• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2018.

(2) LAKIP DINKES 2018. KATA PENGANTAR. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang maha Esa atas selesainya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Tahun 2017. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan LAKIP tahun 2017 ini. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang ini merupakan pertanggung jawaban tertulis atas penyelenggaraan pemerintah yang baik (Good Governance) Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2018. Masih banyak kekurangan yang ada dalam penyajian laporan ini, untuk itu mengharapkan masukan lebih lanjut guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga apa yang tertuang dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan dan pengembangan kesehatan di Indonesia dan Kabupaten Karawang pada khususnya. Akhir kata, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk meningkatkan mutu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Karawang, sehingga bermanfaat sebagai sumber informasi untuk menyusun perencanaan program dan kegiatan kesehatan.. Karawang, Februari 2019 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG. dr. H. Nurdin Hidayat Pembina Tingkat I NIP. 19620405 198903 1 009. i.

(3) LAKIP DINKES 2018. Ringkasan Eksekutif Visi Kabupaten Karawang Tahun 2016 – 2021 adalah Karawang Yang Mandiri Maju Adil Dan Makmur. Sedangkan Misi Kabupaten Karawang sebagai berikut : 1.. Mewujudkan Aparatur Pemerintah Daerah yang Bersih dan Berwibawa.. 2.. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Berdaya Saing.. 3.. Mewujudkan Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum.. 4.. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Asri dan Lestari.. 5.. Membangun Kabupaten Karawang Melalui Penguatan Desa.. Dinas kesehatan menjalan misi yang kedua yaitu mewujudkan Kabupaten Karawang yang berdaya saing. Berdaya saing ini untuk mewujudkan Kabupaten Karawang yang mempunyai Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi. Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan kinerjanya, Dinas Kesehatan sebagai instansi pemerintah memiliki kewajiban untuk menyampaikan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disampaikan kepada Bupati. Penyusunan laporan ini berpedoman kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyampaian LAKIP tahun 2018 ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk akuntabilitas atas keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran strategis Dinas Kesehatan yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam RENSTRA 2016- 2021 Dinas Kesehatan, khususnya yang telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2018. Disamping itu penyusunan LAKIP ini juga ditujukan sebagai upaya untuk mengevaluasi kinerja organisasi untuk menentukan upaya perbaikan kinerja Dinas Kesehatan di masa yang akan datang. Tujuan dari Dinas Kesehatan adalah mewujudkan peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan sasaran strategis : meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Dari 30 (tiga puluh) indikator kinerja capaiannya sebagai berikut : memuaskan : 3 indikator kinerja (10 %), Baik : 13 indikator kinerja (43,33 %), Kurang : 7 indikator kinerja (23,33 %), dan Cukup : 7 indikator kinerja (23,33 %). Realisasi belanja langsung Dinas Kesehatan Tahun 2018 sebesar Rp. 257.219.904.802 dari anggaran Rp. 390.549.798.728 atau 65,86 %. Sisa anggaran yang tidak terealisasi yang paling besar adalah dari pembangunan RS Paru. Dari anggaran Rp. 175.491.540.665,- yang terealisasi sebanyak Rp. 74.352.821.798,- (42,37 %).. ii.

(4) LAKIP DINKES 2018. Tindak lanjut dari pencapaian kinerja tahun 2018 sebagai berikut : Sinergitas dengan lintas sektor serta lintas program dari mulai tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dalam pelaksanaan kegiata, pelaksanaan puskesmas sebagai BLUD secara komprehensif agar puskesmas lebih leluasa untuk merencanakan kebutuhan puskesmas, membuat rencana aksi pada setiap sub kegiatan agar pelaksanaan semua kegiatan bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.. iii.

(5) LAKIP DINKES 2018. DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. Halaman i ii iv v xii. BAB I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Tugas dan Fungsi Peran Strategis 1.4 Struktur Organisasi Dan Dukungan SDM 1.5 Permasalahan yang Dihadapi. 1 1 2 4 5 12. BAB II. Perencanaan Kinerja 2.1 Arah Kebijakan Dan Stategi Nasional Dan Daerah. 15. 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2018. 18. BAB III. Akuntabilitas Kerja 3.1 Capaian Kinerja 3.2 Realisasi Anggaran. 21 51. BAB IV. Penutup. 66. Lampiran Analisis Efektifitas dan Efisiensi Anggaran Pohon Kinerja Cascading Perjanjian kinerja Indikator Kinerja Utama Surat Keputusan Penyusun LAKIP. iv.

(6) LAKIP DINKES 2018. DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Berdasarkan Pendidikan. 8. Tabel 1.2. Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Berdasarkan Jabatan Tahun 2018 9. Tabel 1.3. Sarana Kesehatan Di Kabupaten Karawang Tahun 2018. Tabel 1.4. Belanja Langsung Berdasarkan Sumber Anggaran Dinas Kesehatan 11 Kabupaten Karawang Tahun 2018. Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018. 19. Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja 1.1 Usia Harapan Hidup. 21. Tabel 3.2. Capaian Indikator Kinerja 1.2 Persentase Keluarga Sehat. 23. Tabel 3.3. Jumlah Masyarakat Miskin yang Mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang 24 Sehat). Tabel 3.4. Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Penduduk Miskin dan Tidak Mampu Tahun Anggaran 2018. Tabel 3.5. Daftar Puskesmas Yang Diakreditasi Perdana Di Kabupaten Karawang 26 Tahun 2016 – 2018. Tabel 3.6. Capaian Indikator Kinerja 1.4 Jumlah Puskesmas Terakreditasi. 26. Tabel 3.7. Capaian Indikator Kinerja 1.5 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. 27. Tabel 3.8. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin. 29. Tabel 3.9. Capaian Indikator Kinerja 1.7 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. 30. Tabel 3.10. Capaian Indikator Kinerja 1.8 Pelayanan Kesehatan Balita. 32. Tabel 3.11. Capaian Indikator Kinerja 1.9 Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar 33. Tabel 3.12. Capaian Indikator Kinerja 1.10 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif. 33. Tabel 3.13. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. 34. Tabel 3.14. Capaian Indikator Kinerja 1.12 Persentase Balita Gizi Buruk Ditangani. 35. Tabel 3.15. Capaian Indikator Kinerja 1.1.13 Cakupan Desa Siaga Aktif. 36. Tabel 3.16. Capaian Indikator Kinerja 1.14 Persentase Desa STBM. 37. Tabel 3.17. Capaian Indikator Kinerja 1.15 Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child 38 Immunization. 11. 25. v.

(7) LAKIP DINKES 2018 Tabel 3.18. Capaian Indikator Kinerja 1.16 Pelayanan Kesehatan dengan TB. 39. Tabel 3.19. Capaian Indikator Kinerja 1.17 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko 40 Terinfeksi HIV. Tabel 3.20. Capaian Indikator Kinerja 1.18 Pelayanan Kesehatan pada Penderita 41 Hipertensi. Tabel 3.21. Capaian Indikator Kinerja 1.19 Pelayanan Kesehatan pada Penderita 42 Diabetes Melitus. Tabel 3.22. Capaian Indikator Kinerja Gangguan Jiwa Berat. Tabel 3.23. Capaian Indikator Kinerja 1.21 Persentase Penggunaan Obat Rasional 43 (POR). Tabel 3.24. Capaian Indikator Kinerja Kesehatan. Tabel 3.25. Capaian Indikator Kinerja 1.1.23 Rasio Dokter per Satuan Penduduk. Tabel 3.26. Capaian Indikator Kinerja 1.1.24 Persentase Puskesmas menggunakan 46 Sistem Informasi Kesehatan. Tabel 3.27. Capaian Indikator Kinerja 1.1.25 Puskesmas Menyampaikan Laporan 46 Pengelolaan Aset. Tabel 3.28. Jumlah Puskesmas Rawat Inap yang Dibangun. 47. Tabel 3.29. Capaian Indikator Kinerja 1.1.27 Jumlah RS Paru yang Dibangun. 48. Tabel 3.30. Capaian Indikator Kinerja 1.1.28 Tersedianya Dokumen Perencanaan 49 AMDAL dan Andalalin RS Tipe C. Tabel 3.31 Tabel 3.32. Capaian Indikator Kinerja 1.1.29 Rasio Tempat Tidur per Satuan Penduduk 49 Capaian Indikator Kinerja 1.1.30 Persentase Pegawai di Lingkungan Dinas 50 Kesehatan dengan Nilai Kinerja Minimal Baik. 1.20 Pelayanan Kesehatan Orang dengan 43. 1.22 Ketersediaan Obat dan Perbekalan 44 44. vi.

