• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN KAMPANYE UNTUK MENGURANGI VANDALISME DI KOTA SEMARANG. Tugas Akhir Karya DIMAS PRAYOGO A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN KAMPANYE UNTUK MENGURANGI VANDALISME DI KOTA SEMARANG. Tugas Akhir Karya DIMAS PRAYOGO A"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KAMPANYE UNTUK MENGURANGI

VANDALISME DI KOTA SEMARANG

Tugas Akhir Karya

DIMAS PRAYOGO

A14.2011.01156

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL-S1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Perancangan Kampanye Untuk Mengurangi Perilaku Vandalisme Di Kota Semarang. Adapun penulisan laporan ini sebagai syarat untuk kelulusan mata kuliah Tugas Akhir / Skripsi pada Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

Adapun laporan ini tidak akan selesai seperti ini tanpa bantuan dari orang-orang yang ikut andil dalam membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini, orang-orang tersebut antara lain:

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. Drs. Abdul Syukur, MM, selaku dekan Fakultas Ilmu Komputer

3. Ir. Siti Hadiati Nugraini, M.Kom Ph.d elaku ketua program didik Desain Komunikasi Visual.

4. Dosen Pembimbing : Muhammad Taufik, M.Sn, beserta Toto Haryadi, M.Ds atas bantuannya dalam membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

5. Kedua orang tua serta saudara-saudara penulis, atas dukungan moral dan materilnya.

6. Teman-teman penulis: Aretta, yang tidak bosan-bosannya mendengarkan keluhan penulis serta memberi masukan. Barron dan Natalie, yang membuat penulis lebih termotivasi untuk menyelesaikan laporan, dan Said, yang telah membantu dalam pembuatan hasil akhir.

7. Serta semua orang yang ikut serta berpartisipasi menghias media yang penulis sediakan dalam pameran tugas akhir.

(3)

Penulis sangat menyadari akan adanya kekurangan yang terdapat pada laporan ini, maka dari itu komentar dan masukan sangat diterima untuk penulisan berikutnya yang lebih baik lagi, sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa lain.

Semarang, 2 November 2015 Penulis,

(4)

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE UNTUK MENGURANGI

VANDALISME DI KOTA SEMARANG

Oleh :

Dimas Prayogo

A14.2011.01156

Perancangan ini bertujuan untuk membuat kampanye guna mengurangi tindak vandalisme. Vandalisme adalah tindakan merusak benda yang merupakan milik orang lain atau umum. Seperti mencoret dengan cat semprot, menempel poster atau stiker tanpa izin, atau merusak secara fisik. Perbuatan ini termasuk melanggar hukum karena menimbulkan kerugian, yang mana pelakunya dapat dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku. Namun, belum ada hukum yang sempurna mengenai vandalisme di Indonesia. Dan juga, pelaku rata-rata adalah remaja, yang bila terang-terangan melarang justru dikhawatirkan akan menambah keinginan untuk melanggar. Maka untuk mencegahnya, dapat diberikan tempat yang dapat mereka pakai sesukanya. Dan lagi, mereka seharusnya dihimbau untuk menghias, untuk membuat sesuatu yang memiliki nilai estetika, seperti mural, sehingga membuat apa yang mereka buat menjadi berguna bagi orang lain. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif, dengan hasil masih banyak orang yang bingung bagaimana cara mencegah yang efektif, karena segala upaya masih juga ada nekat melakukan. Jadi, perlu adanya aksi penyuluhan langsung kepada baik pelaku maupun calon pelaku.

(5)

ABSTRACT

The purpose of this paper is to make a campaign to reducing act of vandalism. Vandalism is an act of inflicting damage to the public or private property. There are various kind of act, like tagging with spray can, illegally putting some poster or stickers, or even inflicting physical damage to the object. Due to the resulting loss, this act is considered against the law. Which where the culprit would get sentence or fines according to the laws. Sadly, there isn’t any solid laws regarding vandalism in Indonesia. And also, the culprit is mostly still teenagers or even college students, which is if we blatantly prevent their access, that would make them more eager to break the law. Thus, the best way to prevent it was to gave them the space which they can freely uses. Furthermore, they should be encouraged to decorate, to create something that has aesthetic values, like mural, thus making what they created useful for the others. This paper used qualitative method, with the result not many people that know an effective way to prevent it. So there should be a direct counseling to the culprit or its candidate.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... vi BAB I - PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Perancangan ... 4

1.4. Manfaat Perancangan ... 4

1.5. Ruang Lingkup Perancangan ... 5

1.6. Metode Perancangan ... 5

1.7. Sistimatika Penulisan ... 7

1.8 Tinjauan Teori ... 8

1.8.1. Tinjauan Tentang Vandalisme ... 8

1.8.2. Tinjauan Tentang Perancangan ... 9

1. Street Art ... 9

2. Mural ... 10

3. Grafitti ... 11

(7)

5. Tipografi ... 13

6. Warna ... 14

7. Ilustrasi ... 16

1.9 Bagan Alur Perancangan ... 17

BAB II - IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA ... 18

2.1. Identifikasi Vandalisme Dalam Ruang Publik ... 18

2.2 Landasan Hukum ... 22

2.3 Dinas Kebersihan Dan Pertamanan ... 23

2.4 Bentuk Vandalisme di Kota Semarang ... 26

2.4.1 Contoh Vandalisme ... 26

2.4.2 Contoh Mural Sebagai Bentuk Vandalisme ... 27

2.4.3 Contoh Grafitti ... 27

2.4.4 Contoh Mural ... 28

2.5 Analisis Masalah ... 29

2.5.1 Analisis Permasalahan Metode Framing ... 29

2.5.2 Segmentasi Target Audience ... 30

2.6 Faktor Penghambat Dan Pendukung ... 30

2.6.1 Faktor Penyebab ... 30

2.6.1 Faktor Penghambat ... 31

2.6.1 Faktor Pendukung ... 31

(8)

2.8 Statement Pokok ... 32

BAB III - KONSEP PERANCANGAN ... 33

3.1. Konsep Media ... 33 3.1.1. Tujuan Media ... 33 3.1.2. Strategi Media ... 33 1. Spanduk ... 33 2. Poster ... 34 3. Billboard ... 34 3. Booklet ... 35 4. Paper Bag ... 35 5. Kaos ... 35 6. Pin ... 36 7. Website ... 36 8. Sosial Media ... 36 3.2. Konsep Kreatif ... 36 3.2.1 Tujuan Kreatif ... 36 3.2.2 Strategi Kreatif ... 37 1. Audience Insight ... 37

2. Tren Seputar Audience ... 37

3.3 What To Say dan How To Say ... 39

(9)

3.5 Program Kreatif ... 40

3.6 Pengarahan Visual ... 43

3.7 Media Budgeting ... 45

IV. DESAIN ... 47

4.1 Penjaringan Ide Visual ... 47

4.2 Penjaringan Ide Sketsa ... 49

4.3 Tipografi ... 50 4.4 Warna ... 50 4.5 Final Design ... 51 V. PENUTUP ... 57 5.1. Kesimpulan ... 57 5.2. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mural pada jalan Pemuda, Semarang ... 21

Gambar 2.2 Mural pada jalan Pemuda, Semarang. ... 22

Gambar 2.3 Logo Dinas Kebersihan dan Pertamanan. ... 24

Gambar 2.4 Contoh Vandalisme. ... 26

Gambar 2.5 Contoh mural sebagai Vandalisme ... 27

Gambar 2.6 Contoh grafitti. ... 27

Gambar 2.7 Contoh mural. ... 28

Gambar 2.8 Contoh mural. ... 28

Gambar 4.1 Contoh sketsa. ... 49

Gambar 4.3 Poster. ... 51

Gambar 4.4 Booklet ... 52

Gambar 4.6 Pin ... 54

Gambar 4.7 Paper Bag ... 54

Gambar 4.8 Kaos ... 55

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa framing. ... 34

Tabel 3.1 Tabel penempatan ambient media... 44

Tabel 3.2 Tabel biaya media 1. ... 45

Tabel 3.3 Tabel biaya media 2. ... 45

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fasilitas umum adalah segala macam fasilitas yang dapat digunakan oleh khalayak umum, dan karena dapat digunakan oleh siapa saja, maka dari itu tidak dikenakan biaya untuk penggunaannya, atau secara cuma-cuma. Fasilitas umum dapat berupa Halte bus, WC umum, taman kota, jalan raya, dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas ini dikelola oleh pemilik tempat yang bersangkutan, dan karena tempat tersebut milik Negara atau pemerintah, lebih tepatnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota setempat. Bebasnya penggunaan serta tidak penuhnya pengawasan terhadap fasilitas umum ini, biasanya selalu akan ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang merusak. Perusakan dapat berupa sekedar mencoret atau menodai, hingga yang lebih parah, merusak fisik secara langsung. Praktik semacam ini dikenal dengan istilah Vandalisme.

Vandalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah

perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam, dsb). Vandalisme sendiri berasal dari Bahasa Inggris Vandalism, yang berdasarkan pada nama suku kuno Vandal yang bertempat di Jerman Barat pada masa lampau, yang dikenal sebagai bangsa kasar yang senang merusak barang-barang seni, adapun –

ism adalah suatu paham atau perbuatan yang merujuk pada kalimat

sebelumnya. Berarti, vandalisme adalah suatu perbuatan seperti suku Vandal, yang dalam hal ini senang merusak. Adapun tindakan Vandalisme termasuk kriminal, karena telah merusak barang milik bersama, yang tentu saja merugikan banyak pihak. Contohnya, merusak lampu atau kursi taman, mencoret-coret tembok atau benda lainnya, dan lain-lain. Sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 170 KUHP ayat 1 dan 2

(13)

tentang pengrusakan fasilitas umum, yang mana dijelaskan bahwa merusak fasilitas umum dapat dikenai sanksi penjara minimal enam (6) tahun. Vandalisme ini sebenarnya adalah istilah perusakan yang ekstrim, yang merusak secara fisik hingga tidak bisa digunakan lagi. Tindakan

vandalisme seperti ini didasarkan pada dendam. Namun, vandalisme

sendiri juga dapat berupa perusakan ringan, seperti mencoret-coret, menempel stiker di sembarang tempat, dan lain-lain. Vandalisme ringan inilah yang sering dijumpai di keseharian masyarakat kita. Tindakan seperti ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi sekelilingnya, seperti dapat merusak pemandangan. Terlebih coretan yang bertuliskan kata-kata atau simbol kasar, serta rugi materi karena pengelola harus membayar untuk membenahinya, terlebih jika harus menggantinya dengan yang baru, dan dengan kemungkinan besar tidak bertahan lama untuk nantinya dirusak kembali. Tetapi, jika dibiarkan akan terkesan tidak terawat sama sekali. Oleh karena itu, perawatan fasilitas umum harus dihimbaukan kepada masyarakat, karena ini merupakan kepentingan bersama.

Aksi ini dapat dijumpai dimana saja dan kapan saja, tidak terkecuali di Indonesia. Praktik vandalisme yang sering kita jumpai umumnya hanya berupa vandalisme ringan seperti mencoret-coret dengan cat semprot, dan kalaupun ada perusakan secara fisik biasanya cenderung perusakan yang tidak terlalu parah, seperti tempat sampah yang penyangganya rusak, dan lain sebagainya. Praktik ini kita jumpai di semua daerah, termasuk kota-kota besar, salah satunya Semarang. Semarang adalah ibu kota Jawa Tengah, dan sebagai kota besar, tentu banyak dijumpai tindakan yang termasuk vandalisme. Seperti coretan di halte atau bangunan-bangunan bersejarah, dan lain-lain.

Himbauan terhadap masyarakat tentunya ditargetkan kepada segmen tertentu agar lebih fokus dalam penyampaian, dalam hal ini, yang dirasa sesuai adalah mereka yang sering menjadi pelakunya. Yaitu siswa Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas, yang mana

(14)

masih dalam tahap pembentukan jati diri, dimana masih labil emosinya. Adapun Mahasiswa juga tidak luput dari potensi menjadi pelaku, walau seharusnya dengan statusnya sudah bisa berpikir jernih. Vandalisme sendiri beragam, karena itu untuk memudahkan maka difokuskan ke satu bentuk Vandalisme, yaitu coret-coretan cat semprot, yang mana paling sering dijumpai. Bentuk himbauan sebenarnya tidak bisa hanya mengingatkan, karena kemungkinan besar tidak akan dihiraukan. Sifat seperti ini sudah sangat manusiawi dan susah untuk benar-benar dihentikan, yang bahkan jika dilarang-larang, orang tersebut akan lebih terpancing untuk melakukannya. Oleh karena itu daripada melarang, maka ada baiknya diarahkan kepada yang lebih positif. Jika memang senang mencoret-coret, ada baiknya dibuat yang memang artistik dan memiliki nilai estetika, seperti misalnya mural. Mural adalah seni rupa dengan media penerapan tembok. Mural sering kali dikaitkan dengan Street art (Seni jalanan) karena lokasinya yang terkadang berada di jalan-jalan umum. Perbedaannya dengan coret-coretan cat semprot, Street art atau mural lebih mengutamakan pelampiasan ekspresi, sehingga lebih memperhatikan artistik. Walau begitu, mural ini dapat dikategorikan sebagai Vandalisme jika diterapkan secara liar.

Aksi Vandalisme ini mengundang keprihatinan dari masyarakat kota Semarang, dikutip dari Suara Merdeka 15 Januari 2015, daerah kota lama Semarang sering menjadi sasaran aksi Vandalisme. Karena itu Pemerintah Kota Semarang diminta untuk menyediakan semakin banyak ruang terbuka kreatif untuk pencegahannya, dan juga tegas dalam melakukan perlindungan. Selain mengganggu estetika, Vandalisme di Kota Lama dinilai telah merusak bangunan dan membuktikan peran perlindungan masih minim.

Di Semarang, ada beberapa titik yang dapat dijumpai mural yang mengarah vandalisme. Mural-mural tersebut dekat dengan kantor pemerintahan kota dan merupakan titik yang paling sering dipakai untuk acara besar tetapi sama sekali tidak dibersihkan, bahkan rajin diperbaharui

(15)

yang diduga oleh para seniman. Ini menandakan bahwa di tempat tersebut sengaja dibiarkan adanya mural untuk estetika. Titik-titik tersebut berada di Jalan Pemuda, di sebelah bangunan Lawang Sewu, serta di samping Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membuat perancangan kampanye terhadap vandalisme ini, dengan harapan dapat memberi informasi bahwa vandalisme ialah permasalahan yang sering kita jumpai dan selayaknya dihimbaukan, sembari mengajak untuk merawat fasilitas umum dan meningkatkan kreatifitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat ditarik sebuah permasalahan, yaitu: Bagaimana merancang kampanye tentang

vandalisme di kota Semarang?

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan perancangan adalah agar dapat merancang kampanye dengan media penerapan yang menarik dan positif.

1.4 Manfaat Perancangan 1. Bagi Audience :

1) Meningkatkan kesadaran terhadap perawatan fasilitas umum

2) Tersalurkan ke kegiatan yang lebih positif. 3) Menambah wawasan terhadap Vandalisme.

2. Bagi Client:

1) Mengurangi jumlah tindakan Vandalisme 2) Menjaga perawatan fasilitas umum

3) Menambah ketertarikan audience terhadap pentingnya fasilitas umum

(16)

3. Bagi Universitas:

1) Menjadi acuan bagi mahasiswa lain yang mengambil tugas akhir, karena tema Vandalisme masih jarang diambil sebagai tema tugas akhir.

2) Mengangkat mural dengan konteks DKV dimana yang biasanya adalah seni lepas.

4. Bagi Penulis:

1) Menambah wawasan mengenai Vandalisme serta tindak hukumnya.

2) Menambah pengetahuan mengenai tema Vandalisme dan mural

1.5 Ruang Lingkup Perancangan

Dalam perancangan, terdapat batasan-batasan yang menentukan sejauh mana ruang lingkup perancangan, hal ini guna untuk memfokuskan perancangan agar cakupannya tidak terlalu luas sehingga membingungkan. Batasan-batasan itu antara lain : ruang lingkup meliputi kota Semarang, tema yang disampaikan tentang perawatan Fasilitas Umum dan Mural, serta target audience utama remaja dengan rentang usia 13-22 tahun, yaitu SMP, SMA, dan Mahasiswa.

1.6 Metode Perancangan 1.6.1 Metodologi

Awal mula ketertarikan dalam memilih tema ini sebagai perancangan adalah karena maraknya tindakan vandalisme disekitar lingkungan masyarakat. yang sampai saat perancangan ini dibuat, sangat sedikit sekali kampanye atau himbauan mengenai hal ini.

