• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN CEKUNGAN GAMBUT DI DAERAH RAWANG LEBOK HITAM - MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN CEKUNGAN GAMBUT DI DAERAH RAWANG LEBOK HITAM - MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

Daerah penyelidikan (blok 1112-21) terletak + 120 Km sebelah tenggara kota Palembang dan blok 1112-44, 87 km sebelah timur Kayu Agung (Gambar 11-1). Daerah ini dapat dicapai dari Bandung dengan perhubungan udara melalui bandara Palembang, dan dilanjutkan melalui jalan raya Palembang-Kayu Agung Mesuji. Daerah penyelidikan pada blok 1112-44 ditempuh melalui Jalan raya beraspal dari Palembang menuju arah tenggara melalui Kayu Agung (ibukota kabupaten), melintas menuju bagian timur yang menghubungkan Kayuagung-Pampangan sampai Rawang Lebok Hitam.

Terdapatnya dua lokasi penyelidikan tersebut disebabkan oleh karena lokasi pertama (Blok 1112-12) endapan gambutnya relatif tipis, yang kemudian dipindahkan ke lokasi kedua (Blok 1112-44) agar sasaran kuantitas dan kualitas eksplorasi gambut dapat terrealisasikan.

Pada musim hujan sebagian jalan dari Simpang Mesuji kearah Mesuji dan dari ujung Kecamatan Pampangan menuju Tulung selapan kondisinya

kurang baik. Pada bagian utara hanya dapat dicapai dengan kapal air (motor boat).

PENGKAJIAN CEKUNGAN GAMBUT

DI DAERAH RAWANG LEBOK HITAM - MESUJI

KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN

Oleh :

Truman Wijaya

Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM

SARI

Daerah penyelidikan terletak di daerah Mesuji dan Rawang Lebok Hitam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Daerah tersebut secara geografis terletak antara ( 3o45’ - 4o0’ LS --- 105o30’ - 105o45’ BT) dan (3o00’ - 3o15’ LS --- 105o15’ - 105o30’ BT) termasuk dalam lembar peta topografi Toboali seri 1112, sheet SA-48-15 skala 1 : 250.000.

Di daerah penyelidikan endapan gambut dapat dikualifikasikan sebagai "ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai " Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 6 m di atas muka air ), dengan derajat pembusukan H3-H6 ( fabrik to hemic peat) dan berumur 4000-5000 tahun yang lalu (Diemont & Supardi, 1987).

Potensi endapan gambut di sekitar Rawang Lebok Hitam cukup baik, dalam sumberdaya maupun kualitas. Endapan gambut tersebut merupakan potensi gambut yang ada di Sumatra Selatan. Sumberdaya gambut yang tebalnya > 1 m adalah 165.640x106 kg atau 165,640 juta ton gambut kering ( bulk density 80 kg/m3 dan kandungan air + 5 %).

Daerah yang di eksplorasi adalah endapan gambut yang terletak di daerah Mesuji dan Rawang Lebok Hitam termasuk Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Daerah tersebut secara geografis terletak antara ( 3o45’ - 4o0’ LS - 105o30’ - 105o45’ BT) dan (3o00’ - 3o15’ LS - 105o15’ - 105o30’ BT) termasuk dalam lembar peta topografi Toboali seri 1112, sheet SA-48-15 skala 1 : 250.000.

2. GEOLOGI REGIONAL

Kedudukan geologi endapan gambut termasuk pada Cekungan Sumatra Selatan, yang merupakan cekungan pendalaman belakang (back deep basin) dari sistim penekukan Sumatra-Jawa (Harjono dan Koesoemadinata, 1978.

Unsur struktur di daerah ini adalah, struktur sesar yang diperkirakan mempengaruhi Formasi Kasai di bagian barat Tulung Selapan. Struktur sesar didaerah ini sukar diidentifikasikan, hal ini disebabkan tebalnya soil. Pengenalan sesar ini

(2)

terutama dari kelurusan sungai atau topografi dan penafsiran foto udara.

