Khasiat Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Anti Mual dan Muntah pada Wanita
Hamil
Siti Masruroh
1, Anggraeni Janar Wulan
21
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Mual dan muntah pada wanita hamil merupakan hal yang sering terjadi, terutama pada trimester pertama. Pada beberapa wanita hamil, mual dan muntah yang terjadi pada trimester pertama dapat berlanjut sampai masa kelahiran. Mual dan muntah yang berlangsung hebat, disebut dengan hiperemesis gravidarum, yang dapat membahayakan ibu dan fetus, karena sulitnya nutrisi untuk masuk. Mual dan muntah selama kehamilan dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu terapi non-farmakologi yang direkomendasikan untuk mengatasi mual dan muntah adalah jahe. Penyebaran jahe hampir ada diseluruh daerah di Indonesia, dan memiliki banyak khasiat, salah satunya sebagai anti mual dan muntah. Sebagai anti mual dan muntah, jahe bekerja dengan beberapa cara. Pertama, memodulasi efek di saluran gastrointestinal seperti menstimulasi motilitas, sekresi saliva dan empedu.Kedua, menghambat reseptor serotonin tipe 3 (5-HT3). Ketiga, menghambat efek karminatif. Keempat, menurunkan efek cisplatin seperti pada kemoterapi. Dan kelima,
memiliki efek yang mirip dengan dimenhydrinate. Dosis jahe yang biasa digunakan adalah 1 gram per hari, dan dapat dengan mudah diolah dalam berbagai bentuk untuk kepentingan pengobatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki khasiat sebagai anti mual dan muntah pada wanita hamil.
Kata kunci: jahe, mual, muntah, wanita hamil
Efficacy of Ginger (Zingiber officinale) As An Anti Nausea and Vomiting in
Pregnant Women
Abstract
Nausea and vomiting is a common case happened in pregnant women, especially in the first trimester. For some pregnant women, nausea and vomiting which occur in the first trimester can continue until the labor. Nausea and vomiting which happened severely is called hyperemesis gravidarum, it can even endanger the mother and the fetus, because of the difficulty in getting nutrient. Nausea and vomiting during pregnancy can be treated with pharmacology and non-pharmacology therapy. One of non-pharmagology therapy recommended by the expert to treat nausea and vomiting is by consuming ginger. Ginger is very benefical for human, one of them as the anti-nausea and vomiting. As anti-nausea and vomiting, ginger works in several ways. Firstly, modulates gastrointestinal tract by stimulating its motility, and also secretion of the saliva and bile. Secondly, it inhibits the activity of serotonin receptor type 3 (5-HT3). Thirdly, it inhibits the
carminative effect. Fourthly, it reduces the cisplatin effects as in Chemotherapy. And fifthly, have similar effect of dimenhydrinate. The common used dose to consume ginger is 1 gram per day, and it can be processed easily into various forms for medical purposes. Therefore it can beconcluded thatgingerhave efficacy as an anti nausea and vomiting in pregnant women.
Keywords: ginger, nausea, vomiting, pregnant women
Korespondensi: Siti Masruroh, alamat Pondok Arbenta LK 001 Bandar Lampung, HP 0812799448784, e-mail:
sitimasruroh09@gmail.com
Pendahuluan
Mual dan muntah dalam kehamilan disebut juga morning sickness, walaupun hanya 17% dari wanita hamil yang mengalaminya pada pagi hari. Mual dan muntah pada
kehamilan merupakan suatu kondisi
melemahkan, yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, dan menurunkan stamina pada wanita hamil. Umumnya, mulai muncul pada minggu ke 4 – 9, mencapai puncak pada minggu ke 7 – 12, dan menurun pada minggu ke 16 dari usia kehamilan.1,2
Mual dan muntah dialami oleh lebih dari 90% wanita hamil dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Keluhan mual dan muntah ini dapat menghilang setelah usia 20 minggu kehamilan. Kondisi mual dan muntah pada tingkat berat disebut hiperemesis gravidarum, yang biasanya terjadi pada 0,5 – 3% dari semua
kehamilan. Hiperemesis gravidarum
merupakan kondisi yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis, alkalosis karena hilangnya asam klorida, dan hipokalemia pada wanita hamil. Hiperemesis
gravidarum sering menjadi salah satu penyebab wanita hamil dirawat di rumah sakit, dan jika tidak diobati dapat membahayakan
kehidupan ibu maupun janin yang
dikandungnya.1,3,4
Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan penanganan. Penanganan untuk mual dan muntah dapat meliputi modifikasi
lifestyle, diet, terapi farmakologi dan non
farmakologi. Modifikasi lifestyle dengan cara menghindari stress dan istirahat yang cukup. Diet dapat dilakukan dengan pola makan sedikit namun sering, seperti mengkonsumsi makanan kering, dan minum yang tidak bersoda. Terapi farmakologi dapat dengan memberi obat antiemetik seperti diclegis,
sedangkan non-farmakologi dapat
menggunakan jahe yang juga memiliki efek antiemetik.5-7
Jahe merupakan tanaman obat dan juga rempah-rempah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Di kawasan Asia, jahe hampir tersebar diseluruh daerah tropika basah. Sentrum utama tanaman jahe di Indonesia adalah Sumatera Utara, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.8,9
Oleh karena itu, pada artikel ini akan membahas mengenai mual dan muntah pada wanita hamil, jahe, serta khasiat jahe dalam mengatasi mual dan muntah tersebut.