(17)

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif. Alasannya untuk memperoleh data sesuai tujuan perancangan. Metode ini digunakan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan dikutip oleh Sitorus, 1998). Dengan metode kualitatif, dapat memberi pemahaman vandalisme serta tindakan hukumnya. Dalam metode ini juga menggunakan data, yang berupa data primer (secara langsung, yaitu berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi) dan sekunder (secara tidak langsung, yaitu berupa tinjauan pustaka) yang dibutuhkan guna menyelesaikan perancangan kampanye.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Pengamatan di lokasi-lokasi yang dapat diakses umum, seperti Taman, halte, bangunan umum, tiang-tiang jalan, dan lain-lain. Dan juga, observasi dilakukan di kota-kota besar lain sebagai perbandingan bagaimana situasi di kota lain dan caranya menanggapi hal ini.

2. Wawancara

Wawancara dengan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Semarang, Ulfi Imran Basuki. Serta wawancara singkat (survey) kepada masyarakat seputar fasilitas umum dan vandalisme, serta pencegahan yang menurut mereka sesuai.

(18)

Pengkajian pustaka terkait definisi, tindakan hukum, serta media penyuluhan yang bertujuan serupa.

1.7 Sistimatika Penulisan

1. BAB I – Pendahuluan. Berisikan kajian tentang latar belakang yang berisikan tentang tema, permasalahan yang terjadi, dan alasan kenapa tema itu dipilih. perumusan masalah dan manfaat dari perancangan, serta teori-teori yang mendukung jalan-nya perancangan.

2. BAB II – Identifikasi dan Analisis Data. Berisikan kajian tentang tinjauan teori yang dibutuhkan, faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perancangan, tinjauan seputar permasalahan di lapangan serta upaya apa saja yang sudah pernah dilaksanakan, dan apa solusi yang dapat diberikan oleh perancangan.

3. BAB III – Konsep Perancangan. Berisikan tentang konsep-konsep yang disajikan dalam perancangan, yaitu meliputi konsep media (media apa saja yang digunakan beserta program, tujuan, serta biaya-nya), serta konsep kreatif (apa saja yang akan ditampilkan dalam media)

4. BAB IV – Visualisasi. Berisikan tentang tahapan dalam penerapan visual dari media yang dibuat. Tahapan berupa penjaringan ide, alternative desain, hingga desain akhir.

5. BAB V – Kesimpulan. Berisikan tentang penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang dijabarkan dari bab sebelumnya.

(19)

1.8.1 Tinjauan Tentang Vandalisme

Vandalisme berasal dari bahasa inggris, Vandalism. dari

kata vandal, yaitu suku di Jerman Barat pada zaman dahulu kala yang selalu merusak barang-barang bersejarah. Berarti,

vandalisme ialah penggambaran atas tindakan yang sama dengan

suku vandal tersebut. Dengan kata lain, vandalisme ialah tindakan merusak barang milik pribadi atau umum. Vandalisme adalah istilah perusakan yang ekstrim, yang merusak secara fisik hingga tidak bisa digunakan lagi. Biasanya, tindak vandalisme seperti ini didasarkan pada dendam. Namun, Vandalisme sendiri juga dapat berupa perusakan ringan, seperti mencoret-coret, atau merusak bagian kecil dari barang tersebut, untuk kondisi seperti ini, biasanya hanya didasarkan pada ke-isengan seseorang atau justru kurangnya perawatan. Dan bahkan, penempelan spanduk dan poster liar juga termasuk vandalisme, sebaliknya, jika merobek poster yang memang berhak ada disana, disebut vandalisme. Coretan cat semprot yang sering kita jumpai, beberapa orang menyebut sebagai graffiti, walau pada dasarnya, itu bukanlah graffiti. Walau graffiti memang berupa seni tipografi, namun coretan yang dimaksud ini tidak mengandung makna sama sekali, melainkan hanya tulisan iseng semata, seperti nama, atau nama kelompok sang penulis. Karena itu kegiatan ini lebih cocok disebut “tagging” (penanda) oleh orang luar negeri. Selain menulis langsung dengan cat semprot, terkadang mereka menulisnya dengan menggunakan papan berlubang khusus yang sekilas seperti menyablon, yang mana teknik ini disebut stencil.

(20)

1. Street art

Street art, atau seni jalanan menurut Syamsul Barry

(2008) adalah ekspresi budaya jalanan yang dianggap sebagai simbol dari praktik sosial yang membedakan dirinya dari ekspresi seni pada umumnya, yang lebih diakui keberadaannya. Selain itu, seni ini juga dapat dipandang sebagai hasil konstruksi sosial budaya, hasil dari masyarakat yang dikondisikan untuk tidak menyuarakan segala sesuatu apa adanya secara terbuka serta dapat juga dilihat sebagai manifestasi spontan akibat dari pengendapan absurditas kehidupan sehari-hari. Seni ini dibuat di tempat publik, dan biasanya dilakukan diluar konteks seni tradisional. Karena itulah seni ini disebut “jalanan”. Yang termasuk street art antara lain seperti

graffiti, stencil art, urban art, dan lain-lain. Street art

biasanya dilakukan sebagai bentuk pelampiasan terhadap hasrat seni para seniman. Dan juga untuk menyampaikan pesan serta menarik perhatian publik, karena alasan tersebut, street art dibuat di tempat yang umum. Karena sifatnya yang berupa penyampaian pesan untuk public,

street art biasanya berisikan tentang pesan aktivisme,

sosial politik, protes terhadap pemerintahan, dan lain sebagainya.

Street art terkadang sedikit berkaitan dengan Vandalisme, karena apabila penerapan street art tidak

dengan izin yang sah, maka street art tersebut termasuk dalam tindakan Vandalisme. Di Indonesia sendiri, street art yang memang disediakan lahannya oleh pemerintah, sudah cukup banyak ada di kota-kota besar, seperti Jogja dan Bandung, yang dikenal sebagai kota seni di Indonesia. Beberapa kota lain cenderung menggunakan tiang

(21)

penyangga jalan layang sebagai media mural mereka. Isi pesannya beragam, namun lebih cenderung kearah sosial; seperti penghijauan bumi, kemacetan jalan raya, dan lain-lain

2. Mural

Mural adalah karya seni visual dengan dinding sebagai media penerapannya. Mural dapat berupa lukisan yang langsung digambar pada dinding, atau gambar yang ditempelkan pada dinding. Menurut Wikipedia.org, Asal mula dari istilah mural ini sendiri diduga berasal dari bahasa prancis, Marouflage, yang merupakan sebuah bahan yang lengket seperti cat yang nantinya akan dipakai sebagai bahan dasar pembuatan mural tersebut. Mural ini sendiri sudah berasal zaman purbakala. Karena kegiatan manusia purba pada zaman dahulu melukis di dinding gua, sehingga dapat dikatakan sebagai mural. Hieroglyph di mesir, serta Prasasti di candi-candi Indonesia juga dapat dikatakan mural, karena media penerapannya yang berupa dinding.

Karena media penerapannya berupa dinding, maka mural dapat dikategorikan sebagai street art. Karena tembok-tembok luar bangunan juga merupakan dinding. Tetapi tidak selalu mural itu dikategorikan street art, karena seni terapan seperti ini tidak selalu berada di ruang terbuka jalanan. Karena seiring perkembangan zaman, mural dapat menjadi bagian dari desain interior, yang biasa disebut dengan istilah wallpaper.

Selain berupa lukisan, mural juga ada yang berupa susunan dari bahan dinding itu sendiri, seperti keramik. Contoh sederhana adalah pada dinding-dinding gereja.

(22)

Hiasan dinding yang ada terbuat dari susunan keramik dan kaca warna-warni.

3. Graffiti

Graffiti, menurut kamus besar Oxford, adalah tulisan atau coretan gambar yang dibubuhkan pada dinding atau tempat lain, di ruang publik.

Graffiti ialah sebuah seni visual tipografi. Karena graffiti biasa dikaitkan dengan seni mural atau diterapkan pada dinding-dinding, maka graffiti juga dapat termasuk

street art, serta karena sering menggunakan media dinding,

dapat disebut sebagai satu bagian dari mural. Graffiti berasal dari bahasa Yunani “Graphein” (menuliskan), yang bisa diartikan sebagai sebuah coretan gambar atau kata-kata pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum atau tempat pribadi. Pelopor graffiti disebut sebut adalah kota New York, pada era 80-an dimana music genre Rap, dan Breakdance sebagai bagian dari budaya Hip-Hop sedang populer zaman itu. Dan graffiti serta street art lainnya sangat lekat dengan genre music tersebut. Apabila penempatannya cenderung tidak sesuai izin pemilik tempat, graffiti juga dapat dikategorikan sebagai Vandalisme. Dan isitlah graffiti juga sering dijadikan generalisasi, atau satu-satunya istilah yang dimengerti oleh orang awam ketika ditanyakan soal coret-coretan di dinding. Graffiti ini juga erat kaitannya dengan kehidupan geng. Serta, coret-coretan dengan cat semprot sering pula disebut sebagai graffiti, padahal graffiti secara aslinya tidak hanya berupa coretan sembarangan saja. Maka dari itu, di luar negeri sendiri aksi coret-coretan ini disebut tagging, atau menandai. Karena

(23)

biasanya yang mereka tuliskan adalah identitas geng mereka.