Susunan stratigrafi dapat dibagi tiga yaitu Batuan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter. Susunan regional dari tua ke muda, adalah sebagai berikut :

Batuan Pra Tersier, merupakan batuan

terobosan pluton granit-biotit berwarna pucat dengan sedikit mafik, ditindih oleh sedimen Formasi Kasai. Menurut Simanjuntak dkk., 1991, kemungkinan termasuk dalam jalur granit daratan yang mengandung timah.

Formasi Talangakar berumur Oligosen; terdiri

dari bagian bawah disusun oleh perlapisan batupasir karbonan, kayu terkersikkan dengan konglomerat dan batulanau, mengandung moluska ke arah atas berkembang menjadi perselingan antara serpih tufaan dan batugamping. Bagian atas umumnya disusun oleh batulanau tufaan, batulempung gampingan, lensa-lensa konglomerat dan sisipan batupasir glaukonitan.

Formasi Baturaja berumur Miosen awal

dibentuk oleh batu gamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan napal. Formasi Baturaja mempunyai hubungan berjemari dengan Formasi Gumai dan diendapkan selaras di atas Formasi Talangakar.

Formasi Gumai berumur Miosen Awal-Tengah,

terdiri dari serpih-gampingan, napal, batulempung dengan sisipan serpih gampingan.

Formasi Air Benakat berumur Miosen Bawah

terdiri dari batulempung berwarna coklat sampai abu-abu, serpih pasiran berwarna abu-abu, kadang-kadang napal berwarna hijau dan sedikit batugamping.

Formasi Muara Enim terdiri dari batupasir,

batulanau dan batulempung berwarna coklat sampai abu-abu, serta batubara. Lingkungan pengendapan anggota ini adalah paralis.

Formasi Kasai, terdiri dari kerikil dan batupasir

warna cerah dan kadang glaukonitan, tufa warna hijau sampai cerah dan sedikit kaolin, kadang-kadang batuapung, bongkah-bongkah batuan vulkanis dan batupasir tufaan. Dalam formasi ini masih ditemukan lensa-lensa batubara.

Satuan yang berumur Kuarter terdiri dari sedimen Holosen dan belum terkeraskan, meliputi endapan aluvium dan endapan rawa yaitu gambut, yang secara makroskopis dapat dikualifikasikan

pada endapan gambut fabrik sampai Hemik, derajat kematangan H3-H6.

3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN Dataran rendah menempati daerah yang luas dan menguasai bagian utara lembar, ketinggian hanya 3 - 26 meter diatas muka laut, litologinya berupa endapan aluvium dan endapan rawa. Di daerah ini terdapat kaitan yang erat antara morfologi dan litologi. Batuan sedimen terlipat dibagian selatan, yang terdiri dari Formasi Kasai, Formasi Muaraenim.

Dari segi morfologi, terdiri dari daerah berawa-rawa di dekat pantai yang diikuti sedikit dataran (daerah sepanjang jalan menuju ibu kota kecamatan), dengan ketinggian maximum 26 m dari permukaan laut. Daerah penyelidikan merupakan dataran rendah dengan elevasi antara 3-6 meter di atas permukaan air laut ( morfologi jenis pedataran ). Sungai Sugian di sebelah barat dan Sungai Panyambungan di sebelah utara, keduanya merupakan sungai yang besar di daerah ini dan bermuara di selat Malaka, Sungai Buluran riding yang mengalir selatan-utara mempunyai lebar 4 m dibagian tengah, dengan kedalaman + 3 m, pengaruh pasang surut sekitar 0,45 m dan anak-anak sungainya mempunyai pola dendritik. Sungai ini mempunyai daerah limpahan banjir dan membentuk meander-meander sungai dibeberapa tempat.

