• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pretest Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 22 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29 Tidak 5, 14, 16, 19, 22, 23, 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pretest Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 22 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29 Tidak 5, 14, 16, 19, 22, 23, 8"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Analisis Instrumen

Instrumen yang akan diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen melewati pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Try Out instrumen dilakukan pada kelas X TKJ C dengan jumlah siswa 32. Terdapat 5 jenis pengujian dalam pengujian instrumen diantaranya yaitu uji pengecoh, uji beda, uji kesukaran, uji reliabilitas, dan uji validitas. Karena jumlah responden dalam uji coba atau try out instrumen adalah 32 maka rtabel nya yaitu 0,349. Setelah dilakukan try out instrumen sebanyak 60 item soal diketahui 22 item soal valid pada instrumen pre test dan 25 item soal valid pada instrumen post test. Pada pengujian reliabilitas hasil yang diperoleh untuk instrumen pre test sebesar 0,840 sedangkan untuk instrumen post test sebesar 0,887 dengan kesimpulan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Penjelasan di atas tertuang dalam Tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Instrumen Soal Jenis

Pengujian

Hasil Pengujian Jumlah

Tingkat Validitas

Pretest Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18,

20, 21, 24, 26, 27, 28, 29

22

Tidak Valid

5, 14, 16, 19, 22, 23, 25, 30

8 Posttest Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30

25

Tidak Valid

14, 19, 21, 23, 28 5 Tingkat

Reliabilitas

Pretest Sangat Baik

0,840 30

Posttest Sangat 0,887 30

(2)

Jenis Pengujian

Hasil Pengujian Jumlah

Baik Tingkat

Kesukaran

Pretest Sedang 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

27

Mudah 5, 14, 16 3

Posttest Sukar 10, 13, 17 3

Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

24

Mudah 8, 9, 14 3

Tingkat Daya Pembeda

Pretest Baik 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 17, 21, 26, 27

14 Cukup 1, 10, 13, 18, 20, 23,

24, 28, 29

9 Kurang

Baik

5, 14, 16, 19, 25, 30 6

Jelek Sekali 22 1

Posttest Baik sekali 2, 8 2

Baik 1, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 24, 25, 26, 30

16

Cukup 4, 5, 18, 19, 20, 21, 22, 27, 28, 29

10 Kurang

Baik

14, 23 2

Uji Pengecoh

Pretest Diterima 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29, 30

26

Tidak Diterima

14, 16, 23, 27 4

Posttest Diterima 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

29

Tidak Diterima

14 1

(3)

Hasil dari pengujian di atas yang akan digunakan sebagai acuan pemberian pretest dan posttest kepada responden.

2. Tahapan Treatment Pembelajaran Kelas Eksperimen

Tahapan pembelajaran kelas eksperimen dengan Discovery Learning berbantuan Probing Prompting dilakukan dengan cara memasukkan langkah Probing Prompting kedalam langkah Discovery Learning pada kegiatan pemberian rangsangan (stimulus) yang salah satu contoh kegiatannya seperti pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4. 1 Kegiatan Stimulus

Pada Gambar 4.1 pendidik memberikan sebuah gambar dan kemudian peserta didik diarahkan mencari informasi tentang gambar tersebut. Hal tersebut diberikan kepada peserta didik dengan harapan timbul rasa ingin tahu terlebih dahulu untuk menyelidiki materi pembelajaran secara individu. Kemudian pendidik menunggu peserta didik merumuskan jawaban seperti pada Gambar 4.2 berikut ini:

(4)

Gambar 4. 2 Kegiatan Peserta Didik Merumuskan Jawaban Pada Gambar 4.2 peserta didik terlibat aktif memberi pendapat terhadap permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Selama proses penyampaian materi ini pendidik memberikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik dengan cara menunjuk secara random siswa untuk berpendapat mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut yang salah satu contoh kegiatannya dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4. 3 Penunjukkan Secara Random untuk Menjawab Pertanyaan Pada tahap identifikasi masalah (problem statement), pendidik memberikan permasalahan kemudian peserta didik diberi keleluasan untuk mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin kemudian pendidik memilih salah satu identifikasi tersebut untuk selanjutnya diuraikan menjadi hipotesis yang mewakili jawaban sementara dari permasalahan yang ada seperti pada Gambar 4.4 berikut:

(5)

Gambar 4. 4 Kegiatan Tahap Identifikasi Masalah

Setelah tahap indentifikasi masalah tahap selanjutnya adalah pengumpulan data (data collection) oleh siswa secara berkelompok.