4. Teori Keseimbangan

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, keseimbangan atau balance merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa. Karya seni atau desain harus memiliki keseimbangan agar enak dilihat, harmonis, serta tidak berat sebelah.

Keseimbangan menurut ilmu pesawat (matematika) adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda jika semua daya yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni dan desain, sifatnya berdasarkan perasaan (feeling) tetapi pengertiannya masih sama, yaitu suatu keadaan ketika di semua bagian pada karya tidak ada yang lebih terbebani. Jadi sebuah karya dikatakan seimbang manakala di semua bagian pada karya bebannya sama. Sehingga pada gilirannya akan membawa rasa tenang dan enak dilihat. Adapun ada berbagai macam jenis keseimbangan, yaitu:

1. Keseimbangan simetris

Yaitu seimbang antara kanan dan kiri. 2. Keseimbangan memancar

Yaitu seimbang secara radial atau melingkar. 3. Keseimbangan sederajat

Sama seperti keseimbangan simetris, namun tidak harus sama persis antara kanan dan kiri.

4. Keseimbangan tersembunyi.

Yaitu antara kiri dan kanan tidak sama persis, namun saling melengkapi satu sama lain sehingga tidak terasa berantakan. Seperti misalnya di sebelah kanan lebih banyak objek, maka di sebelah kiri lebih sedikit objeknya, dan lain-lain.

(24)

5. Tipografi

Tipografi dalam hal ini adalah huruf yang tersusun dalam sebuah alfabet. Menurut Rustan (2001:16) tipografi dimaknai sebagai “segala disiplin yang berkenaan dengan huruf”. Tipografi merupakan media yang membawa manusia mengalami perkembangan dalam cara berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud berakar dari simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek (pictograph), yang kemudian berkembang menjadi simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain (ideograph). Kemudian berkembang menjadi bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (phonograph-setiap tanda atau huruf menandakan bunyi).

Bentuk/rupa huruf tidak hanya mengidentifikasi sebuah bunyi dari suatu objek, melainkan juga menangkap realitas dalam bunyi. Lebih dari sekedar lambang bunyi, bentuk/rupa huruf dalam suatu kumpulan huruf (font) dapat memberi kesan tersendiri yang dapat mempermudah khalayak menerima pesan atau gagasan yang terdapat pada sebuah kata atau kalimat. Bisa dibayangkan bila huruf tidak pernah ada, dalam penyampaian sebuah pesan atau gagasan pasti akan membutuhkan waktu yang lama, dan bisa dibayangkan bila bentuk/rupa huruf seragam/sama. Jangankan dapat memberi sebuah kesan dan menyampaikan sebuah pesan, terbaca pun tidak. Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, huruf dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk/rupa huruf) dan dapat menjadi sesuatu yang dapat dibaca (kata/kalimat). Selain itu huruf memiliki makna yang tersurat (pesan/gagasan) dan makna

(25)

yang tersirat (kesan). Selain itu pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat makna tipografi semakin meluas.

Kaitannya dengan street art ialah, dalam street art juga terdapat elemen huruf. Dan elemen huruf ini menjadi satu bagian dari unsur estetika dari street art itu sendiri, terutama pada graffiti, dimana menggunakan huruf sebagai bentuk utamanya.

6. Warna

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, objek akan menampilkan warna ketika mendapatkan cahaya. Seperti halnya suara, warna memiliki gelombangnya sendiri, yang ditangkap oleh indera. Dalam hal ini, indera penglihatan. Warna dapat didefinisiakn secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Secara objektif, warna dapat diperikan oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang menrupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik.

Warna dapat ditinjau dari dua sudut pandang, menurut asal kejadian warna, yaitu warna adiktif dan subtraktif. Warna adiktif adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtraktif adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Kejadian warna ini diperkuat dengan hasil temuan Newton (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 26) yang mengungkapkan bahwa warna adalah fenomena alam berupa cahaya yang mengandung warna spektrum atau 7 pelangi dan pigmen.

(26)

Menurut Prawira (1989: 31), pigmen adalah pewarna yang larut dalam cairan pelarut. Pada tahun 1831, Brewster (Ali Nugraha, 2008: 35) mengemukakan teori tentang pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral.

Warna primer, atau disebut juga sebagai warna pertama, atau warna pokok. Karena tidak dapat dibentuk dari warna lain. Yang termasuk dari warna primer adalah : biru, merah, dan kuning. Warna sekunder adalah warna yang didapat dari pencampuran kedua warna primer. Yang termasuk diantaranya ialah : jingga, ungu, dan hijau. Sedangkan warna tersier adalah warna hasil dari percampuran warna sekunder, yang diantaranya ialah : coklat kuning, coklat merah, dan coklat biru.

Masih menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, suatu komposisi karya seni harus memiliki keseimbangan dalam unsurnya, seperti yang dibahas di teori keseimbangan, warna juga termasuk dari unsur yang harus seimbang agar terlihat harmonis, atau tidak berat sebelah. Untuk mendapatkannya tidaklah sulit, selama bagian kanan dan kirinya sama, baik dari segi hue dan saturation.

(27)

6. Ilustrasi

Ilustrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah gambar untuk membantu memperjelas isi buku atau karangan. Sedangkan pengertian ilustrasi menurut Maya Ananda, adalah sesuatu yang dapat meramaikan halaman-halaman buku atau media lainnya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis. Bentuk gambar ilustrasi dapat berupa : foto, dan ilustrasi tangan. Serta menurut Simmon Jennings dalam bukunya yang berjudul ”The Complete

Guide to Advanced Illustration and Design”, ilustrasi

memiliki tiga fungsi, yaitu ilustrasi sebagai informasi, ilustrasi sebagai dekorasi, dan ilustrasi sebagai komentar. Sebagai informasi, misalnya seperti yang kita lihat di poster-poster. Ilustrasi tersebut sebagai pendukung. Sedangkan sebagai dekorasi, fungsinya hanya sebagai penghias, tidak perlu harus ada makna khusus. Sedangkan sebagai komentar, layaknya infografik. Sebagai penggambaran dari beberapa kalimat.

Menurut Adi Kurianto, Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong, misalnya dalam majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk macam-macam, seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir ini bahkan banyak dipakai gambar digital dan foto.

(28)

1.9. Bagan Alur Perancangan

Permasalahan Ruang Publik

Vandalisme

Konsep Perancangan

Metode

Kualitatif

Analisis

Media

Kampanye Vandalisme

Visual

Kreatif

(29)

BAB II

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1 Identifikasi Vandalisme Dalam Ruang Publik

Fasilitas umum digunakan bersama oleh siapa saja dengan secara cuma-cuma atau tanpa dipungut biaya. Fasilitas ini sering dipakai setiap hari-nya tanpa henti, oleh karena itu, perawatan-nya sangatlah penting. Apabila terjadi kerusakan, maka dapat mengurangi estetika, member kesan tidak terawatt, serta mengurangi rasa aman. Terlebih untuk fasilitas umum seperti jembatan penyeberangan, daerah wisata, dan lain-lain bila terlihat ada bagian yang cacat atau rusak, tidak akan memberi kesan nyaman pada pengunjung.

Secara teknis, yang bertanggung jawab dalam perawatan fasilitas umum adalah dinas pemerintah kota, namun masyarakat juga turut andil dalam perawatan, karena mereka-lah yang menggunakannya, sehingga mereka yang lebih membutuhkan. Terlebih, dana perawatan juga berasal dari pajak rakyat. Selain kegiatan Vandalisme, ada pula kegiatan lain yang kadang disangkut-pautkan pada Vandalisme, yaitu seni jalanan atau biasa disebut street art. Yang dapat berupa street art antara lain mural, graffiti, stencil, dan lain-lain. Street art bukanlah salah satu tindakan Vandalisme murni, melainkan suatu gerakan seni dimana media utama diterapkan pada jalanan. Street art dapat dikategorikan vandalism, apabila penerapan dilakukan di tempat yang tidak layak, dalam artian memang tidak diizinkan oleh pemilik atau pemerintah untuk dirubah-rubah. Hal yang mendasari “vandalisme” ini karena para seniman jalanan memilih tembok karena ukurannya yang luas. Dan juga, seperti seniman pada umumnya, mereka ingin menunjukkan karya mereka, ingin diapresiasi, karena itu tembok tempat umum adalah tempat yang sangat sesuai. Karena itulah,

(30)

beberapa street art terkadang mengandung pesan terhadap kondisi Negara pada saat itu.

