• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran kinerja mencakup Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis dan Pengukuran Kinerja Kegiatan. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan formulir Pengukuran Kinerja Sasaran sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.. Pengukuran Kinerja Kegiatan dilakukan dengan menggunakan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan sesuai dengan Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Setelah pengukuran kinerja kemudian dilakukan evaluasi kinerja, selanjutnya dilakukan analisis efisiensi dan efektivitas. Analisis efisiensi dilakukan dengan membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan dengan memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu. Efisiensi terjadi karena : dengan realisasi masukan yang lebih kecil dari target, realisasi keluaran tetap diperoleh sesuai dengan targetnya, ataupun realisasi masukan yang sesuai dengan targetnya, diperoleh realisasi keluaran yang lebih besar dari targetnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa realisasi melampaui target. Analisis efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara sasaran dan tujuan dengan hasil (outcomes). Selain itu, analisis juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2014 disajikan dalam Lampiran 2, dan Pengukuran Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2014 disajikan dalam Lampiran 3.

3.2. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA

Kebijaksanaan Sektor Kesehatan, sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2014 merupakan kelompok prioritas pembangunan ke dua yaitu peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan dan Kesehatan dengan fokus kebijakannya adalah sebagai berikut :

(2)

2. Peningkatan status gizi masyarakat

3. Peningkatan kualitas ibu, anak, remaja dan lansia

4. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan 5. Pemenuhan dan peningkatan kualitas sumber daya kesehatan

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2014, maka evaluasi dan analisis masing-masing sasaran dapat disimpulkan sebagai berikut ;

Misi-1

1.

Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional ; Misi-2

1. Meningkatkan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas, yaitu :

No StrategisSasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian%

1. UTAMA : Meningkatkan cakupan Kepesertaan Masyarakat dalam JKN.

Prosentase pengadaan obat essensial

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Cakupan kunjungan bayi

Cakupan puskesmas

Cakupan puskesmas pembantu

Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat % % % % % % % % 100 100 90,00 80,00 95,00 252,50 30,65 66,00 100 100 87,60 77,90 96,02 252,50 30,18 58,85 100,0 100,0 97,33 97,38 101,07 100,0 98,47 89,17

(3)

No Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Satuan Target Realisasi % Capaian 2. Meningkatkan Cakupan pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat serta PHBS Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan berbahaya

Cakupan desa siaga aktif

Presentase Balita gizi buruk

Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan

Rasio Posyandu per Satuan Balita

Cakupan Rumah dengan bebas jentik

Persentase TTU yang memenuhi syarat

Persentase TPM yang memenuhi syarat

Cakupan JAGA yang memenuhi syarat

Cakupan SAB yang memenuhi syarat

Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

Cakupan penemuan dan

% % % % % % % % % % % % 100,0 60,00 0,020 100,0 11,55 95,00 77,72 89,96 70,63 70,57 82,00 100,0 102,0 60,14 0,0202 100,0 8,91 96,19 79,02 90,2 71,07 70,68 91,62 100,0 102,0 100,23 99,00 100,0 77,14 101,25 101,67 100,27 100,62 100,16 111,73 100,0

(4)

No Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Satuan Target Realisasi % Capaian 3. Meningkatkan Puskesmas Terakreditasi dan mempersiap kan puskesmas BLUD

penanganan pendrita penyakit DBD

Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunisation (UCI)

Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk

Rasio rumah sakit per satuan penduduk

Rasio dokter per satuan penduduk

Rasio tenaga medis per satuan penduduk % Rasio Rasio Rasio Rasio 100,0 1 : 9.550 1 : 218.066 1 : 3.879 1 : 2.637 95.16 1 : 9.383 1 : 193.836 1 : 4.016 1 : 2.730 95.16 101,75 111,11 96,47 96,47 Rata – rata 99,14

Untuk mendukung pencapaian Misi ke-satu dan ke-tiga telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 13 program dan 225 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 99,14 % Rincian pencapaian dari 2 (dua) sasaran sebagai berikut :

1. Sasaran pertama, yaitu Meningkatkan Cakupan Kepesertaan Masyarakat dalam JKN dengan indikator kinerjanya adalah :

a. Terpenuhinya kebutuhan obat masyarakat dengan indikator kinerja prosentase pengadaan obat esensial dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 %, sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 %, hal ini menunjukkan bahwa pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yang juga mencapai 100 % menunjukkan bahwa adanya konsistensi dalam pemenuhan kebutuhan obat esensial dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang ditentukan.

