• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMAKAIAN BIOFILTER DENGAN MEDIA TEMPURUNG KELAPA SAWIT TEPHADAP PENURUNAN POLUTAN ORGANIK DI DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN TEMPE 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMAKAIAN BIOFILTER DENGAN MEDIA TEMPURUNG KELAPA SAWIT TEPHADAP PENURUNAN POLUTAN ORGANIK DI DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN TEMPE 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMAKAIAN BIOFILTER DENGAN MEDIA TEMPURUNG KELAPA SAWIT TEPHADAP PENURUNAN POLUTAN ORGANIK DI

DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN TEMPE1

Oleh :

Budijono 2 dan M. Hasbi 2

Department of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science University of Riau, Pekanbaru 28293 Indonesia

ABSTRAC

The objective of this study is to assess the influence of palm shell biofilter aplication in degrading organic pollutant in fermented soybean cake waste industry at aerobic system. This study was carried out in fermented soybean cake industry at Tampan region, Pekanbaru. The total amount of wastewater that produced from one small industry fermented soybean cake is around 2 m3/day, and now is collected in wastewater drainage. Wastewater treatment of aerobic system. Basically this wastewater treatment relies on bacteria in degrading pollutants. The use of palm shell is to increase specific surface of media for attaching bacteria. The system consist of one reactor that is made of 5 mm glass, and the volume reactor 140 liter. The reactor was equipped with one circulating pump and blower in the aerobic zone. It took 30 days for seeding micoorganism. The reactor were run in four different resident time, namely 4 hours, 3 hours, 2 hours and 1 hour. The raw water used in this experiment is waste water from tofu and fermented soybean cake industries that have organic compound around 594.08 – 1276.64 mg/l. The water for physical and chemical analysis is sampled daily. It took from raw water and aerobic colum of reactor. The results from 192 physical and chemical parameters from 24 water samples showed that the palm shell biofilter gives a little influence to degrade organic pollutant. The efficiency process in decreasing organic compund value around 6.47 – 16.48%, TSS 32.47 – 97.19%, TDS 7.89 – 19.25%, ammonia 0.66 – 2.75%, total phosphate 1.76 – 5.13%, and nitrate 3.24 – 6.99%. The shorter retention time, the less removal efficiency of organic matter, TSS, TDS, ammonia, total phosphate and nitrate.

Key words : Biofilter, Biofilm, Wastewater Treatment, Aerobic Reactor, Organic Waste, Waste of Tofu and Fermented Soybean Cake Industry.

I. PENDAHULUAN

Tahu dan tempe telah diakui sebagai makanan bergizi dan murah serta digemari oleh masyarakat. Hampir ditiap kota dapat dijumpai industri kecil ini. Selain tahu dan tempe sebagai produk utamanya, juga menghasilkan air limbah yang mencemari lingkungan. Dalam proses produksi, industri tahu dan tempe banyak menggunakan air dan ternyata menghasilkan limbah organik yang cukup besar. Kandungan BOD5

mencapai 1.324 mg/l dan COD 6.698 mg/l ini yang mendasari bahwa industri

tahu dan tempe memerlukan

pengolahan limbah ditinjau dari Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, dimana baku mutu yang ditetapkan untuk industri tahu dan tempe, yaitu sebesar 50 – 150 mg/l BOD5 dan 10 –

300 mg/l COD.

Umumnya, limbah tersebut dibuang langsung ke perairan, terutama

(2)

sungai dan sebagian lagi meresap ke dalam air tanah dangkal yang dapat mencemari sumur dangkal atau sumur galian. Pencemaran perairan oleh limbah organik dari tahu dan tempe disebabkan oleh tidak diolahnya limbah atau tidak optimalnya proses pengolahan limbah jika ada. Limbah tahu dan tempe mengadung bahan organik yang tinggi

sehingga dapat meningkatkan

kandungan BOD (4.000 – 6.000 mg/l), COD, amonia, nitrit dan nitrat serta

suspended solids di perairan, jika limbah

tidak diolah dengan baik. Namun demikian, yang perlu mendapat perhatian jika limbah diolah adalah umumnya pengrajin tahu dan tempe tergolong ekonomi lemah, sehingga perlu dipertimbangkan biaya investasi pengolah limbah yang tidak tinggi,

biaya operasi murah, mudah

dioperasikan dan pemeliharaan, namun memiliki efektivitas dan efisiensi tinggi.