(8) LAKIP DINKES 2018. DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Angka Harapan Hidup Di Kabupaten Karawang Tahun 2009 – 2017. 22. Gambar 3.2. Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk di Kabupaten Karawang Tahun 44 2016 –2018. vii.

(9) PENDAHULUAN Bagian ini membahas beberapa hal yang berkaitan dengan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih (good governance) merupakan prasyarat untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Untuk penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, dikembangkan suatu sistem pertanggungjawaban penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN menyatakan akuntabilitas sebagai salah satu asas umum dalam penyelenggaraan negara. Azas akuntabilitas ini menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, maka perlu disusun laporan akuntabilitas pada setiap akhir tahun. Penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan merupakan tolok ukur keberhasilan dalam pelaksanaan program kebijakan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Informasi yang diharapkan dari Laporan Kinerja adalah penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan secara efisien, efektif dan responsif terhadap.

(10) masyarakat, sehingga menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi suatu lembaga. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kesehatan. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang No. 2 Tahun 2004, tentang Pembentukan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, dan Peraturan Bupati Karawang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan Daerah dari Bupati Karawang Kepada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karawang sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Bupati Karawang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Karawang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan Daerah dari Bupati Karawang Kepada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karawang serta Peraturan Bupati Karawang Nomor 45 Tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang kesehatan serta tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah. Pada tahun 2017 berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 43 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan, Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan mengalami perubahan kembali. Dan disempurnakan kembali pada Peraturan Bupati Karawang Nomor 28 Tahun 2017. Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan kinerjanya, Dinas Kesehatan sebagai instansi pemerintah memiliki kewajiban untuk menyampaikan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disampaikan kepada Bupati. Penyusunan laporan ini berpedoman kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyampaian LAKIP tahun 2015 ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk akuntabilitas atas keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran strategis Dinas Kesehatan yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam RENSTRA 2016- 2021 Dinas Kesehatan, khususnya yang telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2018. Disamping itu penyusunan LAKIP ini juga ditujukan sebagai upaya untuk mengevaluasi kinerja organisasi untuk menentukan upaya perbaikan kinerja Dinas Kesehatan di masa yang akan datang. 1.2 LANDASAN HUKUM Landasan hukum penyusunan LAKIP adalah sebagai berikut : 1.. Undang – Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih bebas dari Nepotisme. 2.

(11) 2.. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);. 3.. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);. 4.. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;. 5.. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;. 6.. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;. 7.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ;. 8.. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 09 Tahun 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. 9.. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;. 10. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Karawang tahun 2005-2025 11. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Karawang 2016-2021 12. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Prosedur Penyusun Produk Hukum Daerah 13. Pearturan daerah Kabupaten Karawang Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031 14. Peraturan Bupati Karawang Nomor 29 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan 15. Peraturan Bupati Karawang Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang 16. Peraturan Bupati Karawang Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Perubahan Peraturan Bupati Karawang Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang 3.

(12) 17. Peraturan Bupati Karawang No. 41 Tahun 2017 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 dengan Kebijakan Nasional. 18. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor: 440/4238/ Dinkes tanggal 11 September 2017 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) SKPD Dinas Kesehatan 1.3 TUGAS DAN FUNGSI SERTA PERAN STRATEGIS Berdasarkan peraturan Bupati Karawang nomor 28 tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Kedudukan Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang kesehatan. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan sebagai pelaksana pembangunan kesehatan, bersama dengan SKPD lain berupaya meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan kesehatan. Sebagai bagian integral dari Pemerintah Kabupaten Karawang, Dinas Kesehatan akan sepenuhnya mendukung Pemerintah Kabupaten Karawang. dalam menjalankan peran. strategisnya Mewujudkan Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat. Dinas Kesehatan mempunyai fungsi : a.. Penyusunan kebijakan teknis dan/atau bahan kebijakan pemerintahan daerah Bidang Kesehatan;. b.. Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Bidang Kesehatan;. c.. Pembinaan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Bidang Kesehatan.. Peran strategis ini merupakan bagian integral Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Derajat Kesehatan, karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dilaksanakan oleh SKPD lain, seperti pendapat Hendrik L. Bloom sebagai berikut :. 4.

(13) Derajat Kesehatan akan meningkat selain karena faktor turunan yang hanya 5 %, tetapi juga oleh Upaya Kesehatan sebesar 20 % yang merupakan inti pekerjaan Dinas Kesehatan. Faktor terbanyak adalah pada lingkungan dan perilaku masyarakat sebesar 75 %. Oleh sebab itu peran Dinas Kesehatan akan sangat optimal dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat apabila didukung oleh SKPD lain yang menjalankan tugas dan fungsinya untuk ikut mewujudkan derajat kesehatan, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Karawang. 1.3 STRUKTUR ORGANISASI DAN DUKUNGAN SDM Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang memiliki struktur organisasi sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini :. a.. Kepala Dinas Kesehatan. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan, mengendalikan serta mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang kesehatan serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. b.. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas pokok mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas dalam hal pengelolaan administrasi perencanaan dan program, keuangan serta kepegawaian dan umum di lingkungan Dinas serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi bidang-bidang. Sekretariat membawahi : . Sub Bagian Program dan Pelaporan. . Sub Keuangan dan Aset. . Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 5.

(14) a.. Kepala Dinas Kesehatan. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan, mengendalikan serta mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang kesehatan serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. b.. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas pokok mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas dalam hal pengelolaan administrasi perencanaan dan program, keuangan serta kepegawaian dan umum di lingkungan Dinas serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi bidang-bidang. Sekretariat membawahi : . Sub Bagian Program dan Pelaporan. . Sub Keuangan dan Aset. . Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. c.. Bidang Kesehatan Masyarakat. Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kesehatan keluarga dan gizi, promosi dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga. Bidang Kesehatan Masyarakat membawahi : . Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi. . Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat. . Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga. d.. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa. Bidang P2P membawahi : . Seksi Surveilans dan Imunisasi. . Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. . Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 6.

(15) e.. Bidang Pelayanan Kesehatan. Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer dan rujukan, pelayanan kesehatan tradisional, jaminan kesehatan serta mutu dan akreditasi kesehatan. Bidang Pelayanan Kesehatan membawahi : . Seksi Pelayanan Kesehatan Primer. . Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Jaminan Kesehatan. . Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional, Mutu dan Akreditasi. f.. Bidang Sumber Daya Kesehatan. Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga serta sumber daya manusia kesehatan. Bidang SDK membawahi :  Seksi Kefarmasian  Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga  Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan g.. Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ). UPTD dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pembentukan, Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten karawang serta pengaturan lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Bupati Karawang Nomor 17 Tahun 2015. Dan untuk UPTD Pelayanan Kesehatan Karyawan ditentukan dengan Peraturan Bupati Kabupaten Karawang Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pembentukan, Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Kesehatan Karyawan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Serta UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Ditentukan Dengan Peraturan Bupati Karawang Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Pembentukan, Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.. 7.