Isi
Di Amerika serikat dan Kanada sekitar 400.000 dan 350.000 wanita hamil mengalami
kejadian mual dan muntah setiap tahunnya.10
Menurut Hernawati dkk (2014)11 di Cianjur,
Indonesia terdapat 69,2% wanita hamil yang mengalami mual dan muntah dan 30,8% tidak mengalami mual dan muntah selama masa kehamilan, dari 52 sampel yang diambil. Sedangkan pada populasi kulit hitam dan wanita Asia memiliki kejadian mual dan muntah yang rendah pada trimester pertama
dibandingkan pada caucasians.12
Mual dan muntah selama kehamilan sering ditemukan di negara-negara Barat dan pada penduduk kota, namun jarang ditemukan di Afrika, penduduk asli Afrika, Eskimo, dan sebagian besar populasi di Asia. Sedangkan
Angka kejadian munculnya hiperemesis
gravidarum berbeda-beda pada tiap entis, dan rentangnya antara 3 dan 20 per 1000 kehamilan. Ini sering di temukan pada wanita
di India, Pakistan, Asia, dan New Zealand.4,13
Data Collaborative Perinatal Project, menyebutkan bahwa mual dan muntah dalam kehamilan sering terjadi pada wanita usia muda, primigravida, wanita berpendidikan rendah, bukan perokok, dan pada wanita obesitas. Resiko terjadinya mual dan muntah juga berkaitan dengan status sosio-ekonomi yang rendah, penggunaan vitamin, stress, jenis kelamin dari janin, adanya hipertensi, penyakit pada liver, dan ginjal.8,14
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai etiologi mual dan muntah dalam kehamilan, yaitu :
1. Faktor psikologis
Mual dan muntah dalam kehamilan di duga sebagai penyakit psikosomatis atau
kelainan konversi, wanita yang
mengalaminya tidak bisa menghadapi keadaan kehamilan yang dialaminya dan mengalihkannya menjadi gejala fisik. Ada juga hubungan antara mual dan muntah dalam kehamilan dengan keadaan depresi,
enxietas, dan histeria.2
2. Stimulasi hormonal
Teori yang lain mengatakan bahwa penyebab mual dan muntah pada kehamilan karena adanya perubahan level dan peran beberapa hormon. Produksi hormon human chorionic gonadotrophin (hCG) meningkat pada minggu ke 12 – 14 kehamilan, yang dapat dideteksi dari urin dan serum. Peningkatan level hormon hCG
ini berkaitan juga dengan tingkat
keparahan dari mual dan muntah yang diderita wanita hamil. Hormon estradiol levelnya terdeteksi 26% lebih tinggi pada hiperemesis gravidarum. Sedangkan peran
progesteron adalah menurunkan
kontraktilitas otot polos dan merubah
pengososngan lambung yang
meningkatkan kejadian mual dan
muntah.4
3. Infeksi Helicobacter pylori
Ada studi yang mengevaluasi bahwa terdapatnya seropositif pada wanita hamil dengan ataupun tanpa mual dan muntah selama kehamilan. Wanita hamil dengan
hiperemesis gravidarum, mengalami
peningkatan titer immunoglobulin G (igG) sebesar 18,1 – 100 U/ml dibandingkan kelompok kontrol yang hanya 0,9 – 2,7 U/ml.2,14,15
Dikatakan bahaya mual dan muntah dalam kehamilan adalah mekanisme untuk memproteksi wanita hamil dan janin dari infeksi yang menular lewat makanan dan dari toksin.16
Mekanisme mual dan muntah
merupakan mata rantai panjang yang
dikendalikan oleh keseimbangan antara
