• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : RIRI ASTIKA INDRIANI NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : RIRI ASTIKA INDRIANI NIM."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RIRI ASTIKA INDRIANI NIM . 101000026

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RIRI ASTIKA INDRIANI NIM.101000026

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

(3)
(4)

ii

dan lintas sektor. Di Kota Medan tahun 2013 jumlah kunjungan kasus diare sebesar 26.427 kunjungan kasus, dan kunjungan kasus tertingggi terdapat di Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 1.729 kunjungan kasus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitataif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli tahun 2014. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 1 informan petugas Dinas Kesehatan Kota Medan, 1 informan kepala Puskesmas Medan Deli, 1 informan dokter puskesmas, 1 informan petugas diare puskesmas, 1 informan petugas Kecamatan Medan Deli, 1 informan Lurah, 1 informan anggota PKK, 1 informan kader posyandu, 1 informan tokoh masyarakat, 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi dan 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli belum berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan kurangnya sarana kesehatan yang tersedia, tidak rutinnya penyuluhan diare di masyarakat, tidak maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kurang berjalan dengan baik dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar meningkatkan pengawasan, pembinaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program diare, kepada Puskesmas Medan Deli agar meningkatkan penyuluhan diare, melaksanakan tatalaksana diare dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

(5)

iii

total visits cases of diarrhea reached 26.427 visits cases, and the most visits cases are found in Puskesmas Medan Deli with a total of 1.729 visits cases.

This research was a qualitative research to know clearly and deeply about implementation diarrhea program in Puskesmas Medan Deli, Medan Deli Subdistrict, in 2014. Informants in this study are totaled of 11 persons, consisting of 1 officer of District Health Office, 1 head of Health Center, 1 doctor of Health Center, 1 diarrhea officer of Health Center, 1 officer of subdistrict, 1 officer of village, 1 PKK members, 1 of Maternal and Child cadre, 1 of Community Leader, 1 informant of Toddler Mother Whose Children Suffer From Diarrhea Without Dehydration and 1 informant of Toddler Mother Whose Children Suffer From Diarrhea With Dehydration Mild/Medium.

The results showed that implementation of diarrhea program in Puskesmas Medan Deli was not going well, is characterized by the lack of health facilities, was not routine the counseling of diarrhea, was not optimally implementation of the standard management of diarrhea patients in health facilities through five-step completes the diarrhea (LINTAS DIARE), controlling and founding from District Health Office was not going well and participation of the people to support the implementation diarrhea was still low.

Based on the result of the research, expected to District Health Office to increase the controlling, founding, and evaluating of diarrhea program, for Puskesmas Medan Deli to increase counseling about diarrhea, implemented diarhea with approach IMCI, and for the people to keep the environmental health and do the personal hygiene sanitation behavior (PHBS).

(6)

iv

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/30 April 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 5 dari 5 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Bunga Kardiol No.49A Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 106820 Pancur Batu Deli Serdang 2. Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang 3. Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 17 Medan

4. Tahun 2010 - 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi

(7)

v

dan karunia–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama,MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

(8)

vi

kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.

7. Ibu drg. Nuriah Hartati selaku Pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Ibu dr. Nurlelin Sinaga selaku Kepala Puskesmas, Ibu dr. Budiarti dan Ibu Saramlah, Amkeb selaku tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, selaku Sekretaris Camat Kecamatan Medan Deli yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman kepada penulis selama masa penelitian.

10. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

11. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Ir.H.Syammaun Usman, M.Si dan Ibunda HJ. Juartini, BA yang selalu memberikan kasih sayang, doa, kesabaran dan dukungan baik secara moral maupun materil yang tidak pernah putus.

12. Abang dan kakak ku tersayang Bang Dedek, Kak Dilla, Kak Ika, Kak Novi, Kak Lia, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi selama ini.

(9)

vii Pipit, Nina, Kak Ema dan Kak Sika.