Saat ini, teknologi biofilter telah banyak digunakan untuk mengolah berbagai limbah. Media plastik tipe sarang tawon umum digunakan sebagai media biofliter, tetapi harganya masih relatif mahal sehingga perlu diupayakan alternatif media yang lebih murah, ketersedian mudah diperoleh dan melimpah. Pemanfaatan ke arah tempurung kelapa sawit sebagai media dimungkin. Mengingat potensi limbah tempurung kelapa sawit cukup besar dan struktur pecahan tempurungnya tidak beraturan yang diharapkan dapat digunakan sebagai media melekatnya mikroorganisme dalam reaktor. Untuk itu, sangat menarik untuk dikaji pemanfaatan tempurung ini sebagai media biofilter dalam menurunkan polutan organik pada limbah industri tahu dan tempe.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Teknologi Pengelolaan

Limbah Faperika Unri pada bulan April – Nopember 2007 dengan metode eksperimen. Air limbah berasal dari pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Tampan Pekanbaru. Mikroorganisme alami yang terkandung dalam air limbah yang dimanfaatkan untuk tumbuh dan berkembang dengan cara mengalirkan air limbah secara kontinyu ke dalam biofilter bermedia tempurung kelapa sawit. Proses pengolahan dalam biofilter bermedia tempurung kelapa sawit dioperasikan secara aerobik sehingga suplai udara secara terus menerus

diberikan untuk mendukung

pertumbuhan mikroorganisme aerobik melalui alat pompa udara (aerator) ke dalam reaktor.

Reaktor yang digunakan terbuat dari bahan kaca bervolume 140 liter dengan dimensi 50 cm (P) x 28 cm (L) x 100 cm (T) dengan rancangan merujuk pada Herlambang (2002). Tempurung kelapa sawit berasal dari PKS PTPN V Sei Galuh yang telah dicuci bersih dan tempurung yang tidak lolos pada ukuran mesh ayakan 1 x 1 cm yang digunakan sebanyak 0.0420 m3. Pada reaktor dilengkapi dengan lubang inlet dan lubang outlet pada kedua sisi reaktor. Lumpur yang terendapkan dapat dikeluarkan melalui ruang lumpur pada bagian bawah reaktor. Peralatan pendukung pada reaktor adalah pengukur waktu, pompa celup, pompa sirkulasi, blower udara, paralon PVC ½”, elbow PVC ½”, floksok PVC bentuk T, Floksok PVC ½”, kran PVC ½”, siltif, lem PVC, gergaji besi dan meteran. Sedangkan untuk analisis polutan organik diperlukan bahan dan alat seperti larutan KMnO4, H2SO4 pekat, KI 10%,

amilum, larutan thiosulfat 0.1N, botol COD, beuret, erlemeyer, labu ukur, labu semprot, pipet gondok dan beaker glass. Peralatan pendukung lainnya adalah pH meter dan termometer.

Respon yang diukur dalam penelitian ini adalah penurunan senyawa

(3)

organik (angka permanganat – KMnO4)

baik pada kondisi pertumbuhan (seeding) mikroorganisme selama satu bulan maupun variasi waktu tinggal setelah kondisi reaktor mencapai atau mendekati stabil. Selain senyawa organik, parameter lain yang diukur pada kondisi reaktor dianggap stabil adalah TSS, TDS, amonia, posfat total dan nitrat.