dopamin, serotonin, histamin, dan asetilkolin. Dimana ketika terjadinya kehamilan, terdapat beberapa perubahan, baik dari hormonal, psikologis, maupun lingkungan yang memicu dikeluarkannya histamin dan asetilkolin untuk merangsang pusat mual dan muntah. Pusat muntah juga dapat dirangsang oleh satu atau lebih dari empat situs, yaitu saluran gastrointestinal, sistem vestibular, zona pemicu kemoreseptor, dan pusat-pusat yang lebih
tinggi dari korteks dan thalamus.17
Diagnosis banding untuk mual dan muntah antara lain gastroesophageal reflux
disease (GERD), ulkus peptikum, obstruksi usus
kecil, kolesistis akut, pankreatitis, radang
lambung, pieloneritis dan hepatitis.18
Tujuan penatalaksanaan mual dan muntah pada wanita hamil adalah untuk memperbaiki gejala, dan meminimalkan resiko bagi ibu dan janin. Jahe merupakan intervensi non-farmakologis yang direkomendasikan oleh
American College of Obstetri and Gynecology
(ACOG).4
Kedudukan tanaman jahe dalam
sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :9 Kingdom : Plantae Devisi : Spermatophyta Subdevisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Subfamili : Zingiberoidae Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Roxb.
Gambar 1. Tanaman jahe19
Tanaman jahe terdiri dari sekitar 80 jenis, dan sedikitnya sudah ada 115 kandungan zat aktif yang di identifikasi melalui proses
analitik, baik pada jahe segar maupun jahe
kering. 20,16 Namun secara garis besar tanaman
jahe dibedakan menjadi tiga klon, yaitu :21
1. Jahe merah
Jahe merah memiliki rimpang kecil berwarna merah sampai jingga muda dan berserat kasar, aromanya tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan
minyak atsirinya lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua klon jahe lainnya, yakni 2,58% - 2,72% dihitung atas dasar berat kering.
2. Jahe putih besar
Jahe putih besar memiliki rimpang yang besar, berwarna kuning atau kuning
muda, seratnya sedikit lembut.
Aromanya kurang tajam dan rasanya
kurang pedas, kandungan minyak
atsirinya 0,28% - 1,68% dihitung atas dasar berat kering. Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe gajah atau jahe badak.
3. Jahe putih kecil
Rimpang jahe putih kecil lebih kecil daripada jahe merah, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan jahe putih besar. Rimpangnya berwarna putih, bentuknya agak pipih, seratnya lembut, dan aromanya tidak tajam. Kandungan minyak atsirinya 1,5% - 3,3% dari berat kering.
Jahe bekerja sebagai anti mual dan
muntah melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya diturunkan oleh hormon progesteron, dan menstimulasi disekresikannya saliva, empedu serta produk sekresi lambung yang lain.4 Kedua, jahe dapat menghambat aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5-HT3 dan
ondansetron yang menyebabkan perut
berkontraksi sehingga timbul perasaan mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat, jahe menghambat efek karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung.
Kelima, jahe memiliki efek seperti
dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan antagonis histamin (H1) dan juga dapat menghambat stimulasi vestibular yang bekerja pada sistem otolit dan pada dosis besar pada
kanal semisirkular.22,23 Keenam, jahe dapat
saraf pusat atau perifer dengan meningkatkan 5-hydroxytryptamin, dopamin dan substansi P.