15. Seluruh Alumni dan Senior FKM USU serta Teman-Teman seperjuangan di FKM USU angkatan 2010.

16. Keluarga besar HMI FKM USU, yang selama ini menjadi wadah bagi penulis untuk banyak belajar dalam berorganisasi.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(10)

viii

Abstract iii

Daftar Riwayat Hidup iv

Kata Pengantar v Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 9

1.3 Tujuan Penelitian 9

1.4 Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Puskesmas 10

2.1.1 Definisi Puskesmas 10

2.1.2 Wilayah Kerja 10

2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas 10 2.1.4 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas 11 2.2 Diare 12

2.2.1 Pengertian Diare 12

2.2.2 Pembagian Diare 12

2.2.3 Penyebab Diare 13

2.2.4 Tanda-Tanda Diare 15

2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare 15

2.3.1 Tujuan 15

2.3.2 Kebijakan 16

2.3.3 Strategi 16 2.3.4 Kegiatan Program 17 2.3.5 Tatalaksana Penderita Diare 17 2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare 22 2.3.5.2 Sarana Rehidrasi 30 2.3.6 Surveilans Epidemiologi 34 2.3.6.1 Prosedur Surveilans 35 2.3.7 Promosi Kesehatan 37 2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan 38 2.3.8 Tindakan Pencegahan 43 2.4 Fokus Penelitian 50

(11)

ix

3.3 Informan Penelitian 52 3.4 Metode Pengumpulan Data 53

3.5 Triangulasi 54

3.6 Analisa Data 54

BAB IV HASIL PENELITIAN 55

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Medan Deli 55

4.2 Karakteristik Informan 56

4.3 Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 52 4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli 58

4.3.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli 58 4.3.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan

Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli 59 4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas

Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 60 4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang

Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas

Medan Deli 60

4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di

Puskesmas Medan Deli 61

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di

Puskesmas Medan Deli 62

4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans

Epidemiologi Diare 65

4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare 66 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait

Diare 68

4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor

Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare 69 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat

dalam Pelaksanaan Program Diare 70 4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan

dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan 72 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi

yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 74

(12)

x Program Diare 78 BAB V PEMBAHASAN 80 5.1 Masukan (input) 80 5.1.1 Tenaga Kesehatan 80 5.1.2 Sarana Kesehatan 82 5.2 Proses (process) 85 5.2.1 Upaya Pencegahan 85 5.2.2 Upaya Pengobatan 96 5.3 Keluaran (output) 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 101

6.1 Kesimpulan 101

6.2 Saran 102 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Medan Deli Lampiran 7 Surat Instruksi Tentang Pengendalian Penyakit Diare dari Dinas

(13)

xi

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013 4 Tabel 1.2. Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli

Per Kelurahan Tahun 2013 6

Tabel 2.1. Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru 18 Tabel 2.2. Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi 23 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli

Tahun 2013 55

Tabel 4.2. Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli

Tahun 2014 56

Tabel 4.3. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 56

Tabel 4.4. Karakteristik Informan 57

Tabel 4.5. Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan

Deli 60

Tabel 4.6. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di

Puskesmas Medan Deli 61

Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di

Puskesmas Medan Deli 62

Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans

Epidemiologi Diare 65

Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare 66 Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah

(14)

xii

Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan dalam

Menjaga Kebersihan Lingkungan 72

Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan 74 Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan

Program Diare 75

Tabel 4.16. Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program

Diare di Puskesmas Medan Deli 76

Tabel 4.17. Matriks Pernyataan Informan Tentang Saran Untuk Perbaikan

Pelaksanaan Program Diare 78

Tabel 5.1. Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli

(15)

xiii

Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010 3 Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C 29

Gambar 2.2 Fokus Penelitian 50

Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi

di Puskesmas Medan Deli 58

Gambar 4.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli 59 Gambar 5.1 Prosedur Surveilans Epidemiologi Diare 86

(16)

1 1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan.

Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya-upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan

(17)

pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait (Kemenkes RI, 2011).

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam

(18)

kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).

Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011).

Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik 1.1 dibawah ini,

Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010

(19)

Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74% pada tahun 2009 dan 2010.

Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (under-reporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2012).

Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare. Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai jumlah kunjungan kasus diare di Puskesmas tahun 2013 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013

Puskesmas Jumlah Kunjungan Kasus

Petisah Darussalam Rantang Glugur Kota Sei Agul Pulo Brayan P. Bulan Polonia Kp. Baru Tuntungan Simalingkar Kedai Durian 206 823 209 329 744 422 406 237 348 259 824 397

(20)

Medan Johor Desa Lalang PB. Selayang Sunggal Helvetia Medan Deli Titi Papan Medan Labuhan Pekan Labuhan Terjun Belawan Medan Denai Tegal Sari Bromo Desa Binjei Mandala Sering S. Limun Teladan Kota Matsum Pasar Merah Sukaramai M. Area Selatan Sentosa Baru Glugur Darat Martubung Amplas 555 452 325 539 1684 1729 621 802 887 1477 1157 449 761 1081 506 838 465 183 719 403 466 488 775 1180 390 1143 1148 Jumlah 26427

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2013

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 jumlah kunjungan kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729 kunjungan kasus. Di Puskesmas Medan Deli jumlah kunjungan kasus diare pada tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 1561 kunjungan kasus pada tahun 2011 menjadi 2415 kunjungan kasus pada tahun 2012 dan mengalami penurunan menjadi 1729 kunjungan kasus pada tahun 2013.

(21)

Di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahan. IR diare tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun sebanyak 434 kunjungan kasus dengan IR 4,00 per 100 penduduk. Data mengenai distribusi kunjungan kasus diare tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada tabel 1.2. berikut ini.

Tabel 1.2 Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2013 No Kelurahan Kunjungan Kasus Diare Jumlah Penduduk % 1 2 3 4 5 Kota Bangun Mabar Mabar Hilir Tanjung Mulia Tanjung Mulia Hilir

434 406 274 310 305 10.841 33.225 26.811 34.644 34.321 4,00 1,22 1,02 0,90 0,89 Jumlah Kasus 1729 139.842

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013. Persediaan air bersih (PAB) di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli menggunakan Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumur gali (SGL), dari 34.082 Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa PAB nya, sebesar 29,84% (10.171 KK) menggunakan PAM, sebesar 70,16% (23.911 KK) menggunakan sumur gali (SGL) dan dari 33.175 KK yang diperiksa Jamban Keluarga (JAGA), sebesar 88,75% (29.441 KK) menggunakan jamban leher angsa, sebesar 11,26% (3.734 KK) menggunakan Water Closet (WC) cemplung.

Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu melaksanakan pengobatan diare, penyuluhan diare dan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) diare (Laporan

(22)

Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2013). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat diketahui bahwa puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan pemerintah setempat untuk mengatasi peningkatan kasus diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu penyediaan obat-obatan untuk penderita diare. Kerjasama dengan pemerintah setempat yaitu melalui kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan pada hari minggu setiap pekannya. Selain itu pula dalam mendukung pelaksanaan program diare Pihak Puskesmas Medan Deli juga mendapatkan dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) luar negeri yaitu High Five melalui kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan makanan dan minuman, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit diare dibutuhkan adanya kerjasama lintas program dan sektor terkait. Melalui kerjasama tersebut diharapkan pelaksanaan program pengendalian penyakit diare akan mendapat dukungan baik politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi masing-masing (Kemenkes RI, 2011).

Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan

(23)

penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.

Penelitian Nuri (2009), tentang pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan diare terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga, menyatakan bahwa program pemberantasan diare cenderung belum sepenuhnya diketahui dan dipahami masyarakat, pelaksanaan program pemberantasan diare belum sepenuhnya dapat menggerakkan masyarakat untuk bertindak sesuai ketentuan program.

Penelitian Rendita (2009), tentang pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan, menyatakan bahwa umur, pendidikan dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap tindakan penanganan diare.

Penelitian Sitinjak (2011), tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige, menyatakan bahwa adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu menggunakan air bersih, menggunakan air minum, menggunakan jamban dan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare.

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk menganalisis pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli ”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai pelaksanaan program diare, sehingga dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program diare.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Deli mengenai pelaksanaan program diare.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program diare.

4. Sebagai tambahan informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

(25)

10 2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

2.1.2 Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).

2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator utama kecamatan yang sehat yaitu :

1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

(26)

Misi puskesmas, yaitu :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Depkes RI, 2004).

2.1.4 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas

Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan 3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar (Depkes RI, 2004)

Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam upaya kesehatan perorangan strata pertama yang bersifat private goods seperti penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan (Depkes RI, 2004)

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas

(27)

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2004).

