, diketahui bahwa nilai sig. lebih kecil dari 0.05 (sig. 0.000 < 0.05) dan nilai beta 1.014 yang berarti bahwa secara signifikan ada pengaruh yang positif antara VACA terhadap besarnya ROE. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada VACA sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan tingkat kinerja keuangan atau rasio ROE pada ke tigabelas perusahaan yang terdaftar di BEI tersebut meningkat sebesar 1.014 kali. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen, et al (2015) yang melakukan penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur di Taiwan menghasilkan bahwa ada pengaruh yang positif signifikan antara capital employed (VACA) terhadap model financial performance yaitu ROE.

Hipotesis 2-2 : Perusahaan dengan human capital efficiency yang lebih besar cenderung memiliki nilai rasio return on equity yang besar.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada human capital efficiency

(10)

(VAHU) terhadap market-to-book value ratio, diketahui bahwa nilai sig. lebih kecil dari 0.05 (sig. 0.000 < 0.05) dan nilai beta 0.438 yang berarti bahwa secara signifikan ada pengaruh yang positif antara VAHU terhadap besarnya ROE. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan pada VAHU sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan rasio ROE sebesar 0.438 kali. Hal ini sejalan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen, et al (2015) yang melakukan penelitiannya terhadap perubahan manufaktur di Taiwan menghasilkan bahwa ada pengaruh yang positif signifikan antara human capital (VAHU) terhadap model financial performance yaitu ROE. Hal ini berarti bahwa semakin besar VAHU maka akan menyebabkan tingkat kinerja keuangan pada ketigabelas perusahaan yang terdaftar di BEI tersebut meningkat.

Hipotesis 2-3 : Perusahaan dengan proporsi structural capital yang lebih besar dalam menciptakan value added cenderung memiliki return on equity yang besar.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada structural capital (STVA) terhadap return on equity, diketahui bahwa nilai sig. lebih kecil dari 0.05 (sig. 0.024 < 0.05) dan nilai beta 0.082 yang berarti bahwa secara signifikan ada pengaruh yang positif antara STVA terhadap besarnya ROE Hal ini berarti jika terjadi kenaikan 1 satuan dari STVA maka akan menyebabkan kenaikan pada rasio ROE sebesar 0.082 kali. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen, et al (2015) yang melakukan penelitiannya pada perusahaan manufaktur di Taiwan menghasilkan bahwa ada pengaruh yang positif signifikan antara structural capital (STVA) terhadap model financial performance yaitu ROE. Hal ini berarti bahwa semakin besar STVA maka akan menyebabkan tingkat kinerja keuangan pada ketigabelas perusahaan yang terdaftar di BEI tersebut meningkat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab empat yaitu mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan pada tigabelas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari periode tahun 2011-2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada uji t persamaan ROE (Return on Equity), besarnya intellectual capital (VAIC) yang dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap ROE. Variabel capital employed efficiency (VACA) terdapat pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuangan (ROE) perusahaan. Kemudian human capital efficiency (VAHU) terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan structural capital efficiency (STVA) secara signifikan positif juga terdapat pengaruh terhadap return on equity (ROE).

Intellectual capital merupakan salah satu alternatif dalam menentukan nilai perusahaan, secara khusus untuk menilai kinerja perusahaan berdasarkan financial return suatu perusahaan. Dengan intellectual capital, kinerja perusahaan dapat dinilai dengan modal fisik maupun non-fisik. Intellectual capital juga dapat menjadi salah satu alat yang mendasari pengambilan keputusan manajer, mengingat informasi di dalam laporan keuangan tidak selamanya dapat menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan. Apabila intellectual capital yang diukur dari value added physical capital coefficient, value added human capital coefficient dan structural capital coefficient mengalami peningkatan, maka hal itu bisa meningkatkan kinerja perusahaan yang dilihat dari return on equity.

(11)

Daftar Pustaka

Abidin (2010), Pelaporan Modal

Intelektual: Upaya

Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru, Media Akuntansi, 7(8): 46-47.

Ashton, R.H. (2005). Intellectual Capital and Value Creation: A Review. Journal of Accounting Literature, 24: 53-134.

Bontis, N. (2008), “Intellectual Capital: an Exploratory Study that Develops Measures and Models”, Management Decision, 36(2):63-76.

_____, (2009), “Managing Organizational Knowledge by Diagnosing Intellectual Capital: Framing and Advancing the State of the Field”. International Journal of Technology Management, 18(5,67,8): 433-462.

______, Keow, W.C.C. and Richardson S. (2010), “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries”, Journal of Intellectual Capital, 1(1):85-100. ______, and Fiz-enz. J. (2012),

“Intellectual Capital ROI: a Causal map of Human Capital Antecedents and Consequent”, Journal of Intellectual Capital, 393):223-247.

Booth, R, R. (2008), “The Measurement of Intellectual Capital”,

ABI/INFORM Global;

Management Accounting, 26. Bornemann, M; Knapp, A.; Scheneider U.;

and Sixl, K.I. (2009). Holistic Measurement of Intellectual Capital. Paper presented to the International Symposium of

Measuring and Reporting Intellectual Capital; Experience, Isues, and Prospects, Amsterdam, Austria.