Prosedur penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan dan menampung air limbah dari pengrajin tahu dan tempe, kemudian air limbah tersebut dialirkan ke dalam reaktor dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow). Air akan mengalir menuju ke bak pengendapan awal, seterusnya mengalir ke bak kedua yang dinjeksi dengan oksigen, dan selanjutnya menuju ke bak ketiga atau bak biofilter yang telah berisi media tempurung kelapa sawit dengan aliran dari bawah ke atas (up flow). Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi : (1) persiapan alat – alat dan media serta pembuatan reaktor, lengkap dengan pompa celup untuk memompa air limbah, pompa udara, pompa resirkulasi dan sistem perpipaannya; (2) pengambilan dan pengisian air limbah ke dalam reaktor; (3) pengembangbiakan (seeding) mikroorganisme pada media tempurung kelapa sawit dengan cara mensirkulasi air limbah ke dalam reaktor dan pertumbuhan mirkoorganisme diamati dengan mengukur penurunan senyawa organik (angka permanganat) selama satu bulan proses berjalan dengan interval pengamatan tiga hari sekali hingga penurunan senyawa organik menjadi relatif stabil; dan (4) kondisi operasional (stabil) dilakukan setelah tercapai efisiensi penurunan senyawa organik yang relatif stabil memvariasikan waktu tinggal air limbah selama 4, 3, 2 dan 1 jam untuk melihat kemampuan biofilter bermedia tempurung kelapa sawit dalam menurunkan senyawa organik.

Pengambilan sampel pada kondisi seeding mikroorganisme dilakukan setelah biofilter dialiri air limbah selama dua minggu, kemudian sampel diambil tiap tiga hari selama satu bulan pada inlet dan outlet untuk mengetahui reaktor telah mencapai kondisi stabil untuk menganalisis senyawa organik, pH dan suhu. Sedangkan pada kondisi operasional (stabil) tercapai, pengambilan sampel dilakukan pada inlet dan oulet reaktor sesuai dengan waktu tinggal, dimana tiap waktu tinggal dilakukan tiga kali pengambilan cuplikan air sampel untuk keperluan analisis parameter senyawa organik, TSS, TDS, amonia, posfat total dan nitrat.

Evaluasi terhadap pengaruh pemakaian tempurung kelapa sawit sebagai media biofilter dilihat dari nilai efisiensi yang dicapai dari tiap parameter dengan membandingkan nilai tiap paramater pada inlet dan outlet reaktor. Untuk mengetahui hubungan waktu tinggal terhadap penurunan senyawa organik, TSS, TDS, amonia, posfat total dan nitrat dianalisa denganregresi linear sederhana.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pertumbuhan Mikroorganisme

Pembiakan mikroorganisme

(bakteri) dalam biofilter bermedia tempurung kelapa sawit dilakukan selama satu bulan. Secara visual, pengamatan terhadap biofilm yang terbentuk di atas media tempurung kelapa sawit sulit ditentukan karena partikel tersuspensi dalam air limbah tahu dan tempe juga mengendap di atas permukaan tempurung kelapa sawit dengan warna awalnya putih menjadi

kecoklatan. Pertumbuhan

mikroorganisme diamati dengan mengukur penghilangan atau penurunan senyawa organik (angka permanganat, KmnO4) di dalam bioreaktor setelah

(4)

Pengukuran senyawa organik dilakukan pada inlet dan outlet dengan interval tiga hari hingga penghilangan atau penurunan senyawa organik menjadi relatif stabi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Menurut Said dan Hidayati (2002), proses biofilter dikatakan telah berada dalam kondisi stabil (steady state) jika biofilm tumbuh dengan baik dan efisiensi penghilangan relatif konstan.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengamatan S e n y a w a O rg a n ik ( m g /l) 0 5 10 15 20 25 30 35 E fis ie n s i P e n u ru n a n S e n y a w a O rg a n ik ( % )

Inlet Outlet Efisiensi(%)

Gambar 1. Konsentrasi Senyawa Organik dan Efisiensi Penurunan Senyawa Organik pada Sedding Mikroorganisme

Efisiensi penurunan senyawa organik pada awal pengoperasian sangat rendah. Hal ini disebabkan untuk tumbuh dan berkembang hingga membentuk biofilm, mikroorganisme (bakteri) membutuhkan waktu dan diduga biofilm yang terbentuk masih sangat tipis. Sejalan dengan bertambahnya waktu, efisiensi cenderung meningkat dan mencapai stabil sekitar 32% pada pengoperasian hari ke-12 hingga 16.