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services). Dalam sistem pemerintahan daerah, puskesmas merupakan organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab terhadap kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.2.2 Pembagian Diare

Pembagian diare menurut Kemenkes RI, 2011, adalah : 1. Diare Akut Cair

Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

(28)

2. Diare Bermasalah a. Diare berdarah b. Kolera

c. Diare berkepanjangan (Prolonged Diarrhea) d. Diare persisten/Diare Kronik

e. Diare dengan gizi buruk

f. Diare dengan penyakit penyerta 2.2.3 Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang sering ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi terutama infeksi virus. Penyebab penyakit diare adalah sebagai berikut, (Kemenkes RI, 2011) :

1. Faktor Infeksi

a. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk Like Agent b. Bakteri

1) Shigella, Salmonella, Escheria Coli (E.Coli), Golongan Vibrio

2) Bacillus cerecus, clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, Camphylobacter, Aeromonas

c. Parasit

1) Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium Coli, Cryptosporidium

(29)

2. Malabsorpsi

3. Keracunan Makanan

a. Keracunan Bahan-bahan kimia

b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi 1) Jasad Renik

2) Ikan

3) Buah-buahan 4) Sayur-sayuran

4. Diare Terkait Penggunaan Antibiotik (Dta/Aad)

Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di 6 Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%. Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan berkurangnya produksi enzim laktase sehingga menyebabkan malabsorpsi laktosa.

Diare karena keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi makanan oleh mikroba misalnya : Clostridium botulinum, Stap. Aureus dll. Sedangkan diare terkait penggunaan antibiotika (DTA) terjadi karena penggunaan antibiotika selama 3 sampai 5 hari yang menyebabkan berkurangnya flora normal usus sehingga ekosistem flora usus didominasi

(30)

oleh kuman pathogen khususnya Clostridium difficile. Angka kejadian DTA berkisar 20-25%.

2.2.4 Tanda-Tanda Diare

Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Depkes RI, 2007).

2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare 2.3.1 Tujuan

Tujuan Umum :

Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.

Tujuan Khusus :

1. Tercapainya penurunan angka kesakitan 2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar

3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan. 4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan

hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

(31)

5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya (Kemenkes RI, 2011).

2.3.2 Kebijakan

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga

2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare 3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis

5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan kabupaten/kota

6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal

7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes RI, 2011).

2.3.3 Strategi

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)

2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar

(32)

3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare 4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.4 Kegiatan Program

1. Tatalaksana penderita diare 2. Surveilans epidemiologi 3. Promosi kesehatan 4. Pencegahan diare 5. Pengelolaan logistik

6. Pemantauan dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.5 Tata Laksana Penderita Diare

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :

1. Berikan Oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.

Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan

(33)

garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.

a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar

b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar

Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya. Oralit saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu :

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru

No Oralit lama

(WHO/INICEF 1978)

Oralit Formula Baru (WHO/UNICEF 2004) Dengan Osmolaritas 1 2 3 4 5 Na+ : 90 mEq/l K+ : 20 mEq/l HCO3 : 30 mEq/l Cl- : 80 mEq/l Glucose : 111 mmol/l Na+ : 75 mEq/l K+ : 20 mEq/l Citrate : 10 mmol/l Cl- : 65 mEq/l Glucose : 75 mmol/l Osmolar : 331 mmol/l Osmolar : 245 mmol/l

Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding

(34)

total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu :

a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%

c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena

Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di rumah sakit dapat berkurang, pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk menggunakan dan memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru).

2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.

Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih

(35)

efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.

Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.

Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan.

Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :

- Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari - Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari

Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti.

Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika

(36)

memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.

3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan

Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.

Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak mendapat oralit dan air matang.

4. Berikan Antibiotik Secara Selektif

Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera,

(37)

atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian antibiotik.

Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.

5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari.

2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare 1. Riwayat Penyakit

a. Berapa lama anak diare ? b. Berapa kali diare dalam sehari ? c. Adakah darah dalam tinjanya ?

(38)

d. Apakah ada muntah ? berapa kali ? e. Apakah ada demam ?

f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?

g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ? h. Obat apa yang sudah diberikan ?

i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ? j. Apakah ada keluhan lain ?

2. Menilai Derajat Dehidrasi

Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi

PENILAIAN A B C

Bila ada 2 tanda atau lebih Lihat :

Keadaan umum Mata

Rasa haus (beri air minum) Baik, sadar Normal Minum biasa, Tidak haus Gelisah, rewel cekung

Haus, ingin minum banyak

Lesu, lunglai / tidak sadar cekung

Malas minum atau tidak bisa minum Raba/Periksa :

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Tentukan Derajat Dehidrasi

Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan-Sedang

Dehidrasi Berat Rencana

Pengobatan

Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

3. Menentukan Rencana Pengobatan

Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana pengobatan yang sesuai :

(39)

1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah

2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam

3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.