Cisplatin merupakan obat yang menginduksi
terjadinya mual dan muntah pada kemoterapi. Selain sebagai anti mual dan muntah, jahe juga memiliki khasiat sebagai antioksidan,
anti-inflamasi, anti-tumor, dan anti-mikroba. 20,24,25
Meskipun proses anti-emetik dari jahe belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun kandungan jahe yang diduga berperan dalam
mekanisme tersebut adalah gingerols,
shogaols, galanolactone dan terpenoid.20
Sebagai anti mual dan muntah jahe dapat dikonsumsi dalam berbagai cara seperti, wedang jahe, aromaterapi, irisan jahe, kapsul, teblet, dan esktrak jahe. Selain itu, dalam konsumsinya juga dapat ditambahkan dengan
madu atau sirup sebagi pemanis.6,26-29
Dosis rata-rata yang biasa digunakan berkisar antara 0.5-2 gram kapsul, dan tidak boleh melebihi 4 gram per hari. Selain itu penelitian lain membuktikan bahwa sebanyak 1 gram jahe yang diminum 4 kali sehari dengan dosis 250 mg mampu mengurangi mual dan muntah pada kehamilan trimester pertama, yang dikonsumsi dalam bentuk sirup atau kapsul.2
Secara umum belum ada penelitian yang dapat membuktikan efek samping terhadap penggunaan jahe dalam kehamilan, jika diberikan dalam dosis 1 gram per hari.Efek samping yang paling sering dilaporkan adalahiritasi atau tidak enak dimulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan jahe bubuk. Jahe segar yang tidak
terkunyah dengan baik dapat juga
menyebabkan obstruksi usus. Jahe harus digunakan hati-hati pada seseorang dengan ulkus gaster, inflammatory bowel disease dan
batu empedu.2
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa jahe memiliki khasiat sebagai anti mual dan muntah dalam kehamilan. Namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut serta hubungannya dengan efek samping yang ditimbulkan.
Ringkasan
Gejala yang sering muncul pada wanita hamil adalah mual dan muntah. Mual dan muntah yang terjadi dapat berlangsung selama kehamilan atau hanya di trimester pertama. Jahe terbukti memiliki efek anti mual dan
muntah karena kandungan zat aktif yang ada di dalamnya, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu terapi non-farmakologi pada
morning sickness. Sebagai anti mual dan
muntah, jahe bekerja dengan beberapa cara.
Pertama, memodulasi efek di saluran
gastrointestinal seperti menstimulasi motilitas,
sekresi saliva dan empedu. Kedua,
menghambat 5-HT3. Ketiga, menghambat efek
karminatif. Keempat, menurunkan efek
cisplatin seperti pada kemoterapi. Kelima,
memiliki efek yang mirip dengan
dimenhydrinate. Penggunaannya sebagai anti mual dan muntah sudah dikenal di Indonesia, maupun di dunia dan dapat dikonsumsi dalam berbagai cara.
Simpulan
Disimpulkan bahwa, jahe memiliki khasiat sebagai anti mual dan muntah pada wanita hamil.
Daftar Pustaka
1. Ibrahimi N, Maltepe C, Einarson A. Optimal management of nausea and vomiting of pregnancy. Article Information. Int J Womens Health. 2010;2:241-8.
2. Wiraharja RS, Heidy, Rustam S, Iskandar M. Kegunaan jahe untuk mengatasi gejala mual dan muntah dalam kehamilan. Tinjauan Pustaka. DJM. 2011;10(3):161-70.
3. Maltepe C, Koren G. Preempetive
treatment nausea and vomiting o
pregnancy:result o randomized controlled trial. Obstet Gynecol Int. 2013;809787:8 4. Lee NM, Saha S. Nausea and vomiting of
pregnancy. Article Information.
Gastroenterol Clin North Am.
2011;40(2):309-vii.
5. Wegrzyniak LJ, Repke JT, Ural SH. Treatment of hyperemesis gravidarum. Article Information. Obstet Gynecol. 2012;5(2):78-84.
6. FItria R. Efektifitas jahe untuk menurunkan mual dan muntah pada kehamilan trimester 1 di puskesmas dolok masihul kec. Dolok masihul kab. Serdang bedagai. J Matern Fetal Neonatal Med. 2013;1(2):55-66.
7. Nuangchamnong N, Niebyl J. Doxylamine
succinate-pyridoxine hydrochloride
(diglegis) for the management o nausea and vomiting in pregnancy: an overview.
Article Information. Int J Womens Health. 2014;6:401-9.