Stratigrafi daerah penyelidikan secara umum dapat dibagi-bagi menjadi yaitu :

Batuan Tersier, tersingkap di daerah ini yaitu Formasi Muaraenim. Formasi ini menindih selaras Formasi Air Benakat (tidak tersingkap pada lembar ini), yang terdiri dari perselingan lapisan batulempung dan batupasir dengan sisipan batulanau karbonan serta lignit di bagian atas. Formasi Muara Enim di endapkan di lingkungan laut dangkal sampai peralihan pada Miosen Akhir-Pliosen selama masa pengendapan susutlaut di Cekungan Sumatera Selatan. Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen, terdiri dari batupasir tufaan klastika, batuapung dan batulempung, menindih tak selaras Formasi Muaraenim, sebagai akibat dari pengangkatan setempat disepanjang tepi cekungan pada Pliosen Akhir. Formasi ini mempunyai ciri komponen tufaan yang mencerminkan adanya kegiatan gunung api serentak di Bukit Barisan.

Dari pengamatan lapangan daerah penyelidikan pada umumnya tidak berbeda dengan kondisi rawa

(3)

yang diisi oleh endapan gambut. Secara umum dapat dibagi-bagi menjadi :

Satuan sedimen Holosen dan belum terkeraskan, meliputi endapan aluvium dan endapan rawa yaitu gambut, yang secara makroskopis dapat dikualifikasikan pada endapan gambut fabrik sampai Hemik, derajat kematangan H3-H6.

Aluvial terbentuk dekat dan dipinggir sungai sebagai pelopor perluasan daratan. Endapan aluvial ini terdiri dari partikel lempung, lanau (silt) dan batupasir yang tersingkap pada belokan sungai Sugian.

Endapan tanggul ( levee ) terbentuk di pinggir sungai dan berfungsi sebagai tanggul sungai. Endapan ini terbentuk oleh air sungai (pada waktu banjir) yang membawa material yang agak kasar dan diendapkan dipinggir sungai. Pada keadaan permukaan air maximal, tanggul ini lebih tinggi dan menjadi pemisah antara dataran banjir dengan sungai. Endapan tanggul terdiri dari partikel lempung dan lanau (silt).

Endapan organik (gambut setebal 1 - 7,6 m), terbentuk paling akhir pada dataran banjir. Pada bagian atas terdapat endapan gambut yang disisipi oleh bagian tumbuhan seperi ranting, daun dan cabang yang telah membusuk yang kita sebut humus. Kondisi ini merupakan gejala yang umum dari endapan gambut. Pada bagian bawah endapan organik bercampur dengan unsur-unsur anorganik yaitu lempung (peatyclay).

Endapan dasar gambut yang umumnya terdiri dari lempung dengan kandungan partikel organik, dan di daerah penyelidikan terdapat disebagian tempat yang mempunyai dasar dari gambut yaitu lempung dan silt.

4. POTENSI ENDAPAN GAMBUT

Endapan gambut di Mesuji dan Lebok Hitam (blok 1112 blad 21 dan 44), yang memanjang dari Sumatra utara (perbatasan dengan Riau) sampai Lampung, merupakan potensi gambut yang besar di Sumatra.

Endapan gambut di Mesuji (blok 1112-21), kuantitas, tebal hanya 0,5 m (hanya cocok untuk lahan pertanian), maupun kualitas bagi maksud dan tujuan pengkajian cekungan, dalam kerangka diversifikasi energi, kurang baik (peatyclay, kalori rendah, abu tinggi)( (Gambar 11-2).

Penyebab kurangnya endapan gambut tersebut adalah, tidak didukungnya pembentukan cekungan, dengan ditandai kontak antara batuan dasar dengan endapan gambut, yaitu Formasi MuaraEnim yang lebih tua dari Formasi Kasai (biasanya kontak langsung dengan Formasi Kasai), kemudian pengaruh erosi sungai Mesuji begitu besar, dicirikan dengan bentuk sungai yang dalam dan mempunyai tanggul alam ( levee) yang curam (sungai bentuk V, braded-meader), walaupun endapan gambut sempat terbentuk dimasa lampau tetapi gambut yang terbentuk telah habis dibakar oleh penduduk, dari catatan yang ada semejak tahun 1960 telah dibakar sebanyak 15 kali selama selang musim kemarau, sebagai tradisi penduduk membakar lahan untuk ladang berpindah yang disebut Sonor, yang menjadikan daerah Mesuji sebagai lumbung padi.