Adapun pelaku vandalisme beragam, namun dari yang sebelum-sebelumnya pernah tertangkap basah melakukan adalah anak-anak remaja, umur berkisar SMP-SMA atau sekitar 13-17 tahun. Pelaku biasanya adalah anak jalanan, tetapi yang bersekolah juga termasuk. Terutama mereka yang senang nongkrong di pinggir jalan. Hal ini dibuktikan dari beberapa

vandalisme ada yang menuliskan nama sekolah mereka.

Sejarawan dan dosen sejarah Universitas Negeri Semarang, Tsabit Azinar Ahmad menyatakan, selain ruang kreatif, memfungsikan Kota Lama menjadi living monument bisa menjadi salah satu pilihan agar kawasan tersebut terjaga. Ia menilai perilaku mencorat-coret muncul karena bangunan tersebut tidak difungsikan. Namun, bangunan di kawasan tersebut sebagian besar merupakan milik pribadi. Untuk itu, perlu ada regulasi yang kemudian dijalankan bersama untuk melindungi bangunan. Beliau mendukung ruang terbuka yang diperuntukkan khusus untuk meminimalisasi aksi Vandalisme, seperti adanya sebuah wilayah yang diperbolehkan untuk berkreasi.

Dilain pihak, penggagas Komunitas Hysteria, Adin, memberi sejumlah rambu-rambu terkait gagasan tersebut. Menurutnya, para pelaku

vandalisme akan terus ada sampai kapan pun meski telah disediakan

tempat untuk berkreasi, karena itu dialog justru menjadi langkah efektif untuk menggandeng mereka. Beliau beranggapan bahwa anak-anak seperti itu punya dan patuh pada “pemimpinnya”. Tetapi, Ia menilai penyediaan ruang terbuka kreatif tetap menjadi salah satu hal yang terus didorong agar kawasan Kota Lama tetap terjaga.

Ada beberapa aksi melawan Vandalisme dari masyarakat kota Semarang sendiri, dikutip dari Suara Merdeka, 13 April 2015, pada hari sabtu tanggal 11 April, puluhan remaja siswa SMA 4 Semarang melakukan aksi anti-Vandalisme di GOR Jatidiri. Kepala Sekolah Magang SMA 4 Semarang, Indah D. Wardani mengatakan, kegiatan itu merupakan

(31)

aksi nyata mengampanyekan gerakan cinta lingkungan. Menurutnya, aksi ini merupakan bentuk keprihatinan siswa dengan banyaknya coretan

Vandalisme di beberapa fasilitas umum. Peserta berkisar 60 pelajar, dari

perwakilan OSIS, Pramuka, Paskibra, dan Remaja SMA Pecinta Alam (Resmapala). Beliau mengatakan bahwa ini merupakan aksi nyata mengampanyekan gerakan cinta lingkungan. Beliau yakin para pelaku adalah generasi muda. Jadi, melalui aksi ini mereka mengajak para remaja untuk lebih peduli kepada lingkungan. Coretan yang dihasilkan menjadikan kesan kumuh dan kotor. Padahal, fasilitas umum yang dibangun untuk kepentingan masyarakat. Menurutnya , kalau memang kreatif, harus disalurkan pada media yang tepat, bukan melakukan

vandalisme karena hanya akan merugikan dan membuat pemandangan

yang tidak nyaman. Serta berharap, dengan aksi tersebut para pelajar bisa memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar agar tetap rapi dan enak dipandang. Selain itu, untuk menjaga solidaritas dan kekompakan para siswa, karena lingkungan ini juga milik generasi akan datang, maka masyarakat wajib menjaganya.

Dikutip Suara Merdeka 4 Januari 2015, Pada saat Car Free Day (CFD), Minggu (4/1) pagi, di Shelter BRT Simpanglima, tepatnya di depan Hotel Ciputra Semarang, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak warga yang hadir untuk bersama-sama melapisi coretan-coretan di halte tersebut dengan cat. Kegiatan itu diberi nama “Semarang Obah”. Kegiatan dimulai dengan menutup salah satu bentuk Vandalisme di Halte Simpang Lima yang sudah banyak merusak beberapa fasilitas di kota Semarang. Vandalisme tersebut dibuat dari cat semprot warna merah dan putih yang kerap ditorehkan di fasilitas umum seperti halte, tembok, bahkan panel listrik. di halte yang berada di kawasan Simpang Lima Semarang. Sejumlah anak muda dari beberapa komunitas seperti Sosial media, dan warga yang kebetulan melintas langsung mengambil kuas. Mereka lalu melumurkan cat ke tembok dan rolling door halte yang sudah rusak karena vandalisme, stiker, maupun cat lama yang mengelupas. Tak

(32)

hanya itu, beberapa panitia yang sudah ada di lokasi bergegas mengerjakan bagiannya seperti mengamplas bekas stiker di kaca, membersihkan halte, dan mengecat. Awalnya hanya beberapa yang ikut aksi, namun setelah Wali Kota mengajak, banyak yang merapat dan bersemangat untuk ikut melumuri cat ke tembok maupun rolling door halte. Hendrar Prihadi mengatakan, kegiatan mempercantik halte bus Trans Semarang itu merupakan aksi yang diprakarsai kaum muda yang peduli kondisi Kota Semarang. Ada tiga halte bus Trans Semarang yang pagi ini dipercantik. Yaitu di Simpang Lima, Pandanaran, dan Ahmad Yani. Rencananya selain dicat, halte akan dibubuhi mural.

Jika diamati di kota Semarang sendiri banyak tempat-tempat yang dihiasi mural, seperti di sepanjang jalan Pemuda, di dekat Lawang Sewu dan di dekat Dinas Pendidikan. Mural-mural ini tidak pernah dihapus, melainkan diperbaharui tiap waktunya. Padahal jaraknya dekat dengan pusat kota, kantor polisi, kantor dinas, dan walikota. Ini menandakan di tempat tersebut memang disediakan sebagai tempat mural.

Gambar 2.1 Mural di jalan Pemuda, sekitar Lawang Sewu

(33)

Gambar 2.2 Mural di jalan Pemuda, sekitar Dinas Pendidikan

Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo

Jika dilihat dari pandangan masyarakat awam sendiri, tidak banyak yang mengetahui apa itu arti Vandalisme. Didasarkan dari survey penulis, rata-rata mereka bingung ketika ditanya soal Vandalisme, apalagi street art dan mural. Bahkan ketika penulis menanyai mereka yang perguruan tinggi, yang notabene seharusnya memiliki wawasan, terlebih mereka yang mengambil jurusan DKV, pun juga beberapa ada yang kebingungan ketika ditanya Vandalisme dan harus dijelaskan terlebih dahulu. Untuk orang awam, mereka menganggap bahwa coret-coret dengan semprotan cat disebut graffiti. Pokoknya semua yang dicoret ditembok disebut graffiti. Dan banyak yang setuju bahwa coret-coretan itu menggangu pemandangan. Untuk graffiti dan mural, mereka tidak begitu masalah selama menarik. Beberapa, terutama yang perempuan, cenderung mengabadikan gambar mural yang menurutnya lucu dengan foto pribadi (atau istilahnya selfie).

2.2 Landasan Hukum

Beberapa tindakan yang termasuk dalam definisi Vandalisme terdapat dalam UUD KUHP BAB XXVII tentang menghancurkan atau merusak-kan barang.

(34)

Pasal 170 Ayat 1 KUHP menyebutkan “Barang siapa dengan

terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”. Penjelasan terdapat pada ayat 2, yaitu apabila

melakukan perusakan barang tersebut dengan sengaja, maka ditindak pidana penjara 7 tahun.

Pasal 406 Ayat 1 KUHP “Barangsiapa dengan sengaja dan

melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”

Pasal 489 Ayat 1 KUHP “Kenakalan terhadap orang atau barang

yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau kesusahan, diancam dengan pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah.”.

disini dituliskan tindakan yang berupa Vandalisme, yaitu kenakalan terhadap barang yang dapat menimbulkan kerugian.

2.3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Nama : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang

Alamat : JL Supriyadi No 30, Semarang, Jawa Tengah. Kode Pos 50198.