Pada kondisi ini dianggap

mikroorganisme telah tumbuh dan berkembang baik yang melekat dan tersuspensi sehingga proses dalam biofilter dianggap stabil. Menurut Rittmann et al. (dalam Herlambang dan Marsidi, 2003), proses awal pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan biofilm pada media membutuhkan waktu beberapa minggu, yang dikenal dengan proses pematangan.

Rendahnya efisiensi yang

tercapai dapat menunjukkan bahwa pengaruh pemakaian biofilter media

tempurung kelapa sawit masih sangat

rendah dengan penyusunannya

bertumpukan dalam reaktor. Kondisi ini juga dapat menggambarkan bahwa lapisan biofilm yang terbentuk pada media tempurung kelapa sawit berkemungkinan masih sangat tipis. Hal ini mungkin disebabkan sedikitnya jumlah dan jenis mikroorganisme

aerob yang berkembang, luas

permukaan tempurung yang kecil, susunan media yang bertumpukan berakibat pada kecil celah atau rongga pada media dan waktu seeding

mikroorganisme serta tanpa adanya proses pengolahan anaerob terlebih dahulu mengingat air limbah insutri tahu dan tempe mengandung polutan organik yang tinggi.

Pada saat seeding

mikroorganisme, air limbah pada inlet dan outlet memiliki suhu 27 – 30oC dan pH 5.5 – 7. Suhu air yang didapatkan tidak dikondisikan dan dipengaruhi oleh iklim setempat karena penempatan dan operasional unit alat biofilter di luar

(5)

mikroorganisme (bakteri) membutuhkan pH tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik dan umumnya semua bakteri memiliki kondisi pertumbuhan antara 4 – 9,5 dengan pH optimum 6,5 – 7,5 (Said dan Hidayati, 2002). Mikroorganisme membutuhkan kisaran pH 6,5 – 9 (Reynold, 1982), dan mikroorganisme seperti bakteri akan tumbuh dengan baik pada kondisi sedikit basa dengan kisaran 7 – 8 (Flatman, 1994)

3.2. Pengaruh Waktu Tinggal

Terhadap Efisiensi Penurunan Senyawa Organik

Pengujian ini untuk melihat pengaruh waktu tinggal terhadap efisiensi penurunan senayawa organik dilakukan setelah masa biakan (seeding) mikroorganisme (bakteri) berjalan selama satu bulan. Laju alir limbah berkisar 0.58 - 2.33 liter/menit sesuai dengan waktu tinggal dan pengujian tiap waktu tinggal dilakukan

selama tiga hari berturut-turut. Contoh air diambil selama penelitian ini berjumlah 24 contoh air yang meliputi 192 analisis parameter fisika dan kimia air limbah. Pengamatan yang dilakukan selama pengujian meliputi suhu air, pH, senyawa organik (KMnO4), total padatan tersuspensi, total padatan terlarut, amonia, total posfat dan nitrat. Untuk mengetahui pengaruh waktu tinggal terhadap efisiensi penurunan tiap parameter air limbah, maka dilakukan variasi waktu tingga dalam reaktor. Dari variasi waktu tinggal 1 hingga 4 jam diperoleh rata-rata nilai efisiensi penurunan untuk senyawa organik meningkat dari 6.47% menjadi 16.48%, TSS dari 32.47% menjadi 97.19%, TDS dari 7.89% menjadi 19.25%, amonia dari 0.66% menjadi 2.75%, posfat total dari 1.76% menjadi 5.13% dan nitrat dari 3.14% menjadi 6.99%, ditunjukkan pada Gambar 2. 0 200 400 600 800 1000 1200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

S e n y a w a O rg a n ik ( m g /l ) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 E fi s ie n s i P e n u ru n a n S e n y a w a O rg a n ik (% )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

T S S ( m g /l ) 0 20 40 60 80 100 120 E fi s ie n s i P e n u ru n a n T S S ( % )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

(a) (b) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

T D S ( m g /l ) 0 5 10 15 20 25 E fi s ie n s i P e n u ru n a n T D S ( % )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