8. Setyaningrum HD, Saparinto C. Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya; 2013.
9. Haryoto. Teknologi tepat guna sirup jahe. Edisi revisi. Yogyakarta: Kanisius; 2003. 10. Mazzotta P, Maltepe C, Navoiz Y, Magee
LA, Karen G. Management and
consequences of nausea and vomiting of pregnancy in the United States and
Canada. Int J Gynecol Obstetri.
2000;70:359-65.
11. Hernawati T, Abdillah S, Ratna SE, Hubungan dukungan suami dan keluarga dengan kejadian emesis gravidarum di
desa Caludra kecamatan Cugenang
kabupaten Cianjur tahun 2013. Jurnal Kesehatan Prianangan. 2014;1(1):14-20. 12. Lacasse A, Rey E, Berard A. Epidemiology of
nausea and vomiting of pregnancy: prevalance, severity, determinants, and the importance of race/ethnicity. Article Information. BMC Pregnancy Childbirth. 2009;9:26.
13. Verberg MFG, Gillot DJ, Al-fardan N, Grudzinskas JG. Hyperemesis gravidarum: a literature review. Hum Reprod Update. 2005;11(5):527-39.
14. Chan RL, Olshan AF, Martin SL. Maternal inluences on nausea and vomiting in early pregnancy. Article Information. Matern Child Health J. 2011;15(1):122-7
15. M D. Nausea and vomiting of pregnancy:an
evidenced-based review. J perinat
Neonatal Nurs. 2004;18(4):113-48.
16. Sherman PW, Flaxman SM. Nausea and vomiting of pregnancy in an evolutionary perspective. Am J Obstet Gynecol. 2002;186(5):190-7.
17. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IGB. Buku ajar patologi obstetri. Jakarta: EGC; 2008.
18. Koch KL, Frissora C. Nausea and vomiting during pregnancy. Gastroenterol Clin N Am. 2003;32(1):201-34.
19. Rahmani AH, Al Shabrmi FM, Aly SM. Active ingredients of ginger as potential
candidates in the prevention and
treatment of diseases via modulation of
biological activities. Int J Physiol
Pathophysiol Pharmacol. 2014;6(2):125-36.
20. Nasr AA, Aboulfoutouh I, Nada A, Younan MA, Saed M, El-Khayat W. Is there an association between helicobacter pylori inection and hyperemesis gravidarum
among egyptin women. EBWHJ.
2012;2:100-3.
21. Rukmana R. Usaha tani jahe. Yogykarta: Kanisius; 2000.
22. Glare P, Miller J, Tickoo R. Treating nausea and vomiting in palliative care: a review. Clin Interv Aging. 2011;6:243-59.
23. Perwitasari DA, Gelderblom H, Guchelaar HJ. Anti-emetic drugs in oncology: phsrmscology and individualization by pharmacogenetics. Int J Clin Pharm. 2011;33(1):33-43.
24. Bode AM, Dong Z. The amazing and mighty ginger [internet]. In: Benzie IFF, Galor SW (editors). Herbal Medicine: Biomolecular and clinical aspect 2nd edition. Boca Raton (FL): CRC Press; 2011 [diakses pada tanggal
31 oktober 2015]. Tersedia dari:
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/. 25. Liu Y, Whelan RJ, Pattnaik BR, Ludwig K,
Subudhi E, Rowland H, et al. Terpenoids from zingiber officinale (ginger) induced apoptosis in endometrium cancer cells through the activation of p53. PLoS ONE. 2012;7:e53178.
26. Giriraju A, Yunus GY. Assesment of antimicrobial potential of 10% ginger extract against Sreptococcus mutans,
Candida albicans, and Enterococcus
faecalis; an in vitro study. Indian J Dent Res. 2013;24:394-400.
27. Kikak, Choiriyah C, Trisnasari A. Efektifitas konsumsi ekstrak jahe dengan frekuensi mual muntah pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Ungaran tahun 2013. 2013;36:1-10.
28. Alyamaniyah UH, Mahmudah. Efektivitas pemberian wedang jahe (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap penurunan emesis gravidarum pada trimester pertama. Jurnal
Biometrika dan Kependudukan.
2014;3(1):81-7.
29. Dwi Rukma Santi. Pengaruh aromaterapi blended pappermint dan ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester satu di puskesmas rengel kabupaten Tuban. 2013;5(2):52-5.