• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Terus terang, saya tersentuh dan terharu oleh antusiasme serta kehangatan sambutan mereka. Dalam sorot mata mereka, saya melihat kerinduan pada sosok pemimpin yang mau dan sanggup membela nasib mereka”, begitulah petikan salah satu ungkapan Aburizal Bakrie dalam pidato Mendaki Semeru (icalbakrie.com, 2012).

Gambar 1.1 : Pidato Aburizal Bakrie pada Rapimnas Partai Golkar, Juli 2012

Sumber: icalbakrie.com, 2012

Penyampaian pidato merupakan salah satu bentuk kemampuan berkomunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada publik. Pola komunikasi melalui pidato oleh presiden Indonesia dari masa kemasa memiliki keunikan tersendiri. Mulai dari presiden Soekarno yang terkenal sebagai orator ulung, Soekarno terkenal dengan pidatonya yang memikat karena penuh dengan gagasan baru dan semangat, penyampaian pidato yang dapat memukau publik yang mendengarkan, dan kerap ada repetisi kata ataupun anak kalimat

(2)

pidato-pidatonya lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa simbol. Pidato-pidato Presiden Soeharto juga diwarnai penggunaan diksi kedaerahan dan diksi khas yang menjadi ciri tuturan Presiden Soeharto. Adapun dalam hal gaya bahasa, pidato-pidato Presiden Soeharto didominasi oleh gaya bahasa repetisi dan gaya bahasa paralelisme dan menurut Tjipta Lesmana pola komunikasi Soeharto dalam pidato-pidatonya cenderung tertib dan monolog (2008, p.50). Gaya pidato seperti ini juga dilakukan oleh Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pidato-pidato Megawati ia kerap kali terikat dengan teks pidatonya sedangkan SBY dalam pidatonya lebih terkesan berhati-hati dalam memilih kata dan banyak menggunakan gerakan nonverbal. Saat tampil di hadapan publik untuk menyampaikan pidato, banyak pidato-pidato SBY yang merupakan upaya pembelaan diri dari kritikan-kritikan yang diberikan kepadanya.

Berbicara mengenai pidato presiden-presiden Indonesia dari masa ke masa, terkait pula dengan suasana politik di Indonesia pada tahun 2013. Dimana pada tahun 2013 merupakan tahun persiapan bagi para calon-calon presiden yang akan mengikuti pemilihan presiden 2014. Sebelum memasuki tahun 2014, sudah ada beberapa politisi yang mensosialisasikan diri mereka sebagai calon presiden 2014, sebut saja Aburizal Bakrie yang mensosialisasikan dirinya sebagai calon presiden 2014 dari partai Golkar, menyusul Wiranto, Prabowo, dan Hatta Rajasa. Untuk mendapatkan dukungan publik sebanyak-banyaknya, para calon presiden tersebut mensosialisasikan diri dengan berbagai cara mulai dengan mensosialisasikan diri melalui media televisi, social media, buku, hingga berpidato di hadapan publik. Pidato merupakan salah satu medium komunikasi yang hingga kini banyak digunakan oleh para politisi untuk menyampaikan argumentasi dan pemikiran mereka, dan tentunya untuk mendapatkan dukungan publik. Little Jhon mengatakan bahwa untuk memenangkan dan membangun citra politik digunakan retorika, yang mana retorika sebagai seni berpidato sebagai komunikasi persuasif mengandung ajakan atau bujukan agar publik tergerak melaksanakan hal yang disampaikan oleh komunikator serta berfungsi untuk membangun dan mempertahankan citra (Little Jhon, 2004, p.50).

(3)

Pidato juga terkait dengan aktivitas Public Relations, khusunya dalam kegiatan Political Public Relations. Heryanto dan Zarkasy mengatakan hal yang paling menentukan keberhasilan pelaksanaan program-program Political Public Relations di lapangan adalah retorika (2012, p. 117). Political Public Relations berkenaan dengan aktivitas strategi komunikasi aktor-aktor peserta dalam proses politik yang bertujuan menginformasikan, mempersuasif tujuan-tujuan agar mencapai tujuan utama (Stromback & Kiousis, 2011, p.08). Froehilch & Rudiger mengungkapkan Political Public Relations sebagai penggunaan saluran-saluran media untuk mengkomunikasikan interpretasi isu-isu politik yang khusus dalam upaya-upaya pengumpulan dukungan publik (Heryanto & Zerkasy, 2012, p.08).

Pidato tidak hanya sebatas untuk mempersuasif publik, melainkan juga bertujuan untuk membangun citra politik. Contohnya saja citra politik yang dibangun oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang didukung oleh penelitian Marsefio Luhukay yang menganalisis pencitraan politik dalam pidato SBY dengan menggunakan pendekatan retorika (puslit2.petra.ac.id, 2007, vol.1,no 2). Kekuatan pidato untuk memperoleh dukungan publik juga dibuktikan melalui pidato-pidato Barack Obama, presiden Amerika Serikat. Kemenangan Barack Obama dalam pemilu presiden salah satunya karena kemampuaanya menyampaikan pidato dihadapan masyarakat Amerika dan mempersuasif publik melalui pidato yang disampaikannya (www.leadership-park.com).