(16) h. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas secara profesional sesuai dengan kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional, dalam melaksanakan tugas pokoknya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia Dinas Kesehatan sebagai berikut : 1. SDM berdasarkan pendidikan Sumber daya manusia yang mengelola Dinas Kesehatan baik itu yang bertugas di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang maupun di UPTD Puskesmas dan RSUD Karawang berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Berdasarkan Pendidikan No.. Jenjang Pendidikan. 1. S-2 2. Spesialis 3. Profesi 4. S-1 5. D-4 6. D-3 7. D-1 8. SMA / Setara 9. SMP / Setara 10. SD 11. Non Pendidikan Jumlah. Status Kepegawaian PNS Non PNS 60 2 33 17 24 29 371 103 114 43 771 851 37 1 316 254 11 34 3 55 4 1740 1393. Jumlah 62 50 53 474 157 1622 38 570 45 58 4 3133. SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan tingkat pendidikan paling tinggi adalah S2. Jumlah SDMK yang ada seluruhnya adalah 3133 orang, dengan status PNS 1740 orang (55,54%) dan non PNS 1393 orang (44,46%), hal ini menunjukan jumlah tenaga PNS masih lebih banyak daripada Non PNS meskipun jumlah tenaga non PNS cukup banyak. Pendidikan yang terbanyak yaitu D3, sebanyak 1622 orang (51,77%). Selain itu masih ada tenaga yang Non Pendidikan sebanyak 4 orang, namun bukan tenaga PNS.. 2. SDM berdasarkan jabatan. 8.

(17) Tabel 1.2 Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Berdasarkan Jabatan Tahun 2018 No.. Jenis SDMK. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.. Kepala Dinas Sekretaris Dinas Direktur RS Wakil Direktur RS Kepala Bidang Kepala Bagian Kepala Subbagian Kepala Subbidang Kepala Seksi Kepala UPTD Dokter Spesialis Anak Dokter Spesialis Anastesiologi Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis Bedah Syaraf Dokter Spesialis Forensik Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Dokter Spesialis THT Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Dokter Spesialis Mata Dokter Spesialis Syaraf Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi Dokter Spesialis Orthopedi & Traumatologi Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Patologi Anatomi Dokter Spesialis Patologi Klinik Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Psikiatri Dokter Spesialis Radiologi Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Dokter Spesialis Urologi Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut Dokter Gigi Spesialis Gigi Tiruan Dokter Umum Dokter Gigi Epidemiolog Kesehatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Kesehatan Kerja Apoteker Tenaga Teknis Kefarmasian Nutrisionis. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.. 9. Status Kepegawaian PNS Non PNS 0 0 1 0 0 0 2 0 6 0 3 0 57 0 3 0 16 0 2 0 4 1 2 0 3 1 1 0 1 0 1 1. Jumlah 0 1 0 2 6 3 57 3 16 2 5 2 4 1 1 2. 0 1. 2 1. 2 2. 2 2 5. 0 1 1. 2 3 6. 1. 1. 2. 2 0. 0 2. 2 2. 2 4. 0 1. 2 5. 0 1 0. 1 1 1. 1 2 1. 1 0. 1 1. 2 1. 1. 0. 1. 111 30 9 45. 39 15 0 3. 150 45 9 48. 5 4 17 22. 0 9 18 6. 5 13 35 28.

(18) No.. Jenis SDMK. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53.. Ners Perawat Bidan Sanitasi Lingkungan Perencana Radiografer Perawat Gigi Analis Kesehatan Penata Anastesi Elektromedis Fisioterapis Psikologis Klinis Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Okupasi Terapis Teknisi Kardiovaskular Asisten Tenaga Kesehatan a. Farmasi b. Analis Kesehatan c. Perawat d. Bidan e. Gizi f. Sanitasi Lingkungan g. Perawat Gigi Pelaksana Jumlah. 54. 55. 56.. 57.. Status Kepegawaian PNS Non PNS 13 17 353 346 469 463 25 6 3 0 10 10 15 1 35 22 6 5 3 0 6 1 1 0 9 3 0 2 147 23 1 89 8 12 2 12 276 1740. 1 0 24 2 0 20 0 0 0 2 387 1393. Jumlah 30 699 932 31 3 20 16 57 11 3 7 1 12 1 2 171 25 1 109 8 12 2 14 663 3133. Berdasarkan tabel 1.2 tenaga kesehatan yang paling banyak adalah bidan sebanyak 934 orang (29,81%). Selain sumber daya manusia untuk pembangunan kesehatan dibutuhkan sarana dan prasarana. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.. . Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.. No 1 2 3 4 5 6 7 8. 10. Tabel 1.3 Sarana Kesehatan Di Kabupaten Karawang Tahun 2018. Sarana. Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Sakit Klinik Praktek Dokter Umum Praktek dokter spesialis Praktek dokter gigi Praktek dokter gigi spesialis. Jumlah 50 68 21 380 1.733 333 202 2.

(19) 9 10 11 12 13 14. Praktek Bidan BKMM Laboratorium swasta Optikal Gudang farmasi Apotik. 281 1 8 22 1 238. Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di Kabupaten Karawang sebanyak 21 RS (1 RSUD dan 20 RS swasta). Semua kecamatan sudah mempunyai puskesmas, dan ada 1 (satu) kecamatan lebih dari 1 (satu) puskesmas. Selain SDM dan sarana, input kegiatan pembangunan kesehatan juga di dukung oleh anggaran. Anggaran untuk Dinas Kesehatan dari berbagai sumber. Pada tabel 1.4 dapat dilihat anggaran kegiatan Dinas Kesehatan. Tabel 1.4 Belanja Langsung Berdasarkan Sumber Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2018 BELANJA APBD Kabupaten APBD Propinsi DAK (APBN) DBHCT Kapitasi JKN Total. (Rp) 70.764.433.962 14.360.875.200 43.001.984.000 175.491.560.665 86.930.694.901 390.549.798.728. TAHUN 2018. (%) 18,12 3,68 11,01 44,93 22,26 100. Anggaran Dinas Kesehatan pada tahun 2018 sebanyak Rp. 390.549.798.728, anggaran yang terbesar paling banyak bersumber dari DBHCHT untuk pembangunan RS Paru di Jatisari. Dana kapitasi JKN sebanyak Rp. 86.930.694.901 adalah dana kapitasi dari BPJS Kesehatan untuk 50 (lima puluh) puskesmas yang ada di Kabupaten Karawang. Dana DAK (APBN) adalah untuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas, Manajemen BOK di Kabupaten, akreditasi puskesmas, pembangunan dan pengadaan alat kesehatan untuk Puskesmas Pakisjaya, serta untuk pengadaan obat. Dana dari APBD Propinsi digunakan untuk pembayaran premi BPJS untuk PBI. Sedangkan dana dari APBD Kabupaten dipakai untuk mendanai program dan kegiatan yang ada di Dinas Kesehatan. 1.5 PERMASALAHAN UTAMA (STRATEGIC ISSUE) YANG DIHADAPI Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi kesehatan sebagaimana dikemukakan, maka dapat disampaikan isu strategis sebagai berikut : 1. Masih rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat. Cakupan PHBS tahun 2018 baru mencapai 53,35 %.. 11.

(20) 2. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum dilakukan secara optimal. 3. Kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun masih cukup tinggi dan menempati urutan 3 besar di Provinsi Jawa Barat. Namun dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, 3 tahun terakhir kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Karawang mengalami penurunan yang signifikan. Tahun 2018 kasus kematian ibu menurun 27,19 % dari target 25% dan kasus kematian bayi menurun 6,36 %. 4. Masih tingginya kasus penyakit tidak menular 5. Angka morbiditas akibat penyakit tidak menular juga tinggi 6. Balita stunting yang masih tinggi 7. Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 49,16 % 8. Penduduk yang memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 44,71 %. 9. Kualitas kesehatan lingkungan masih rendah 10. Belum optimalnya Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan 11. Terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok rentan seperti, penduduk miskin. 12. Belum optimalnya ketersediaan pemerataan dan keterjangkauan obat esensial, penggunaan obat yang tidak rasional dan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas 13. Belum terpenuhinya jumlah jenis kualitas serta penyebaran sumber daya masnusia kesehatandan belum optimalnya dukungan kerangka regulasi ketenagaan kesehatan. 14. Masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan meliputi pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan. 15. Permasalahan manajerial dalam sinkronisasi perencanaan kebijakan program dan anggaran serta masih terbatasnya koordinasi dan integrasi lintas sektor. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, sebagai berikut : 1.. Adanya kebijakan Dinas Kesehatan yang mendukung Pembangunan Kesehatan. 2.. Memiliki anggaran operasional yang memadai dalam menunjang kegiatan-kegiatan dinas (bersumber APBD II, APBD I, APBN). 3.. Memiliki Struktur Organisasi yang memadai. 4.. Memiliki kewenangan dalam mengkoordinasikan, memfasilitasi, mengendalikan dan membina dalam kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan. 5.. Memiliki sarana dan fasilitas perkantoran/fasilitas kerja yang memadai. 12.