Nomor Telepon : 024-6714283.

(35)

Gambar 2.3 Logo Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Semarang Sumber : dkp.semarangkota.go.id

Visi : “Terwujudnya Lingkungan Kota Semarang Yang Bersih, Indah dan Sehat"

Misi :

1. Meningkatkan sistem dan mekanisme pengelolaan kebersihan mulai dari sumber sampah dari rumah tangga maupun komersial, sampai dengan Tempat Pemrosesan Akhir

2. Meningkatkan penghijauan dan pertamanan Kota sehingga terwujudnya keindahan, sejuk dan teduh

3. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam penanganan kebersihan dan keindahan dilingkungan masing-masing guna menciptakan lingkungan Kota Metropolitan Semarang yang bersih, indah dan sehat.

4. Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat dibidang kebersihan dan pertamanan.

5. Optimalisasi penarikan restribusi dalam rangka meningkatkan PAD

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota merupakan dinas teknis yang tugasnya sangat komplek. Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang nomor 38 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan maka Dinas Kebersihan Kota Semarang dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang digabungmenjadi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang.

(36)

Sejak digabung maka tugas dari dinas yang semula hanya menangani kebersihan di wilayah Kota Semarang sesuai Perda nomor 6 tahun 1993 kini ditambah menangani pertamanan yang ada di Kota Semarang. Sebagaimana diketahui penanganan sampah merupakan hal yang sangat kompleks karena tidak saja menyangkut masalah teknis tetapi juga masalah kelembagaan dukungan biaya, dukungan Pemerintah Daerah dan peran serta masyarakat.

Awalnya, dinas ini hanya bernama “dinas kebersihan” yang bertugas memantau kondisi kebersihan di sudut-sudut kota, hingga akhirnya digabungkan menjadi “dinas kebersihan dan pertamanan kota” yang akhirnya menambah ruang lingkup mereka menjadi kebersihan dan pengelolaan taman-taman kota. Letak kantornya di kota Semarang adalah di Jalan Supriyadi No. 30, Semarang, Jawa Tengah. DKP lebih fokus pada kebersihan dari sampah, serta perawatan taman. Maka dari itu bentuk vandalisme yang dapat ditanggulangi oleh DKP adalah tempat sampah berlambang DKP di pinggir jalan, serta coret-coretan di area taman-taman di Semarang.

(37)

2.4 Bentuk Vandalisme Di Kota Semarang 1. Contoh Vandalisme

Gambar 2.4 Contoh vandalisme pada gardu listrik

Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo

Pada

gambar, dapat dilihat bahwa gardu listrik tersebut terkesan tidak terawat. Pintunya sudah lepas, di pintunya sendiri banyak tempelan stiker-stiker, dan dipenuhi coret-coretan. Yang seperti ini adalah tindakan vandalisme, karena gardu listrik juga merupakan fasilitas umum. Tanpa adanya gardu tersebut, listrik tidak akan mengalir. Serta untuk pemandangan sendiri terkesan tidak enak dilihat.

(38)

2. Contoh Mural Sebagai Bentuk Vandalisme

Gambar 2.6 Contoh mural sebagai Vandalisme yang menutup tulisan dilarang mencorat-coret. Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo.

3. Contoh Graffiti

Gambar 2.8 Contoh graffiti Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo

(39)

4. Contoh mural

Gambar 2.9 Contoh Mural Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo

Gambar 2.10 Contoh Mural Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo

(40)

2.5 Analisis Masalah

1. Analisa Permasalahan Metode Framing

REALITA IDEAL SEBAB STATEMENT INFO

Masyarakat kurang peduli terhadap perawatan fasilitas umum Masyarakat merawat fasilitas umum Beberapa masyarakat menganggap perawatan itu merupakan tanggung jawab pengelola Meningkatkan minat kepada masyarakat untuk menjaga fasilitas umum

Pengenalan jenis mural yang diperbolehkan.

Beberapa masyarakat menganggap street art graffiti sebagai

tanda geng motor dan berandalan.

Street art

digunakan sebagai media positif

Warna dan gaya gambar pada street

art graffiti dan mural

cenderung bernuansa gelap dan seram. Dan hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja.

Street art

menggunakan gaya gambar yang dapat diterima oleh semua umur dan kalangan.

Pembuatan street art berupa mural yang menggunakan warna dan gambar yang bernuansa cerah dan ceria.

Street art, graffiti,

dan mural masih dianggap sebagai bentuk Vandalisme

Street art dan

semacamnya merupakan bentuk penyaluran positif yang tidak sepenuhnya vandal. Penempatannya sama-sama di ruang publik. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak semua street art termasuk Vandalisme.

Pengenalan tempat yang diperbolehkan adanya hiasan seperti

street art.

Street art yang ada

tidak berdasar pada seni dan estetika desain.

Mural memiliki tema, dan atau pesan kepada audience. Karena pengguna jalan sangat luas skalanya.

Itu sudah menjadi ciri khas street art; tidak terikat pada seni tradisional dan lebih kepada pelampiasan ekspresi. Membuat mural yang memiliki konsep dan bermakna. Pembuatan mural berdasarkan seni kontekstual dan desain komunikasi visual.

(41)

2. Segmentasi Target Audience 1. Demografis

 Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

 Umur : 13-22 tahun

 Pendidikan : SMP-SMA hingga Mahasiswa

 Tingkat sosial : Umum 2. Geografis

Seluruh masyarakat kota Semarang.

3. Psikografis

 Kepribadian : Anak-anak usia remaja yang masih susah membedakan tindak kriminalitas dan iseng semata.

 Karakter : Iseng dan senang mencoba hal

ekstrim.

 Gaya hidup : Menengah hingga menengah

kebawah.

2.6 Faktor Penghambat dan Pendukung 1. Faktor Penyebab

Vandalisme terjadi dikarenakan kurangnya rasa tanggung

jawab terhadap fasilitas umum, karena fasilitas umum digunakan secara bersama dan ditempat yang umum-nya kurang pengawasan secara penuh. jika mengambil contoh salah satu bentuk Vandalisme, yaitu mencoret-coret tembok umum, umumnya pelaku berusia masih remaja, yang masih labil dan mencari perhatian serta mencari tantangan (thrill), terlebih mereka senang berkumpul bersama teman-teman sehingga merasa aman untuk melakukan sesuatu yang biasanya tidak berani dilakukan sendiri.

(42)

Vandalisme ini juga sebenarnya tidak ada landasan hukum

yang jelas, karena pelaku, apabila tertangkap, maka harus membayar denda. Apabila tidak bisa membayar, maka hukuman menjadi tindak pidana (dimasukkan penjara). Umumnya jika sudah masuk ke tahap ini, pandangan publik akan berubah, mereka akan berpikir jika pemerintah terlalu semena-mena, karena pelaku dipenjara hanya karena mencoret-coret, yang dianggap sangat sepele. Jika diadakan hukuman fisik, dianggap melanggar hak, apalagi dibawah umur. Tetapi tindakan hukum pada dasarnya untuk membuat pelaku jera. Jika dilepaskan begitu saja, maka pelaku akan merasa aman dan melakukan-nya kembali.

2. Faktor Penghambat

Pesan yang ingin disampaikan adalah pengurangan tindak

vandalisme. Salah satu penyelesaian masalah adalah dengan

penyaluran yang lebih positif, seperti pembuatan mural. Karena mural juga dapat terkait dengan vandalisme, dikhawatirkan akan kontradiktif dengan tujuan awal dan disalah-artikan dengan mereka dibebaskan coret sana-sini. Dari segi target audience, tidak semua dapat menggambar dan menghias, apalagi dengan hasil yang maksimal. Dari segi pengguna jalan (masyarakat umum), tidak semua orang dapat menikmati street art, graffiti, dan mural (hanya kalangan tertentu). Dan dari peraturan daerah sendiri sangat sedikit tempat yang diperbolehkan dihias seperti ini.

3. Faktor Pendukung

Mural yang sesuai dengan konteks dan lokasi dapat menambah nilai estetik dari lokasi itu sendiri. Hal ini juga akan lebih diterima daripada tembok yang isinya hanya berupa coretan semata. Dan juga tidak sedikit yang memang sudah gerah dengan aksi coret-coretan sembarangan seperti ini.