Indikator prosentase pengadaan obat essensial ditunjang oleh Program obat dan perbekalan kesehatan. Program ini dibiayai dari DAK dan pendamping APBD

(5)

Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 26.117.687.000,- dengan realisasi Rp. 21.360.559.795,- ( 81,14 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 4.925.347.485,- diantaranya dari kegiatan pembangunan perluasan gudang obat Dinas Kesehatan tidak diserap oleh karena perencanaan pembangunan gudang obat baru selesai bulan Nopember sehingga pembangunan fisik tidak cukup waktu untuk dilaksanakan sehingga dana yang diserap hanya untuk biaya perencanaan, program ini terdiri dari 9 kegiatan yaitu : pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dasar (DAK), pengadaan bahan habis pakai laboratorium puskesmas, pengadaan alat kedokteran pakai habis, pengadaan perlengkapan medis pakai habis, pengadaan bahan pendukung obat dan perbekalan kesehatan, rapat kerja program obat dan perbekalan kesehatan, pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (Belanja Jasa Sarana ASKES tahun 2013, pembangunan perluasan gudang obat dinas kesehatan dan pengadaan bahan habis pakai laboratorium puskesmas ( Kapitasi JKN 2014)

b. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang juga mencapai 100 % hal ini dikarenakan sudah adanya anggaran khusus untuk program pelayanan kesehatan penduduk miskin sehingga rujukan bagi pasien masyarakat miskin terlayani.

Indikator cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin ditunjang oleh Program pelayanan kesehatan penduduk miskin. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 109.154.0033.000,-dengan realisasi Rp. 80.458.905.352,- ( 73,71 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 28.695.127.648,-diantaranya dari kegiatan Jaminan kesehatan bagi Maskin diluar kuota Jamkesmas ( Banprop ) tidak diserap oleh karena peserta yang terintegrasi BPJS sebanyak 238.633 jiwa dan dibayar preminya tidak lebih dari Rp. 63.000.000.000,-artinya anggaran APBD sudah cukup untuk membiayai peserta PBI yang terintegrasi, program ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu : pelayanan operasi katarak, jaminan pelayanan kesehatan daerah (Jamkesda) dan jaminan kesehatan bagi maskin diluar kuota Jamkesda.

c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dari target 90,00 % realisasi pencapaiannya sebesar 87,60

(6)

% sehingga capaian kinerjanya sebesar 97,33 % meskipun belum mencapai 100 % namun berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 sebesar 95,68 % maka terdapat peningkatan sebesar 1,65 %. Belum tercapainya target cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan disebabkan oleh karena masih tingginya persalinan oleh paraji yang dirasakan lebih dekat secara kekeluargaan, dan masih banyak anggapan masyarakat apabila kehamilan tidak berisiko maka pemeriksaan kehamilan dan persalinan tidak perlu tenaga kesehatan. Tingginya minat masyarakat terhadap paraji ini juga ditunjukkan dengan melihat cakupan pemeriksaan ibu pada saat kehamilan dimana cakupannya cukup tinggi yaitu sebesar 99,5 % namun pada saat persalinan, ibu hamil dan keluarganya lebih memilih ditolong oleh paraji, sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurun ke angka 87,60 %. Salah satu upaya yang akan terus dikembangkan adalah kemitraan bidan dengan paraji, dimana paraji tetap membantu dalam tahapan pasca persalinan dan lebih difungsikan pada perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, meningkatkan koordinasi dan kemitraan dengan organisasi profesi, optimalisasi pelaksanaan kelas ibu hamil di desa dan pemberdayaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan daan pencegahan komplikasi (P4K).

d. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari target 80,00 % realisasi pencapaiannya sebesar 77,90 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 97,38 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani kurang dari 100 % hal ini karena belum seluruhnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya mengetahui tentang tanda bahaya atau komplikasi dan segera mendapatkan tindakan/tatalaksana kegawatdaruratan oleh petugas kesehatan, salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu pemberdayaan ibu hamil, ibu nifas dan ibu bersalin dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang mencapai 124,63 % maka terjadi penurunan yaitu sebesar 27,25 %.

e. Cakupan kunjungan bayi dengan target 95,00 % realisasi pencapaiannya 96,02 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,07 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan capaian kinerja cakupan kunjungan bayi sebesar 101,07 % oleh karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan bayi sudah mengalami peningkatan. Disamping itu petugas kesehatan yang aktif melakukan