(21) 6.. Memiliki SDM yang menguasai tekhnologi dan metodologi manajemen dan teknis kesehatan. 7.. Ketersediaan obat esensial di sarana fasilitas kesehatan cukup terpenuhi. Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) 1.. Peraturan yang ada belum diimplementasikan secara optimal. 2.. SDM yang dimiliki belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian kesehatan tingkat Kabupaten. 3.. Kualitas pelayanan kesehatan belum optimal. 4.. Belum optimalnya pembinaan dan penilaian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan. 5.. Pengelolaan Sarana dan Prasarana belum memadai. 6.. Kurangnya advokasi dan sosialisasi program kesehatan. 7.. Akurasi dan up dating data serta informasi belum selaras dengan perubahan/kebutuhan manajemen pembangunan program. Analisis lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, terdiri dari : Peluang (Opportunities) 1.. Adanya komitmen yang tinggi dari Pemerintah Kabupaten terhadap Bidang Kesehatan. 2.. Adanya kebijakan SDG’s yang menjadi komitmen nasional dan internasional. 3.. Adanya Kebijakan jaminan Kesehatan (JKN) yang dimulai Tahun 2014 secara bertahap dan seluruh penduduk memiliki jaminan kesehatan pada Tahun 2019. 4.. Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), meliputi Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu, Pos Kesehatan Desa/Polindes, Pos Kesehatan di Pondok Pesantren/Poskestren, Pos Upaya Kesehatan Kerja.. 5.. Adanya kerjasama dan kemitraan dengan Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi dan Dunia Usaha di Kabupaten Karawang.. 6.. Adanya dukungan Lintas Sektor dalam meningkatkan masyarakat yang sehat dan mandiri masih kurang. Ancaman (Treaths) 1.. Peraturan perundang-undangan yang ada belum sepenuhnya dapat melindungi aktifitas dinas dari delik-delik hukum. 2.. Masih adanya opini negatif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berimbas terhadap Dinas Kesehatan. 13.

(22) 3.. Tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang prima dari masyarakat semakin tinggi. 4.. Masih kurangnya peran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan. 5.. Munculnya beberapa penyakit baru dan belum terkendalinya penyakit menular yang sudah ada. 6.. Kasus Kesakitan dan Kematian cukup tinggi. 7.. Masih tingginya penduduk miskin. 8.. Tuntutan Adanya Institusi/Sarana Kesehatan Swasta. 14.

(23) PERENCANAAN KINERJA Perencanaan kinerja adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam manajemen kinerja organisasi. Dalam perencanaan kinerja dirumuskan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai, begitu juga indikator keberhasilan pencapaiannya. 2.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STATEGI NASIONAL DAN DAERAH Indonesia merupakan salah satu negara yang berkomitmen untuk mengikuti. agenda. Sustainable Development Goals. Ada 17 (tujuh belas) agenda yang harus dilaksanakan dalam SDG’s yaitu : 1.. Penghapusan Kemiskinan;. 2.. Penghapusan Kelaparan;. 3.. Kesehatan dan Kesejahteraan;. 4.. Pendidikan Berkualitas;. 5.. Kesetaraan Jender;. 6.. Air Bersih dan Sanitasi;. 7.. Energi Bersih dan Terjangkau;. 8.. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak;. 9.. Infrastruktur Tangguh, Industri Inklusif dan Inovatif;. 10. Penurunan Kesenjangan; 11. Kota Inklusif dan Berkelanjutan; 12. Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan; 13. Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko Bencana; 14. Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem Laut; 15. Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem Darat; 16. Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Kokoh; 17. Kemitraan untuk Semua Tujuan Pembangunan. Goals yang harus dicapai oleh sektor kesehatan adalah : Goals Kedua: Penghapusan kelaparan Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan, yaitu:. 15.

(24) . Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di sepanjang tahun.. . Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia.. Goals Ketiga: Kesehatan yang Baik Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, yaitu: . Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup;. . Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH;. . Pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya;. . Pada 2030, mengurangi sepertiga kematian prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental;. . Memperkuat. pencegahan. dan. perawatan. penyalahgunaan. zat,. termasuk. penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang membahayakan; . Pada 2020, mengurangi setengah jumlah global kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas;. . Pada 2030, menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga Berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional;. . Mencapai universal health coverage, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses kepada pelayanan kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif, dan berkualitas bagi semua orang;. . Pada 2030, mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah.. Goals Kelima: Kesetaraan Gender (Akses Kespro, KB) 16.

(25) Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan, yaitu: . Menghilangkan segala bentuk praktik berbahaya, seperti pernikahan anak-anak, usia dini dan terpaksa, serta sunat perempuan;. . Menjamin akses semesta kepada kesehatan seksual dan reproduksi serta hak-hak reproduksi;. Goals Keenam: Air Bersih dan Sanitasi Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang , yaitu: . Mencapai akses air minum aman yang universal dan merata;. . Mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi semua orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang berada pada situasi rentan.. Indonesia harus mencapai goals yang telah ditetapkan pada tahun 2030. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.. Visi Kabupaten Karawang Tahun 2016 – 2021 adalah Karawang Yang Mandiri Maju Adil Dan Makmur. Sedangkan Misi Kabupaten Karawang sebagai berikut : 1.. Mewujudkan Aparatur Pemerintah Daerah yang Bersih dan Berwibawa. 17.

(26) 2.. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Berdaya Saing.. 3.. Mewujudkan Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum.. 4.. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Asri dan Lestari.. 5.. Membangun Kabupaten Karawang Melalui Penguatan Desa.. Dinas kesehatan menjalan misi yang kedua yaitu mewujudkan Kabupaten Karawang yang berdaya saing. Berdaya saing ini untuk mewujudkan Kabupaten Karawang yang mempunyai Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Karawang pada Tahun 2017 telah mencapai 69,17. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 68,19. Angka harapan hidup tahun 2017 berada di angka 71,64 tahun. Angka ini berada di bawah angka Jawa barat yaitu 72, 44 tahun. Untuk mewujudkan Kabupaten Karawang yang berdaya saing maka sebagai SKPD yang melakukan pelayanan Dinas Kesehatan berkewajiban untuk memberikan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebagai berikut : 1.. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. 2.. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin. 3.. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. 4.. Pelayanan Kesehatan Balita. 5.. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar. 6.. Pelayanan Kesehatan Orang dengan TB. 7.. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV. 8.. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif. 9.. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut. 10. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 11. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus 12. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat 2.2 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Perjanjian kinerja merupakan perjanjian kerja antara Kepala Dinas Kesehatan dengan Bupati. Perjanjian kinerja ini yang akan dijadikan indikator kinerja Kepala Dinas Kesehatan. Uraian lengkap Perjanjian Kinerja 2018 adalah sebagai berikut :. 18.

(27) Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 No. 1. Sasaran Strategis Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Indikator Kinerja 1 2. Usia Harapan Hidup Persentase Keluarga Sehat. 3. Jumlah Masyarakat Miskin yang mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat) Puskesmas terakreditasi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Pelayanan Kesehatan Balita Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut Persentase Balita Gizi Buruk ditangani Cakupan Desa Siaga Aktif Persentase Desa STBM Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Pelayanan Kesehatan Orang dengan TB Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat Persentase Penggunaan Obat Rasional (POR) Ketersediaan Obat dan perbekalan kesehatan Rasio dokter per satuan penduduk Persentase Puskesmas menggunakan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas Menyampaikan Laporan Pengelolaan aset Jumlah Puskesmas rawat inap yang dibangun Jumlah RS Paru yang dibangun. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27. 19. Target 71,59 40% 475.707 penduduk 14 Puskesmas 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 40 : 100.000 100% 100% 3 1 gedung.

