• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA ANALISA. melakukan tinjauan pustaka melalui media buku, karya tulis, survey, artikel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA ANALISA. melakukan tinjauan pustaka melalui media buku, karya tulis, survey, artikel"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II DATA ANALIS A

2.1 Sumber Data

M etode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan

melakukan tinjauan pustaka melalui media buku, karya tulis, survey, artikel

Koran dan internet.

2.2 Data tentang Iklan Anti Rokok

Berdasarkan sebuah artikel di Koran kompas tahun 2008, Irwan Julianto

mengatakan rokok harus ditandingi dengan iklan layanan masyarakat dan

”gerilya media” yang cerdas dengan biaya murah, yang terbukti efektif.

M enurut Rachmad Puageno, di Indonesia misalnya saja di Surabaya,

iklan rokok begitu menjamur sementara kampanye anti rokok sangat minim.

Bila melintasi sepanjang jalan protokol Tunjungan sampai dengan A. Yani, dari

sekitar 100 iklan bilboard, bila dipersentase hampir 80% adalah iklan rokok.

Sebaliknya, iklan kampanye anti rokok nyaris tidak ada. Justru berbagai

kegiatan besar yang menarik perhatian masyarakat, selalu sponsor utamanya

(2)

2.3 Data S ejarah Rokok

Berdasarkan data yang diambil dari Wikipedia, warga asli benua

Amerika (M aya, Aztec dan Indian) mengisap tembakau pipa atau mengunyah

tembakau sejak 1000 sebelum masehi. Kru Columbus membawanya ke

“peradaban” di Inggris dan perdagangan tembakau dimulai sejak tahun

1500-an, terutama tembakau Virginia dan masih ada hingga detik ini.

M anusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku

bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau

roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian

dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai

muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian

yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk

kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan

saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.

Di Indonesia sendiri kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas

memang asal-usul yang akurat tentang rokok kretek. M enurut kisah yang hidup

dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan

Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk

asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak

cengkeh. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen

merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting

(3)

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari

melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap

rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan

ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan "rokok

obat" ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh.

Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek",

maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek". Awalnya,

kretek ini dibungkus klobot atau daun jagung kering.

Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan

memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok

dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar

dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi

tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

M enurut beberapa abad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah

dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito

merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro M endut, yang menggambarkan

seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah

seorang panglima perang kepercayaan Sultan A gung menjual rokok "klobot"

(rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering) yang disukai pembeli

(4)

2.4 Data Rokok

M enurut data yang dirangkum dari Wikipedia, rokok adalah silinder

dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung

negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang

telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara

agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan

kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak

beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai

pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang

dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan

jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali

dipatuhi).

Gambar 1. dua batang rokok.    Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Kretek)

(5)

2.5 Kandungan Rokok

Rokok pada dasarnya merupakan bahan kimia berbahaya. Satu batang

rokok, asapnya mengandung 4000 bahan kimia yang sangat berbahaya yang

terdiri dari 40 bahan yang telah terbukti menyebabkan kanker dan 3 komponen

utama yaitu nikotin yang menyebabkan ketergantungan/adiksi, tar yang bersifat

karsiogenik penyebab kanker dan karbon monoksida yang dapat mengikat sel

darah merah menjadi 200 kali lebih kuat sehingga kadar oksigen di dalam darah

menjadi berkurang.

Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.

Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel

pada paru-paru.

Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran

darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru

yang mematikan.

Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam

(6)

Gambar 2. Kandungan racun dalam rokok.

Sumber : (http://smpn29samarinda.wordpress.com/2009/03/14/bahaya-mengintai-wanita-perokok/)

2.5.1 Bahaya Rokok

M enurut data yang dirangkum dari Depkes RI, lebih dari 70.000 artikel

imiah membuktikan secara tuntas bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit

dan kematian. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat

menyebabkan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker,

misalnya kanker mulut, tenggorokan, lambung, pankreas, hati, ginjal, ureter,

kandung kemih, rahim dan sum-sum tulang; penyakit jantung, penyakit

pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema.

Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan

(7)

muda, tapi kulitas hidup juga akan menurun dibandingkan dengan mereka yang

bukan perokok.

Kemunduran atau penurunan kualitas hidup ini bahkan akan terus

berlangsung meskipun telah berhenti merokok. Faktanya menunjukkan bahwa

perokok berat memiliki kualitas hidup atau kualitas kesehatan sama dengan

orang yang umurnya 10 tahun di atasnya.

Pria yang tidak merokok juga memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan para perokok. Khususnya untuk fungsi fisik dan kesehatan

umum, seperti vitalitas dan sakit pada tubuh.

Kualitas hidup seorang perokok meskipun ia telah berhenti merokok, tetap

akan memburuk. M erokok tidak hanya menyebabkan risiko yang buruk dimasa

datang atau penyebab kematian saja. Tapi dampak buruknya akan dirasakan

saat ini juga.

2.6 Data S tatistik Rokok

Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2004 menyebutkan bahwa :

- 35% penduduk umur 15 tahun ke atas merokok (setiap hari dan

kadang-kadang).

- Persentase perokok tertinggi pada kelompok umur 45-49 tahun yaitu

41%.

(8)

- Persentase merokok di pedesaan (37%) lebih tinggi dibandingkan di

perkotaan (32%)

- Persentase merokok kelompok strata ekonomi tinggi (36-37%) lebih

tinggi dibandingkan kelompok strata ekonomi rendah (30%).

- Persentase perokok tiap hari adalah 28%, diantaranya 84% merokok

sejumlah 1-12 batang.

- 64% mulai merokok pada usia 15-19 tahun.

Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal

karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok di

dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.

Ironisnya, di Indonesia kini usia perokok makin muda, jumlah perokok usia

15-24 tahun di Indonesia mencapai 35% atau meningkat dari tahun 2003

sebesar 26%. Begitu juga perokok wanita jumlahnya meningkat terus tiap

waktu. 43 juta anak Indonesia terpapar asap rokok di lingkungan rumah. 84%

anak sekolah di Jakarta terpapar asap rokok di tempat-tempat umum. 64%

perokok mulai merokok sebelum usia 19 tahun. 50% dari perokok jangka

panjang akan meninggal karena penyakit akibat merokok.

Dr Arto Y Strandberg, seorang peneliti dari University of Helsinki

mengatakan efek negatif khususnya akan terlihat pada perokok yang

menghabiskan rokok hingga 20 batang per hari, yang kehilangan pengharapan

(9)

Laporan ini dipublikasikan di jurnal Archives of Internal M edicine. Untuk

melakukan riset ini, tim peneliti Strandberg mengumpulkan data 1,658 pria

yang lahir antara 1919 dan 1934 yang di interview pada 1974.

Setelah 26 tahun, data ini ditindaklanjuti. Ternyata sebanyak 372 pria telah

meninggal. Sedangkan pria yang tidak pernah merokok hidup rata-rata 10 tahun

lebih lama dari mereka yang merokok sedikitnya 20 batang perhari.

WHO Tobacco Atlas (2002) menyatakan bahwa sekitar setengah dari

perokok akan meninggal akibat rokoknya. Separuh dari mereka yang

meninggal itu akan wafat pada usia antara 35-69 tahun. Jika situasi menetap

maka akan ada 1 milyar orang yang meninggal akibat rokok di abad 21 ini.

Di Indonesia pada tahun 2001 sebanyak 22,6% dari 3320 kematian

disebabkan karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Akibat rokok di

Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan

emfisema pada tahun 2001. Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5% kasus

stroke di Indonesia.

Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan

mencapai 10 juta per tahunnya dan di Negara-negara berkembang diperkirakan

tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Di Indonesia, masalah

merokok menjadi masalah nasional, karena menyangkut berbagai strata sosial

di bidang kehidupan seperti kesehatan, ekonomi dan sosial.

