• Tidak ada hasil yang ditemukan

JPGMI, Vol. 4, No. 2, 2018 Hal [ ] ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JPGMI, Vol. 4, No. 2, 2018 Hal [ ] ISSN :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

113

PENERAPAN METODE KARYAWISATA PADA MATA PELAJARAN

AGAMA DALAM MEMBENTUK KEBERAGAMAAN SISWA KELAS 1

MI NAHJATUL FALAH BULUMANIS KIDUL MARGOYOSO PATI

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Pujianto1, Ahmad Ali Fikri2

1Mahasiswa PGMI IAIN Kudus, 2Dosen PGMI IAIN Kudus

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus E-mail : pujianto088@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan metode dalam suatu pembelajaran merupakan hal terpenting untuk kelancaran proses pembelajaran. Dengan metode yang tepat akan menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada sebelum menggunakan metode yang sesuai, dalam hal ini metode yang dipakai yaitu metode karya wisata. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketepatan penggunaaan metode karya wisata pada mata pelajaran agama pada jenjang pendidikan MI dan bisa berkontribusi besar pada dunia pendidikan, khususnya pada MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati sehingga pembelajaran akan lebih berwarna dan tidak akan menjadi jenuh karena kegiatan yang dilakukan yaitu tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan peneliti terjun langsung ke lapangan untuk menggali informasi secara mendalam. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode karyawisata dalam materi agama merupakan langkah yang paling tepat, karena dengan karyawisata siswa dapat diperkenalkan secara langsung adanya benda-benda ciptaan Allah, benda-benda buatan manusia beserta fungsinya, anak juga tahu adanya wali-wali Allah, serta tahu bahwa sebagai makhluk Allah sudah seharusnya mempunyai sikap mencintai lingkungannya dan bisa memanfaatkannya secara maksimal. Kata Kunci : Karya wisata, metode, pembelajaran

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan sumber daya manusia merupakan inti dan titik berat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan pencapaian pembangunan nasional di masa yang akan datang akan sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa kini. Sumber daya manusia di masa yang akan datang adalah anak-anak dan generasi muda pada masa kini. Hal ini berarti bahwa mempersiapkan dan membina anak-anak masa kini pada hakikatnya merupakan upaya mengembangkan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa yang akan datang (H. M. Surya, dkk, 2008: 24).

Pembangunan di bidang pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta

(2)

114

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warna negara yang demokratis serta tanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003, 2003: 1-2).

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang harus dirancang dengan baik. Proses pembelajaran harus mampu memadukan faktor-faktor dasar yang ada disertai kemampuan guru untuk melakukan improvisasi dan berbagai behaviour reportoire sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, membuat peserta didiknya betah dan mampu mengekspresikan potensinya, serta akhirnya berhasil mengantarkannya mencapai tujuan yang diidamkan (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2009: v).

Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator adalah menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa (Martinis Yamin, 2003: 13-14). Keingintahuan siswa ini bisa berupa pengalaman, baik itu pengalaman di dalam kelas maupun di luar kelas.

Mendapat pengalaman di luar kelas merupakan strategi kognitif di mana seseorang dapat belajar dari pengalaman dirinya dan pengalaman orang lain. Pengalaman yang didapat oleh siswa di luar kelas akan tercatat dalam benaknya dalam bentuk gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan dimana dapat dipresentasikan dalam bentuk kata-kata dan orang lain akan mengerti apa yang dimaksudnya (Martinis Yamin, 2003: 3). Dengan demikian metode yang dipergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan siswa (Martinis Yamin, 2003: 61). Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai yang diharapkan (Milan Rianto, 2006: 6). Menurut penelitian Kamsianah (2008), metode sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos yang terdiri dari dua suku kata yaitu

metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berati jalan atau cara. Lanjut menurut Kamsinah (2008), dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun masyarakat umum. Kegiatan

(3)

115

karyawisata dapat dilakukan diberbagai di lapangan. Untuk itu, perlu dibuat variasi objek-objek yang akan dikunjungi dari waktu ke waktu. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan siswa mempunyai kesempatan mengenal banyak objek yang berbeda. Kunjungan yang bervariasi itu merupakan salah satu cara untuk memperluas minat dan mengembangkan sikap-sikap yang konstruktif (Priyatno dan Ermananti, 1999: 270).

Pemilihan metode pembelajaran agama ditentukan apakah metode yang digunakan sesuai dengan karakteristik materi yang akan disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Disamping yang lebih penting lagi metode yang akan digunakan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat agama. Sebagai contoh tentang metode karyawisata (rihlah) dapat dipakai sebagai metode pengajaran agama. Seperti halnya kisah Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khaidir sebagai tercantum dalam surat al-Kahfi ayat 66-68. Dalam ayat tersebut Allah menyuruh manusia agar berjalan di bumi dan memperhatikan hal ihwal disekelilingnya untuk dijadikan i’tibar atau cerminan dalam kehidupan (Usman dan M. Basyiruddin Asnawir, 2002: 117-121).

Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dan dengan alam yang mengitarinya. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya intregitas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya (Dadang Kahmad, 2000: 29).

Jika kita renungkan lebih mendalam, dapat dikatakan bahwa tujuan paling penting amalan-amalan keagamaan adalah untuk mendidik kita agar memiliki pengalaman ketuhanan dan menanamkan kesadaran ketuhanan yang sedalam-dalamnya sebab dari kesadaran ketuhanan itulah berpangkal, bersumber dan memancar seluruh sikap hidup yang benar, dan dengan kesadaran ketuhanan itu pula manusia akan dibimbing ke arah kebajikan atau amal saleh yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat (Nur Cholish Madjid, 2000: 160).

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama pada masa hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama. Maka orang-orang itu dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa

(4)

116

menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama (Zakiah Darajat, 1996: 35).

Agama Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, menggali serta memperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah, memperhatikan keindahan alam, memperhatikan lingkungan, dan memperhatikan beraneka ragam ciptaan Allah SWT termasuk memperhatikan diri kita sendiri dengan mengambil hikmahnya. Perintah Allah SWT mengenai metode tersebut tergambar dalam al-qur’an :

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah SWT, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (Alqur’anul karim surah Ali Imran : 137).

Penerapan metode karyawisata sangat baik digunakan untuk menanamkan jiwa keagamaan pada siswa, karena dengan karyawisata siswa akan mengetahui dan melihat secara langsung banyaknya dan indahnya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, selain itu penglihatan secara langsung dapat membuat setiap siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehingga siswa ingin lebih mendalami ikhwal yang diminati dengan mencari informasi dari buku-buku sumber lainnya serta menumbuhkan rasa cinta kepada alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan. Dengan demikian jelaslah dengan menggunakan metode karyawisata seorang guru dapat menanamkan keberagamaan bagi siswanya.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa permasalahan dalam penelitian ini, sebagaimana berikut:

1. Bagaimana penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2018/2019?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2018/2019?

(5)

117

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, secara kongkrit dapat dikategorikan atas dua manfaat yaitu: Manfaat Akademis dan Manfaat Praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai metode karyawisata di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati. Sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan arah kepada sekolah terutama bagi guru atau siswa di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati.

II. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu

Skripsi yang disusun oleh Mulichatun (2011: 76) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Karyawisata Terhadap Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas VII MTs Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati Tahun 2011”. Dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Disana dijelaskan bahwa dari hasil uji hipotesis penerapan metode karyawisata terhadap motivasi belajar siswa kelas VII MTs Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati Tahun 2011 ada pengaruh yang signifikan antara penerapan metode karyawisata terhadap motivasi belajar siswa kelas VII MTs Ihyaul Ulum Wedarijaksa Tahun 2011. Dari hasil perhitungan diperoleh, besarnya koifisien determinasi (R) sebesar 44,2%. Hal ini berarti ada pengaruh dalam penerapan metode karyawisata terhadap motivasi belajar siswa.

(6)

118

Skripsi yang disusun oleh Latifatul Anisah (2008: 80) dengan judul “Pengaruh Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Terhadap Perilaku Keberagamaan Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Darul Ulum 2 Ngembalrejo Bae Kudus”. Dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Disana dijelaskan bahwa ada pengaruh yang positif mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terhadap keberagamaan siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai Freg yang diperoleh sebesar 9,670 dengan p value 0,004<0,05.

2.2. Teori Pendukung

Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau

melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan

yang dilalui untuk mencapai tujuan (M. Arifin, 96: 61). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “Cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan” (Kamisa, 1997: 369). Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologi (istilah), metode dapat dimaknai sebagai “Jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan (Armai Arief, 2002: 87).

Berangkat dari pembahasan metode di atas, metode karyawisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum. Karyawisata dalam arti pembelajaran berarti kunjungan di luar kelas dalam rangka belajar (Ismail SM, 2009: 23). Menurut Hildebrand menjelaskan bahwa, karyawisata bagi anak TK/RA, berarti: “Memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara langsung”. Sementara Welton & Mallon menjelaskan, karyawisata juga berarti: “Membawa anak TK/RA ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas”. Sementara Foster & Headley juga menjelaskan bahwa karyawisata bagi anak TK/RA adalah “Memberi kesempatan anak untuk mengobservasi dan mengalami sendiri dari dekat” (Moeslichatoen R, 1999: 25). Disini mengambil definisi dari anak TK/RA karena yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 1 dimana siswa kelas 1 sifatnya masih terbawa oleh sifat ketika masih berada di TK/RA. Maka dari itu tidak ada salahnya untuk mengambil definisi TK/RA tersebut.

(7)

119

Penggunaan metode karyawisata sangat realistis dalam proses belajar mengajar, karena siswa dibawa pada objek secara langsung, sehingga ia dapat mengamati situasi yang asli, memberi motivasi untuk mengamati sendiri, mencari iklim baru dalam proses belajar-mengajar, mengembangkan, menanamkan dan memupuk cinta akan ciptaan Allah SWT yang dapat mempertinggi dan mempertebal rasa keyakinannya akan keagungan-Nya (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006: 195).

Agama adalah “Suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu maupun kelompok, mempunyai hubungan pengaruh-mempengaruhi dan saling bergantung (interdependence) dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial dalam masyarakat manapun” (Dadang Kahmad, 2000: 22). Menurut Zakiyah Darajat (1993: 127), agama adalah “Yang dirasakan dengan hati, pikiran dan yang dilaksanakan dengan tindakan, serta membentuk dalam sikap dan cara menghadapi hidup pada umumnya”.

Sedangkan istilah keberagamaan merupakan kata turunan dari agama yang berarti “Memeluk (menjelaskan) agama, beribadah menurut agama dan gemar sekali terhadap agama” (W.J.S. Poerwa Darminta, 1984: 9). Menurut Muslim A Kadir (2003: 106), keberagamaan merupakan “Respon terhadap sesuatu yang diyakini sebagai realitas mutlak dan diungkapkan dalam pemikiran, perbuatan dan kehidupan kelompok”. Jadi keberagamaan adalah pelaksanaan secara nyata ajaran agama oleh manusia, baik individu atau kelompok.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini yaitu jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif, karena penggunaan metode kualitatif ini didasarkan pada pertimbangan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan lebih tepat jika menggunakan metode kualitatif, karena melalui metode kualitatif seluruh kejadian dalam suatu konteks sosial dapat ditemukan pemecahannya.

Peneliti mengadakan pengamatan atau wawancara langsung terhadap obyek atau subyek penelitian, oleh karena itu peneliti terjun langsung ke lapangan dan terlibat langsung. Tujuan menggunakan deskriptif kualitatif pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan materi yang diajarkan dalam membentuk keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2018/2019 dan bagaimana penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2018/2019.

(8)

120 3.2. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselediki (S. Margono, 1995: 23). Disini data primer berasal dari nara sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru-guru, dan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati. Kemudian yang kedua yaitu data sekunder dimana merupakan data yang diperoleh lewat pihak lain yang tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian. Data sekunder dalam penelitian bisa berupa dokumen atau catatan yang diperoleh dari MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik yang dikumpulkan yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi sendiri yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai penerapan metode karyawisata di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2018/2019. Kemudian wawancara yang dipakai dalam penelitian ini lebih tepatnya yaitu wawawncara terstruktur dimana wawancara yang dilakukan dengan cara bertatap muka langsung dengan informan yang dimintai keterangan mengenai penelitian ini dengan menggunakan alat yang disebut interview guide (pedoman wawancara). Sedangkan yang terakhir yaitu dokumentasi yang merupakan hal terpenting untuk dimiliki karena bisa sebagai bukti bahwa apa yang telah dilakukan benar-benar dilaksanakan. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan interview dalam penelitian (S. Margono, 1995: 158).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Alqur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI) di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margyoso Pati menggunakan Kurikulum 2013 dimana unsur pada pendidikan Islam sangat kental terasa. Oleh karena itu agar pendidikan dapat berhasil dengan baik sesuai dengan harapan pendidikan, maka materi yang disampaikan haruslah disusun sedemikian rupa sehingga materi itu akan mudah diterima anak didik.

(9)

121

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Madrasah Ibtidaiyah Nahjatul Falah, yaitu Ibu Ratih Agnityas Wulandari (2018), tujuan adanya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati sangat jelas, yaitu karena sekolah tersebut adalah sekolah Islam atau yang biasa disebut dengan istilah Madrasah dan supaya nantinya siswa bisa meniru apa yang telah dicontohkan dalam kesehariannya. Selain itu pada saat dewasa nanti siswa akan merasakan betapa pentingnya agama dan bisa dijadikan bekal dikehidupannya kelak. Sehingga saat dewasa nanti bisa menjadi pribadi muslim yang baik dan berbakti kepada orangtua serta menjadi orang yang berguna bagi negara, masyarakat dan agama.

Ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul dalam hal ini khususnya materi Akidah Akhlak dalam buku Guru terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia (2014: xiii-xv) meliputi a). Mengenal enam rukun iman, b). Mengenal dua kalimat syahadat, c). Memahami perilaku akhlak terpuji hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari, d). Memahami adab mandi dan berpakaian, e). Menjelaskan akhlak tercela hidup kotor dalam kehidupan sehari-hari dan cara menghindarinya, f). Mengetahui kalimat thayyibah (Basmalah), g). Mengenal sifat-sifat Allah Swt. yang terkandung dalam Asmaul Husna (Ar-Rahman, Ar-Rahim dan AsSami'), h). Memahami adab belajar, bermain, makan dan minum, i). Memahami sikap ramah dan sopan santun terhadap orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari, j). Menjelaskan akhlak tercela: berbicarakotor dan bohong/dusta, dalam kehidupan sehari-hari

Dalam menanamkan dasar-dasar keimanan pada siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati seperti yang diungkapkan oleh kepala MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati yaitu Ibu Ratih Agnityas Wulandari (2018) bahwa “Dalam menanamkan dasar-dasar keimanan dan akhlak kepada anak-anak di MI Nahjatul Falah ini melalui kebiasaan sehari-hari dan pengalaman secara langsung di lingkungan sekitar”. Kemudian penanaman nilai-nilai keberagamaan di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati dinilai sangat efektif, karena di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati para pendidik telah memberikan contoh dengan sesuatu yang baik atau religius, santun, ringan tangan, empati pada kesusahan, dan saling menyayangi terhadap sesama.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 18 September 2018, penanaman akidah yang ditanamkan kepada siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati dengan

(10)

122

melalui sebuah hafalan-hafalan seperti berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, menghafal Asmaul Husna sebelum masuk ke kelas, mengenal adanya 10 malaikat Allah beserta tugasnya serta nama-nama rasul Allah, menghafalkan rukun Iman dan rukun Islam, melihat ciptaan-ciptaan Allah dan sebagainya. Semuanya itu diperkenalkan kepada siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati agar mereka lebih mengenal Tuhannya, dan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati hanya berfikir bahwa semuanya itu akan membawanya mendapatkan pahala. Dalam hal memberikan pembelajaran tambahan, menurut Ibu Sukeni (2018) yaitu ibadah kepada siswa dengan melafalkan niat wudhu dan shalat secara berulang-ulang. Dan yang pertama kali ditekankan yaitu supaya siswa tahu dulu agar mereka lancar dalam pembelajaran kedepannya dan bisa mengikuti dengan baik untuk selanjutnya. Kemudian siswa juga diajari selalu bersikap santun dan ringan tangan (suka membantu) terhadap sesama, empati terhadap kesusahan dan segala masalah persoalan sosial di lingkungan sekitarnya.

Penanaman akhlak kepada siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati berdasarkan hasil observasi tanggal 20 November 2018 dilakukan berkisar pada kegiatan sehari-hari. Maka suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa akhlak bukan hanya merupakan suatu pelajaran yang cukup dimengerti dan dipahami saja, tetapi yang lebih penting adalah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan penulis bahwa, siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul dibiasakan berakhlakul karimah seperti tidak saling bertengkar, jika ada pertengkaran langsung saling meminta maaf, hidup bersih dengan membuang sampah pada tempatnya, menjaga tanaman dengan merawatnya, bersikap sopan santun kepada orang tua dan guru dengan membiasakan berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan gurunya dan masih banyak lagi.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Sukeni pada tanggal 17 November 2018, siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati mulai mengenal Tuhannya melalui kata-kata atau keterangan-keterangan yang diucapkan oleh guru mereka. Seperti diberikan contoh dengan cara memperlihatkan secara langsung akan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar yang merupakan ciptaan Allah.

Siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati menjadi tahu bahwa Allah lah yang menciptakan alam semesta dan seisinya melalui pengenalan akidah dalam sehari-harinya di Madrasah. Seperti adanya gunung, matahari, bintang, bulan, dan sebagainya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa yang bernama Ahmad Khoirul Fauzi pada

(11)

123

tanggal 21 November 2018 dan ini menunjukkan bahwa akidah siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati masih dalam tahapan rasa heran dengan semua ciptaan Alah. Mereka tahu bahwa semua yang ada di alam semesta terutama benda-benda langit adalah ciptaan Allah. Seperti yang telah dijelaskan oleh Jalaluddin bahwa, menurutnya rasa heran merupakan salah satu sifat-sifat keberagamaan yang dilalui pada masa kanak-kanak (Jalaluddin, 2004: 73).

Selain itu siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati juga tahu dan dapat menyebutkan nama-nama 10 Malaikat Allah, dapat menyebutkan rukun Iman, serta dapat menyebutkan beberapa Asmaul Husna. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Nabila Qonita Az Zahra sebagai salah satu siswa MI Nahjatul Falah pada tanggal 21 November 2018 dan ini menunjukkan bahwa akidah siswa MI Nahjatul Falah juga masih dalam tahapan verbals, yaitu mereka dapat menyebutkan dan melafalkan kalimat-kalimat keagamaan. Mereka tau bahwa dengan semuanya itu akan membawanya mendapatkan pahala dan masuk surga. Menurut Jalaluddin, verbals merupakan salah satu sifat-sifat keberagamaan yang dilalui pada masa kanak-kanak. Mereka hanya sebatas menghafal kalimat-kalimat keagamaan yang diajarkan kepada mereka (Jalaluddin, 2004: 72).

Dari hasil pengamatan pada tanggal 28 November 2018 dalam bidang ibadah, siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso menunjukkan pada saat pembelajaran ibadah siswa dapat melafalkan bacaan niat shalat meskipun terkadang ada yang terbalik-balik bahkan salah. Kemudian ada juga yang bermalas-malasan bahkan ada yang bermain-main.

Perilaku tersebut menunjukkan bahwa, tingkat keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati masih dalam tahapan unreflective yaitu pemahaman dan kemampuan anak dalam mempelajari nilai-nilai keagamaan menampilkan sesuatu yang belum serius dan belum mendalam. Hal ini senada dengan Jalaluddin, menurutnya unreflective

merupakan salah satu sifat-sifat keberagamaan yang dilalui pada masa kanak-kanak (Jalaluddin, 2004: 70).

Dari hasil pengamatan di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati pada bidang akhlak cukup bagus. Ini ditunjukkan oleh sikap atau perilaku mereka saat sampai di madrasah, mereka mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan guru mereka. Siswa juga sudah cukup bisa mengendalikan emosinya. Ini ditunjukkan pada saat ada pertengkaran mereka kemudian bisa saling memaafkan dan bermain bersama kembali. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa, sifat keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul

(12)

124

Margoyoso Pati masih dalam tahapan imitatif yaitu meniru dengan lingkungannya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Jalaluddin bahwa, menurutnya imitatif merupakan salah satu sifat-sifat keberagamaan yang dilalui pada masa kanak-kanak (Jalaluddin, 2004: 73).

Dari beberapa pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa, untuk menanamkan kepada siswa mengenai nilai-nilai keberagamaan, sangat mudah sekali jika menggunakan metode karyawisata, karena dengan menggunakan metode karyawisata siswa dapat melihat secara langsung kekuasaan Allah yang sangat berkuasa atas makhluknya di muka bumi ini yang harus dilestarikan dan dimanfaatkannya sesuai kebutuhan serta tahu akan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.

Menurut Ibu Sukeni, ada beberapa pendukung sehingga metode karyawisata di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati selalu digunakan dalam pembelajaran.

Pertama antusias siswa dalam mengikuti kegiatan karyawisata tersebut. Karena pada saat karyawisata berlangsung siswa dapat mengembangkan pemikirannya mengenai apa yang dilihatnya dan juga karena pembelajaran siswa MI untuk kelas rendah lebih menekankan belajar sambil bermain. Kedua karyawisata juga dapat meningkatkan pengembangan kemampuan sosial, sikap, dan nilai-nilai kemasyarakatan pada siswa. Misalnya sikap mencintai lingkungan hidup. Ketiga karyawisata juga akan membuat siswa lebih paham atas apa yang sebelumnya dijelelaskan oleh guru, karena dengan karyawisata siswa mendapatkan pemahaman penuh setelah melihatnya secara langsung. Yang terakhir menurutnya bahwa penggunaan metode karyawisata dalam materi agama merupakan langkah yang paling tepat, karena dengan adanya karyawisata siswa dapat diperkenalkan secara langsung adanya benda-benda ciptaan Allah, benda-benda-benda-benda buatan manusia beserta fungsinya, serta tahu bahwa sebagai makhluk Allah sudah seharusnya mempunyai sikap mencintai lingkungannya dan bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin.

V. PENUTUP

Penerapan metode karyawisata dalam membentuk keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati menjelaskan berbagai hal, yang berbeda obyek disetiap materinya, diantaranya; pertama, bidang akidah obyek yang dikunjungi adalah lingkungan sekitar Madrasah. Disana siswa diperkenalkan adanya benda-benda ciptaan Allah dan buatan manusia serta manfaat yang diberikan dari benda-benda tersebut. Kedua, bidang ibadah yang menjadi obyek karyawisata adalah Masjid Jami’ Al Muttaqin. Disana siswa diperkenalkan

(13)

125

adanya tempat ibadah yang mempunyai beberapa fungsi, diantaranya untuk melaksanakan shalat maupun untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Ketiga, bidang akhlak obyek karyawisatanya adalah lingkungan sekitar Madrasah. Disana siswa juga dilatih untuk memelihara lingkungan dengan melestarikan dan menjaga kebersihan lingkungan. Jadi, sangat mudah sekali jika dalam menanamkan nilai-nilai keberagamaan kepada siswa dengan menggunakan metode karyawisata, karena dengan menggunakan metode karyawisata siswa dapat melihat secara langsung kekuasaan Allah yang sangat berkuasa atas makhluknya di muka bumi ini yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan siswa tahu akan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.

Penerapan metode karyawsata dalam membentuk keberagamaan siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati juga terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat, diantranya Faktor Pendukung Penerapan Metode Karyawisata di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati, a). Antusias dalam mengikuti kegiatan karyawisata karena pembelajaran lebih menekankan belajar sambil bermain, b). Karyawisata dapat meningkatkan pengembangan kemampuan sosial, sikap, dan nilai-nilai kemasyarakatan pada siswa, c). siswa mendapatkan pemahaman penuh atas apa yang telah dijelaskan oleh guru mereka di dalam kelas, d). Penggunaan metode karyawisata dalam materi agama merupakan langkah yang paling tepat, karena siswa dapat melihat secara langsung lingkungan alam ciptaan Allah. Kemudian Faktor Penghambat Penerapan Metode Karyawisata di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati yaitu a). Waktu yang dibutuhkan terkadang sampai melebihi jam pelajaran, b). Anak-anak terkadang tidak terkondisikan meskipun telah diawasi. Daftar Pustaka

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996

Darminta, W.J.S. Poerwa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984 Data Hasil Observasi, Pembelajaran di MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati,

Pati: Pada Tanggal 18 September 2018

Data Hasil Observasi, Pembelajaran di MI Nahjatul Falah Bulumansi Kidul Margoyoso Pati, Pati: Pada Tanggal 28 November 2018.

Data hasil Observasi, Pembelajaran di MI Nahjatul Falah Margoyoso Pati, Pati: tanggal 20 November 2018

Data Hasil Wawancara kepada Ahmad Khoirul Fauzi salah satu siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati, tgl 21 November 2018.

(14)

126

Data Hasil Wawancara kepada Nabila Qonita Az Zahra salah satu siswa MI Nahjatul Falah Bulumanis Kidul Margoyoso Pati, tgl 21 November 2018.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, 2004

Kadir, Muslim A, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Islam), Kudus: Pustaka Pelajar Offset, 2003

Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama), Bandung: CV Pustaka Setia, 2000

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika, 1997

Kamsinah, Metode Dalam Proses Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan Implementasinya,

Lentera Pendidikan Vol 11 No. 1, 2008

Kementerian Agama Republik Indonesia, Akidah Akhlak : Buku Guru, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014

Latifatul Anisah, “Pengaruh Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Terhadap Perilaku Keberagamaan Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Darul Ulum 2 Ngembalrejo Bae Kudus”, Skripsi, 2008

Madjid, Nur Cholish, Islam Agama Peradapan Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 2000

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2011

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2006 Mulichatun, “Pengaruh Penerapan Metode Karyawisata Terhadap Motivasi Belajar Sejarah

Kebudayaan Islam Siswa Kelas VII MTs Ihyaul Ulum Wedari Jaksa Pati Tahun 2011,

Skripsi, 2011

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999

R, Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 Ratih Agnityas Wulandari, Wawancara Individu, 28 November 2018.

Rianto, Milan, Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran, Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang, 2006

SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group, 2009

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005 Sukeni, Wawancara Individu, 17 November 2018.

Sukeni, Wawancara Individu, 6 Oktober 2018.

Surya, H. M., dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008 Usman dan M. Basyiruddin Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2003

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Aplikasi Kamus berbasis Google API ini digunakan untuk menciptakan sebuah Aplikasi Kamus yang dapat membantu user menerjemahkan kata dengan Cepat.

Menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan teori belajar dalam proses pembelajaran mata pelajaran Kontrol mekanik.. Menerapkan berbagai pende- katan, strategi, metode,

di Wilayah Terbuka Data seismik 2D dan hasil pengolahannya di Lepas Pantai Sulawesi Selatan sepanjang 2000 km Data seismik 2D dan hasil pengolahannya di Lepas Pantai

Capaian ini masih jauh dari amanat Undang-undang otonomi khusus dengan rata-rata lama pendidikan orang Papua adalah 12 tahun Kesenjangan IPM khususnya diwilayah

Dengan demikian, renstra ini akan menjadi “jembatan” yang akan mengantar FKIK Untad meraih mimpi tersebut melalui beberapa tahapan, antara lain : peningkatan

Menganalisis jenis infrastruktur prioritas di kecamatan pinggiran Kota Yogyakarta berdasarkan tipologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan infrastruktur..

Dukungan kemitraan dalam pelaksanaan KUKERTA dapat berupa dana, jasa, dan sarana prasarana yang sah dan tidak mengikat. Kerjasama kemitraan dalam kegiatan KUKERTA diwujudkan

Sehingga permasalahan yang timbul pada penelitian ini adalah apakah dengan produksi dan fishing ground yang sama namun memiliki perbedaan biaya operasional, akan