A m o n ia ( m g /l ) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 E fi s ie n s i P e n u ru n a n A m o n ia ( % )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

(c) (d) 1 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 1 jam 3 jam 4 jam 2 jam 2 jam 3 jam 4 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam

(6)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

T o ta l P o s fa t (m g /l ) 0 1 2 3 4 5 6 E fi s ie n s i P e n u ru n a n T o ta l P o s fa t (% )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Waktu Operasi (hari)

N it ra t (m g /l ) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 E fi s ie n s i P e n u ru n a n N it ra t (% )

Inlet Outlet Efisiensi (%)

(e) (f)

Gambar 2. Efisiensi Penurunan (a) Senyawa Organik, (b) TSS, (c) TDS, (d) Amonia, (e) Posfat Total dan (f) Nitrat) Berdasarkan Waktu Tinggal

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa semakin lama waktu tinggal, efisiensi penurunan parameter air limbah semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin besar peluang mikroorganisme untuk dapat memanfaatkan senyawa organik untuk proses metabolisme tubuhnya sebagai akibat semakin lama (panjang) waktu kontak antara bahan organik dengan mikroorganisme pada lapisan biofilm. Menurut Grady dan Lin (1980), mekanisme yang terjadi pada reaktor melekat diam dan terendam adalah (1) transportasi dan adsorpsi zat organik dan nutrien dari fasa liquid ke fasa biofilm, (2) transportasi mikroorganisme dari fasa liquid ke fasa biofilm, (3) adsorpsi mikroorganisme yang terjadi ke dalam lapisan biofilm, (4) reaksi metabolisme mikroorganisme yang terjadi dalam lapisan biofilm memungkinkan terjadinya mekanisme pertumbuhan, pemeliharaan, kematian dan lysis sel, (5) pelekatan mikroba pada permukaan media pada saat lapisan biofilm mulai terbentuk dan terakumulasi pada lapisan biofilm dan (6) mekanisme pelepasan (detachment biofilm) dari produk lainnya (by product).

Secara keseluruhan, nilai efisiensi yang dicapai dengan memvariasikan waktu tinggal tergolong masih sangat rendah. Hal ini mungkin disebabkan

lapisan biofilm yang terbentuk pada permukaan tempurung kelapa sawit masih tipis pada kondisi seeding mikroorganisme jika dilihat dari nilai efisiensi penurunan senyawa organik yang juga masih tergolong rendah. Penghilangan substrat (senyawa organik) oleh lapisan mikroba akan bertambah secara linier dengan bertambahnya ketebalan film sampai dengan ketebalan maksimum, penghilangan tetap konstan dengan bertambahnya ketebalan lebih lanjut (La Moyya dalam Winkler, 1981). Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa waktu tinggal air limbah dalam reaktor berkorelasi kuat dan hubungan positif serta secara nyata berpengaruh terhadap efisiensi penurunan senyawa organik (R2 = 0.9322), TSS ((R2 =0.6236), amonia (R2 = 0.7963), posfat total (R2 = 0.9259) dan nitrat (R2 = 0.7776), kecuali TDS (R2 = 0.4879). Semakin lama waktu tinggal akan meningkatkan penurunan senyawa organik, TSS, amonia, posfat total dan nitrat, begitu pula sebaliknya.

IV. KESIMPULAN

Pemakaian tempurung kelapa sawit yang disusun bertumpukan sebagai media biofilter memberikan efisiensi yang masih sangat rendah berkisar 31.93 – 32.02% pada kondisi