Badan Pengawasan Obat dan M akanan (POM ) pada tahun 2002,

menghitung ada sekitar 500 ribu orang Indonesia saat ini menderita berbagai

(10)

angka perokok aktif di Indonesia mencapai 75% dari total penduduk atau 141

juta orang yang artinya sekitar 10% dari perokok dunia 1,1 milyar orang yang

sekitar empat juta diantaranya meninggal setiap tahun.

2.7 Mitos dan Fakta S eputar Rokok

M enurut data yang diambil dari Depkes RI ini, mitos dan fakta seputar

rokok antara lain adalah :

Mitos 1. Merokok itu keren dan seksi

Faktanya, merokok menyebabkan gigi kuning, kulit muka keriput, serta

membuat pakaian bau asap rokok.

Mitos 2. Jika saya hanya menghisap rokok filter, mentol, light, mild atau

slim saja, saya aman.

Kebanyakan perokok sangat terkejut ketika mereka mengetahui

komposisi bahan yang terdapat dalam sebatang rokok. Dabre Pardue, seorang

terapis di Amerika yang keahliannya sudah diakui, mengatakan bahwa nikotin

memang bukan penyebab kanker, tetapi nikotinlah yang menyebabkan

ketagihan. “Bahan tambahan lain yang terdapat dalam rokoklah yang

menyebabkan kanker,” ujarnya.

Mitos 3. Jika saya hanya merokok beberapa batang per hari, aman-aman saja.

(11)

Bahkan jika hanya merokok 1 batang saja per hari, merokok tetaplah

tidak aman. Setiap rokok mengandung sekitar 1 sampai 2 miligram nikotin,

yang mencapai otak Anda 20 detik setelah Anda menghirupnya.

Mitos 4. Mengunyah tembakau aman untuk dilakukan karena tidak menghirup asapnya.

Banyak orang yang salah mengerti bahaya dari tembakau kunyah.

M ereka tidak memahami bahwa dengan mengunyah tembakau, Anda menjadi

lebih rentan terkena kanker mulut, yang mempengaruhi lidah,, bibir, pipi dan

gusi. Terlebih lagi, sebuah penelitian yang diterbitkan di American Journal of

Public Health dan melibatkan 6.300 pengguna tembakau tanpa asap,

melaporkan bahwa para pengguna tembakau kunyah ini dua kali beris iko

meninggal akibat penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak

menggunakannya.

Mitos 5. Merokok atau mengunyah tembakau bisa menurunkan tekanan darah.

M itos ini tidak didukung penelitian ilmiah sama sekali. Sekelompok

peneliti di Stockholm, Swedia meneliti 135 orang sehat yang belum pernah

didiagnosa dengan tekanan darah tinggi. Namun setelah memeriksa tekanan

darah mereka, peneliti menemukan bahwa mereka yang merokok atau

mengunyah tembakau memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan

(12)

Mitos 6. Merokok memperbaiki suasana hati saya.

Beberapa orang percaya bahwa merokok meningkatkan semangat dan

memperbaiki suasana hati mereka, tapi sebenarnya yang terjadi bisa sebaliknya.

M enurut sebuah jurnal Pediatrics, jika sudah mengalami stress berat dan

depresi, rokok dapat menempatkan diri pada resiko depresi klinis,

hiperaktivitas, dan kelainan kekurangan perhatian yang lebih besar daripada

sebelumnya.

Mitos 7. Kanker paru-paru adalah satu-satunya penyakit yang perlu saya kuatirkan akibat merokok.

M erokok menyebabkan beberapa penyakit paru-paru, termasuk

emfisema, suatu penyakit degenerative yang membuat Anda semakin sulit

bernafas dari waktu ke waktu. M erokok juga meningkatkan resiko Anda

terhadap penyakit jantung, khususnya jika Anda memiliki tekanan darah atau

kolesterol tinggi, dan juga memperparah beberapa kondisi kelainan pencernaan.

M enurut Asosiasi Paru-Paru Amerika, merokok juga menyebabkan kanker

mulut, laring (kotak suara), dan esophagus. Selain itu, merokok juga berperan

dalam menyebabkan kanker pancreas, ginjal, kandung kemih dan pada wanita

kanker serviks.