(28) Sasaran Strategis. No.. Indikator Kinerja 28 29 30. 20. Tersedianya dokumen perencanaan, AMDAL dan Andalalin RS Tipe C Rasio tempat tidur per satuan penduduk Persentase Pegawai di Lingkungan Dinas Kesehatan dengan Nilai Kinerja Minimal Baik. Target 1 paket 1 : 1.000 100%.

(29) AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA TUJUAN : MEWUJUDKAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT SASARAN STRATEGIS : MENINGKATNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT Keberhasilan suatu sasaran strategis dapat diukur melalui capaian indikator sasaran strategis atau yang biasa disebut indikator kinerja. Pengukuran indikator kinerja dilakukan dengan cara menghitung realisasi setiap indikator dari setiap sasaran strategis sesuai definisi operasional indikator yang ditetapkan pada saat perencanaan kinerja.Untuk mencapai sasaran strategis tersebut ditetapkan 30 (tiga puluh) indikator. Target dan capaian kinerja dari 30 indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Indikator Kinerja 1.1 Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja 1.1 Usia Harapan Hidup Indikator Kinerja Target Realisasi Usia Harapan Hidup. 71,59. Belum ada. Capaian Belum ada. Target usia harapan hidup tahun 2018 adalah 71,59. Perhitungan usia harapan hidup dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sampai dengan waktu penyusunan LAKIP ini, usia harapan hidup belum diterbitkan oleh BPS. Usia harapan hidup di Kabupaten Karawang tiap tahunnya dapat dilihat pada gambar 3.1.. 21.

(30) Gambar 3.1 Angka Harapan Hidup Di Kabupaten Karawang Tahun 2009 -2017 71,7 71,65. 71,64. 71,6. 71,60. 71,55. 71,55. 71,5 71,45 71,4 71,35 71,3 2009. 71,35 2010. 71,38. 2011. 71,41. 2012. 71,44. 2013. 71,45. 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. Sumber : BPS Kabupaten Karawang Angka harapan hidup di Kabupaten Karawang terus naik setiap tahunnya. Angka harapan hidup tahun 2017 berada di angka 71,64 tahun. Angka ini berada di bawah angka Jawa barat yaitu 72, 44 tahun. Sebagai indikator kualitas kesehatan dan kesejahteraan, AHH tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebut saja kualitas lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan, pola hidup dan gaya hidup individu. Dengan mengetahui indikator Angka Harapan Hidup ini, kita bisa membantu pemerintah dalam meningkatkan faktor-faktor yang bisa meningkatkan AHH. Karena AHH merupakan salah satu indikator penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah. Indikator Kinerja 1.2. Persentase Keluarga Sehat Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PISPK) merupakan salah satu agenda meningkat kualitas hidup manusia. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas),. yang. meliputi. kegiatan. berikut.1.. Kunjungan. keluarga. untuk. pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya. 2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan. 22.

(31) preventif. 3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung. 4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan 6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok 10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat Capaian persentase keluarga sehat dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja 1.2 Persentase Keluarga Sehat Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Keluarga Sehat. 40 %. 25 %. Capaian 62,5 %. Puskesmas yang sudah melakukan pendataan keluarga sekaligus melakukan intervensi awal 40 %. Dari 40 % keluarga yang dilakukan pendataan keluarga yang sudah dikunjungi oleh tenaga Kesehatan dan masalah yang ditemukan adalah : 1.. Pasangan usia subur yang KB 42,68 %. 2.. Ibu hamil yang melahirkan di fasiltas kesehatan 75,34 %. 3.. Bayi yang mendapat imunisasi lengkap 84,33 %. 4.. Bayi yang mendapat ASI eksklusif 80,51 %. 5.. Balita yang ditimbang setiap bulan 87,7 %. 6.. TB Paru berobat sesuai standar 40,09 %. 7.. Hipertensi berobat secara teratur 17,23 %. 8.. Tidak ada anggota keluarga yang merokok 35.9%. 9.. Penderita gangguan jiwa yang mendapat pengobatan dan tidak ditelantarkan 39,97 %. 10. Kepersertaan JKN 57,35 % 11. Pemanfaatan Jamban keluarga 79,03 %. 23.

(32) 12. Pemanfaatan Air bersih 90,20 % Dari hasil pendataan didapatkan indikator yang paling bermasalah ada hipertensi berobat secara teratur dan anggota keluarga yang merokok. Tindak lanjut dari hasil pendataan keluarga sehat adalah adanya pertemuan pembahasan indeks kesehatan di desa dan kecamatan untuk mendiskusikan pemecahan masalah hasil pendataan keluarga sehat. Indikator Kinerja 1.3 Jumlah Masyarakat Miskin yang Mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat) Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja 1.3 Jumlah Masyarakat Miskin yang Mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat) Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Jumlah Masyarakat Miskin yang Mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat). 479.179 penduduk. 473.791 penduduk. 99,60 %. Jumlah Masyarakat Miskin yang mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat) adalah masyarakat miskin yang mendapat jaminan kesehatan. Target jumlah masyarakat miskin yang mendapat jaminan kesehatan (Karawang Sehat) sebanyak 473.791 penduduk. Capaian ini masih kurang dari target karena ada 63.919 penduduk miskin yang kepesertaannya diintegrasikan ke BPJS Kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan, Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya, khusus untuk fakir miskin atau orang yang tidak mampu membayar iuran, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Untuk melaksanakan JKN Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang sudah tiga kali dirubah, dengan PP No. 19 tahun 2016, dan terakhir dengan PP No. 28 tahun 2016, terutama mengatur hak dan kewajiban peserta dan Pemerintah sebagai pemberi bantuan iuran untuk fakir miskin (PBI). Pemenuhan hak atas pelayanan kesehatan dan keadilan sosial ini mulai diwujudkan sejak 1 Januari 2014, yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam bidang kesehatan atau sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan pada tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia sudah menjadi peserta JKN (Universal Health Coverage). Oleh karena itu penduduk miskin yang sudah lengkap Nomor Induk Kependudukannya bertahap diintegrasikan ke dalam BPJS Kesehatan. Kegiatan yang mendukung pencapaian target jumlah masyarakat miskin yang mendapat Jaminan Kesehatan (Karawang Sehat) sebagai berikut : Tabel 3.4 Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Kualitas Kesehatan. 24.

(33) Penduduk Miskin dan Tidak Mampu Tahun Anggaran 2018 Program / Kegiatan Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Penduduk Miskin dan Tidak Mampu Peningkatan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu. Anggaran 43.965.562.292. Realisasi 35.528.882.693. 18.496.400.892 17.461.386.493,00. Peningkatan Manajemen 308.286.200 306.781.200,00 Jaminan Pelayanan Kesehatan Peningkatan Jaminan 14.360.875.200 7.102.988.800,00 Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Provinsi Jawa Barat (APBD I) Peningkatan Jaminan 10.800.000.000 10.657.726.200,00 Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Kabupaten. %. Keterangan. 80,81. 94,40 Pembiayaan untuk Karawang Sehat untuk 13.337 penduduk dan pembiayaan Rumah Tunggu pasien rujukan di Bandung 99,51 49,46 Pembiayaan premi BPJS untuk 25.568 penduduk dana dari APBD Provinsi 98,68 Pembiayaan premi BPJS untuk 38.351 penduduk dana dari APBD Kabupaten. Dari tabel dapat dilihat anggaran untuk pencapaian target jumlah masyarakat miskin yang mendapat Jaminan Kesehatan sebanyak Rp.. 43.965.562.292. dengan realisasi. Rp.35.528.882.693. Dengan dana dari APBD Kabupaten dan APBD Provinsi. Untuk realisasi penduduk miskin yang dilayani Karawang Sehat pada tahun 2018 sebanyak 13.337 penduduk. Hal tersebut didasarkan pada banyaknya klaim yang di ajukan oleh Rumah Sakit yang telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Angka tersebut menunjukkan angka kesakitan terutama dari penduduk miskin sangat rendah. Indikator Kinerja 1.4 Jumlah Puskesmas Terakreditasi Untuk meningkatkan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama khususnya Puskesmas, klinik dan praktik dokter kepada masyarakat, dilakukan berbagai upaya peningkatan mutu dan kinerja antara lain dengan pembakuan dan pengembangan sistem manajemen mutu dan upaya perbaikan kinerja yang berkesinambungan. Akreditasi merupakan salah satu mekanisme regulasi yang bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dilakukan oleh Lembaga Independen yang diberikan kewenangan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.. 25.