(7)

kunjungan rumah atau melalui kegiatan posyandu. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 101,08 % menunjukan adanya kesadaran para ibu yang mempunyai bayi untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan. Indikator cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dan cakupan kunjungan bayi ditunjang oleh Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Program ini terdiri dari 8 kegiatan yaitu : pengiriman peserta bimtek asuhan persalinan normal (APN), pengiriman peserta bimtek penatalaksanaan asfixia bayi baru lahir, pengiriman bimtek peserta bimbingan teknis PPGDON dan pengiriman peserta bimtek PONED, pengiriman peserta bimtek PPGD, pengiriman peserta bimtek Simulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK), pengiriman peserta bimtek MTBS/M dan Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 1.374.409.000,- dengan realisasi Rp. 991.714.168,- ( 72,16 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran tidak diserap sebesar Rp. 382.694.832,- diantaranya dari kegiatan Kemitraan paraji untuk persalinan di puskesmas PONED tidak diserap seluruhnya oleh karena biaya perjalanan dinas dalam daerah oleh dokter spesialis dinilai terlalu tinggi tidak sesuai dengan standar harga tertinggi APBD Kabupaten Bogor, program ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu : kemitraan paraji untuk persalinan di puskesmas PONED, belanja operasional call center/SMS Gatway program EMAS dan rapat kerja program peningkatan pelayanan kesehatan ibu, anak dan remaja. f. Cakupan puskesmas dengan target 252,50 % realisasi pencapaiannya 252,50 %

sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan capaian kinerja cakupan puskesmas sebesar 100 % bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yang juga mencapai 100 % menandakan tidak adanya penambahan jumlah baik jumlah puksesmas maupun kecamatan.

g. Cakupan pembantu puskesmas dengan target 30,65 % realisasi pencapaiannya 30,18 % sehingga realisasi pencapaian kinerjanya sebesar 98,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Capaian kinerja cakupan puskesmas pembantu dibawah 100 % yaitu sebesar 98,47 %, bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013 yang sebesar 100,13 % maka terjadi penurunan sebesar 1,66 %. Hal ini disebabkan tahun 2014 pemerintah Kabupaten Bogor tidak menambah jumlah pustu yang sudah ada sehingga tidak dapat mencapai target yang sudah ditetapkan upaya yang akan

(8)

dilakukan yaitu meningkatkan pelayanan kesehatyan dengan mengoptimalkan kegiatan puskesmas keliling (pusling) ke daerah-daerah yang sulit dijangkau/sulit pemenuhan pelayanan kesehatan.

h. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dari target 66,00 % dengan realisasi 58,85 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 89,17 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dengan capaian kinerja sebesar 89,17 % hal ini disebabkan karena masyarakat tidak hanya mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan pemerintah (puskesmas) akan tetapi ke sarana dasar lainnya seperti balai pengobatan dan kilink swasta. Sehingga bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 100,37 % maka terjadi penurunan yaitu sebesar 11,2 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan meningkatkan promosi kesehatan di puskesmas dan masyarakat. Diharapkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan mengerti dan paham sehingga datang ke pelayanan kesehatan (puskesmas).

Indikator cakupan pelayanan kesehatan kesehatan ditunjang oleh Program upaya kesehatan. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 75.279.762.000,- yang terdiri dari 146 kegiatan yaitu : Operasional di UPT Puskesmas dan jaringannya sebanyak 40 UPT Puskesmas, Operasional UPT Kesja dan jaringannya (BKKM), Operasional UPT Labkesda dan jaringannya, Jaminan Kesehatan Nasional FKTP di 101 Puskesmas, Jaminan Kesehatan Nasional di Kesja dan jaringannya (BKKM dan rapat kerja program upaya kesehatan serta pelayanan kesehatan dalam rangka P3K. Anggaran pada program upaya kesehatan terealisasi sebesar Rp. 30.150.917.914,- ( 40,05 % ) terdiri dari efisiensi anggaran dan kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 45.128.844.086,- dimana kegiatan yang tidak terserap hampir seluruhnya berada pada kegiatan Biaya Penunjang Kegiatan pada FKTP Puskesmas bersumber dana kapitasi JKN, anggaran yang tidak terserap pada kegiatan-kegiatan ini dikarenakan : penganggaran pendapatan dan belanja bersumber dana kapitasi JKN baru teranggarkan pada bulan Mei 2014, dikarenakan peraturan-peraturan terkait penggunaan dana Kapitasi JKN baru berlaku pada bulan Mei 2014. Namun meskipun dana kapitasi JKN ini sudah teranggarkan pada bulan Mei 2014, namun pada kenyataannya peraturan-peraturan di tingkat Kabupaten Bogor sebagai tindak lanjut aturan tentang penggunaan dana Kapitasi terlambat diterbitkan karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Selain waktu penyerapan anggaran yang terbatas, rendahnya penyerapan anggaran kegiatan ini juga

(9)

dikarenakan masih rendahnya pemahaman FKTP Puskesmas tentang penggunaan dana kapitasi JKN, terutama penggunaan dana kapitasi pada porsi 40% anggaran serta adanya keterlambatan pencairan dana kapitasi JKN dari BPJS kepada FKTP puskesmas.

Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan berbahaya dari target 100 % dengan realisasi 102,0 % maka pencapaian kinerjanya sebesar 102,0 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 maka ada peningkatan yaitu sebesar 1,8% oleh karena pelaksanaan pembinaan lebih intensif terhadap apotik dan took obat yang ada di wilayah kabupaten bogor.