(43)

2.7 Usulan Pemecahan Masalah

Berdasarkan data yang ada, penyelesaian masalah yang tepat adalah mengajak untuk penyaluran ke yang lebih positif. Minimal tidak mencoret-coret di sembarang tempat. Adapun hanya melarang akan membuat para pelaku menjadi semakin ingin melanggar, karena hanya dilarang tetapi tidak diberikan solusi. Solusi yang tepat untuk hal seperti ini memang diberikan tempat untuk mereka hias. Tentu saja, karena tempat tersebut adalah ruang publik, yang mana rentang usia pengguna sangat luas, hiasan yang dibuat juga tidak boleh keluar dari konteks moral dan etika, seperti tidak menyinggung pornografi dan SARA, serta tidak menggambarkan hal-hal berbau negatif, seperti rokok, obat-obatan terlarang, simbol-simbol tabu, dan konten-konten kekerasan lainnya.

2.8 Statement Pokok

Meningkatkan minat kepada masyarakat untuk menjaga fasilitas umum, Street art berupa mural yang menggunakan gaya gambar yang diterima oleh semua umur, Menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak semua mural bukanlah termasuk Vandalisme.

(44)

BAB III

KONSEP PERANCANGAN

3.1 Konsep Media

Media merupakan sarana utama dalam menyampaikan pesan. Karena itu, media harus memiliki konsep atau gagasan utama agar penyampaian pesan dapat sesuai dengan tujuan.

3.1.1 Tujuan Media

Media yang digunakan dalam kampanye ini bertujuan untuk tidak hanya melarang dan mengingatkan akan Vandalisme, tapi juga agar dapat menghimbau audience agar mengalihkannya ke bentuk yang positif. Adapun media yang cocok terhadap permasalahan seperti ini, ialah media yang membuat audience ikut berinteraksi didalamnya, yang mana dapat dilakukan melalui ambient media. Karena permasalahan Vandalisme umumnya karena keisengan atau memang karena tidak adanya tempat, maka tujuan utama media adalah memberikan tempat untuk menyalurkan aspirasi, serta menyampaikan pesan mengenai anti-Vandalisme.

3.1.2 Strategi Media

Bentuk media sangat banyak, yang bervariasi tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Adapun pemilihan media sangat menentukan apakah pesan dapat sampai kepada audience atau tidak.

1. Spanduk

Idealnya mural menggunakan media tembok asli, namun jika satu tembok sudah penuh dihias, maka tidak ada lagi ruang untuk dihias. Maka dari itu, alternatifnya adalah spanduk. Karena spanduk dapat ditentukan ukurannya, serta

(45)

dari segi biaya lebih murah, jadi jika sudah habis ruang kosong, maka hanya perlu mengganti baru. Spanduk ini nantinya akan ditempatkan di beberapa titik yang sering dilewati oleh masyarakat. Seperti misalnya, Car Free Day. Spanduk yang disediakan adalah spanduk polos, yang nantinya akan dihias sendiri oleh para audience yang berpartisipasi. Ibaratnya, spanduk ini adalah “wadah pelampiasan”, serta sebagai petisi kampanye mendukung anti-vandalisme.

2. Poster

Poster adalah media cetak yang berupa lembaran, dan dapat memuat informasi yang cukup banyak dalam setiap lembarnya. Karena sifatnya yang diletakkan di satu tempat tanpa berpindah-pindah, serta umumnya diletakkan di tempat yang pasti disaksikan banyak orang, seperti mading, poster dapat dibaca oleh orang dalam waktu yang cukup lama, sehingga dalam poster dalam disisipkan pesan tersirat, dalam artian memiliki makna lain dari apa yang terlihat. Poster pada kampanye dapat menjadi ajakan untuk para audience untuk berpartisipasi, serta memberitahu akan kampanye ini. Peletakan poster dapat menyebar ke instansi-instansi sekolah menengah pertama (SMP), SMA, hingga jika perlu ke Sekolah Tinggi dan Universitas.

3. Billboard

Billboard ialah poster dengan ukuran yang lebih besar, dan dalam satu tempat di ruangan terbuka. Ukurannya yang besar memungkinkan billboard dapat dilihat oleh siapa saja yang melintas. Billboard dapat

(46)

diletakkan di tempat-tempat yang memang milik pemerintah agar tidak perlu keluar biaya tambahan.

4. Booklet

Booklet ialah semacam buku kecil yang berisikan keterangan-keterangan yang tidak dapat dimasukkan kedalam media lain, yang fungsinya sebagai penjelas dari kampanye serta sumber informasi yang lebih lengkap. Karena ukurannya yang kecil, booklet ini dapat dimiliki oleh para audience, yang nantinya dibagikan bersamaan dengan brosur dan Kaos sebagai tanda terima kasih telah ikut mendukung kampanye ini.

5. Paper Bag

Paper bag ialah tas kecil berbahan kertas atau karton yang biasa digunakan sebagai wadah souvenir. Dalam kampanye ini, paper bag juga digunakan sebagai wadah merchandise yang akan dibagikan kepada para partisipan yang ikut menghias media spanduk. Pada paper bag juga terdapat bagian kosong yang nantinya pemilik akan diajak untuk ikut menghiasnya.

6. Kaos

Kaos dapat berfungsi sebagai media promosi merchandise, yang dapat ditawarkan kepada masyarakat sebagai simbol dari dukungan aksi kampanye. Sama seperti brosur dan booklet, Kaos akan dibagikan kepada partisipan, dan juga Kaos memiliki fungsi sama seperti paper bag, yaitu memiliki ruang kosong yang nantinya dapat dihias sendiri oleh si pemilik.

(47)

7. Pin

Pin berfungsi sebagai merchandise selain Kaos. Pin banyak digunakan oleh remaja dan mahasiswa di tas atau jaket mereka. Karena biayanya yang murah, pin dapat diproduksi lebih banyak dari Kaos sebagai cinderamata pengganti apabila stok Kaos telah habis.

8. Website

Fungsi website adalah sama seperti booklet dengan bentuk digital, sehingga dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja.

9. Social Media

Berfungsi sebagai media promosi tentang kampanye. Fungsinya dapat sebagai forum Tanya jawab. Pemilihan media ini didasarkan karena belakangan ini, semakin banyak angka pengguna social media, sehingga kampanye akan lebih mudah tersalurkan melalui viral.

3.2 Konsep Kreatif 3.2.1 Tujuan Kreatif

Sebuah konsep adalah ide utama suatu desain untuk mengkomunikasikan suatu strategi desain secara visual. Konsep yang ingin ditampilkan adalah bagaimana agar audience dapat mengetahui tentang Vandalisme, konsekuensinya, dan meninggalkannya. Adapun himbauan seperti ini layaknya larangan rokok, walau ada yang tergugah dengan pesan, tapi tidak menjamin aksi ini dapat hilang 100%. Namun, tak adanya pesan satupun mengesankan hal ini diperbolehkan, sehingga keputusan akhir ada pada audience. Karena itu, audience dihimbau tanpa kita larang sepenuhnya, karena pelarangan justru akan menambah keinginan

(48)

untuk melanggar. Dan justru para pelaku ini dialihkan ke pengerjaan yang lebih positif. Jadi melakukannya di wadah yang disediakan daripada mencoret-coret di sembarang tempat. Kendalanya adalah hal ini dapat disalah-artikan sebagai boleh menghias sesukanya, padahal harus mempertimbangkan tempatnya. Karena itulah di dalam media juga turut diberitahukan bahwa tidak bisa sembarang tempat.

Untuk yang memang sudah meng-geluti bidang mural, diharapkan media ini dapat mendukung aksi mereka untuk berkarya di bidang yang positif.

3.2.2 Strategi Kreatif

1. Audience Insight

Audience insight, atau wawasan atau pandangan masyarakat atau audience terhadap tema Vandalisme, ialah

Vandalisme dirasa sangat merugikan, terutama pengelola

tempat yang terkena tindak Vandalisme, serta terkesan tidak enak dilihat, dan tidak terawat. Hal ini cukup sulit dicegah, karena memang sudah sifat dasar manusia, terutama anak-anak remaja yang berkumpul bersama-sama. Dan juga tidak ada hukum yang jelas dalam menanggapi masalah ini. Karena biarpun memang pelakunya tertangkap, tidak ada tindakan hukum yang sesuai dalam menaggapinya. Jika dihukum pidana, maka pandangan publik akan menjadi negatif ketimbang jera. Mereka akan berpikir bahwa polisi terlalu semena-mena, karena memenjaran pelaku

Vandalisme sedangkan para pelaku kriminal lain seperti

koruptor dibiarkan begitu saja. Diberikan denda juga dapat menimbulkan reaksi yang sama, tetapi jika dibiarkan begitu saja, tidak akan menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Dan ketika Vandalisme menjadi marak, publik yang

(49)

berasumsi demikian akan kembali menyalahkan polisi dan pemerintah setempat. Hal-hal inilah yang membuat

Vandalisme menjadi problem dilematis. Sulit sekali untuk

ditegaskan. Mengenai istilah Vandalisme sendiri, tidak banyak orang yang mengerti istilah Vandalisme itu apa, baik orang awam maupun yang di kalangan pendidikan. Rata-rata, mereka hanya tahu aksinya tapi tidak tahu bahwa itu disebut

Vandalisme. Ketika dimintai pendapat bagaimana langkah

mengatasinya, rata-rata menjawab bahwa penjagaan dari pihak pengelola harus lebih ditingkatkan.