RENCANA TERAPI A

UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI

MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA

a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan

c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)

d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan sedikit demi sedikit :

Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila :

(40)

Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit

2. BERI OBAT ZINC

Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.

a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari

3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI

a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan

c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4

jam)

e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu

4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI MISAL : DISENTRI, KOLERA, DLL

5. NASIHAT IBU / PENGASUH

Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila : a. Berak cair lebih sering

(41)

b. Muntah berulang c. Sangat haus

d. Makan dan minum sangat sedikit e. Timbul demam

f. Berak berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

RENCANA TERAPI B

UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

1. JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN

Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak

a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :

Umur <1 Th 1-4 Th >5 Th

Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1.200ml

b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.

e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit

(42)

f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

2. AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT

a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah

d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang

3. SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI

a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur

b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.

d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C 4. BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B

a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah

(43)

RENCANA TERAPI C

UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN

Ikuti tanda panah . Jika jawaban “YA” lanjutkan ke Kanan . Jika “TIDAK” lanjutkan ke Bawah

Dapatkah saudara memberikan cairan intravena ?

Ya

1. Beri cairan intravena segera.

Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut :

Umur Pemberian I 30 ml/kg BB Kemudian 70 ml/kg BB Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam Anak > 1 tahun 30 menit* 2 ½ jam

* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.

3. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

4. Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut turut 5. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi

derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan terapi T I D A K Adakah terapi terdekat ( dalam 30 menit) ? Ya

1. Rujuk penderita untuk terapi intravena

2. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan.

(44)

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik / orogastrik untuk rehidrasi ? Ya

1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam 2. Nilai setiap 1-2 jam :

a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena.

3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C).

Tidak

Apakah penderita

bisa minum ? Ya

1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam

2. Nilai setiap 1-2 jam :

a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena.

3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.

T I D A K

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui Nasogastrik

/ Orogastrik atau Intravena.

Catatan :

1. Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit. 2. Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera

baru saja berjangkit di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar

(45)

2.3.5.2 Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit.

1. Pojok Oralit

Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat. melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi oral.

a. Fungsi

1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral 2) Memberi pelayanan penderita diare

3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu) b. Tempat

Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi Ringan-Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan

(46)

dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.

c. Sarana Pendukung

1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih 2) Prasarana :

a) Tempat pendaftaran

b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare.

3) Cara membuat pojok oralit

a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :

- Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang tidak berdesakan

- Dekat dengan toilet atau kamar mandi - Nyaman dan baik ventilasinya

b) Pengaturan model di Pojok Oralit

- Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan - Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan

nyaman saat memangku anaknya

- Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi larutan oralit

(47)

- Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus) - Botol susu/gelas ukur

- Gelas - Sendok

- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau merawat anak diare

- Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah

Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.

d. Kegiatan Pojok Oralit

1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral

a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan bagaimana cara memberikannya

b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada muntah

(48)

c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).

d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke Puskesmas.

e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare.

2) Pelayanan Penderita

Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta :

a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit

c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)

d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan

e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

(49)

2.3.6 Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit diare agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Kriteria KLB Diare (sesuai dengan Permenkes RI No. 1501 / MENKES / PER / X / 2010 ), sebagai berikut :

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah

(50)

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya

6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kematian 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

2.3.6.1 Prosedur Surveilans 1. Cara Pengumpulan Data Diare

Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui (Kemenkes RI, 2011) : a. Laporan Rutin

Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB), SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk

(51)

dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tanda-tanda akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap bulan.

Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat (Subdit Diare, & ISPL) dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare.

b. Laporan KLB/Wabah

Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1) dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :

1) Kronologi terjadinya KLB

2) Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya 3) Keadaan epidemiologis penderita

4) Hasil penyelidikan yang telah dilakukan

(52)

c. Pengumpulan data melalui studi kasus

Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data” sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.

2. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi

Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga apabila terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.

3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi

Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya.