Indikator cakupan pengawasan obat dan makanan berbahaya ditunjang oleh Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu : kegiatan pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka produk pangan (SPPRT).

2. Sasaran kedua, yaitu : Meningkatkan Cakupan pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat serta PHBS dengan indikator kinerjanya adalah :

a. Prosentase balita gizi buruk dari target 0,020 % terealisasi 0,0202 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,0 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, dimana prosentase balita gizi buruk mencapai 0,0207 % maka telah terjadi penurunan kasus sebesar 0,0005 %. Bila dilihat dari target maka dikarenakan adanya kenaikan target dari 0.021 % menjadi 0,020 %. Akan tetapi hal ini dimungkinkan bila melihat cakupan keluarga yang telah sadar gizi (Kadarzi) dimana hal tersebut menunjukan adanya peningkatan kesadaran keluarga dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi terutama untuk balitanya. Disamping itu diberikan pula PMT bagi balita gizi buruk sehingga kasus balita gizi buruk mengalami penurunan.

b. Prosentase balita gizi buruk mendapat perawatan dari target 100 % terealisasi 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, yang juga mencapai 100 % Hal ini menunjukan adanya penanganan balita gizi buruk secara komprehensip melalui pengembangan pelayanan rujukan ke klinik gizi di puskesmas maupun Litbang gizi serta ke Rumah Sakit disamping pelaksanaan pemantauan secara terus menerus baik

(10)

dalam proses penanganan kasus maupun pasca penanganan dan adanya program pemberian PMT-P bagi balita.

c. Rasio posyandu per satuan balita dari target 11,55 % terealisasi 8,91 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 77,14 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori cukup. Capaian kinerja rasio posyandu per satuan balita belum mencapai 100 % hal ini disebabkan karena jumlah posyandu yang sedikit sehingga tidak sebanding dengan pertambahan jumlah balita di Kabupaten Bogor. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 maka terjadi penurunan capaian sebesar 24,5 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan menggerakan masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang ada di desanya, seperti ikut serta dalam kegiatan posyandu.

Indikator prosentase balita gizi buruk, cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan dan Rasio posyandu per satuan balita ditunjang oleh Program perbaikan gizi masyarakat yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu : kegiatan pengadaan makanan tambahan dan vitamin dan rapat kerja program perbaikan gizi masyarakat.

d. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA dari target 82,00 % dengan realisasi 91,62 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 111,73 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Target penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA nasional adalah msh sebesar 80,0 %, bila dibandingkan dengan target tersebut pencapaian Kabupaten Bogor telah melampaui target nasional sedangkan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yang sebesar 112,29 % maka capaian tahun 2014 mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,56 %. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran penderita untuk menjalani pengobatan secara tuntas meningkat selain itu pemantauan dari PMO (pengawas minum obat) secara intensif sangat berpengaruh terhadap tuntasnya pengobatan TB Paru yang memang membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 6 bulan.

e. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dari target 100 % realisasi capaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan pencapaian kinerja 100 % ini oleh karena DBD merupakan salah satu penyakit yang diamati dan dapat menimbulkan wabah sehingga sistem kewaspadaan dini (SKD) telah dilakukan dengan baik, selain itu penaganan kasus

(11)

DBD sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang jelas sehingga bila ditemukan kasus secara langsung dapat ditangani mulai dari pelacakan kasus, pengamatan, penyemprotan titik dimana kasus ditemukan sampai dengan rujukan ke Rumah Sakit, sehingga semua kasus dapat ditangani.

f. Peningkatan cakupan universal child imunization (UCI) desa/kelurahan dari target 100 % dengan realisasi 95,16 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 95,16 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 dimana pencapaiannya sebesar 100,13 % maka ada penurunan sebesar 4,97 %. Capaian UCI belum mencapai 100 % hal ini disebabkan oleh karena masih adanya orangtua/sekelompok masyarakat yang menolak dengan alasan kehalalan vaksin, disamping itu juga dengan ditemukannya kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) diwilayah Kabupaten Bogor, masyarakat menjadi resah dan enggan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Namun bila dibandingkan dengan target cakupan UCI Nasional maupun Propinsi sebenarnya hanya 80,00 % sehingga capaian kita telah melebihi target Nasional dan Propinsi. Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dan dampak ikutan dari kasus imunisasi sehingga masyarakat lebih tenang untuk mendapatkan imunisasi lengkap.

Indikator cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, cakupan desa/kelurahan Universal Shild Immunization (UCI) ditunjang oleh Program Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Menular yang terdiri dari 12 kegiatan yaitu : penyemprotan/fogging sarang nyamuk, peningkatan survailance epidemiologi dan penanggulangan wabah, pemeriksaan calon jemaah haji, fasilitasi pelaksanaan kegiatan program P2TB, fasilitasi pelaksanaan kegiatan program P2 Diare ISPA, fasilitasi pelaksanaan kegiatan program P2 Kusta, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual (HIV/AIDS), survailans acut flaccid paralisys (AFP), pengobatan masal filariasis di Kecamatan Gunung Sindur dan pengobatan masal filariasis di kecamatan Parung Panjang, fasilitasi program imunisasi dan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dan rapat kerja program pencegahan pem,berantasan penyakit menular.

g. Rumah dengan bebas jentik di daerah endemis, dari target 95,00 % realisasi pencapaiannya 96,19 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,25 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 yaitu sebesar 95,10 % maka

(12)

kinerja tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,09 %. Keberhasilan capaian kinerja prosentase rumah dengan bebas jentik didaerah endemis sebesar 101,25 % dikarenakan meningkatnya peran serta aktif dan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) khususnya di daerah yang endemis sehingga akan dapat memutuskan mata rantai pembiakan nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit secara lebih luas. h. Cakupan TTU yang memenuhi syarat dari target 77,72 % dengan realisasi 79,02

% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,67 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 77,22 % maka capaian kinerja tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,8 % dengan adanya peningkatan realisasi jumlah TTU yang memenuhi syarat sehingga ada peningkatan dibandingkan tahun 2013. Keberhasilan meningkatnya capaian kinerja dikarenakan meningkatnya pembinaan petugas kepada masyarakat khususnya penanggung jawab tempat-tempat umum disamping itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat sendiri akan pentingnya sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.

i. Cakupan TPM yang memenuhi syarat dari target 89,96 % dengan realisasi 90,20% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,27 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 sebesar 89,71 % maka capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,49 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya pemilik/penanggung jawab tempat pengelolaan makanan telah memahami , sadar dan sukarela memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditentukan dalam mengelola jasa pengelolaan makanannya.

j. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan sarana air bersih (SAB) yang memenuhi syarat kesehatan dari target 70,57 % dengan realisasi 70,68 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,16 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yaitu sebesar 70,07 % maka capaian tahun 2014 ada peningkatan yaitu sebesar 0,61 %

k. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan Jamban Keluarga (JAGA) dari target 70,63 % dengan realisasi 71,07 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,62 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 yaitu

(13)

sebesar 70,13 % maka capaian tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,94 %. Cakupan Inspeksi Sanitasi Jamban Keluarga (JAGA) dengan capaian kinerja lebih dari 100 %, dikarenakan keberhasilan petugas dalam pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya penyediaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu adanya koordinasi dengan SKPD yang terkait dalam pembangunan rumah sehat / layak huni yang juga meningkatkan jumlah sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.

Indikator cakupan rumah dengan bebas jentik, prosentase TTU yang memenuhi syarat, prosentase TPM yang memenuhi syarat, cakupan JAGA yang memenuhi syarat dan cakupan SAB yang memenuhi syarat ditunjang oleh Program pengembangan lingkungan sehat yang terdidiri dari 4 kegiatan yaitu : pengawasan hygiene sanitasi tempat-tempet umum, sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), pengawasan hygiene dan sanitasi tempat pengelolaan makanan dan rapat kerja program pengembangan lingkungan.

Peningkatan cakupan desa siaga aktif, dari target yang ditetapkan yaitu 60 % terealisasi 60,14 % (261 desa siaga) sehingga capaiannya 100,23 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2013 dimana capaiannya 100,93 % dari target 214 desa siaga terealisasi 216 desa dan pada tahun 2014 meningkat lagi sebanyak 45 desa sehingga jumlah desa siaga di Kabupaten Bogor sebanyak 261 dega siaga. Penetapan target desa siaga memang dilakukan secara bertahap mengingat proses pelaksanaannya tidak hanya dari Dinas Kesehatan saja namun melibatkan sektor lain dan peran serta aktif masyarakat sendiri. Pencapaian cakupan yang mencapai 100,23 % menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah tetap berkomitmen dengan adanya kebijakan Kementrian Kesehatan bahwa seluruh desa harus melaksanakan program desa siaga meskipun secara bertahap dan untuk Kabupaten Bogor menjadi salah satu indikator kinerja yang tertuang di dalam RPJMD.

Indikator cakupan desa siaga aktif ditunjang oleh Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari 5 kegiatan yaitu : penyediaan media penyuluhan kesehatan, penyuluhan kesehatan, fasilitasi UKBM dan pembinaan kesehatan, fasilitasi tim Pembina kabupaten sehat dan rapat kerja bidang promosi dan SDK.

3. Sasaran ketiga, yaitu : Meningkatkan Puskesmas Terakreditasi dan mempersiap kan puskesmas BLUD dengan indikator kinerjanya adalah :

(14)

a. Rasio rumah sakit per satuan penduduk target 1 : 218.066 realisasi pencapaiannya 1 : 193.836 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 111,11 %, maka pencapaiannnya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan target tahun 2013 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 1 : 326.538 maka target Rasio rumah sakit per satuan penduduk mengalami peningkatan artinya bila pada tahun 2013, satu rumah sakit dapat melayani penduduk sebanyak 326.538 jiwa maka pada tahun 2014 satu rumah sakit melayani 218.066 jiwa. Hal ini dapat terjadi karena sesuai dengan kebijakan pembangunan tahun 2014 ada penambahan jumlah rumah sakit, oleh karena itu Rasio rumah sakit per satuan penduduk menjadi lebih kecil.

b. Rasio dokter per satuan penduduk dari target 1 :3.879 dengan realisasi 1 : 4.016 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 96,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah dokter di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, salah satu upaya yang akan dilakukan dengan menambah jumlah tenaga dokter di puskesmas.

c. Rasio tenaga medis per satuan penduduk dari target 1 : 2.637 dengan realisasi 1 : 2.730 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 96,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah tenaga medis di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, salah satu upaya yang akan dikalukan dengan menambah jumlah tenaga medis di puskesmas.

Indikator Rasio dokter per satuan penduduk dan Rasio tenaga medis per satuan penduduk ditunjang oleh Program pelayanan administrasi perkantoran yang terdiri dari 1 kegiatan yaitu : penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi/teknis perkantoran dan Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 3.203.600.000,- dengan realisasi Rp. 2.394.782.450,- ( 74,75 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 808.817.550,- diantaranya dari kegiatan Fasilitasi peningkatan kinerja dokter/dokter Gigi dan Bidan PNS yang bertugas di puskesmas/desa terpencil/sulit dijangkau/sulit pemenuhan tenaga kesehatan ( Banprop 2014) tidak diserap seluruhnya oleh karena disesuaikan dengan SK Bupati daerah terpencil dimana dari target 13 dokter/dokter gigi hanya terealisasi 9 dokter/dokter gigi dan

(15)

dari 40 bidan hanya terealisasi 19 bidan, program ini terdiri dari 4 kegiatan yaitu : pembinaan mental dan rohani bagi aparatur, penilaian angka kredit tenaga fungsional, pelatihan akreditasi puskesmas dan peningkatan kinerja bagi dokter/dokter gigi dan bidan PNS yang bertugas dipuskesmas/desa terpencil/sulit dijangkau/sulit pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan.

d. Rasio puskesmas, poliklinik, puskesmas pembantu per satuan penduduk dari target 1 : 9.550 dengan realisasi 1 : 9.383 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,75 %. Berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan tahun 2013 ada peningkatan dari target 1 : 10.396 menjadi 1 : 9.550, hal ini dimungkinkan oleh karena penambahan poliklinik, dan sarana swasta lainnya.

Indikator cakupan puskesmas, cakupan puskesmas pembantu dan rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk ditunjang oleh program pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 55.891.058.000,- dengan realisasi Rp. 43.286.291.971,- ( 77,45 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran tidak diserap sebesar Rp. 12.604.766.029,- diantaranya dari kegiatan pembangunan puskesmas Leuwisadeng menjadi puskesmas DTP kegiatan tidak diserap oleh karena sudah dua kali gagal lelang dan tidak cukup waktu untuk pelaksanaan sehingga dana yang diserap hanya untuk biaya perencanaan, kegiatan pembangunan DTP puskesmas Tenjolaya tidak diserap oleh karena hibah tanah belum jelas sehingga dana yang diserap hanya untuk biaya perencanaan dan kegiatan Peningkatan sarana dan prasarana pangadaan alat0alat kesehatan dan laboratorium kimia di puskesmas Kabupaten Bogor (Banprop) tidak diserap oleh karena judul nomenklatur sama dengan kegiatan Banprop yang Rp. 7.900.000.000,- sehingga hanya salah satu yang direalisasikan, program ini terdiri dari 26 kegiatan yaitu : pengadaan puskesmas keliling, pengadaan perlengkapan kantor puskesmas, pengadaan meubelair puskesmas, pengadaan alat-alat kedokteran puskesmas, pengadaan alat-alat laboratorium puskesmas, pengadaan sarana pelayanan kesehatan (Belanja Jasa Sarana ASKES tahun 2013), revitalisasi sebanyak 4 puskesmas (Cileungsi, Cariu, Tajurhalang dan Sukajaya), pembangunan pustu sebanyak 2 pustu ( Wangun jaya dan Neglasari), rehabilitasi Pustu Pasir angin, pembangunan puskesmas sebanyak 2 puskesmas (Bantarjaya dan Leuwisadeng), pengadaan lahan (Puskesmas Jampang dan Cibungbulang) pengadaan lemari es dan pengatur

(16)

suhu lemari es vaksin puskesmas, rehabilitasi puskesmas Gunung putri, pembangunan puskesmas Tenjolaya, rehabilitasi ruang radiologi dan laboratorium Puskesmas Jonggol, pengadaan alkes dan laboratorium kimia di puskesmas (Banprop 2014), pengadaan alat-alat kedokteran puskesmas (Kapitasi JKN 2014), pengadaan alat-alat serta laboratorium puskesmas (Kapitasi JKN 2014) dan pengadaan ambulance puskesmas (Kapitasi JKN 2014).

Misi-3

1. Meningkatnya daya dukung pelayanan kesehatan.

No Sasaran

Strategis

Indikator Kinerja

Satuan Target Realisasi % Capaian

1. 2. PENUNJANG Meningkatkan kapasitas sumber daya sarana dan prasarana kerja serta kualitas aparatur Meningkatkan fungsi koordinasi, regulasi dan fasilitas pelayanan kesehatan Terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran Terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur % % % 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

(17)

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Satuan Target Realisasi % Capaian

3. pemerintah, swasta daan lintas sektor Meningkatkan jejaring pelayanan kesehatan Tersusunnya perencanaan dan laporan yang akuntabel % 100,0 100,0 100,0 100,0

Untuk mendukung Misi 2 telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 5 program dan 42 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 100,0 %. Rincian pencapaian dari 3 (tiga) sasaran sebagai berikut :

1) Sasaran pertama, meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan indikator kinerja terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran dengan target 100 % tercapai 100 % dan terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur dengan target 100 % tercapai 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan penunjang adminsitrasi perkantoran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Indikator terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran ditunjang oleh Program pelayanan administrasi perkantoran. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 15.990.020.000,- dengan realisasi Rp. 13.396.160.531,- ( 83,78 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran tidak diserap sebesar Rp. 2.593.859.469,- diantaranya dari kegiatan penyediaan barang cetakan dan penggandaan oleh karena hasil penawaran harga lelang, program ini terdiri dari 14 kegiatan yaitu, penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas/operasional, penyediaan jasa kebersihan kantor, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangan-undangan, penyediaan bahan logistik kantor, penyediaan makanan dan minuman, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam dan luar daerah, penyediaan pelayanan administrasi kepegawaian, penyediaan pelayanan administrasi barang dan penyediaan pelayanan keamanan kantor.

(18)

Indikator terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur ditunjang oleh Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur yang terdiri dari 12 kegiatan yaitu : pengadaan kendaraan dinas/operasional, pengadaan meubelair, pengadaan pengadaan peralatan kantor, pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasinal, pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor, rehabilitasi rumah dinas dokter dan paramedis Puskesmas Ciampea, pembangunan rumah dinas paramedis Puskesmas Sukajaya, rehabilitasi rumah dinas dokter Puskesmas Pabuaran, rehabilitasi rumah dinas paramedis Puskesmas Ciriung, rehabilitasi rumah dinas dokter Puskesmas Cigudeg dan pemasangan partisi dan penataan interior aula dinas kesehatan dan Program peningkatan disiplin aparatur. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 312.400.000,- dengan realisasi Rp. 232.738.000,- ( 74,50 % ) pada program ini ada efisiensi anggran sebesar Rp. 79.662.000,- oleh karena hasil penawaran harga lelang, program ini terdiri dari 1 kegiatan yaitu : pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya (batik).

2) Sasaran kedua, meningkatnya jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan dengan indikator kinerjanya terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur dengan target 100 % pencapaiannya 100 %. Pencapaian tersebut dikontribusikan dengan adanya penambahan sarana mobilitas darat , sarana kerja dan pemeliharaan sarana kerja.

Indikator terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur ditunjang oleh Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Program ini terdidiri dari 8 kegiatan yaitu : pengiriman peserta bimbingan teknis Asuhan Persalinan Normal (APN), pengiriman peserta bimbingan teknis Penatalaksanaan Asfixia Bayi Baru Lahir, pengiriman peserta bimbingan teknis Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obsetri & Neonatal (PPGDON), pengiriman peserta bimbingan teknis PONED, pengiriman peserta bimbingan teknis PPGD, pengiriman peserta bimbingan teknis Simulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK), pengiriman peserta bimbingan teknis konselor menyusui dan bimbingan tehnis MTBS/M.

3). Sasaran ketiga, terwujudnya pertanggungjawaban kinerja dan keuangan SKPD dengan indikator kinerjanya tersusunnya perencanaan dan laporan yang akuntabel dengan target kinerja 100 % dan pencapaian 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik.

Indikakator tersusunya perencanaan dan laporan yang akuntabel ditunjang oleh Program peningkatan pengembangan sistem capaian kinerja dan keuangan yang

(19)

terdiri dari 7 kegiatan yaitu : penyusunan laporan capaian kinerja dan ihktisar realisasi kinerja SKPD, penyusunan laporan keuangan semesteran, penyusunan laporan keuangan akhir tahun, penyusunan perencanaan anggaran, penatausahaan keauangan SKPD, penyusunan renstra dan renja SKPD dan publikasi kinerja SKPD dan Program pengadaan standarisasi pelayanan kesehatan. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2014 sebesar Rp. 26.166.378.000,- dengan realisasi Rp. 22.483.487.834,- ( 85,93 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran tidak diserap sebesar Rp. 808.817.550,- diantaranya dari kegiatan Monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh karena efisiensi anggran dimana kegiatan monev ke puskesmas sudah terintegrasi oleh kegiatan monev yang ada di program/bidang, program ini terdiri dari 7 kegiatan yaitu : monitoring, evaluasi dan pelaporan, penyusunan dan pengembangan data kesehatan, pembinaan sarana institusi swasta, jasa pelayanan kesehatan, rapat koordinasi evaluasi dan perencanaan program, akreditasi puskesmas dan persiapan penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Dalam tahun 2014 Pendapatan Dinas Kesehatan ditargetkan sebesar Rp. 109.613.348.000,- terealisasi sebesar Rp. 111.102.711.699,- atau tercapai 101,36 %.

Belanja Dinas Kesehatan tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp. 420.431.329.000,- terealisasi sebesar Rp. 319.988.973.011,- atau terserap 76,11 %.

Secara garis besar realisasi anggaran Dinas Kesehatan tahun 2014 sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Realisasi % A. PENDAPATAN B. Retribusi pelayanan kesehatan BELANJA 109.613.348.000,- 111.102.711.699,- 101,36 - 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 89.529.609.000,- 88.991.285.174,- 99,40 - Belanja Pegawai 2. BELANJA LANGSUNG (BELANJA PROGRAM/ KEGIATAN) - Belanja Pegawai - Belanja barang dan

89.529.609.000,- 330.901.720.000,- 16.308.342.000,- 241.018.709.000,- 88.991.285.174,- 230.997.687.837,- 13.992.046.500,- 165.000.328.423,-99,40 69,81 85,79 68,45

(20)

No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Realisasi % Jasa - Belanja Modal JUMLAH BELANJA 73.574.669.000,- 420.431.329.000,- 52.005.312.914,- 319.988.973.011,-70,68 76,11 C. SURPLUS / (DEFISIT) (310.817.981.000,-) (208.886.261.312,-) 67,20 Anggaran belanja langsung yang digunakan untuk membiayai program dan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran strategis Dinas Kesehatan tahun 2014 sebesar Rp. 330.901.720.000,- terealisasi sebesar Rp. 230.997.687.837,- atau terserap 69,81 %. Tidak terserapnya dana belanja langsung tersebut disebabkan karena adanya efisiensi anggaran dari selisih penawaran pihak ketiga, tidak dilelangkan (karena waktu yang tidak cukup), pemutusan kontrak, efisiensi dari kegiatan-kegiatan yang sudah terintegrasi dengan sumber dana lain dan adanya beberapa kegiatan yang memang tidak direalisasikan oleh karena disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya di lapangan seperti kejadian luar biasa yang memang sesuai dengan kejadian yang terjadi serta kegiatan Biaya Penunjang Pelayanan Kesehatan Nasional FKTP oleh karena adanya transisi kepemimpinan sehingga berpengaruh terhadap lamanya penandatanganan peraturan tentang pengelola dana kapitasi di tingkat daerah sehingga waktu terbatas. Rincian anggaran dan realisasi APBD (LRA) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2014 disajikan dalam Lampiran : 4

.

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia tidak mengklaim fitur- fitur maritim LCS yang disengketakan oleh para negara klaiman, dan RRC juga tidak mengklaim Kepulauan Natuna.Tantangan bagi

Dalam lingkup yang lebih sederhana (tidak terkait dengan pengadilan), seorang forensic engineer juga mampu menangani permasalah- an yang muncul dalam masa pengelolaan,

sifat vitamin melalui perlakuan Menanya Observasi Lembar pengamatan sikap kegiatan pembelajaran (Mengamati,mena nya, mengeksplorasi/ eksperimen, 3 x 2 JP Sumber:  Bahan-bahan

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang kalimat Tanya dalam novel The Confession karya John Grisham dengan alas an bahwa kalimat tanya

Selain itu, pada hari ketiga setelah dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pasien juga didiagnosa telah menderita gagal ginjal akut, oleh karena adanya peningkatan kadar ureum

Budaya memanfaatkan laut ini dilihat telah berjaya melahirkan banyak kerajaan maritm yang hebat terutamanya di rantau Nusantara ini iaitu meliputi Kesultanan Sulu