Chen M., Cheng, S. and Hwang, Y. (2015), “An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance”, Journal of Intellectual Capital, 4(3): 348-360.

Chen, Y.S. (2018). The Positive Effect of Green Intellectual Capital on Competitive Advantage of Firms. Journal of Business Ethics, 77: 85-100.

Farah, Margaretha dan Rackhman, A. (2006). Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Value Added Intellectual Coefficient. Jurnal Bisnis dan Akuntani, Vol. 8 No. 2, Agustus 2006: 199-217. Fiter, S. and Williams, M. (2013).

Intellectual Capital and Tradisional Measure of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 3; 348-360.

Gitman, L.J. and Zutter, C.J. (2015). Principles of Managerial Finance (14th ed), NY; Pearson International Edition.

Hartono, Budi, (2011). Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan. Media Akuntansi, Edisi 21, Oktober 2001:65-72.

(12)

______, (2012). “Mencari Format Pelaporan Intellectual Capital”. Media Akuntasi, Edisi 23, Januari 2002: 49-56.

Hermawan, Asep (2012), Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Keempat, Jakarta, LPFE Universitas Trisakti.

Hurwitz, J.; Lines, S.; Montgomery, B; & Schmidy, J. (2012). The Linkage between Management Practices, Intangibles Performance and Stock Returns, Journal of Intellectual Capital, 3 (1): 51-61.

Kaplan, Robert, S and Norton, David P. (2012). “The Staretegy Focus Organization: How Balance Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment”. USA: Harvard Business School Publishing Corporation.

McGregor, J.; Tweed, D. & Pech, R. (2014). Human Capital in the New Economy: Devil's Bargain? Journal of Intellectual Capital, 5(1): 153-164.

Nedrum, L & Erikson, T. (2011). Intellectual Capital: a Human Capital Perspective, Journals of Intellectual Capital, 2:127-135. Petty, Richard dan Guthrie, James (2010).

Intellectual Capital Literature Review: Measurement, Reporting, and Management, Journl of Intellectual Capital, 1(2): 155-175. Pulic Ante (2012) “VAICTM

an Accounting Tool for IC Management”. International Journal of Technology Management, Vol. 20: 702-714. ______. (2014). Basic Information on VAICTM. (www.documen) http://www.vaic-on.net (diakses pada 5 November 2007). Riahi-Belkaoui, A. (2013), “Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational firms: a Study of the Resource-based and Stakeholder Views”, Journal of Intellectual Capital, 2(2): 215-226. Robinson. G. dan Kleiner, B.H. (2006). How to Measure an Organization's Intellectual Capital. Managerial Auditing Journal, 11(8): 36-39. Roos, Johan., Goran Roos, Nocola C.

Dragonetti, and Leif Edvinsson (2014), Intellectual Capital Navigating The New Business Landscape, London; MacMillan Press Ltd.

Rupert, Booth. (2008), The Measurement of Intellectual Capital, Management Accounting, 76: 26-28.

Sangkala, (2010). Intellectual Capital

Management: Strategi

Membangun Daya Saing Perusahaan. Jakarta; Yapensi. Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine

Prihatin Kadir. (2013). “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan”. Journal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 35-57. Steward, A Thomas. (2012). Intellectual

Capital: Kekayaan Baru Organisasi. Jakarta: Elex Media Komputindo – gramedia.

(13)

Sveiby, Karl Erik (2008), Intellectual Capital: Thinking Ahead, Australian CPA, June: 18-21. Tan, H. P.; Plowman, D.; & Hancock, P.

(2010). Intellectual Capital dan Financial Returns of Companies, Journal of Intellectual Capital, 8 (1): 76-95.

Wang, Wen-Yin and Chingfu Chang, 2015), “Intellectual Capital and Performance in Causal Model: Evidence from The Information Technology Industry in Taiwan”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 6, No. 2: 22-236.

William M. (2011). Is Intellectual Capital Performance and Disclosure Practice Related?. Journal of Intellectual Capital, Vol. 2 No. 3: 192-203.

Referensi

Dokumen terkait

Berdsarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar

Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa, dan mengkomunikasikan informasi

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa tum- buhan penghasil zat warna mengandung senya- wa-senyawa berwarna. Senyawa zat warna yang paling dominan penggunaanya sebagai indikator titrasi

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS, motivasi belajar, dan

• raise awareness on climate change • provide humanitarian assistance.. • improve capacity

Sistem yang dipergunakan dalam penelitian ini dalam mendapatkan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering

Petugas kesehatan pada Klinik Bersalin di Kota Medan memberikan pelayanan kesehatan terutama pemeriksaan kehamilan program 7T meliputi kegiatan mengukur berat badan

Keputusan desain yang diambil adalah sarana gawat darurat yang mudah untuk dibawa dan dipindahkan, penyusunan peralatan secara teratur untuk meningkatkan kinerja