(13)

Bahaya dan merokok pasif sudah terdokumentasi dengan baik. Ketika

Anda merokok, pasangan Anda, anak dan anggota keluarga lainnya terkena

paparan senyawa penyebab kanker paru-paru, penyakit jantung, asma dan

penyakit lainnya. M erokok pasif menyebabkan 53.000 kematian orang yang

bukan perokok per tahun.

Mitos 9. Jika saya berhenti merokok, berat badan saya pasti naik.

M emang betul bahwa banyak perokok yang mengalami kenaikan berat

badan ketika mereka berhenti merokok. Karena banyak dari mereka yang

beralih ke makanan sebagai gantinya merokok. Rata-rata orang yang berhenti

merokok mengalami kenaikan berat badan sekitar 2,5-5kg.

Mitos 10. Berhenti merokok mungkin sulit bagi beberapa orang, tapi saya bisa melakukannya kapan pun saya mau.

M enurut Institut Penyalahgunaan Obat Nasional di Amerika, nikotin

adalah salah satu senyawa paling adiktif (menyebabkan ketergantungan) di

bumi, dan kebanyakan orang yang berusaha berhenti merokok akan

menghadapi saat-saat yang sulit untuk melepaskan diri dari belenggu rokok.

“Pada kenyataannya, merokok sama beratnya dalam menyebabkan

ketergantungan seperti heroin,” ujar Debra Pardue, seorang terapis di Amerika

yang keahliannya sudah diakui.

Mitos 11. S aya sudah merokok selama bertahun-tahun, tidak ada gunanya saya berhenti sekarang.

(14)

M enurut American Cancer Society, 20 menit sejak berhenti merokok,

tekanan darah dan denyut nadi seseorang akan kembali ke normal. Jadi,

meskipun telah merokok sebagian besar hidup, Pardue mengatakan bahwa tidak

pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok.

2.8 Target

Target dalam P SA ini adalah anak-anak yang mulai beranjak remaja,

umur 10 tahun sampai dengan 15 tahun. Oleh karena anak-anak yang beranjak

remaja masih dalam masa pencarian jati diri, maka P SA atau iklan layanan

masyarakat tentang bahaya merokok ini diharapkan bisa membuat generas i

muda menyadari betapa mematikannya rokok sehingga mereka tidak mulai

mencoba merokok sejak awal.

2.9 Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor Pendukung :

- Rokok merupakan bahan kimia berbahaya.

- M erokok dapat menurunkan kualitas hidup, menyebabkan

mati muda dan berbagai penyakit.

- Kebanyakan perokok mulai merokok sejak anak-anak atau

(15)

Faktor Penghambat :

- Adanya paradigma bahwa merokok itu merupakan hal yang

wajar dan tidak dilarang.

- M erokok menyebabkan kecanduan, sehingga sulit untuk

diubah.

- Sudah jarang ditemukan iklan layanan masyarakat anti

merokok.

 

2.10 Kompetitor

Kompetitor utama dari iklan layanan masyarakat ini adalah iklan-iklan

Gambar

Gambar 2. Kandungan racun dalam rokok.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Proporsi seroproteksi anti-HBs pada 100 anak usia 10– 12 tahun pasca imunisasi dasar hepatitis B lengkap 38%, dengan hasil seropositif 68,7% subjek respons rendah, 26,3% respons

pengembangan terhadap TPI-TPI yang telah mencapai nilai 100% atau telah efisien, hendaknya tetap dapat dilakukan, untuk menjaga kondisi yang sudah memenuhi syarat,

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang pemisahan lembaga pengawas dari Bank Sentral (BI) dengan

- Materi analitika yang bersifat aritmatika sebenarnya sejalan dengan analitika dan logika di atas, karena soal aritmatika disini bukan sekedar menguji ketrampilan

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Telekomunikasi (Telkom) Akses Jambi dirasakan menyulitkan calon pelanggan baru dalam proses pelayanan untuk pemasangan telepon, dan modem speedy, selain itu informasi

Konsep praktis sosial Giddens sebagai esensi dari perwu- judan strukturasi mirip dengan konsep tindakan sosial (social action) Max Weber, namun perbedaannya Giddens lebih