Endapan gambut di daerah Rawang Lebok Hitam (blok 1112-44), baik kualitas dan kuantitas dapat mendukung bagi masud dan tujuan pengkajian cekungan, dalam kerangka diversifikasi energi dengan tebal >1 meter.

Endapan gambut di Sumatera selatan dapat diklasifikasikan sebagai " low land peat" (gambut dataran rendah) dibagian pantai (coastal peat). Terbentuknya akumukasi endapan gambut + 4,3 mm/th yang dapat diklasifikasikan sama dengan gambut Siak-Riau, yang berdasarkan pentarikan C-14 (carbon dating) berumur absolut sekitar 4700-5220 + 200 tahun yang lalu (Diemont dan Supardi, 1987).

Dari hasil pengamatan beberapa penampang bor, pembentukan gambut dimulai dari penimbunan sisa tumbuhan yang dapat hidup diatas muka air seperti tumbuhan Bakau (mangrove). Sisa batang-batangnya masih dapat dijumpai didasar gambut (batas antara gambut dan lempung). Dalam pembentukan awal pengaruh air sungai masih dominan sehingga terbentuk endapan gambut bercampur dengan lempung (topogenus), kemudian terjadi satu periode dimana levee (tanggul alam ) telah terbentuk dengan stabil, sehingga pembentukan endapan gambut tanpa pengaruh air permukaan (air sungai) yang disebut endapan gambut ombrogenus (pengaruh air hujan sangat dominan). Proses ini berlangsung sampai sekarang. Dari hasil pengamatan secara fisik dari pemboran tangan gambut di Lebok Hitam dapat diklasifikasikan sebagai gambut ombrogenus.

(4)

Prosentase zat terbang (VM) yang terkandung dalam gambut cukup tinggi, berkisar antara 51,3 - 55,8%. Angka rata-rata karbon tertambat (FC) 24,2 - 31% yang menunjukkan tingkat pengarangan rendah. Kandungan abu umumnya rendah 0,5 - 3,1 %, kecuali pada conto BH-27 sedikit tinggi kemungkinan ada kontaminasi. Kandungan belerang (S) tercatat rendah, kurang dari 1%. Nilai panas (NK) dari seluruh conto memberikan angka antara 4230 kal/gr dan 4950 kal/gr yang termasuk tinggi untuk ukuran gambut di Sumatra.

6. SUMBERDAYA GAMBUT

Sumberdaya gambut dihitung dengan perkalian antara luas sebaran gambut dengan ketebalan rata-rata antara dua isopah.

Luas sebaran gambut dibagi menjadi tiga bagian menurut ketebalannya, yaitu sebaran gambut dengan ketebalan antara 1-3 m, 3-5 m dan 5-7 m. Ketebalan gambut rata-rata ialah ketebalan antara dua isopah yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu 2 m, 4m dan 6 m.

Sumberdaya 2070,5x106 X 80 kg = 165.640x106 kg atau 165,640 juta ton, gambut kering ( +5 % air, Bulk density 80 kg/m3 ).

Asumsi faktor yang harus diperhatikan yaitu :

Elevasi permukaan gambut 6 m (dari pengukuran To di lapangan).

Gambut yang dapat di tambang maximum isopah 6 m.

Bahan untuk energi dekomposisi harus > H4 (Mukarwoto,1977).

7. PROSPEK PENGEMBANGAN GAMBUT Dengan melihat letak dan kondisi infrastuktur di daerah penyelidikan, prospek endapan gambut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sarana listrik bagi penerangan dan industri. Mengingat tidak jauhnya endapan gambut dengan ibu kota kecamatan dan ibukota kabupaten dan ditunjang dengan adanya prasarana badan jalan yang telah ada, untuk itu perlu dilakukan survey lanjutan untuk menentukan prospek yang lebih layak.

8. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penyelidikan pendahuluan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Endapan gambut di blad 1112-44 sebagai berikut :

• Kedudukan geologi dari endapan aluvium dan gambut terletak diatas Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen.

• Di daerah penyelidikan endapan gambut dapat dikualifikasikan sebagai "ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai " Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 6 m diatas muka air ), dengan derajat pembusukan H3-H6 (fabrik to hemic peat) dan berumur 4000-5000 tahun yang lalu

• Potensi endapan gambut di sekitar Rawang Lebok Hitam cukup baik, dalam cadangan maupun kualitas, endapan gambut tersebut merupakan potensi gambut yang ada di Sumatra Selatan. Sumberdaya gambut yang tebalnya > 1 m adalah 165.640x106 kg atau 165,640 juta ton gambut kering ( bulk density 80 kg/m3 dan kandungan air + 5 %).

SARAN

Lahan gambut di daerah penyelidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya energi, media penyemaian dan lain-lain, yang dapat di kelompokan sebagai berikut :

• Daerah bergambut dengan ketebalan 0 - 1 m; yaitu di daerah Mesuji (blad 1112-21) dan Lahan gambut di daerah Rawang Lebok hitam ( blad 1112-44) dengan ketebalan kurang dari 1 m dapat digunakan sebagai lahan pertanian basah, seperti persawahan dan pertanian pasang surut.

• Daerah bergambut dengan ketebalan < 2m; yaitu di daerah Rawang Lebok Hitam( blad 1112-44) Lahan gambut dengan ketebalan < 2m, dapat digunakan sebagai lahan pertanian kering, seperti perkebunan karet dan kelapa sawit.

• Daerah bergambut dengan ketebalan antara 2- 7 m; dapat dipergunakan untuk bahan bakar tenaga uap dan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi pembangkit tenaga listrik lokal, yang selama ini memakai bahan minyak solar.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.A.R., 1964. The Structure And Development Of The Peat Swamps Of Serawak And Brunei. Journal ofTropical Geography. vol. 18, 1964.

Bemmelen, R.W. van,1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The Hague.

Clark, M.C.G., Ghazali, S.A., Harahap,H., Kusyono, Stephenson, (1982) : Geologi Lembar Tulung Selapan -

Sumatra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Diemont, W.H., and Supardi, 1987 : Genesis of Indonesia Lowland Peats and Possibilities for Development.

Symposium and exhibition lowland development in Indonesia, Jakarta. University of Illinois,

Urbana, Illinois.

Geyh, H.R., Kudras Streif, H., (1974): Global changes in post Glacial Sea Level. A Memorial Calculation

Quartenary Research P.264-287.

Koesoemadinata, R.P. dan Hardjono., 1977: Kerangka sedimenter endapan batubara Tersier Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan VI IAGI.

(6)

Gambar 11-1. Peta Lokasi Daerah Mesuji, Rawang Lebok Hi

(7)

Gambar. 11-2. Peta Isopah Daerah Rawa

ng Lebok Hitam, Kab. Ogan Komering

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Selasa tanggal Sepuluh bulan September Tahun Dua Ribu Tiga Belas, Panitia Pengadaan Barang / Jasa Dilingkungan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh bulan Maret Tahun dua ribu tujuh belas pukul sebelas waktu Indonesia Barat, kami Panitia Pengadaan yang dibentuk dan ditugaskan

Faktor penyebab terjadinnya risiko operasional dibagi menjadi faktor internal dari bank dan faktor eksternal dari nasabah, cara yang dilakukan oleh BRI KC Cianjur

(1996) pada dasarnya sebuah robot bawah laut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya [11]..

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki khasiat sebagai anti mual dan muntah pada wanita hamil.. Kata kunci: jahe, mual, muntah,

7 dapat ditingkatkan lagi, sehingga kesiapan guru Bimbingan dan Konseling terkondisikan dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, layanan

Pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dalam bentuk pengujian sampel uji baik kualitas air maupun identifikasi hama dan