2. Trend Seputar Audience

Adapun trend yang berkembang di seputar audience terhadap tema ini, adalah banyak anak remaja yang menganggap keren street art, mural, graffiti, dan semacamnya. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung dalam penyaluran tindakan mural anti-Vandalisme, dengan topik, jika ingin mencoret-coret, setidaknya dibuat yang memiliki seni, yang lebih punya unsur estetika dan enak dilihat dibandingkan dengan coret-coret tidak jelas saja. Namun si sisi lain, tidak sedikit yang menganggap street art dan

graffiti tersebut terkesan seperti berandalan. Hal ini

dikarenakan kedua hal tersebut identik dengan geng atau semacamnya. Hal ini diduga karena visualisasi, elemen gambar, serta warna yang digunakan. Graffiti dan street art cenderung menggunakan warna hitam sebagai garis penegas (lineart) dan kombinasi warna yang kurang enak dilihat. Serta elemen gambar cenderung menggunakan simbol simbol aneh seperti tengkorak, hewan-hewan, dan lain-lain yang kadang tidak ada makna dan kesinambungan satu sama lain. Terlebih, tulisan yang dibuat terkadang sulit terbaca.

(50)

Hal-hal itulah yang membuat mural yang sering dijumpai tidak bisa dinikmati semua orang.

3.3 What To Say Dan How To Say 1. What to say

Memberikan informasi tentang tindakan

Vandalisme itu sebenarnya melanggar hukum, serta

mengarahkan kearah yang lebih positif yang mana lebih memiliki unsur estetik, seperti pembuatan mural, tanpa membuat audience menyalah artikan bahwa kita bebas mencoret dimana saja, padahal harus ada izin terlebih dahulu,

2. How to say

Memberikan informasi melalui media kampanye. Penyampaian dengan memberi contoh yang positif, positif yang dimaksud disini adalah mengarahkan keinginan untuk mencoret atau menghias ke media lain yang tentunya tidak menggangu fasilitas umum, seperti ambient media yang disediakan. Selain itu, untuk menambah wawasan akan diberikan booklet mini berisikan tentang hal-hal berkaitan dengan Vandalisme. Serta merchandise untuk para audience lebih tertarik untuk ikut berpartisipasi, terlebih merchandise juga dapat dimodifikasi sesuka hati.

(51)

3.4 Desired Response

Dari semua strategi tersebut, respon yang diinginkan dari audience antara lain:

a. Awareness

Audience mengetahui tentang keberadaan media

ambient, serta membagikannya lewat social media.

b. Interest

Audience menganggap media ini unik, dan tertarik

untuk mencari tahu lebih lanjut, lewat poster atau website.

c. Desire

Audience yang sudah mengerti akan aksi kampanye

tertarik untuk ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan.

d. Action

Audience ikut serta dalam berpartisipasi.

3.5 Program Kreatif 3.5.1 Copywriting

1. Teks Headline

Bentuk headline menggunakan kalimat majas. Adapun penggunaannya agar headline dapat mengandung makna lain dari yang disebutkan, sehingga dapat membuat audience menangkap pesan tersirat.

a. Poster/Billboard

Pesan yang ingin disampaikan adalah audience dapat menentukan sendiri, mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu headline berupa : “Merusak, atau menghias, keputusan ada di

(52)

tanganmu sendiri”. Disini menggunakan majas pars pro toto, dimana tangan mewakili dari keseluruhan diri kita sendiri, karena semua aksi kita dilakukan oleh tangan.

b. Booklet

Dalam booklet, headline berfungsi sebagai judul. Kalimat yang ingin dimunculkan adalah yang membuat audience tahu bahwa media ini tempat dimana mereka dapat mencari tahu lebih lanjut. “Vandalisme : Apa, Dimana, Mengapa” yang merupakan majas repetisi, dimana ada pengulangan kalimat tanya seperti “apa”, “dimana”, serta “mengapa”.

c. Kaos/Paper bag

Dalam Kaos dan paper bag, pesan yang ingin disampaikan adalah yang membuat orang lain tahu bahwa pemakainya menghias Kaos atau paper bagnya sendiri. “Buat yang biasa menjadi tidak biasa” yang mana merupakan majas antithesis, dimana kalimat tidak biasa adalah pertentangan dari kalimat biasa.

d. Pin/Profile picture social media

Karena pin digunakan oleh seseorang yang nantinya dilihat oleh orang lain, maka isi pesan yang ingin dimasukkan adalah yang mengajak orang lain dalam ikut serta mendukung gerakan anti

Vandalisme. “Siapa bilang jika fasilitas umum

(53)

majas retorik (majas yang berupa kalimat pertanyaan yang tidak perlu dijelaskan untuk dapat diketahui jawabannya). Membuat si pembaca akan berpikir bahwa siapa sebenarnya yang bertugas menjaga fasilitas umum selain kita sendiri.

3.5.2 Pendekatan Isi Pesan

Pesan yang ingin disampaikan berupa rasional, dimana audience diajak untuk berpikir secara rasional atau logis, dalam artian mereka diajak untuk berpikir bahwa Vandalisme itu memang salah, yang nantinya diberikan perbandingan antara yang menghias dan yang merusak dan mana yang menurut mereka benar? Jika jawabannya sudah bisa dijawab sendiri lantas mengapa harus melakukannya? Serta hal-hal lain seperti menanyakan ke audience siapakah yang bertanggung jawab atas perawatan fasilitas umum, yang mana audience seharusnya bisa menjawabnya sendiri.

3.5.3 Penciptaan Image

Khusus untuk poster, penerapan menggunakan foto, karena menunjukkan bentuk Vandalisme itu sendiri. Sehingga nyata dan benar adanya bahwa Vandalisme itu memang benar ada dan sering kita jumpai. Serta pesan di dalam poster adalah untuk audience berpikir, sehingga kesannya dibuat lebih serius. Sedangkan untuk media lain menggunakan ilustrasi, karena bersifat promosi atau mengajak, maka penggambaran dibuat lebih santai sehingga lebih dinikmati semua orang, terlebih beberapa diantaranya adalah merchandise yang dikenakan langsung. Serta tema adalah

Vandalisme yang berkaitan dengan seni rupa, yang mana ilustrasi

Gambar

Gambar 2.1 Mural di jalan Pemuda, sekitar Lawang Sewu  Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo
Gambar 2.2 Mural di jalan Pemuda, sekitar Dinas Pendidikan  Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo
Gambar 2.3 Logo Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Semarang  Sumber : dkp.semarangkota.go.id
Gambar 2.4 Contoh vandalisme pada gardu listrik  Sumber : Dokumentasi Dimas Prayogo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belanja jasa transportasi dan akomodasi bagi perangkat upacara HUT Puputan Klungkung, HUT Propinsi Bali dan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Klungkung (Kab.) Klungkung (Kab.)

Puji Syukur kepada Tuhan Yang maha Esa penulis panjatkan karena terselesaikannya sk ripsi dengan judul ” PengaruhPersepsi Diskriminasi, Perkembangan Karir, Konflik

Perancangan perangkat lunak pendeteksi ulat di dalam buah mangga ini menggunakan pemograman bahasa C yang akan ditanamkan pada Arduino Uno R3 melalui software Arduino IDE

Rekam medis yang tidak mempunyai indikasi pemberian antibiotika tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 78,4% pemberian antibiotika untuk kasus Hordeolum di bagian Mata

Az ügyész szintén sokféle módon szegheti meg a megállapodást, elég, ha csak arra gondolunk, mire vállalhat kötelezettséget. Kötelességszegés lehet a részér ı l,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi antarpribadi (keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesetaraan) dan semangat kerja (kedisiplinan,

Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang langsung menyatakan sesuatu, sedangkan tindak tutur tidak langsung menyatakan apa adanya, tetapi menggunakan bentuk

Bab 4 memuat hasil penelitian dan pembahasan yakni mengenai persepsi, preferensi, sikap dan perilaku nasabah lower class terhadap financial technology (Fintech) PT.