• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1 Film

2.1.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa

“Film adalah bentuk komunikasi massa elektronik yang berupa media audio visual. Film merupakan penemuan teknologi baru yang muncul pada akhir abad k-19. Film ini berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum“ (McQuail, 1987, p.13).

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang sudah sangat dikenal. Dengan caranya sendiri, film memiliki kemampuan untuk mengantar pesan secara unik. Film dapat juga dipakai sebagai sarana pameran bagi media lain dan juga sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi, film seri, serta lagu (McQuail, 1987).

Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”. Kata “pranata” sendiri berarti film mempunyai fungsi mempengaruhi orang baik bersifat negatif maupun positif bergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu (Marburi, 2010)

Dengan melihat pada definisi-definisi tentang film di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa film adalah salah satu bentuk media komunikasi massa dalam bentuk audio visual yang memiliki kemampuan untuk mengantar pesan secara unik, serta mempunyai fungsi mempengaruhi orang baik bersifat negatif maupun positif bergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu.

(2)

Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Effendy adalah (2002) : a. Menyiarkan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain)

Fungsi utama dari film, radio dan televisi adalah untuk menghibur. Khalayak pergi ke bioskop, mendengarkan radio atau melihat televisi adalah untuk mencari hiburan. Kisah-kisah yang terdapat dalam film, propaganda radio dan televisi juga menyajikan segi-segi informasi dan pendidikan (Effendy, 2002).

2.1.2 Film Superhero

Film Superhero adalah kisah klasik perseturuan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter Superhero memiliki kekuatan serta kemampuan fisik ataupun mental jauh diatas manusia rata-rata. Cerita biasanya diawali dengan latar belakang sang Superhero mendapatkan kekuatannya dan selalu diakhiri dengan duel melawan si tokoh jahat. Film Superhero pada umumnya juga penuh dengan adegan-adegan atau aksi menawan yang kaya akan efek visual. Film-film Superhero pada umumnya juga menghabiskan biaya produksi yang sangat besar namun hingga kini terbukti masih menjadi formula yang sangat ampuh untuk menarik perhatian penonton dari kalangan manapun (Prasetia, 2008).

Pada umumnya, film-film Superhero sering menampilkan sosok Superhero yang berkulit putih sebagai orang Amerika dan penjahat berkulit hitam, Asia, Arab dan Latin. Karakter Superhero biasanya ditampilkan sebagai laki-laki muda, kulit putih, ganteng dan atletis. Dengan menunjukkan melalui bentuk tubuh yang kuat, berotot, perut six pack, badan ideal atau paling tidak dengan bentuk tubuh yang normal akan memungkinkan mereka melakukan tindakan Heroik tersebut dan tentu sosok Superhero memiliki kekuatan super yang tidak dimiliki oleh orang-orang pada umumnya. Hal ini dikarenakan seorang Superhero harus melakukan tindakan-tindakan berani dan berbahaya untuk melindungi yang lemah (Adi, 2008).

(3)

2.1.3 Superhero

Superhero merupakan tokoh heroik yang memiliki misi tanpa pamrih dengan tujuan untuk sosial, memiliki kemampuan yang luar biasa atau yang biasa kita sebut kekuatan super, memiliki pengetahuan mengenai teknologi dan memiliki kekuatan fisik, mental dan ketrampilan yang tinggi. Selain itu Superhero juga memiliki identitas yang terkandung dalam kode nama (nama yang dipakai pada saat menjadi Superhero) dan kostum khusus yang biasanya mengungkapkan biografi, kekuatan, karakter ataupun asal (transformasi dari orang biasa menjadi Superhero), dan juga dapat dibedakan menurut karakter dari genre terkait (fantasi, fiksi ilmiah, detektif, dan lain-lain). Biasanya seorang Superhero memiliki identitas ganda, dimana salah satu identitas tersebut benar-benar dijaga kerahasiaan. Identitas ganda ini digunakan untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya (Coogan, 2006)

Menurut Judge Learned Hand dalam buku “Superhero: The Secret Origin Of A Genre”(2006) karangan Peter Coogan, mengatakan bahwa pada umumnya karakteristik dari seorang Superhero adalah memiliki misi, kekuatan, identitas dan kostum. Dalam hal misi, Superhero memiliki misi dalam hal sosial dan bukan untuk kepentingan pribadi, yang berarti dia melawan musuhnya harus sesuai dengan adat istiadat, kearifan masyarakat dan tidak boleh ditujukan untuk keuntungan atau kepentingan diri sendiri. Tanpa sebuah misi, Superhero hanya seorang individu yang sangat membantu dalam krisis (seperti Hugo Hercules, pahlawan super-kuat eponymous dari J. Kroener itu 1904-1905 komik strip, yang mungkin mengatur kereta api kembali di atas rel atau mengangkat gajah sehingga seorang wanita bisa mengambil saputangan), seseorang yang menggunakan kekuatan untuk kepentingan dirinya (seperti Hugo Danner, protagonis superpowered dari Philip Wylie dalam Gladiator, yang menggunakan kekuatan super untuk mencari nafkah sebagai orang kuat dalam sirkus), atau supervillain.

Kedua adalah kekuatan. Kekuatan merupakan elemen paling penting yang dimiliki oleh Superhero, karena tanpa kekuatan dia tidak akan dengan mudah menyelamatkan masyarakat. Hand (2006) mengidentifikasi Superman dan Wonder Man memiliki "kekuatan ajaib dan kecepatan" dan menjadi "sepenuhnya tahan" untuk

(4)

menyakiti. Hand juga mengutip contoh ketika mereka masing-masing senjata ada di tangan mereka, merobek pintu baja hingga terbuka, menghentikan peluru, dan melompat di sekitar bangunan kota modern. Kekuatan Superman menunjukkan bahwa kekuatannya lebih dari manusia super fiksi ilmiah yang datang sebelum dia. Hugo Danner di The Gladiator tahan terhadap peluru, memiliki kekuatan super dan kecepatan super. Dalam edisi pertama Action Comics, Superman menampilkan kekuatan super, kecepatan super, super-melompat, dan kekebalan pada tingkat hanya sedikit lebih besar dari Danner. Seiring waktu, meskipun kekuatan Superman jauh melampaui dan hanya melebih-lebihkan kekuatan, kecepatan, dan ketangguhan manusia biasa sebagai kekuatan manusia super telah dilakukan.

Ketiga adalah identitas. Elemen dari identitas adalah kode nama heroik dan kostum, karena identitas rahasia adalah yang melatarbelakangi sebuah nama. Sebuah identitas harus juga menandai Superhero sebagai sosok yang berbeda dari Superhero yang sebelumnya. Catatan Hand dalam Action Comics dan Wonder Comic bahwa karakter heroik dengan identitas-Superman dan Wonder Man-yang menyembunyikan "skintight kostum akrobatik" di bawah pakaian biasa yang mereka gunakan. Hand di sini juga mengidentifikasi dua elemen yang membentuk konvensi identitas superhero yaitu kode nama heroik dan kostum. Konvensi identitas yang paling jelas menandai Superhero yang berbeda dari pendahulunya. Karakter seperti Scarlet Pimpernel dan Zorro didirikan baik heroik dan identitas rahasia yang menjadi keunggulan dari Superhero.

Keempat adalah kostum. Perbedaan antara Superman dan tokoh-tokoh sebelumnya seperti Shadow atau Doc Savage terletak pada unsur identitas pusat ke Superhero yaitu kostum. Meskipun Superman bukanlah pahlawan berkostum pertama, kostum menandai keberangkatan yang jelas dan mencolok dari orang-orang dari pahlawan. Sebuah kostum pahlawan tidak melambangkan identitas karakter. Topi bungkuk, jubah hitam, dan syal merah Shadow atau masker dari Spider menyamarkan wajah mereka tetapi tidak menyatakan identitas mereka. Kostum Superman tidak, khususnya melalui lambang "S" yang terdapat dalam kostumnya. Demikian pula, kostum Batman yang menyatakan dia seorang kelelawar, seperti

(5)

kostum berselaput Spider-Man menyatakan dia seorang pria laba-laba. Kostum ini adalah representasi ikonik dari identitas superhero.

Superhero selain memiliki kemampuan atau kesaktian di atas rata-rata manusia, dia juga memakai pakaian yang khas dan menyolok serta nama yang khas dan digambarkan sebagai penolong dan pembasmi kejahatan. Superhero biasanya memiliki ciri-ciri yaitu punya kekuatan, ketrampilan dan alat yang luar biasa untuk melawan lawannya, kekuatan Superhero bervariasi seperti kemampuan super, kemampuan untuk terbang, peningkatan indra, memiliki senjata khusus atau teknologi, memiliki moral yang kuat termasuk risiko keamanan diri sendiri untuk otang lain dan tanpa imbalan, memiliki identitas rahasia untuk melindungi orang-orang yang dikasihi terhadap serangan musuh.

2.1.4 Hero dan Superhero dalam Media

Di dalam sebuah cerita baik di novel maupun film selalu ada dua karakter, yaitu protagonis dan antagonis. Karakter baik (protagonis) seringkali disebut pahlawan atau Hero (Oxford, 2005, p. 729). Lawan dari para pahlawan tersebut biasa disebut dengan villain/penjahat (antagonis), yaitu karakter utama yang jahat atau seseorang yang buruk secara moral atau bertanggung jawab sebagai penyebab kesusahan atau kesukaran, kerusakan, kekacauan, persoalaan, penyakit maupun kerugian.

Siapa saja bisa menjadi seorang Hero, contohnya seorang polisi, dewa, bahkan orang biasa. Hal ini berbeda dengan Superhero, tidak semua orang bisa menjadi Superhero, karena Superhero adalah seseorang biasa yang memiliki ilmu atau kekuatan, atau supranatural untuk membantu dan melindungi yang lemah demi kepentingan umum. Superhero rela berkorban tanpa mengharapkan imbalan. Superhero pada awalnya meripakan bentuk Pop Culture dari Hero itu sendiri (Wetzstein, 2001).

Hubungan mengenai superhero dan media, akan dijelaskan melalui bagan di bawah ini :

(6)

Bagan 2.1 Hubungan Hero dan Superhero dalam Media Sumber : Asmoyong, Y. 2012. p. 11

2.1.5 Karakter Sebagai Komponen Film

Karakter-karakter dalam sebuah film bertugas membawakan cerita dengan berbagai dialog yang diucapannya. Mereka menuntun para penonton untuk mendalami cerita secara filmis, sebuah sudut pandang film terhadap sebuah alur cerita. “Karakter yang baik tentunya dapat dilihat dengan jelas keberadaannya sehingga penonton diharapkan dapat merasa menyatu dengan karakter yang ditonton atau yang dipilihnya” (Set, 2005, p. 47). Dalam sebuah film terdapat berbagai macam karakter, antara lain karakter protagonis, antagonis, skeptis, bermuka dua, kontagonis, sidekick dan karakter pengiring. Namun pada penelitian ini hanya satu (1) jenis karakter yang digunakan yaitu karakter protagonis.

Yang dimaksud dengan karakter protagonis, yaitu “karakter utama yang ditugaskan untuk membawa jalannya cerita, menemui beberapa konflik dan memecahkan masalah sehingga mendapatkan penyelesaian” (Set, 2005, p. 47). Pada

Hero Tokoh Utama Baik Superhero Penolong, berani Media Kekuatan super Kebaikan hati

(7)

penelitian ini karakter protagonis yang akan diteliti menggunakan metode analisis isi, yaitu tokoh-tokoh utama dari tujuh (7) film.

2.2 Peran Gender 2.2.1 Peran Gender

Menurut Wood (2009), gender berbeda dengan dengan jenis kelamin (sex). Jenis kelamin dibedakan menurut faktor genetik dan biologis. Sedangkan gender adalah klasifikasi sosial yang didasarkan pada konstruksi masyarakat mengenai makna simbolik dan seks biologis (Wood, 2009). Pengertian gender dan bagaimana pengekspresian gender tergantung dari nilai-nilai sosial, kepercayaan, dan cara mengatur kehidupan dalam kelompok sosial (Wood, 2009). Karena itulah gender tidak terbentuk secara instant, namun dipelajari secara bertahap. Gender sendiri memiliki definisi, yaitu suatu konstruksi atau bentuk sosial yang bukan bawaan dari lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, waktu atau zaman, suku atau ras atau bangsa, budaya, status sosial, pemahaman agama, negara ideologi, politik, hukum dan ekonomi (Nugroho, 2008)

Setiap gender memiliki identitas yang berbeda. Identitas gender dipengaruhi oleh peran. Definisi peran gender menurut Nugroho (2008) adalah peran-peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditetapkan oleh budaya, hal dimana perempuan dan laki-laki disosialisasikan untuk melakukannya. “We are born male or female, but we learn to act in masculine and/or feminine ways (gender)” (Wood, 2009), maka dengan kata lain baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak untuk menjalankan peran mereka. Maskulinitas adalah menjadi kuat, ambisius, sukses, rasional dan ada pengendalian emosi. Peran laki-laki sejati adalah untuk sukses dan memegang kuasa dalam pekerjaan dan masyarakat. Sedangkan feminitas memiliki sifat menarik secara fisik, suka memuji, mampu mengekspresikan emosi, keibuan dan suka berhubungan dengan orang lain (Wood, 2009).

(8)

2.2.2 Peran Gender Perempuan

Perempuan tidak banyak mengikuti dan dipilih, namun sekarang mereka mampu diandalkan. Hampir setiap hari wanita akan menerima diskriminasi selama bekerja, namun saat ini di Amerika terdapat Undang-undang yang melarang diskriminasi gender dalam pekerjaan, di mana perempuan sudah mulai bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka (Wood, 2009). Peran gender perempuan tidak sama seperti dulu, kini perempuan dapat memiliki hak istimewa dan peran yang sama dengan laki-laki.

Dalam bukunya yang berjudul Gender Planning and Development – Theory, Practice and Training, Caroline Moser menguraikan sedikitnya tiga macam peran gender perempuan atau lebih dikenal dengan sebutan woman’s triple role (Moser, 1993) yaitu sebagai berikut:

• Peran Reproduktif

Peran ini berkaitan dengan bagaimana perempuan menjalankan perannya dalam memperhatikan dan memelihara rumah tangga dan seluruh anggota keluarga, termasuk merawat anak-anak, persiapan makanan, air, bahan bakar, persediaan alat dan perlengkapan rumah tangga, serta menjaga kesehatan keluarga. Pekerjaan reproduktif sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dalam pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja. Pada masyarakat miskin, peran reproduktif sering kali menjadi pekerjaan yang intens dan memerlukan banyak waktu. Sebagian besar peran ini menjadi tanggung jawab penuh bagi perempuan.

• Peran Produktif

Peran produktif berhubungan dengan proses produksi barang-barang konsumsi atau generasi pendapatan melalui kerja di dalam atau di luar rumah. Laki-laki maupun perempuan dapat melakukan peran ini. Namun dalam masyarakat, peran ini lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dibandingkan perempuan.

(9)

• Peran Masyarakat

Peran ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, misalnya dalam organisasi kolektif kegiatan sosial, jasa upacara atau perayaan, aktivitas peningkatan kualitas masyarakat, partisipasi dalam kelompok, klub, dan masih banyak lagi. Peran masyarakat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peran pengelolaan masyarakat dan peran politik masyarakat. Peran pengelolaan masyarakat adalah tipikal pekerjaan sukarela yang banyak dilakukan oleh perempuan untuk mengisi waktu bebas. Pekerjaan ini merupakan perluasan dari peran reproduksi mereka, untuk menjamin penyediaan dan pemeliharaan sumber daya konsumsi kolektif yang langka, seperti perawatan air, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan peran politik masyarakat lebih dominan dilakukan oleh laki-laki. Laki-laki memiliki profil yang lebih tinggi dalam hal pengambilan keputusan di ranah publik dan cenderung untuk memegang posisi mayoritas dalam politik lokal. Mereka duduk di dewan masyarakat dengan lebih banyak relawan laki-laki daripada perempuan. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa saat ini banyak kaum perempuan yang memiliki ruang dalam ranah politik. Keuntungan peran ini adalah pekerjaan mereka dibayar dan mampu meningkatkan status atau kekuatan mereka.

2.3 Analisis Isi

Sebagai salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan saat ini, analisis isi adalah metode yang bermanfaat dan telah digunakan dalam berbagai macam aplikasi penelitian di bidang informasi dan ilmu pengetahuan, analisis isi sendiri dibedakan menjadi dua yaitu, analisis isi kualitatif dan analisis isi kuantitatif (Zhang & Widemuth, p.1). Analisis isi kualitatif yaitu suatu metode analisa yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks sosial/realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat (Kriyantono, 2006). Analisis isi kualitatif lebih bersifat sistematis dan analitis, kategorisasi dipakai hanya sebagai guide, konsep atau kategorisasi lain diperbolehkan muncul selama proses riset (Kriyantono, 2006). Analisis isi kualitatif memperhatikan

(10)

tema unik yang menggambarkan kisaran makna dari fenomena daripada signifikansi statistik dari terbentuknya suatu teks atau konsep tertentu (Zhang & Widemuth, p.2).

Sedangkan analisis isi kuantitatif merupakan metode yang digunakan secara luas dalam komunikasi massa sebagai cara untuk menghitung elemen tekstual yang nyata (Zhang & Widemuth, p.1). Analisis isi kuantitatif menghasilkan angka yang dapat dimanipulasi dengan menggunakan berbagai metode statistik (Zhang & Widemuth, p.2). Metode analisis isi kuantitatif dikenal sebagai sebuah metode penelitian yang sistematik, objektif, dan cenderung fokus pada isi pesan (yang tampak atau manifest) di media massa (Kriyantono, 2006, p.228). Karakteristik sistematik metode analisis isi tercermin dari pemberlakuan prosedur yang sama untuk semua isi konten yang dianalisis, penggunaan kategori, kelas, dan klasifikasi yang diatur dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk memotret isi pesan yang dianalisis (Prajarto, 2010, p. 4). Sedangkan menurut Eriyanto (2011, p.11) analisis isi sendiri adalah suatu metode untuk mempelajari isi media (surat kabar, radio, film, dan televisi) yang tampak. Lewat analisis isi, peneliti dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan (tren) dari suatu isi.

Dalam penelitian ini, analisis isi yang digunakan oleh peneliti adalah analisis isi kuantitatif. Alasan peneliti menggunakan konten tentang peran gender perempuan (female gender role) untuk mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan dan perkembangan (tren) dalam karakter Superhero perempuan di film-film Superhero.

2.3.1 Tujuan Analisis Isi

Penggunaan analisis isi memiliki beberapa manfaat atau tujuan. McQuail (2000) mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis isi (dalam Kriyantono, 2006, p.229-230), adalah untuk:

• mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media • membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial

• isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat

(11)

• mengevaluasi media performance • mengetahui apakah ada bias media

2.3.2 Pendekatan Analisis Isi

Menurut Eriyanto (2011, p.47-53) ada tiga jenis pendekatan analisis isi : • Analisis Isi Deskriptif: analisis isi yang dimaksudkan untuk

menggambarkan secara detail (aspek-aspek dan karakteristik) dari suatu pesan, atau suatu teks tertentu.

• Analisis Isi Eksplanatif: analisis isi yang di dalamnya terdapat pengujian hipotesis tertentu. Analisis ini tidak hanya menggambarkan secara deskriptif isi suatu pesan tetapi juga mencoba mencari hubungan antara isi pesan dan variabel lain.

• Analisis Isi Prediktif: analisis yang berusaha untuk memprediksi hasil seperti tertangkap dalam analisis isi dengan variabel lain. Pada analisis ini data dari dua hasil penelitian (analisis isi dan metode lain), akan dihubungkan dan dicari keterkaitannya.

Dalam penelitian ini, pendekatan analisis isi yang digunakan adalah pendekatan analisis deskriptif. Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini adalah karena tujuan dari penelitian ini hanya bermaksud untuk menggambarkan secara detail (aspek-aspek dan karakteristik) mengenai peran gender perempuan dalam karakter Superhero perempuan di film Superhero.

2.4 Nisbah Antar Konsep

Film Superhero adalah kisah klasik perseturuan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter Superhero memiliki kekuatan serta kemampuan fisik ataupun mental jauh diatas manusia rata-rata. Cerita biasanya diawali dengan latar belakang sang Superhero mendapatkan kekuatannya dan selalu diakhiri dengan duel melawan si tokoh jahat.

(12)

Hampir setiap film Superhero menunjukkan bahwa mayoritas karakter utamanya adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih dipandang sebagai pelindung, penyelamat, pencari nafkah dan yang mengetahui banyak hal. Sedangkan perempuan selalu diposisikan sebagai pendukung karakter laki-laki terutama menjadi seorang kekasih yang menjadi pendorong kekuatan dari karakter laki-laki. Walaupun di dalam beberapa film dimana terlihat karakter wanita sebagai pemimpin, dia tidak akan berjuang sendirian akan tetapi tetap akan meminta bantuan dari laki-laki.

Karakteristik Superhero dibagi menjadi empat, yaitu adalah memiliki misi, kekuatan, identitas dan kostum. Dalam hal misi, Superhero memiliki misi dalam hal sosial dan bukan untuk kepentingan pribadi, yang berat dia melawan musuhnya harus sesuai dengan adat istiadat, kearifan masyarakat dan tidak boleh ditujukan untuk keuntungan atau kepentingan diri sendiri. Kedua adalah kekuatan. Kekuatan merupakan elemen yang paling penting yang dimiliki oleh Superhero, karena tanpa kekuatan dia tidak akan dengan mudah menyelamatkan masyarakat. Ketiga adalah identitas. Elemen dari identitas adalah kode nama heroik dan kostum, karena identitas rahasia adalah yang melatarbelakangi sebuah nama. Keempat adalah kostum. Kostum menandai keberangkatan yang jelas dan mencolok dari orang-orang dari pahlawan. Sebuah kostum pahlawan tidak melambangkan identitas karakter.

Saat ini Superhero tidak didominasi oleh laki-laki saja, namun perempuan juga bisa menjadi seorang Superhero. Gender tidak lagi menjadi masalah dalam pembagian peran tersebut. Caroline O.N Moser membagi peran gender perempuan menjadi tiga bagian (Woman’s Triple Role), yaitu peran produktif, peran reproduktif dan peran masyarakat.

Peneliti akan meneliti berdasarkan pada teori tentang 23 female gender role (peran gender perempuan) yang dikelompokkan dalam 3 klasifikasi utama, yaitu peran reproduktif, peran produktif dan peran masyarakat milik Caroline Mosser. Sedangkan untuk metode, peneliti memilih menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan deskriptif. Diharapkan dengan menggunakan metode tersebut, peneliti dapat mengetahui apa sajakah female gender role (peran gender perempuan) dalam film-film Superhero.

(13)

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Olahan Peneliti, 2014

Film Superhero adalah kisah klasik perseturuan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat.

Adanya pergeseran tokoh utama dalam film Superhero yang dapat dilihat dari sisi tokoh Superhero perempuan.

Bagaimana peran gender perempuan pada karakter Superhero perempuan dalam film Superhero   Peran Reproduktif : • Menjaga anak • Merawat anak • Menyiapkan makanan • Menyiapkan air

• Menyiapkan bahan bakar • Menyediakan perlengkapan rumah tangga • Menyediakan peralatan rumah tangga • Menjaga kesehatan keluarga Peran Produktif : • Melakukan pekerjaan di luar ataupun di dalam rumah • Mendapatkan penghasilan atau gaji Peran Masyarakat:

− Peran pengelolaan masyarakat • Mengikuti organisasi

kolektif sosial • Jasa upacara atau

perayaan

• Aktivitas peningkatan kualitas masyarakat • Berpartisipasi dalam

sebuah kelompok − Peran politik masyarakat

• Berpartisipasi dalam politik masyarakat lokal

Referensi

Dokumen terkait

Road Map penelitian yang berjudul “Pembuatan Matriks Hidroksiapatit-Kitosan untuk Bahan Baku Filamen Tulang Buatan dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) dengan

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa di MTs Muhammadiyah Al Manar

Dengan kata lain, sebuah variabel seperti motivasi kerja bias sebagai variabel dependen, variabel independen, intervening variabel atau moderating variabel, tergantung pada

Penelitian ini memberikan kontribusi dengan mengusulkan pendekatan untuk mengamati pengaruh pola hubungan pengembang terhadap jumlah isu yang berhasil diselesaikan

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sherly Rakhmawati yang berjudul ―pengaruh kepercayaan, persepsi kegunaan, persepsi kemudahan,

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan terdahulu maka berikut ini pe- nulis akan menguraikan inti dari bentuk kesimpulan adalah sebagai berikut bahwa dalam penerapan sangsi

yang berkembang di Jawa umumnya berarah barat-timur, maka secara teoritis dapat diinterpretasikan kelu- rusan struktur dengan arah barat- timur sebagai sesar naik