1 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 2 jam 3 jam 4 jam

(7)

seeding mikroorganisme. Dari variasi

waktu tinggal 1 hingga 4 jam diperoleh rata-rata nilai efisiensi penurunan untuk senyawa organik meningkat dari 6.47% menjadi 16.48%, TSS dari 32.47% menjadi 97.19%, TDS dari 7.89% menjadi 19.25%, amonia dari 0.66% menjadi 2.75%, posfat total dari 1.76% menjadi 5.13% dan nitrat dari 3.14% menjadi 6.99%. Waktu tinggal air limbah dalam reaktor berkorelasi kuat dan hubungan positif serta nyata berpengaruh terhadap efisiensi penurunan senyawa organik (R2 = 0.9322), TSS ((R2 =0.6236), amonia (R2 = 0.7963), posfat total (R2 = 0.9259) dan nitrat (R2 = 0.7776), kecuali TDS (R2 = 0.4879).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Lembaga Penelitian UNRI yang telah membiayai penelitian ini melalui dana DP2M Dikti Jakarta 2007 dan

Dekan Faperika dan Kepala

Laboratorium TPL Faperika Unri serta berbagai pihak yang telah turut membantu hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bitton, G. 1994. Wastewater

Microbiology, A John Wiley and Sons, Inc.., New York. 478 p. Chiou, R.J., Ouyang, C.F., dan Lin, K.H.

2001. The Effects of the Flow Pattern on Organic Oxidation and Nitrifikcation in Aerated Submerged Reakctors. Jour. Environmental Technology. Vol. 22 (6): 705-717.

Dhahiyat, Y. 1990. Kandungan Limbah

Cair Pabrik Tahu dan

Pengolahan Dengan Enceng Gondok. Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

Flatman, P.E. 1994. Bioremediation: Field Experince. CRC Press, USA.

Herlambang, A. 2002. Pengaruh Pemakaian Biofilter Struktur Sarang tawon pada Pengolah

Limbah Organik Sistem

Kombinasi Anaerobik-Aerobik (Studi Kasus Limbah Tahu dan Tempe. Disertasi Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. 304 hal. Herlambang, A. dan R. Marsidi. 2003.

Proses Denitrifikasi dengan

Sistem Biofilter untuk

Pengolahan Air Limbah yang Mengandung Nitrat. Jur. T. Ling. P3TL-BPPT. Vol. 4 (1): 46 – 55. Lin, H.C. and C.P.I. Grady, 1980.

Biological Wastewater

Treatment. Marcel Dekker Inc., New York. 324 pp.

Reynold, T.D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. B/C Engineering, United State of America.

Sarwono. 1988. Membuat Tempe dan Oncom, Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta. Said, N. I dan S.M. Hidayati. 2002.

Pengaruh Biofilter Tercelup terhadap Penghilangan Polutan Organik dalam Air Baku Air Minum. Jur. Tek. Lingkungan. 2 (1): 12-25.

Winkler, M.A. 1981. Biological Treatment of Wastewater. John Wiley and Sons, New York. 210 pp.

Gambar

Gambar 1.  Konsentrasi  Senyawa  Organik  dan  Efisiensi  Penurunan  Senyawa  Organik pada Sedding Mikroorganisme
Gambar 2. Efisiensi Penurunan (a) Senyawa Organik, (b) TSS, (c) TDS, (d) Amonia,  (e) Posfat Total dan (f) Nitrat) Berdasarkan Waktu Tinggal

Referensi

Dokumen terkait

ELFA YUNANDA DARIWYANTI (13413128) mengambil penelitian dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Usman (2005) yaitu agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serentak karena guru tidak mengetahui dengan pasti siapa

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah untuk menghasilkan produk berupa konsep matematika yang sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa

Hasil validasi dari para validator, angket respon dari siswa dan guru, dan berdasarkan kompetensi siswa, menunjukkan perangkat pembelajaran biologi yaitu RPP, modul,

Tahap penjejakan sangat penting untuk memasti- kan seluruh informasi yang telah diperoleh dapat.. terpetakan dan teridentifikasi dengan

Penelitian ini ditulis oleh Eka Nur Jannah (131311044) dengan judul “Strategi Pemasaran pada Biro Perjalanan dalam menghadapi Persaingan antar Jasa Penyelenggaraan

Analisa bahan hukum digunakan untuk menyusun secara sistematis bahan yang telah diperoleh. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer terlebih dahulu dengan

1) Menyediakan informasi yang perlu untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan ringkasan-ringkasan dokumen. 2) Memisahkan data dari sistem informasi komputer yang