Di awal tahun 2013, Komisi Pemilihan Umum menetapkan 12 partai politik yang lolos verifikasi untuk mengikuti pemilihan presiden pada tahun 2014, diantaranya adalah Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP) (Warta, 2013,p.06). Kedua belas partai ini partai ini lolos verifikasi karena telah lolos parliamentary threshold dan memiliki keterwakilan presentsae terntentu di kabupaten/kota dan

(4)

pemilihan umum pada tahun 2014 (http://www.voaindonesia.com). Dari beberapa politisi yang telah menetapkan diri sebagai calon presiden 2014, Aburizal Bakrie adalah politisi pertama yang telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2014, yang mana hal tersebut dilakukan dua tahun sebelum pemilihan presiden 2014, tepatnya pada Juni 2012 pada Rapimnas Partai Golkar. Pada pra observasi, peneliti menemukan bahwa Aburizal Bakrie ia kerap kali menyampaikan pidato di hadapan publik internal dan eksternal partai Golkar, seperti sejumlah pidato-pidato yang diposting dalam blog pribadinya, icalbakrie.com. Pidato-pidato-pidatonya tersebut antaralain pidato Mendaki Semeru yang ia sampaikan pada Rapimnas partai Golkar pada 1 Juli 2012; pidato politik di Acara Pembekalan Caleg dan Pengukuhan Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu (BKPP) Partai Golkar, Bali, 22 Juni 2013; pidato Penguatan Karakter Bangsa dan Visi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi di Orasi Ilmiah Wisuda Sarjana Universitas Nasional.

Gambar 1.2 Pidato Aburizal Bakrie pada Malam Penghargaan Achmad Bakrie XI. Jakarta, 25 Agustus 2013

Sumber: icalbakrie.com, 2013

Dalam pra observasi peneliti juga menemukan dalam beberapa pidato Aburizal Bakrie pada saat dan setelah ia mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2014, ia kerap memunculkan wacana empat pilar kebangsaan, globalisasi, dan Trilogi Pembangunan Soeharto dalam pidatonya.

(5)

Meskipun telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2014 sejak tahun 2012, namun hingga penulisan skripsi ini, peneliti menemukan bahwa tingkat elektabilitas Aburizal Bakrie terbilang rendah dibandingkan dengan nama politisi-politisi lain yang bermunculan diberbagai survei elektabilitas calon presiden 2014.

Tabel 1.1. Survei Elektabilitas Calon Presiden 2014

Politisi LSI LSN CSIS SSS

Aburizal Bakrie 17,5% 7,1% 8,9% 10,6% Wiranto - 12% 4,1% - Megawati 18,3% 8,8% 14,4% 22,4% Prabowo 18% 20,1% 14,5% 25,8% Jusuf Kalla - - 11,1% 14,9% Sumber: Tempo, 2012, p.17

Tabel 1.2. Survei Elektabilitas 3 Partai Politik Terbesar

Sumber: Tempo, 2012, p.17

Dari dua tabel diatas dapat dimaknai bahwa tingkat elektabilitas Aburizal Bakrie tidak sebanding dengan elektabilitas partai Golkar yang berada di urutan

Partai Politik Lembaga Survei Indonesia Political Weather Stations PDIP 13,6% 97% Golkar 17,7% 98% Demokrat 13,4% 95%

(6)

Selain tingkat elektabilitas yang tidak sebanding dengan elektabilitas partai Golkar, jika dibandingkan dengan tokoh partai Golkar seperti Jusuf Kalla, elektabilitas Aburizal Bakrie masih dibahwa Jusuf Kalla. Jusuf Kalla dengan elektabilitas sebesar 95,8% dan Aburizal Bakrie sendiri sebesar 90,9%. Elektabilitas merupakan faktor penting bagi politisi yang akan bersaing dalam pemilihan umum, tingkat elektabilitas sangat dipengaruhi oleh citra dan popularitas. Kedua faktor ini saling terkait karena perolehan suara tidak hanya sebatas ditentukan oleh citra tapi juga popularitas yang dimiliki oleh calon atau kandidat. Popularitas ini menuntut para kandidat untuk menampilkan identitasnya sesuai dengan harapan atau keingin publik (Indrayani, 2009, p.04). Citra positif diyakini sebagai bagian terpenting dari tumbuhnya preferensi-preferensi calon pemilih terhadap kandidat atau partai politik.

Dengan melihat fenomena kekuatan sebuah pidato untuk mempengaruhi publik dan dapat membangun citra, maka peneliti tertarik untuk meneliti pencitraan politik dalam pidato Aburizal Bakrie. Alasan peneliti ingin meneliti pencitraan politik dalam pidato Aburizal Bakrie karena berdasarkan data yang ditemukan peneliti, identitas Aburizal Bakrie sebagai seorang politisi dan pemimpin masih belum banyak diketahui oleh publik, sehingga peneliti ingin mengetahui citra seperti apa yang sebenarnya ingin dibangun oleh seorang Aburizal Bakrie. Untuk mengetahui pencitraan politik Aburizal Bakrie peneliti menggunakan metode analisis wacana Roger Fowler dan kawan-kawan. Peneliti menggunakan analisis analisis wacana Roger Fowler dan kawan-kawan karena analisis ini merupakan salah satu bentuk analisis wacana yang mengungkapkan makna-makna latent atau tersembunyi dalam sebuah teks yang dikaitkan dengan konteks historis (peristiwa sosial) Dengan analisis wacana ini peneliti dapat mengungkapkan bentuk-bentuk kekuasaan dan ideologi komunikator yang terkandung dalam sebuah teks. Analisis wacana analisis wacana Roger Fowler dan kawan-kawan dinilai relevan untuk menganalisis pencitraan politik Aburizal Bakrie karena dapat menganalisis pesan-pesan sebenarnya yang dimaksudkan oleh Aburizal Bakrie dalam teks-teks pidatonya.

(7)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pencitraan politik Aburizal Bakrie dalam teks pidato Mendaki Semeru yang disampaikan pada di Rapimnas III partai Golkar dan teks pidato Indonesia Dalam Mimpi Saya yang disampaikan pada Malam Penghargaan Achmad Bakrie ke XI?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra politik yang dibentuk oleh Aburizal Bakrie dalam teks pidato Mendaki Semeru dan Indonesia Dalam Mimpi Saya, yang mana kedua pidato tersebut disampaikan pada Rapimnas III partai Golkar dan Malam Penghargaan Achmad Bakrie.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Political Public Relations, khususnya membangun pencitraan politik melalui teks-teks pidato. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian penggunaan metode analisis wacana kritis dalam teks-teks pidato.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi politisi atau kandidat presiden bahwa salah satu upaya untuk membangun citra politik dapat dilakukan melalui retorika politik.

1.5. Batasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti membatasi hanya pada teks pidato Mendaki Semeru yang disampaikan pada Rapimnas III partai Golkar, 2012, dan teks pidato Indonesia Dalam Mimpi Saya yang disampaikan pada saat Malam Penghargaan Achmad Bakrie Award XI, 2013. Alasan peneliti memilih kedua teks pidato tersebut karena kedua teks pidato

(8)

Aburizal Bakrie, selain itu, kedua teks pidato tersebut mencakup publik eksternal dan internal partai Golkar. Teks pidato Mendaki Semeru merupakan pidato deklarasi Aburizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 partai Golkar yang disampaikan dihadapan kader-kader partai Golkar yang merupakan publik internal partai dan teks pidato Indonesia Dalam Mimpi Saya dipilih karena pidato tersebut disampaikan dihadapan kalangan intelektual yang merupakan eksternal publik partai Golkar.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang hal-hal pokok permasalahan yang diteliti dalam penelitian yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematikan penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori yang berguna sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini. Landasan teori yang beirsi teori-teori mengenai Political Public Relations , komunikasi politik, retorika dan pidato, analisis wacana Roger Fowler dan kawan-kawan, nisbah antar konsep, dan kerangka pemikiran.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang definisi konseptual, jenis penelitian, metode penelitian, subjek dan objek penelitian, unit analisis, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB 4 ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan dijabarkan subjek penelitian, deskripsi temuan data, interpretasi data, dan analisis data

(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, peneliti memberikan kesimpulan hasil penelitian dan memberikan saran berdasarkan kesimpulan yang diperoleh.

Gambar

Gambar 1.1 : Pidato Aburizal Bakrie pada Rapimnas Partai Golkar,  Juli 2012
Gambar 1.2  Pidato Aburizal Bakrie pada Malam Penghargaan Achmad  Bakrie XI. Jakarta, 25 Agustus 2013
Tabel 1.1. Survei Elektabilitas  Calon Presiden 2014

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan suatu karya penulisan baru yang dapat mendukung dalam pengolahan data pada sistem informasi inventori barang

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan / ada peningkatan nilai rata-rata pada Kelas VII di SMP Negeri 1 Sumbawa antara sebelum dan

Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama V Alat/Bahan/Sumber Belajar:.. A Kerja logam,

Mani beye yewemoi impa aye dobe ae impa waodani keweñomo impa, Omakaweno, dobe yewemoi impa ébano neente kiwiginani ante ñanonte mongi beye, godomenke odomo ate wadepo

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Tugas akhir ini ditulis sebagai prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian di atas berfokus pada metode