(34) Dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas dilakukan penilaian terhadap manajemen puskesmas, penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat, dan Pelayanan Klinis yang merupakan upaya kesehatan perseorangan dengan menggunakan standar akreditasi puskesmas yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sedangkan untuk pelaksanaan akreditasi klinik dan untuk akreditasi praktik dokter/dokter gigi dilakukan penilaian terhadap kepemimpinan dan manajemen klinik, dan pelayanan klinik. Pada tabel 3.5 dapat dilihat jumlah puskesmas yang diakreditasi perdana setiap tahunnya. Tabel 3.5 Daftar Puskesmas Yang Diakreditasi Perdana Di Kabupaten Karawang Tahun 2016 – 2018 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. 2016. KLARI CILAMAYA RENGASDENGKLOK CIKAMPEK. 2017. LOJI TIRTA MULYA KOTA BARU LEMAHABANG KARAWANG KOTA KUTAWALUYA PEDES BATUJAYA BALONGSARI CIAMPEL PURWASARI JOMIN NAGASARI TANJUNGPURA MEDANGASEM KERTAMUKTI. 2018. JATI SARI RAWAMERTA TEMPURAN TALAGASARI PANGKALAN TELUK JAMBE WANAKERTA GEMPOL CIKAMPEK UTARA BAYUR LOR CIBUAYA MAJALAYA ANGGADITA TIRTAJAYA. 2019. PLAWAD PASIR RUKEM SUKATANI JAYAKERTA SUNGAI BUNTU WADAS CURUG PACING ADIARSA KARAWANG KULON TUNGGAK JATI LEMAH DUHUR KUTAMUKTI KALANGSARI CICINDE PAKISJAYA. Target dan capaian akreditasi puskesmas tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 3.6 Tabel 3.6 Capaian Indikator Kinerja 1.4 Jumlah Puskesmas Terakreditasi Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Puskesmas Terakreditasi. 14 puskesmas. 14 puskesmas. Capaian 100 %. Target jumlah puskesmas terakreditasi pada tahun 2018 sebanyak 14 puskesmas. Sedangkan realisasinya 14 puskesmas sehingga capaiannya 100 %. Hasil akreditasi tahun 2018 untuk akreditasi puskesmas sebagai berikut : Puskesmas Telagasari, Jatisari, Rawamerta, Gempol, Bayurlor, Majalaya, Telukjambe, Wanakerta, Cikampek Utara dan Cibuaya terakreditasi madya, sedangkan puskesmas Tempuran, Pangkalan, Anggadita, dan Tirtajaya terakreditasi dasar. Capain ini menurun jika dibandingkan dengan jumlah puskesmas terakreditasi pada tahun 2017, dimana dari target 12 puskesmas Kabupaten Karawang yang akan diakreditasi terealisasi sebanyak 16 puskesmas dengan persentase capainya sebesar 133,3 %. Sampai tahun 2018. 26.

(35) sudah 34 puskesmas sudah terakreditasi. Pada tahun 2019 ada 16 puskesmas yang akan diakreditasi. Indikator Kinerja 1.5 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja 1.5 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Indikator Kinerja Target Realisasi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. 100 %. 96,74%. Capaian 96,74%. Dari tabel 3.7 terlihat bahwa capaian persentase pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017. Tahun 2017 capaian pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) belum mencapai target yaitu baru tercapai 97.85% dari target 100%, sedangkan di tahun 2018 baru tercapai 96,74% dari target 100% atau mengalami penurunan sebesar 1,11%. Belum tercapainya cakupan persentase pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) tahun 2018 karena pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya dilihat dari frekuensi pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali selama kehamilan akan tetapi disempurnakan dengan standar pelayanan 10T. Beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penghambat diantaranya : a. Ibu hamil masih ada yang tidak datang pada trimester 1 karena : - Partisipasi keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan masih belum optimal - Faktor budaya setempat (belum ke tenaga kesehatan jika perut belum besar) - Kurangnya peran serta perangkat desa dan tokoh masyarakat dalam memberikan promosi kesehatan khususnya informasi pemeriksaan antenatal rutin ke tenaga kesehatan dan mendorong ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil b. Masih ada ibu hamil yang tidak tercatat pada kunjungan di trimester 3 (drop out) karena : - Adanya budaya masyarakat pada saat menjelang persalinan pulang ke kampung halaman - Ibu hamil yang selalu berpindah-pindah tempat pelayanan dalam kunjungan antenatal - Pencatatan dan pelaporan belum optimal Upaya yang telah dilakukan adalah : a. Peningkatan kualitas pelayanan antenatal - Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan antenatal telah dilaksanakan antenatal terpadu dengan program terkait (gizi, imunisasi, penyakit menular, penyakit tidak menular). Melalui pelayanan antenatal terpadu diharapkan ibu hamil mendapatkan pelayanan perlindungan secara menyeluruh baik mengenai kehamilan dan komplikasi kehamilan serta intervensi lain yang perlu diberikan selama proses kehamilan untuk. 27.

(36) kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya. Namun dalam pelaksaanaan pelayanan antenatal terpadu ini masih perlu lebih dioptimalkan lagi baik koordinasi programmer di tingkat kabupaten maupun saat pelaksanaan pelayanan di puskesmas. - Penyiapan ibu hamil dilakukan sejak masa sebelum hamil yaitu masa calon pengantin. Advokasi dan orientasi dilakukan kepada penyuluh pernikahan untuk menyampaikan muatan kesehatan yang salah satunya adalah kesehatan masa kehamilan yang diharapkan setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ketika hamil. - Penguatan pemanfaatan buku KIA b. Peningkatan akses pelayanan antenatal - Pemberdayaan keluarga melalui optimalisasi kelas ibu hamil Adanya kebijakan bahwa semua ibu hamil wajib masuk ke kelas ibu hamil. Namun yang perlu ditingkatkan adalah meningkatkan kualitas konseling dalam memotovasi ibu hamil untuk ikut kelas ibu hamil - Pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi P4K. Namun pelaksanaan kegiatan P4K belum berjalan optimal dari segi kualitas, masih ada beberapa indikator pelaksanaan kegiatan P4K yang belum dilaksanakan. Salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan kegiatan P4K adalah kurangnya komitmen antara tenaga kesehatan, keluarga dan aparat desa serta kurangnya pemberdayaan masyarakat . Namun demikian upaya yang telah dilakukan tersebut belum optimal dalam mendukung pencapaian target sehingga perlu tetap dilanjutkan pada tahun berikutnya serta di rekomendasikan untuk melaksanakan koordinasi programmer baik tingkat puskesmas, tingkat kabupaten, lintas kabupaten maupun provinsi. Indikator Kinerja 3.1.6 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pernyataan standar pelayanan kesehatan ibu bersalin menurut SPM bidang kesehatan, bahwa pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh bidan dan atau dokter dan atau dokter spesialis kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah yang memiliki STR baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Capaian pelayanan kesehatan ibu bersalin dapat dilihat pada 3.8. Tabel 3.8 Capaian Indikator Kinerja 1.6 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin. 28.

(37) Indikator Kinerja. Target. Realisasi. Capaian. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin. 100 %. 101,22%. 101,22%. Dari tabel 3.8 terlihat bahwa capaian pelayanan kesehatan ibu bersalin tahun 2017 sudah mencapai target yaitu 101.65% begitu pula dengan tahun 2018 yaitu 101,22%. Secara bertahap sudah dilakukan upaya promotif pada saat konseling persalinan bahwa persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Terkait pencapaian cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin yang melebihi target (100%) dikarenakan jumlah sasaran riil dan capaian riil di puskesmas lebih besar bila dibandingkan dengan sasaran proyeksi yang perhitungannya sudah ditentukan oleh BPS. Oleh karena itu perlu direkomendasikan untuk melaksanakan koordinasi dan klarifikasi estimasi sasaran proyeksi, revitalisasi kegiatan kemitraan bidan dan paraji dengan hak dan kewajiban yang jelas, melaksanakan penyeliaan fasilitatif ke fasilitas kesehatan di lingkungan puskesmas baik bidan desa, BPM maupun klinik tentang kelengkapan sarana dan prasarana pertolongan persalinan. Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan indikator baru di Renstra 2015-2019. Perubahan indikator ini dilakukan untuk menjawab kajian terkait upaya penurunan AKI dan AKB yang ternyata masih kurang optimal. Kondisi bahwa masih terdapat kepercayaan terhadap dukun paraji dan pola bersalin di rumah menyebabkan bahwa persalinan oleh nakes yang diasumsikan akan memenuhi standar baik secara kelayakan tempat, sarana prasarana ternyata menghasilkan dampak yang kurang cukup mendongkrak AKI dan AKB. Melihat kondisi diatas, maka persalinan oleh nakes di tingkatkan menjadi persalinan di fasilitas kesehatan yang merupakan upaya mendorong ibu bersalin untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Berdasarkan laporan rutin KIA, dari 44.018 persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (DSOG, dokter dan bidan) sebanyak 43.156 persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ada persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan namun dilakukan di rumah pasien yaitu sebanyak 862 persalinan. Perlunya ditingkatkan upaya promotif untuk menggiring pasien melahirkan di fasilitas kesehatan. Diperlukan peran semua pihak selain tenaga kesehatan, ibu hamil, keluarga, aparat desa dan pemberdayaan masyarakat dengan mengaktifkan kembali P4K sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, mengaktifkan kembali MKIA yang sudah terbentuk. Indikator Kinerja 1.7 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada usia 028 hari dan mengacu pada pelayanan neonatal esensial yang dilakukan oleh bidan dan atau. 29.

(38) dokter dan atau dokter spesialis anak yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Capaian pelayanan kesehatan bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja 1.7 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Indikator Kinerja Target Realisasi Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. 100 %. 106,53%. Capaian 106,53%. Dari tabel 3.9 terlihat bahwa capaian pelayanan kesehatan bayi baru lahir sudah mencapai target yaitu 106,53%. Bila dibandingkan dengan jumlah persalinan maka dapat disimpulkan bahwa semua bayi baru lahir sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Terkait pencapaian cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang melebihi target (100%) dikarenakan jumlah sasaran riil dan capaian riil di puskesmas lebih besar bila dibandingkan dengan sasaran proyeksi yang perhitungannya sudah ditentukan oleh BPS. Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan komprehensif bagi bayi baru lahir dimuali sejak dalam kandungan sampai dengan bayi berumur 28 hari di puskesmas dan jejaringnya, maka setiap tenaga kesehatan harus mematuhi standar pelayanan yang sudah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK), Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN) dan Pelayanan Neonatal Essensial Dasar. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan capaian cakupan ini adalah dengan melaksanakan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi rutin ke puskesmas serta pembinaan ke bidan desa untuk meningkatkan kualitas pelayanan bayi baru lahir. Namun perlu direkomendasikan kegiatan untuk tahun berikutnya yaitu untuk lebih meningkatkan kualitas pembinaan yaitu dengan melakukan pembinaan ke setiap desa terkait pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Indikator Kinerja 1.8 Pelayanan Kesehatan Balita Capaian pelayanan kesehatan balita di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10 Capaian Indikator Kinerja 1.8 Pelayanan Kesehatan Balita Indikator Kinerja. Target. Realisasi. Capaian. Pelayanan Kesehatan Balita. 100 %. 77,18%. 77,18%. Dari tabel 3.10 dapat terlihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita tahun 2017 belum mencapai target 100% yaitu 77,18%. Cakupan tahun 2018 mengalami peningkatan 2,27%. Belum tercapainya pelayanan kesehatan balita karena :. 30.

(39) - Kurangnya pemahaman tenaga puskesmas tentang definisi operasional kesehatan balita, ada salah satu indikator pelayanan kesehatan balita yang tidak dilaksanakan maka tidak dapat dihitung menjadi pelayanan kesehatan balita paripurna - Mobilitas penduduk yang tinggi terutama di daerah perkotaan - Pengetahuan masyarakat masih kurang - Koordinasi lintas program dan lintas sektor belum berjalan secara optimal - Pencatatan dan pelaporan masih belum baik Pelayanan kesehatan balita selama ini belum dilaksanakan sesuai standar. Beberapa indikator yang sudah dilaksanakan antara lain : - Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun tercatat dalam buku KIA/ KMS - Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam setahun - Kepemilikan buku KIA oleh setiap anak balita Sedangkan indikator yang belum dilaksanakan pada pelayanan kesehatan balita sehingga balita tidak termasuk balita paripurna adalah : - Pelayanan SDIDTK belum dilaksanakan minimal 2 kali setahun - Pelayanan anak balita sakit belum semua menggunakan MTBS Upaya yang telah dilakukan adalah pembinaan ke petugas puskesmas tentang defiinisi operasional pelayanan kesehatan balita, bimbingan pengisian kohort balita untuk memperbaiki kualitas pencatatan dan pelaporan, telah dilakukan orientasi tentang MTBS/M update kepada seluruh penanggungjawab program MTBS/M puskesmas dan 250 orang bidan desa. Namun upaya yang telah dilakukan belum optimal dalam meningkatkan pelayanan kesehatan balita sehingga harus dilanjutkan di tahun berikutnya yaitu melakukan orientasi MTBS/M update dan SDIDTK kepada seluruh pengelola program puskemas dan seluruh bidan desa dalam rangka meningkatkan kompetensi teknis petugas kesehatan dengan mengadakan pelatihan SDIDTK dan MTBS serta di rekomendasikan untuk meningkatkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terutama guru PAUD untuk melaksanakan SDIDTK pada anak pras sekolah dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat (posyandu). Indikator Kinerja 1.9 Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap peserta didik untuk memilah siswa yang mempunyai masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin. Kegiatan penjaringan kesehatan siswa terdiri dari pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku), pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan, pengukuran kebugaran. 31.

(40) jasmani dan deteksi dini masalah mental emosional. Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan kesehatan yang diberikan pada anak usia pendidikan dasar minimal 1 kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh puskesmas. Standar Pelayanan penjaringan kesehatan meliputi penilaian status gizi, penilaian tanda vital, penilaian kesehatan gigi dan mulut, penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen, penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu tala. Pada tabel 3.11 dapat dilihat capaian hasil pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar. Tabel 3.11 Capaian Indikator Kinerja 1.9 Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar Indikator Kinerja Target Realisasi Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar. 100 %. 95,98%. Capaian 95,98%. Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar tahun 2018 baru mencapai 95,98 % dari target 100%, karena ada beberapa siswa yang tidak hadir, atau sakit pada saat penjaringan kesehatan dilaksanakan. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar yaitu : - pemahaman terhadap indikator yang merupakan upaya untuk memantau puskesmas yang telah secara paripurna melakukan penjaringan kepada setiap tingkatan peserta didik yang secara prioritas adalah kelas 1 kelas 7 dan kelas 10 - sarana dan prasarana dalam pelaksanaan penjaringan sudah tersedia di psukesmas, adanya dukungan dalam menjangkau sekolah melalui dana BOK, - penjaringan dari sisi implemaentasi sudah dilaksanakan sejak lama. Sudah tercapainya cakupan penjaringan siswa tidak diimbangi dengan baiknya kualitas hasil penjaringan. Diantaranya adalah hasil dari data penjaringan kesehatan belum dianalisa sehingga hasilnya belum disampaikan ke lintas program dan lintas sektor terkait terutama pihak sekolah sehingga untuk kedepannya akan dilakukan analisa data hasil penjaringan kesehatan anak sekolah yang nanti akan diperoleh rekomendasi terkait pelayanan kesehatan anak usia sekolah baik untuk internal Dinas Kesehatan dan puskesmas tetapi juga untuk lintas sektor dan pemerintah kabupaten karawang. Upaya yang telah dilakukan ada pertemuan koordinasi pelaksanaan penjaringan kesehatan anak usia sekolah. Namun upaya tersebut belum bisa secara optimal meningkatkan kualitas penjaringan sehingga perlu dilanjutkan di tahun yang akan datang serta di rekomendasikan untuk monev ke sekolah bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor serta melakukan sweeping ke rumah siswa yang tidak hadir saat penjaringan.. 32.

(41) Indikator Kinerja Utama 1.10 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi : (1) Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut. (2) Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer. (3) Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah. (4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku. (5) Pemeriksaan ketajaman penglihatan (6) Pemeriksaan ketajaman pendengaran (7) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun. Capaian pelayanan kesehatan usia produktif pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 3.12 Tabel 3.12 Capaian Indikator Kinerja 1.10 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Indikator Kinerja Utama. Target. Realisasi. Capaian. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif. 100 %. 6,3 %. 6,3 %. Capaian Pelayanan Kesehatan pada usia Produktif pada tahun 2018 baru mecapai 6,3 % atau dari sasaran 1.493.742 penduduk usia 15-59 tahun, baru sekitar 94.324 orang yang mendapat pelayanan kesehatan. Mengingat capaian yang masih kecil maka diperlukan rencana strategis tahun depan untuk menjangkau setiap warga umur 15-59 tahun untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. dan jaringannya untuk memdapatkan pelayanan kesehatan usia. produktif. Perlu juga dilakukan analisis sebab-sebab mereka belum berkunjung apakah persoalan sosialisasi, akses, sudah memeriksa sendiri atau tidak mau mendapat pelayanan skrining. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mempunyai strategi untuk menjangkau seluruh warga negara usia 15-59 tahun agar seluruhnya dapat memperoleh pelayanan skrining sesuai standar setahun sekali. Indikator Kinerja 1.11 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. 33.

(42) Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia, berdampak peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah Lansia. Seiring bertambahnya jumlah lanjut usia, kecenderungan untuk mengalami penyakit degenerative makin meningkat pula.Seiring dengan bertambahnya jumlah Lanjut Usia (Lansia), kecenderungan untuk mengalami penyakit degeneratif makin meningkat. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan pembinaan dan pelayanan kesehatan lanjut usia di puskesmas dengan melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Capaian pelayanan kesehatan usia lanjut dapat dilihat pada tabel 3.13 Tabel 3.13 Capaian Indikator Kinerja 1.11 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Indikator Kinerja. Target. Realisasi. Capaian. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. 100 %. 88,17%. 88,17%. Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa realisasi cakupan pelayanan kesehatan lansia sudah mencapai target namun belum diimbangi dengan kualitas pelaporan yang baik. Pembinaan ke puskesmas terkait pelayanan kesehatan lansia merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun melalui bimbingan teknis puskesmas santun lansia. Dari hasil pembinaan rutin yang telah di lakukan ternyata belum diimbangi dengan meningkatnya kualitas pelayanan santun lansia. Dari 50 puskesmas yang melaksanakan pelayanan santun lansia masih termasuk strata pratama yaitu belum tersedianya : - Ruang tunggu khusus lansia - Pegangan khusus untuk berjalan para lansia - Jalan khusus untuk kursi roda - Fasilitas kursi roda - Loket tersendiri khusus lansia - Family folder dan kartu - Ruang periksa khusus lansia - Toilet khusus lansia dengan pegangan - Lansia kit (2 lansia kit) - Petugas lansia yang sudah terlatih pemeriksaan lansia, konseling lansia, pendamping lansia Pembinaan kesehatan usia lanjut terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan, serta dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan peran lintas sektor dan lintas program.. 34.

(43) Ada beberapa sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pelayanan kesehatan lansia yang belum tersedia di puskesmas diantaranya buku kesehatan lansia, format instrument pemeriksaan lansia (P3G ADL IADL GDS dan lain-lain), kohort lansia dan format khusus pencatatan hasil pemeriksaan lansia. Upaya yang telah dilakukan baru pembinaan secara rutin ke 50 puskesmas dengan menggunakan daftar ceklis dan instrumen penilaian puskesmas santun lansia. Namun upaya yang telah dilakukan belum optimal dalam meningkatkan kualitas pelayanan lansia maka perlu dilanjutkan ditahun berikutnya serta di rekomendasikan menerbitkan SK puskesmas santun lansia dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang serta mengusulkan pelatihan/ peningkatan kompetensi teknis petugas lansia dalam pelayanan puskesmas santun lansia. Indikator Kinerja 1.12 Persentase Balita Gizi Buruk Ditangani Indikator balita gizi buruk yang ditangani adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun 0-59 bulan dengan status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan BB/PB atau Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB dengan nilai Z-score -3 SD sangat kurus dan atau terdapat tanda klinis gizi buruk lainnya buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Capaian indikator kinerja persentase gizi buruk yang ditangani dapat dilihat pada tabel 3.14. Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja 1.12 Persentase Balita Gizi Buruk Ditangani Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Balita Gizi Buruk Ditangani. 100 %. 100 %. Capaian 100 %. Dalam tabel 3.14 terlihat bahwa Persentase Balita Gizi Buruk Ditangani sebanyak 100 % dari target 100 %. Semua balita gizi buruk wajib mendapatkan perawatan mulai dari pemantauan pertumbuhannya, konseling, pemeriksaan kesehatan ataupun dirawat di puskesmas atau rumah sakit. Di Kabupaten Karawang sudah ada kilinik rawat jalan untuk gizi buruk di 21 (dua puluh satu) puskesmas dan community feeding center (CFC) di 10 (sepuluh posyandu). Pada penemuan kasus balita gizi buruk berasal dari laporan kader, penemuan oleh bidan desa/tenaga kesehatan dan laporan dari masyarakat. Semua balita gizi buruk yang dilaporkan harus sudah dilakukan validasi dan verifikasi terlebih dulu oleh petugas. Untuk tahun 2018 validasi dan verifikasi gizi buruk tetap dilakukan oleh semua puskesmas untuk semua kasus gizi buruk yang ditemukan di Puskesmas. Indikator Kinerja 1.1.13 Cakupan Desa Siaga Aktif. 35.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah memodifikasi dan merencanakan pembangunan Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya dengan menggunakan Sistem Ganda dan

Pencipta telah melakukan implemetasi kepada SMA Budi Luhur, Karang Tengah, Tangerang sebagai media pembelajaran bagi siswa dan siswi kelas 10, yang nantinya di

Dalam Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa untuk semuamata pelajaran sains, salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran sainsadalah

1agian eksterna terdiri dari penis yang merupakan organ yang banyak mengandung darah dan skrotum yang merupakan organ yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh..

Begitu juga pada berat badan akhir, dan pertambahan berat badan babi Landrace persilangan fase “finisher” yang mengalami peningkatan setelah diberikan

Komisi III DPR RI mendesak Menteri Hukum dan HAM RI untuk terus meningkatkan pengawasan terhadap orang asing terutama dalam mencegah dan menindak Tenaga Kerja Asing dan Pebisnis

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

NO NO.TILANG NAMA TERDAKWA / TERPIDANA ALAMAT TERDAKWA / TERPIDANA PASAL YANG DILANGGA BARANG BUKTI VERSTEK DENDA Rp, SUBSIDER BIAYA PERKARA