2.3.7 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya

(53)

masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Tujuan dari promosi kesehatan adalah terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. 2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan

Terdapat 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Masyarakat.

1. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan )

Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.

Tujuan dari Advokasi adalah diperolehnya dukungan dari pimpinan, pengambil keputusan serta penyandang dana untuk mencapai kesepakatan dan rencana tindak lanjut pengendalian penyakit Diare.

Langkah kegiatan dalam advokasi, meliputi :

a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para pengambil keputusan

(54)

1) Gubernur, Bupati, Walikota 2) DPRD 3) Bappeda 4) Media Informasi 5) LSM 6) Dunia Usaha 7) Swasta 8) Penyandang Dana

c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak di capai

d. Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran Advokasi, antara lain : Pendekatan langsung, seminar, rapat kerja, lokakarya, sarasehan, pertemuan lintas sektor.

e. Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode serta tehnik penyampaian, missal : proposal, buku pedoman, makalah dan leaflet.

f. Menentukan kesepakatan dan rencana tindak lanjut, seperti : 1) Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan

2) Dukungan politis berupa SK, SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-lain. 3) Dukungan sumber daya

(55)

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah terciptanya opini positif atau suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian penyakit diare.

Langkah kegiatan bina suasana adalah :

a. Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan b. Menentukan sasaran

Kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang, antara lain :

1) Wartawan media massa & elektronik 2) Organisasi keagamaan 3) Organisasi kepemudaan 4) LSM 5) PKK 6) Petugas Kesehatan 7) Kelompok Professi 8) Tokoh Masyarakat

c. Menentukan materi yang lebih ke arah operasional misalnya SKD, pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll.

(56)

d. Menentukan metode yang digunakan, yaitu : orientasi, pelatihan, kunjungan lapangan, jumpa pers, dialog terbuka/interaktif TV, Media elektronik, Penulisan artikel

e. Hasil yang diharapkan

1) Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya pengendalian penyakit diare

2) Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan pengobatan

3) Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat 3. Gerakan / Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, mau, mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terutama dalam tatalaksana penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuan dari gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan mampu melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare.

(57)

Langkah kegiatan gerakan/pemberdayaan masyarakat, adalah : a. Menentukan sasaran

Sebagai sasaran utama adalah masyarakat. Secara aktif masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.

b. Menentukan materi pesan

1) Tatalaksana diare di rumah tangga yaitu :

a) Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air teh, air kuah sayur, air sup, oralit

b) Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur

c) Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu tanda berikut :

- Diare terus menerus - Muntah berulang-ulang - Rasa haus yang nyata - Tidak bisa makan/minum - Demam

- Ada darah dalam tinja 2) Pencegahan penyakit diare, yaitu :

(58)

b) Minum air yang sudah dimasak

c) Buang air besar dijamban, termasuk membuang kotoran bayi d) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air

besar

e) Memperbaiki makanan pendamping ASI f) Memberikan ASI

g) Memberikan imunisasi campak c. Menentukan metode dan teknik

Metode dan teknik disesuaikan sasaran dan diupayakan berlangsung dinamis, misalnya : tatap muka, simulasi, demostrasi, penyuluhan kelompok.

d. Media saluran komunikasi

Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran, yaitu menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika.

2.3.8 Tindakan Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah (Kemenkes RI, 2011):

(59)

1. Perilaku Sehat a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada

(60)

pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :

1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari).

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik / orogastrik untuk rehidrasi ? Ya
Gambar 2.2 Fokus Penelitian
Gambar 4.1    Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh         Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli Datang Pendaftaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

(2) Lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan faktor pendukung pengembangan potensi kelautan dan perikanan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang

Ketika liabilitas keuangan awal digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau

Dengan melakukan pemeriksaan pada bagian excavator area di PT Natra Raya maka diharapkan dapat menerapkan proses pemastian mutu yang baik, mengetahui kendala-kendala dan solusi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan kedudukan laki-laki sebagai pemimpin dalam rumah tangga cenderung mengarah kepada menjadi penguasa dengan segala hak-hak

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan sebagai Badan Usaha dengan

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, di dapatkan 1 Perusahaan dengan penawaran terendah yang akan melaksanakan Pembuktian Kualifikasi Pekerjaan 1 (satu)

Peserta yang memasukkan dokumen penawaran secara lengkap dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja