• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUNGGULAN POLA PENGAJARAN YESUS DALAM MATIUS 5: 1-2 DAN 7: 28-29

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEUNGGULAN POLA PENGAJARAN YESUS DALAM MATIUS 5: 1-2 DAN 7: 28-29"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

48

KEUNGGULAN POLA PENGAJARAN YESUS DALAM

MATIUS 5: 1-2 DAN 7: 28-29

Dr. Mortan Sibarani, M.Pd.K

Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta ABSTRAKSI

Keunggulan pola Pengajaran Yesus dalam Matius 5: 1-2 Dan 7: 28-29 mempunyai isi bagaimana Yesus menunjukkan kesempurnaannya dalam melakukan pengajaran. Yesus menggunakan pendekatan pembelajaran yang kondusif, sehingga peserta didik berkonsentrasi mendengarkanNya. Yesus mengajar dengan penuh wibawa dan isi pengajaranNya mempunyai ketepatan yang luar biasa. Analisa pengajaran Yesus dibahas dari segi proposisi, tampilan kalimat, frasa, klausa, leksikal dan gramatikall sehingga memunculkan Yesus unggul dalam pengajaran. Selain itu keteladanan hidup Yesus menjadi kunci keberhasilan pelayananNya karena antara perkataan dan isi pengajaran berbanding lurus dengan pola kehidupanNya.

ABSTRACTION

The Pattern of Excellence in Teaching Jesus in Matthew 5: 1-2 and 7: 28-29 has the content of how Jesus showed his perfection in teaching. Jesus uses a conducive learning approach, so students concentrate on listening to Him. Jesus taught with great authority and the content of His teaching has extraordinary accuracy. Analysis of Jesus' teachings is discussed in terms of propositions, the appearance of sentences, phrases, clauses, lexical and grammatical, so that Jesus appears superior in teaching. In addition, the example of Jesus' life is the key to the success of His ministry because the words and teaching content are directly proportional to the pattern of His life.

A. PENDAHULUAN

Pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi orang lain.. Dalam konteks pendidikan pengajaran suatu proses yang dilakukan guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Belajar-mengajar suatu proses yang panjang, berjenjang, dan perlu terencana serta sistematis. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru bertindak sebagai pengajar dan peserta didik bertindak sebagai pembelajar. Namun perlu dipahami dalam pembelajaran modern kedua pihak tersebut dapat berkolaborasi dalam memperoleh hasil belajar. Guru bukan lagi satu-stunya sumber belajar namun media dan peserta didik menjadi sumber belajar. Selama pelayanan Yesus, duapertiga kegiatan pelayanannya dilakukan dengan pengajaran. Salah satunya terdapat dalam Matius 5: 1-2 dan Matius 7: 28-29. Apa keunggulan pengajaran Yesus dalam ayat tersebut, Bagaimana PendekatanNya, Seperti apa wibawa mengajarnya, Apa hasil pengajaran Yesus?

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif murni yaitu pendekatan studi kepustakaan yang dipadukan dengan studi bahasa teks asli dengan penekanan studi kata, gramatical, kontekstual, dan proposisi.

(2)

49

B. PEMBAHASAN

1. Unggul Dalam Pendekatan

Matius 5:1-2; 7:28-29 merupakan khotbah di bukit yang berisi tentang penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada anak Allah dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita. Semua orang yang menjadi anggota kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam khotbah Kristus.1

Menurut William Barclay Injil Matius pada dasarnya adalah Injil pengajaran. Ciri khas dari Matius adalah bahwa ia mengumpulkan ajaran Yesus di bawah judul-judul tertentu. Dan dalam khotbah di Bukit, jelaslah bahwa Matius mengumpulkan ajaran-ajaran Yesus ke dalam satu pola yang menyeluruh. Alkitab penuntun Hidup Berkelimpahan mencatat ada lima ciri utama atau khas yang menjadi tanda Injil Matius, yaitu:

(1)Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya. (2)Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyemuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur, karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk1 membina orang yang baru bertobat. (3)kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus (a) selama Pelayan-Nya di Galilea dan (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi). (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak dari pada kitab lain di PB. (5) Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak dari pada kitab lain di PB.(6) Matius menekankan (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (ps 5-7); (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, dan setan-setan, dan bahkan kematian; dan (c) kejayaan kerajaan itu dimasa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (16:18; 18:17).2

Tuhan Yesus melihat begitu banyak orang yang datang kepada-Nya dan Dia tahu apa yang menjadi kebutuhan orang banyak yang mengikuti-Nya tersebut, maka tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Tuhan Yesus mengetahui bahwa orang celaka, yang datang mengerumuni Dia yakni orang-orang yang disiksa dan diserang oleh kesusahan, penyakit, dosa, setan dan maut, haruslah diberitakan bahwa pintu gerbang kerajaan Allah terbuka lebar bagi mereka dan Allah bersedia menjadikan mereka pewaris segala kekayaan kerajaan Allah. Jadi orang banyak yang mengikuti-Nya memerlukan Injil, yaitu “kerugma” pembebasan dari sengsara.

Setelah Yesus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan orang banyak yang mengikuti-Nya,, maka Ia naik ke atas bukit. Lereng bukit adalah tempat yang sunyi, di mana tidak ada gangguan dari orang yang mau lewat, dan andaikata Yesus duduk sedikit lebih tinggi di lereng bukit dari pada pendengar-pendengar-Nya, maka semua pendengar itu dengan gampang akan melihat Dia. Yesus mencari tempat yang strategis untuk mengajar, Dia akan mudah memantau kondisi orang banyak yang mengikuti-Nya dan juga suara-Nya akan gampang didengar. Setelah Yesus duduk, maka Ia mulaii mengajar. Pada masa itu, jika ada seorang nabi Yahudi secara resmi mengajar, maka ia akan duduk untuk menyampaikan pengajarannya. Memang sering juga ada nabi Yahudi yang mengajar sambill berdiri dan berjalan, tetapi pengajaran yang resmi disampaikan dengan sikap duduk.

2. Unggul dalam Wibawa Pengajaran

1

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2009), 1504.

2

(3)

50 Tema pengajaran Yesus dalam nats ini adalah tentang pembelajaran moral Kristen. Yesus memulai prinsip karakter yang baru yakni karakter yang berlawanan dengan dunia. Seperti contoh dalam Matius 5: 3 berkata, “Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merakalah yang empunya kerajaan sorga.” Dimulai dengan ungkapan berbahagia. Hal ini Yesus menekankan kebahagiaan yang sejati. Analisis Sintaksis dalam nats ini melibatkan identifikasi: tema proposisi, hubungan kalimat-kalimat dengan tema proposisi, hubungan klausa-klausa dengan tema proposisi, dan hubungan frasa-frasa dengan tema proposisi.3

1. Aspek Tema Proposisi

Tema proposisi merupakan inti dari setiap paragraf. Jadi tema proposisi akan dilihat dari keseluruhan Injil Matius 5:1-2; 7:28-29

Matius 5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah ia

duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya, dan 5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya

Matius 7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu

mendengar pengajaran-Nya, 7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Ketika Yesus mengajar, Dia benar-benar mempersiapkannya dengan matang. Yesus mengerti akan kebutuhan orang-orang yang mengikutinya, kemudian Yesus mempersiapkan tempat yang terbaik untuk terjadinya proses pembelajaran yang maksimal, di mana orang tidak mudah terganggu konsentrasinya. Yesus telah memastikan bahwa dirinya dan orang-orang yang mengikuti-Nya dalam kondisi siap untuk masuk dalam proses pembelajaran, setelah itu barulah Ia menyampaikan materi yang akan diajarkan. Dan ketika Yesus sudah tahu pasti bahwa orang banyak yang mengikutinya telah menerima pengajaran-Nya, maka Ia pun harus mengakhiri proses pembelajaran tersebut. Dan terlihatlah respon yang luar biasa dari orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya. Tema proposisi dari Matius 5:1-2; 7:28-29 adalah Kompetensi Guru Agung Tuhan Yesus Kristus. Sebagai Guru Agung, ini suatu keistimewaan dari Yesus dibandingkan dengan guru-guru Yahudi. Yesus mengajar dengan penuh wibawa, penuh hikmad, penuh kuasa, dan manfaat pengajarannya senantiasa tercapai sehingga layak disebut Guru Agung.

2. Aspek Tampilan Kalimat

Kalimat pertama adalah dalam Matius 5: 1 “Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya”. Orang banyak dengan segala kesengsaraannya datang kepada-Nya. Dari segenap penjuru mereka datang berduyun-duyun. Ada yang menderita sakit. Ada yang menderita kegelisahan dalam jiwanya. Orang-orang yang tersiksa dan ketakutan, bahkan orang-orang yang kemasukan setan datang kepada-Nya. Mereka datang dari Palestina, tetapi banyak juga yang datang dari luar Palestina. Dari seluruh penjuru mereka datang berduyun-duyun.4 Jadi begitu banyak orang-orang yang datang kepada Tuhan Yesus pada masa itu.

Dengan demikian maka Yesus menyampaikan pengajaran yang sangat penting dan bersifat resmi. Hubungan kalimat ini dengan tema proposisi adalah bahwa Yesus memahami peserta didik dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka, sehingg Ia dengan mudah merancangkan pelaksanaan

3

Walter C. Kaiser, Jr. Toward An Exegetical Theology-Biblical Exegesis For Preaching and Teaching 4

(4)

51 pembelajaran, yaitu Yesus mencari tempat yang nyaman untuk belajar, sehingga peserta didik dapat berkonsentrasi dengan baik. Dan Yesus mulai mengatur posisi, Dia duduk sebagai tanda kesiapan-Nya untuk mengajar, dan kemudian murid-murid-Nya dan orang yang memiliki kompetensi pedagogik.

Kalimat kedua adalah dalam Matius 5: 1b, “Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka”. Yesus mulai berbicara dalam bahasa Yunani dipakai istilah Ia membuka mulut-Nya, yang selalu berarti hal-hal penting hendak diucapkan. William Barclay mengatakan bahwa ungkapan “Yesus mulai berbicara” bukanlah ungkapan biasa saja. Juga bukan ungkapan yang menunjukkan bahwa Yesus berkata-kata. Di dalam bahasa Yunani ungkapan “mulai berbicara” mempunyai kepentingan rangkap yaitu: Pertama, dalam bahasa Yunani ungkapan ini dipakai sebagai ungkapan yang menunjukan ucapan yang penuh wibawa, serius, khidmat. Dan sering dipakai untuk mendahului perkataan-perkataan yang sangat penting. Kedua, ungkapan yang sering dipakai seseorang untuk membuka isi hatinya dengan tulus ikhlas, dan melahirkan atau mengutarakan segala sesuatu yang ada di dalam pikirannya. Ungkapan itu dipakai dalam pengajaran yang bersifat akrab, dimana terjadi percakapan yang terbuka tanpa tedeng aling-aling. 5 Hubungan kalimat ini dengan tema proposisi adalah Yesus seorang guru yang dapat

melaksanakan perancangan dan pembelajaran yang baik, Yesus menyadari sepenuhnya bahwa materi yang akan disampaikan-Nya adalah sangat penting, sehingga Ia memastikan para pendengarnya telah dalam kondisi siap belajar. Selain itu Yesus juga menciptakan keakraban dengan pendengar-Nya (peserta didik) sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa Yesus memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.

Kalimat ketiga dalam Matius 7: 28, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya”. Orang banyak takjub karena mereka melihat perbedaan yang besar yang ada diantara cara mengajar Yesus dengan cara mengajar ahl-ahli Taurat. Yesus benar-benar menguasai materi yang disampaikan-Nya dengan baik. Dia memiliki konsep dan pola pikir yang sangat baik tentang materi pembelajaran yang Ia sampaikan. Sehingga orang banyak yang mendengar pengajaran-Nya menjadi takjub dan terheran-heran. Hubungan kalimat ini dengan tema proposisi adalah Yesus menguasai materi yang diajarkan-Nya secara luas dan mendalam, sehingga membuat orang mengerti dan takjub. Hal tersebut menunjukkan bahwa Yesus memiliki Kompetensi Profesionalisme.

Kalimat Keempat dalam Matius 7: 29 “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”. Yesus mengajar dengan otoritas atau kuasa yang mutlak. Apa yang Ia sampaikan berasal dari diri-Nya sebagai Allah. Ada wibawa dalam diri Yesus dan menjadi keteladan atas apa yang Ia ajarkan. Hubungan kalimat ini dengan tema proposisi adalah Yesus seorang guru yang mengajar dengan kuasa Allah, sehingga Yesus menyampaikan pengajarannya dengan wibawa, dan dapat menjadi teladan. Selain itu Yesus yang memiliki kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan stabil. Hal tersebut menunjukkan bahwa Yesus memiliki kompetensi kepribadian.

3. Aspek Analisa Klausa

Klausa adalah kelompok kata-kata yang terdiri dari subjek dan sebuah kata kerja atau predikat. dan merupakan bagian kalimat. Subjek dan predikat saling berhubungan dalam memberikan sebuah pengertian.

5

(5)

52 Klausa yang pertama adalah “Ketika Yesus melihat orang banyak itu”. Yesus melihat orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Orang banyak itu datang dari Galilea, Dekapolis, Yerusalem, Yudea, dan dari seberang Yordan. Mereka datang kepada Yesus dengan segala pergumulan hidup. Melihat hal tersebut maka hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Dia adalah sumber jawaban atas segala pergumulan hidup. Yesus tahu akan apa yang menjadi kebutuhan orang banyak yang mengikuti-Nya. Yesus adalah guru yang dapat memahami kondisi peserta didik-Nya, sehingga Ia dapat menciptakan proses pembelajaran dengan tujuan yang jelas. Hubungan klausa ini dengan tema proposisi adalah bahwa Yesus memiliki pemahaman terhadap peserta didik perlukan. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kompetensi pedagogik, sehingga Ia dapat memahami peserta didik.

Klausa yang kedua “Maka Yesus mulai berbicara dan mengajar mereka”. Mengajar orang banyak yang datang dari berbagai tempat berbeda dan dengan berbagai persoalan yang berbeda juga, tentunya tidaklah mudah. Setelah Yesus menemukan tempat yang tepat untuk proses pembelajaran, kemudian Dia menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk mengajar. Orang banyak tersebut datang, dan setelah suasana tenang, aman dan terkendali, serta orang banyak sudah mulai berkonsentrasi untuk belajar, maka Yesus mulai membuka pembicaraan dan menyampaikan materi yang telah dipersiapkan-Nya. Hubungan klausa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sanggup menciptakan suasana belajar yang tenang, setelah peserta didik memiliki konsentrasi yang baik, disitulah Yesus mulai untuk menyampaikan materi yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kompetensi pedagogik sehingga Ia mampu menguasai kelas dan menciptakan suasana yang aman, nyaman dan kondusif.

Klausa yang ketiga “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataannya”. Yesus tahu kapan saatnya mengawali proses pembelajaran dan kapan mengakhirinya. Ketika Yesus mengakhiri perkataan-Nya maka Dia sudah memastikan bahwa oran banyak telah menerima pengajaran-Nya dengan baik atau dengan kata lain tujuan pembelajaran telah terealisasi dengan baik. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi pedagogik, sehingga Ia dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.

Klausa yang keempat “Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa”. Orang banyak yang mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus menjadi takjub, hal tersebut dikarenakan apa yang Yesus sampaikan dan cara Yesus menyampaikan pengajaran sangatlah berbeda dari apa yang selama ini mereka terima dari para ahli Taurat. Yesus mengajar dengan otoritas penuh, tanpa keraguan Dia menyampaikan kebenaran sesungguhnya, yang bersumber dari-Nya, dan Yesus dengan kepribadian yang mantap, stabil, arif, berwibawa, dan mulia menjadikan diri-Nya sebagai model atau teladan. Hubungan klausa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sangat menguasai materi secara luas dan mendalam, karena mater pengajaran-Nya bersumber dari diri-Nya sebagai Allah, sehingga tanpa kraguan sehingga dengan wibawa dan otoritas penuh Ia bebas menyampaikan-Nya dan Yesus sendiri mampu menjadi teladan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi profesionaldan juga kepribadian.

4. Aspek Tinjauan Frasa

Frasa adalah kelompok kata yang berhubungan tanpa sebuah subjek atau predikat.6 Frasa-frasa dari Matius 5:1-2; 7:28-29 adalah “ke atas bukit”, “mulailah”, “mengakhiri perkataan”, “takjublah orang banyak”, “tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”, “orang banyak”.

6

(6)

53 Frasa pertama adalah “keatas bukit”, ketika Yesus melihat orangbanyak, maka Ia naik keatas bukit. Lereng bukit adalah tempat yang sunyi, dimana tidak ada gangguan dari orang yang mau lewat, dan andaikata Yesus duduk sedikit lebih tinggi dilereng bukit daripada pendengar-pendengar-Nya, maka semua pendengar itu dengan gampang akan melihat Dia. Bukit. Sebuah daratan menanjak yang tidak disebutkan namanya, rupanya dekat Kapernaum dimana Yesus menemukan tempat yang datar untuk berbicara (Luk.6:17)63. Jadi Yesus mempersiapkan tempat yang mendukung proses pembelajaran. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memilikii kompetensi pedagogik, sehingga Ia dapat mempersiapkan tempat (ruangan) yang mendukung proses pembelajaran.

Frasa yang kedua “mulailah”, Yesus mulai berbicara, dalam bahasa Yunani dipakai istilah: Ia membuka mulutnya, yang selalu berarti hal-hal penting hendak diucapkan. Materi yang akan disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah materi yang sangat penting, dengan demikian Ia memastikan dahulu bahwa orang-orang yang mengikutinya telah siap untuk belajar. Setelah semuanya aman dan terkendali

barulah Ia menyampaikan pengajaran-Nya. Hubungan frasa ini denga tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi pedagogik, sehingga Ia dapat mempersiapkan suasana belajar aman, nyaman dan kondusif yang mendukung proses pembelajaran.

Frasa ketiga “mengakhiri perkataan”. Yesus tahu kapan saatnya mengawali proses pembelajaran dan kapan mengakhirinya. Ketika Yesus mengakhiri perkataan-Nya maka Dia sudah memastikan bahwa orang banyak telah menerima pengajaran-Nya dengan baik atau dengan kata lain tujuan pembelajaran telah terealisasi dengan baik. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi pedagogik, sehingga Ia dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.

Frasa yang keempat “takjublah orang banyak”. Orang banyak merasa bahwa disini Injil Allah dan hukum-hukum Allah diberitakan sedemikian rupa. Hal tersebut dikarenakan Yesus sebagai seorang guru yang menguasai materi secara luas dan mendalam. Apa yang Ia sampaikan berasal dari diri-Nya sendiri. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi proffesional sehingga Ia dapat menguasai materi dengan baik dan dapat menyampaikan materi dengan baik, bahkan sanggup memukau banyak orang.

Frasa kelima “tidak seperti ahli Taurat mereka”. Yesus memiliki kuasa yang lebih dari ahli-ahli Taurat dalam mengajar, karena Yesus mengajar dengan kekuasaan mutlak dari Allah. Apa yang Yesus ajarkan berasal dari-Nya, dengan penuh wibawa Dia berkata “Aku berkata kepadamu”. Dia juga mengajar dengan integritas, apa yang Dia ajarkan sesuai dengan apa yang Dia lakukan. Jadi Yesus adalah guru yang mampu menjadi teladan. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi kepribadian, sehingga Ia dapat mengajar dengan kuasa, berwibawa, menjadi teladan, berintegritas dan berakhlak mulia.

Frasa yang keenam “orang banyak”. Begitu banyak orang yang tertarik untuk datang kepada Tuhan Yesus. Hal tersebut dimulai dari Matius 4: 25 dikatakan bahwa banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia. Beberapa hal yang membuat orang berberbondong-bondong-berbondong-bondong mengikuti-Nya adalah pengajaran Yesus sangat menarik, penyampaian materi yang elas dan sesuai dengan kebutuhan mereka, dan satu hal lagi yang tidak dapat dilupakan adalah kemampuan Yesus dalam berkomunikasi secara efektif dengan orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti-Nya, sehingga membuat orang banyak tersebut tetap setia mengikuti-Nya. Hubungan frasa ini dengan tema proposisi adalah Yesus sebagai guru yang memiliki kompetensi sosial, sehingga Ia dapat menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik. 5. Aspek Analisisa Verbal

(7)

54 Analisis verbal adalah kajian secara Khusus terhadap istilah-istilah penting yang memberi makna pada tema-tema sub seksi atau tema-tema seksi. Kajian tersebut dapat berupa pengertian secara leksikal, gramatikal, dan teologikal.

1). Analisis Leksikal

Analisa lexical atau arti kata,mengajarkan bahwa suatu kata memiliki arti tertentu dalam konteks tertentu. Penafsir bukan hanya dituntut mengetahui keberagaman arti suatu kata, tetapi arti kata tersebut dalam konteks tertentu atau menurut penulis tertentu. Leksikal berarti yang berhubungan dengan bahasa, yang berhubungan dengan kamus.

a) Pengertian Kata Naiklah. Istilah kata “naiklah” bila ditinjau dari bahasa Yunani adalah

anebe dari akar kataanabaino=(an-ab-ah’-ee-no) yang berarti go up, Climb Up, Come Up, Ascend, enter the mind, arise in the heart yang dalam bahasa Indonesia berarti naik, memanjat, datang, naik, masukkan pikiran, muncul dalam hati.7Friberg Analitycal Greek Lexicon mengungkapkan penggunaan kata “naiklah” adalah

(1)literally, ofupward movement go or come up, ascend, especially of the road to Jerusalem, located on mountainous terrain; with the tranlation suited to the context: of a ship embark, climb aboard; of plants grow, spring up; of a mountain climb, ascend; of smoke rise, mount upward; (2) figuratively, of thoughts arise, enter the mind; of information reach, come to; idiomatically literally arise in the heart, i.e. begin to think .8

Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa di dalam Alkitab penggunaan kata naiklah atau dari kata dasar di dalam Alkitab mempunyai dua makna. Pertama kata literal yang berarti: dari gerakan ke atas pergi atau datang, naik, terutama dari jalam ke Yerusalem, yang terletak di daerah pegunungan, terjemahan ini cocok untuk konteks: kapal memulai, naik kapal, tanaman tumbuh, bermunculan, yang naik gunung, naik, kenaikan asap, atas gunung. Kedua maksa figurative atau kiasan, yaitu: pikiran muncul, masukkan pikiran, dari jangkauan informasi, datang ke, timbul dalam hati, yaitu mulai berpikir.

Jadi istilah (anebe) dari akar kata (anabaino) dalam Matius 5: 1, bila ditinjau secara lexical adalah Yesus melihat banyak sekali orang yang mengikutinya, sehingga timbul dalam hati dan pikirannya untuk mencari tempat yang memungkinkan bagi-Nya mengajar banyak orang. Dan Yesus memilih bukit sebagai tempat yang terbaik untuk mengajar banyak orang yang mengikuti-Nya. Kemusian Ia naik ke atas bukit, supaya Ia dapat menguasai situasi dan kondisi belajar dengan baik, dan Ia juga dengan mudah mengadakan kontak mata secara langsung, dan Suara-Nya mudah di dengar oleh orang banyak.

b) Pengertian Kata Duduk. Istilah kata “Duduk” ditinjau dari bahasa Yunani adalah

Kathisantos dari akar kata (kath-id’-zo).Yang berarti cause to sit down, seat, sttle, stay, live yang dalam pengertian bahasa Indonesia berarti menyebabkan untuk duduk, kursi, menyelesaikan, tinggal, hidup.

Friberg, Analitycal Greek Lexicon menjelaskan penggunaan istilah ini dalam Alkitab sebagai berikut: figuratively appoint, install, put in charge of; (2) intransitively; (a) sit (down); (b) as remaining in a certain place stay, tarry, settle; (c) middle reflexively sit down.9

7Bible Works 8, “Matius 5:1” 8

Friberg, Analitycal Greek Lexicon/ Bible Work-8

9

(8)

55 Jadi istilah kathisantos dari akar kata (kath-id’-zo) dalam Matius 5: 1, bila ditinjau secara leksikal menyatakan bahwa Yesus akan menyampaikan hal yang penting, karena itu Ia mengambil posisi duduk dan Yesus benar-benar sudah dalam posisi duduk sebagai bukti kesiapan-Nya untuk mengajar.

Penjelasan dari istilah kata menurut Friberg adalah: Pertama, secara literal berarti datang atau pergi kepada, datang mengunjungi, bergaul dengan. Kedua, secara figurative berarti (a) dalam arti lain, datang mendekati dewa, datang ke; (b) dalam arti yang diduduki dengan pergantian materi untuk, mengabdikan diri untuk, mental menyetujui, setuju dengan.

Jadi istilah proselthan dari akar kata proserkhomahee (pros-er’-khom-ahee) dalam Matius 5: 1, bila ditinjau secara leksikal adalah menunjukkan bahwa orang banyak atau murid-murid Yesus datang kepada Yesus, karena mereka mengakui akan kompetensi (kemampuan) yang Yesus miliki sebagai seorang guru.

c) Pengertian kata Berbicara (He opened His Mouth). Istilah kata berbicara ditinjau dari

bahasa Yunaninya terdiri dari kata anaithas dari akar kata anoigo yaitu He Opened dan stoma dari akar kata stoma (stom’-a) yaitu mouth. Friberg Analitycal Greek Lexicon memberikan penjelasan istilah kata “berbicara (He opened His mouth)” yaitu: anoigo yaitu He opened, yang terdapat dalam:

(1) Terbuka (Kis. 12:14); memberikan pintu masuk atau akses ke (Mat. 25:11), harfiah membuka mata, yaitu memyebabkan untuk melihat (Mat. 9: 30), dengan arti kiasan, secara harfiah membuka mata pikiran, yaitu dapat memahami (Kis. 26:18), secara harfiah membuka mulut, yaitu mulai berbicara (Mat. 5:2), berlari-benar membuka pintu, yaitu memungkinkan (Kor. 4:3); harfiah telnga terbuka, yaitu menjadi mampu mendengar (Mrk. 7:35), (2) intransitif (kedua yang sempurna) harfiah membuka mulut menuju, yaitu berbicara seluruh kebenaran (2 Kor. 6:11) Sebagai organ tubuh untuk makan dan berbicara mulut, rahang (Mat. 15:11), (2) oleh synecdoche, orang yang berbicara, individu (Mat. 12:34); ideomatik harfiah mulut ke mulut, orang ke orang yaitu (2j 12), (3) oleh metonymy, untuk apa mulut mengucapkan kata, ucapan (Mat. 18:16); Hebraistically membuka mulut, mulai berbicara (Mat 13:35); ideomatik harfiah dengan satu mulut, yaitu dengan satu suara, serempak (Rm. 15:6), (4) kiasan, dari tepi pedang (Luk. 21:24).

Jadi istilah kata “berbicara” dalam Matius 5: 2, bila ditinjau dari segi leksikal adalah Yesus membuka mulut untuk berbicara dan mengajar.

d) Pengertian Kata Mengajar. Istilah kata “mengajar” ditinjau dari bahasa Yunaninya adalah

edidasken dari akar kata didasko (did-as’-ko) yang berarti I teach (saya mengajar), direct (langsung),

admonish (menegur).10

Thayer Grek-English Lexicon of the NT memberikan penjelasan istilah kata “mengajar” adalah

according to the regular use, with the accusative of person, to teach one: used of Jesus and the apostles uttering in public what they wished their hearers to know and remember, Matt. 5:2; Mark 1:22; 2:13; 4:2; Luke 5:3 ; John 8:2; Acts 4:2; 5:25.11 Yang dalam bahasa Indonesianya berarti sesuai dengan penggunaan biasa, dengan akusatif orang, untuk mengajarkan satu: digunakan Yesus dan para rasul mengucapkan di depan umum apa yang mereka ingin pendengar mereka untuk mengetahui dan mengingat, terdapat dalam Matius. 5:2; Markus 1: 22; 2:13; 4:2; Lukas 5:3; Yohanes 8:2; Kis 4: 2; 5:25; 20:20.

10

http://biblesuite.com/greek/1231.htm

11

(9)

56 Jadi istilah edidasken dari akar kata didasko (did-as’ko) dalam Matius 5: 2, bila ditinjau secara leksikal adalah menunjukan bahwa Yesus mengajar dan menegur orang banyak yang mengikuti-Nya supaya mereka mengetahui dan mengingat apa yang Yesus sampaikan.

e) Pengertian Istilah Kata Mengakhiri. Istilah kata “mengakhiri” ditinjau dari bahasa

Yunaninya adalah etelesen dari akar kata teleo (tel-eh’-o). Friberg Analitycal Greek Lexicon memberikan penjelasan istilah kata “mengakhiri” yaitu: As completing something bring to an end, conclude, complete (MT 7.28); (2) as obeying a rule or ritual carry out, fulfill, perform (LU 2.39); (3) of obligatory taxes, tolls, dues pay (MT 17.24); (4) Passive, of duration of time be over, end, be finished (RV 20.3).12 Dalam bahasa Indonesianya adalah untuk menyelesaikan sesuatu dan membawa ke sebuah akhir, menyimpulkan, menyelesaikan (Mat.7.28), (2) sebagai mematuhi aturan atau ritual melaksanakan, memenuhi, melakukan (Luk. 2,39), (3) wajib pajak, tol, membayar iuran (Mat. 17,24); (4) pasif, durasi waktu akan berakhir, berakhir, selesai (Why. 20.3)

Jadi istilah etelesen dari akar kata teleo (tel-eh’-o) dalam Matius 7:28, bila ditinjau secara leksikal adalah Yesus membawa pendengarnya kepada sebuah kesimpulan dari semua yang telah Yesus ajarkan, Yesus juga memastikan bahwa apa yang disampaikan-Nya telah diterima dengan baik dan akan dilakukan oleh pendengarnya. Yesus dapat menyelesaikan pengajaran-Nya dengan baik.

f) Pengertian Istilah Kata Takjub. Istilah kata takjub ditinjau dari bahasa Yunaninya adalah

explessaonto dari akar kata ekplesso (ek-place’-so), yang berarti I strike with panic or shock (saya menyerang dengan panik atau shock); I amaze (saya kagum), astonish (mencengangkan). Di jelaskan lebih lanjut bahwa “wholly out,” intensifying 4141 / “to strike”) – properly. “strike out of one’s sense” (BAGD), i.e. with the outcome of being utterly amazed (dumbfounded) or left “at a loss” from witnessing the incredible (causing the viewer to gape in astonishment).13 Pengertian ekplesso sepenuhnya keluar,” mengintensifkan plesso, “untuk menyerang”, benar, “menyerang indera seseorang”, yaitu dengan hasil yangbenar-benar kagum (tercengang) atau “bingung” karena menyaksikan sesuatu yang luar biasa (menyebabkan pengunjung untuk melongo keheranan).

Jadi istilah exeplessonto dari akar kata ekplesso (ek-place-so) dalam Matius 7: 28, bila ditinjau secara leksikal adalah Yesus mengajar dengan professional, Dia mengajar dengan materi yang tajam dan mengena kepada setiap pribadi yang hadir pada saat itu. Hal tersebut membuat orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya memiliki kekaguman yang luar biasa, mereka dibuat tercengang-cengang.

g) Pengertian Istilah Kata Berkuasa. Istilah kata berkuasa ditinjau dari bahasa Yunaninya

adalah (exousian) dari akar kata exousia (ex-oo-see’-ah) berarti (a) power, authority, weight, especially: moral authority, Influence, (b) in a quasi-personal sense, derived from later Judaism, of a spiritual power, and hence of an earthly power.14 Yang dalam bahasa Indonesianya adalah (a) kekuasaan, otoritas, berat badan, khususnya: otoritas pengaruh, moral, (b) dalam arti kuasa-pribadi, yang berasal dari Yudaisme dikemudian hari, dari kekuatan spiritual, dan karenanya kekuatan duniawi. Jadi istilah (exousian) dari akar kata exousia (ex-oo-see’-ah) dalam Matius 7:29, bila ditinjau secara leksikal adalah otoritas atau kekuasaan baik secara moral maupun spiritual yang dapat mempengaruhi.

2). Analisis Gramatikal 12

Friberg, Analitycal Greek Lexicon/ Bible Work-8

13

http://biblesuite/greek/1605.htm

14

(10)

57 Analisa gramatikal atau tata bahasa, menurut suatu kata dipahami berdasarkan bahasa asli Alkitab. Dalam pemaparan analisa verbal, penulis akan membahas secara gramatikal mengenai istilah kata yang menunjukkan kompetensi guru, yaitu: Naiklah, Duduk, Datanglah, Berbicara, mengajar, takjublah, mendengar, pengajaranNya, berkuasa, yang berdasarkan nats dari Matius 5:12; 7:28-29.

a) Naiklah. Istilah kata Naiklah menegaskan tingkat kepastian yang tertinggi atau

menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan (lampau selesai). 3rd person singular

berarti pelakunya adalah orang ketiga tunggal (Dia). Istilah kata “naiklah” dalam konteks ini adalah menunjukan bahwa dulu Yesus benar-benar naik ke atas bukit.

b) Duduk. Istilah kata duduk menggunakan kata (kathisantos) dapat digunakan sebagaii

penjelas kata benda. Jadi partisip dapat disebut kata sifat verbal. Tense aorist actif menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan (lampau selesai). Genitive adalah sebagai penunjuk hubungan antara dua kata benda, sumber, atau pemilik. Masculine singular merupakan kelamin tunggal. Istilah kata “duduk” berarti menunjukan bahwa dulu Yesus benar-benar telah duduk.15

c) Datanglah. Istilah kata datanglah menggunakan kata (proselthan) merupakan verb

indicative aorist active 3rd person plural from (proserkhomahee).

Verb indicative bersifat pernyataan secara obyektif dari suatu pekerjaan atau keadaan. Tens aorist actif menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan (lampau selesai). 3rd person plural berarti pelakunya adalah orang ketiga jamak (mereka). Istilah kata “datanglah” menyatakan bahwa dulu mereka (murid-murid) datang kepada Yesus.

d) Berbicara. Istilah kata Berbicara menggunakan kata (anaithas) berarti tindakan yang

telah tercapai atau perfektif. Tense aorist actif menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan (lampau selesai). nominative masculine singulal berarti menyatakan subyeknya adalah bergender laki-laki tunggal. Istilah kata “berbicara” berarti dulu Yesus benar-benar telah berbicara.16

e) Mengajar. Istilah kata mengajar menggunakan (edidasken) secara umum digunakan untuk

menampilkan tindakan yang telah berlangsung pada masa lampau, kadang kala imperfek digunakan dan diterjemahkan seperti aoris.17 Kata ini menjelaskan tindakan yang terjadi di masa lalu (tindakan berdurasi linear atau dimasa lalu), -tindakan ini mungkin simultan, berkepanjangan, deskriptif, berulang, adat, terganggu, berusaha, atau dimulai, sesuai dengan konteks dan arti dari kata kerja itu sendiri.22 Berarti pelakunya adalah orang ketiga tunggal (Dia). Istilah kata “mengajar” dalam konteks ini adalah menunjukan bahwa dulu Dia (Yesus) pernah mengajar secara berulang kali. Dari kegiatan pengajaran Yesus maka

f) Takjublah. Istilah kata Takjublah menggunakan kataetheplessonto.katainimerupakan verb

indicative imperfect passive 3rd person plural from (ekplesso).

Verb indicative bersifat pernyataan dari suatu keadaan. Tense imperfect passive menegaskan penyelesaian dan keberadaan akibat dari tindakan itu. Penyelesaian tindakan dipandangnya sebagai peristiwa lampau sedangkan akibatnya sebagai peristiwa kini. Berkenan dengan akibat (dampak), kala perfek hanya menegaskan keberadaannya pada masa kini, tetapi tidakmenyinggung soal kelangsungannya pada masa yang akan datang (entah sementara atau kekal). berarti pelakunya adalah orang ketiga jamak (mereka). Istilah kata “takjublah” dalam konteks ini adalah menyatakan suatu keadaan dimana dulu mereka (murid-murid) merasa takjub.

15

Petrus Maryono, Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani, (Yogyakarta: STTI Injili 1994), 112.

16

Petrus Maryono, Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani, (Yogyakarta: STTI Injili 1994), 112.

17

(11)

58

g) Mengajar. Istilah kata mengajar menggunakan (didaskon) kata inibersifat tindakan yang

telah tercapai atau perfektif. Present active adalah untuk menunjukan bahwa sesuatu pekerjaan sedang dilakukan secara terus-menerus dalam waktu kini. Nominative masculine singular berarti pelaku subyaknya adalah bergender laki-laki tunggal. Jadi istilah kata “mengajar” disini menunjukan bahwa Yesus benar-benar telah mengajar, dan terus-menerus berlanjut sampai saat ini.18

h) Berkuasa. Istilah kata berkuasa menggunakan (exousian) noun accusative feminine

singular from exousia (ex-oo-see’-ah). Noun adalah kata benda, accusative merupakan

Analisis historikal adalah suatu metode analisis sejarah yang terdiri dari teknik dan pedoman dimana penulis menggunakan sumber-sumber primer dan bukti lain untuk penelitian. Sehubungan dengan teks Matius 5:1-7:29 yang dikenal dengan “Khotbah di Bukit” maka ada beberapa istilah yang akan dianalisis secara historical, yaitu anabaino, kathizo, proserkhomahee, anoigo, didasko, teleo, ekplesso, exousian.19

Guru. di zaman kuno, sistem pembelajarannya seperti yang dilakukan Yesus duduk ketika mengajar (Mat.5: 1; 13: 1-2), sehingga mengikuti kebiasaan para nabi (Mrk. 2: 6; Mat 23: 2; Luk.5: 17). Duduk di kebaktian. Berdiri adalah adat di kuil-kuil kuno, tapi duduk menjadi penting dengan layanan misteri panjang. Yesus duduk di rumah ibadat (Luk. 4: 20) dan Paulus (Kis. 13: 14) keduanya duduk dan duduk adalah umum di dalam gereja (Kis.2: 2; 20: 9; 1 Kor.14: 30; Yak.2: 3; dan Why.4: 4).20 Dasar penggunaan dalam Perjanjian Baru istilah “datang’ atau “pergi ke” sering dengan referensi kepada orang-orang yang datang di tempat kejadian atau peristiwa yang menentukan atau fenomena alam, dan kadang-kadang dalam pendekatan arti bermusuhan. Farse menarik dengan eis adalah “datang keburukan” (Kis. 19: 27) “untuk datang ke diri sendiri” dan “untuk melanjutkan ke subjek baru”. Juga “tumbuh lebih buruk” (Mrk.5 :26).21 Mengajar di luar Perjanjian Baru. Umum dari Homer, kata ini menandakan belajar dan mengajar dalam arti luas menanamkan pengetahuan teoritis dan praktis dengan perkembangan tertinggi dari murid sebagai tujuan. Ada sedikit penggunaan agama, dan istilah memiliki bantalan intelektual yang kuat dan berwibawa. Demikian juga bisa berarti “untuk menunjukkan”. Bila digunakan dalam hubungannya dengan pelatihan paduan suara, datang hampir memiliki arti “untuk melakukan.”

Dalam LXX terdapat 100 kali penulisan, dapat berarti berbagai macam perintah, kehendak Allah adalah obyek khusus, dengan kehendak serta referensi intelektual. Allah sendiri, kepala rumah, atau benar dapat melakukan pengajaran. Sedangkan penggunaan dalam sekuler itu berbeda, dimana tujuannya adalah untuk mengembangkan bakat, dalam Perjanjian Lama pengajaran berhubungan dengan keseluruhan orang tersebut.

Dalam ajaran Yudaisme menandakan instruksi dalam hukum untuk hak memesan dari hubungannya dengan Allah dengan sesama. Penggunaan sekuler masih dapat ditemukan (mengejar perdagangan), tetapi untuk memberikan pengajaran dalam hukum, atau acara untuk memberikan pendapat penafsiran scholary, adalah rasa dominan.

18 http://en.wikipedia.org.wiki/History 19 http://en.wikipedia.org.wiki/History 20

George W. Bromiley, Theological Dictionary of New Testament, (USA: Grand Rapids Michigan, 1986), 90 (terjemahan langsung)

21

(12)

59 Mengajar dalam Perjanjian Baru dari sekitar 95 kasus, hampir dua pertiga dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Maknanya sangat jelas, yaitu “mengajar”. Mengajar merupakan salah satu tugas utama Yesus (Matius 4: 23; 9: 35; 11: 1). Ia mengajar di rumah-rumah ibadat (Matius 9: 35) dan Candi (Mrk. 12: 35) maupun diluar. Bentuk pengajaran-Nya adalah bahwa seperti kebiasaan seorang guru yang khas pada masa itu. Di Nazaret dia membaca Alkitab, duduk di kursi sendiri, dan menguraikan bagian itu. Ia juga duduk mengajar di Mat5: 1; Mrk 9: 23; Luk 5: 3. 22

Yesus mengajar dengan penuh otoritas, berbagai keunggulan dimilikiNya. Berbagai kompetensi ditunjukkan diantaranya kompetensi sosial, kompetensi peningkatan pemikiran, kompetensi paedagogi, kompetensi mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

3. Unggul Dalam Hasil

Kunci utama keberhasilan ajaran Yesus ialah “teladan dan kehidupan yang dipraktekkanNya” Setiap ajaran Yesus selalu nampak dalam kehidupanNya seperti kesengsaraan, kesederhanaan, kecaman, penganiayaan. Yesus tidak pernah melakukan pembalasan terhadap orang yang menyengsarakan Dia. Keteladanan Yesus menjadi contoh yang sempurna bagi pengikutNya dari dahulu sampai sekarang. Dalam konteks pembelajaran Yesus memberikan teladan persiapan belajar yakni suasana yang tenang, mereka naik ke bukit, duduk dengan tenang, berbicara dengan lugas, dan penuh wibawa. Sajian pengajaran Yesus tersusun rapi dengan mengungkapkan pokok bahasan yang jelas dan terukur.

Hasil pengajaran Yesus adalah mewujudkan kebenaran dalam hidupNya dengan kesempurnaan yang sejati. Yesus paham kebenaran Firman dan kebenaran itu ada di dalam diriNya. Yesus sadar bahwa manusia penuh dosa sehingga dengan mendengar pengajaran Yesus manusia banyak yang bertobat, manusia sadar dengan dosa yang diperbuatnya memerlukan penebusan darah Yesus. Pertobatan Zakheus seorang kepala pemungut cukai, ketika bertemu Yesus, ia berusaha bertemu Yesus sampai naik ke pohon, lalu Yesus menginap di rumah Zakheus. Dalam perjumpaan itu tentunya Yesus menyampaikan Firman Allah dan Zakheus pun bertobat. Hal ini Yesus berkuasa dalam pertobatan seseorang. Dampak dari pertobatan itu, Yesus berkata “Hari ini telah terjadi keselamatan keselamatan kepada rumah ini, karena anak ini pun anak Abraham.” (lukas 19: 9).

Menurut J.M Prince ada 6 pengajaran keunggulan Yesus dalam mengajar sehingga berhasil. (1) Yesus mewujudkan kebenaan dalam hidupNya, (2) Yesus mengajar hanya semata-mata menolong, (3) Yesus yakin akan manfaat pengajaran, (4) Yesus paham akan Firman Allah, (5) Yesus memahami sifat manusia (peserta didik), (6) Yesus cakap mengajar.23

Hasil pengajaran Yesus yang paling berdampak adalah dalam Matius 7: 28, “Dan setelah Yesus mengahiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar perkataannya. Kata kerja dalam bahasa Yunani “takjub” dapat diartikan dalam mengungkapkan perasaan kagum maupun takut. Dapat juga diterjemahkan “heran sekali”. Dalam Matius 19: 25 diterjemahkan “gempar”, dalam Lukas 2: 48 diartikan “tercengang.”24 Dari data-data pengajaran Yesus tersebut dapat ditegaskan bahwa Yesus mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, sehingga pengajarannya selalu berhasil.

22

George W. Bromiley, Theological Dictionary of New Testament, (USA: Grand Rapids Michigan, 1986),386-387. [Terjemahan Langsung]

23

J.M Prince, Yesus Guru Agung, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1975), 52

(13)

60 C. KESIMPULAN

Yesus tidak tertandingi oleh siapapun di dunia. Para pengajar Yahudi yaitu para ahli Taurat dan orang parisi tidak berkutik atas pengajaran Yesus. Dari segi ketepatan, bebenaran, metode dan strategi pembelajaran, Yesus menunjukkan diriNya sebagai Guru Agung sebutan tertinggi untuk guru. Dari segi keteladanan, Yesus contoh kehidupan manusia yang sejati dan sempurna, tidak bercacad satu titikpun. Dari segi wibawa, Yesus selalu mengajar dengan kepastian dan kemurnian. Setiap pengajaran Yesus tidak pernah bertentangan dengan maksud Allah bagi manusia, karena Yesus Allah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia

William Barclay, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2009) Barclay M. Newman, Philip C. Stine, Penerjemahan Injil Matius, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1998)

Kaiser C. Walter, Jr. Toward An Exegetical Theology Biblical Exegesis For Preaching and Teaching , (Michigan, Baker Book House: Grand Rapids, 1981)

Verkuly J., Khotbah di Bukit, cet. ketujuh (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999)

Tenney, Merrill C., Survey Perjanjian Baru, (Malang: Penerbit Gandum Mas, cet. 1, 1992)

George W. Bromiley, Theological Dictionary of New Testament, (USA: Grand Rapids Michigan, 1986)

Petrus Maryono, Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani, (Yogyakarta: STTII Injili Indonesia, 1994),

J.M. Prince, Yesus Guru Agung, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1975) Bible Works 8, “Matius 5:1”

Friberg, Analitycal Greek Lexicon/ Bible Work-8 http://biblesuite.com/greek/1231.htm

http://biblesuite/greek/1605.htm

http://biblelexicon.org/matthew/7-29.htm http://en.wikipedia.org.wiki/History

Referensi

Dokumen terkait