Kegiatan pengumpulan data ini adalah menggali informasi relevan melalui internet untuk membuktikan bahwa hipotesis sebelumnya benar seperti pada Gambar 4.5 berikut

Gambar 4. 5 Kegiatan Tahap Pengumpulan Data pada Kelas Eksperimen

Setelah data terkumpul kemudian tahap selanjutnya adalah pengolahan data (data processing), data yang didapat dari hasil eksplorasi diolah dan diinterpretasikan seperti pada Gambar 4.6 berikut:

(6)

Gambar 4. 6 Kegiatan Pengolahan Data pada Kelas Eksperimen Tahap selanjutnya adalah pembuktian (verification), dilakukan peserta didik dengan memeriksa data yang didapat dengan cermat sebagai pembuktian hipotesis. Hal ini dilakukan dengan cara memaparkan hasil diskusi lalu kemudian peserta didik saling berpendapat apakah pemaparan hasil diskusi tersebut tepat atau tidak seperti terlihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 berikut ini:

Gambar 4. 7 Presentasi Peserta Didik

Gambar 4. 8 Pendapat Peserta Didik Terhadap Hasil Presentasi

(7)

Tahap terkakhir adalah menarik kesimpulan (generalization) seperti pada Gambar 4.9 berikut ini:

Gambar 4. 9 Penarikan Kesimpulan

penarikan kesimpulan adalah wajib ada karena siswa harus dapat mencermati hasil dari pembuktian sebelumnya sebagai pedoman untuk semua peristiwa yang memiliki kesamaan permasalahan.

3. Deskripsi Data

Deskripsi data menjadi penting karena sebagai salah satu faktor pendukung terhadap hasil uji hipotesis sebuah penelitian. Hasil pretest dan posttest dari responden yaitu 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol yang menjadi data dalam riset ini.

a. Deskripsi Data Pretest Peserta Didik

Pretest diberikan kepada responden kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum diberikan treatment pada penelitian dengan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir. Data hasil pretest dirinci pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4. 2 Data Pretest Peserta Didik

Statistik Data Eksperimen Kontrol

Rata-Rata 66,41 62,34

Nilai Terendah 45 45

Nilai Tertinggi 85 85

(8)

Standar Deviasi 9,27 9,67

Variansi 85,86 93,52

Dari Tabel 4.2 diketahui 32 responden pada kelas ekperimen rata-rata yang diperoleh adalah 66,41. Pada kelas ekperimen responden berhasil memperoleh nilai paling tinggi sebesar 85 sedangkan nilai paling rendah sebesar 45. Standar deviasi sebesar 9,27 serta variansi sebesar 85,86.

Sedangkan untuk 32 responden pada kelas kontrol rata-rata yang diperoleh adalah 62,34. Pada kelas kontrol ini responden berhasil memperoleh nilai paling tinggi sebesar 85 sedangkan nilai paling rendah sebesar 45. Standar deviasi sebesar 9,67 dan variansi sebesar 93,52. Data-data yang ada pada kelas ekperimen di atas diperinci dengan distribusi frekuensi pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuenssi Hasil Pretest Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi

Mutlak Relatif

1 45 - 51 1 3,13%

2 52 - 58 3 9,38%

3 59 - 65 14 43,75%

4 66 - 72 5 15,63%

5 73 - 79 7 21,88%

6 80 - 86 2 6,25%

Jumlah 32 100%

Dari Tabel 4.3 diketahui kelas ekperimen memiliki distribusi frekuensi pretest mencakup 6 kelas interval dengan panjang kelas adalah 7. Frekuensi tertinggi adalah sebesar 14 atau sama dengan 43,75% yang terletak pada interval 59-65. Sedangkan frekuensi terendah adalah 1 atau sama dengan 3,13% yang terletak pada interval 45-51. Histogram rincian tabel di atas dapat dilihat pada Gambar 4.10 sebagai berikut:

(9)

Gambar 4. 10 Histogram data Hasil Pretest kelas Ekperimen Untuk data nilai pretest pada kelas kontrol diperinci dengan distribusi frekuensi pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi

Mutlak Relatif

1 45 - 51 6 18,75%

2 52 - 58 3 9,38%

3 59 - 65 12 37,50%

4 66 - 72 8 25,00%

5 73 - 79 2 6,25%

6 80 - 86 1 3,13%

Jumlah 32 100%

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa pada kelas kontrol memiliki distribusi frekuensi pretest mencakup dari 6 kelas interval dengan panjang kelas adalah 7. Frekuensi tertinggi adalah sebesar 12 atau sama dengan 37,50% yang terletak pada interval 59-65. Sedangkan frekuensi terendah adalah 1 atau sama dengan 3,13% yang terletak pada interval 80-86. Histogram rincian tabel di atas dapat dilihat pada Gambar 4.11 sebagai berikut:

1

3

14

5

7

2 0

2 4 6 8 10 12 14 16

45 - 51 52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86

Frekuensi

(10)

Gambar 4. 11 Histogram Data Hasil Pretest Kelas Kontrol b. Deskripsi Data Posttest Peserta Didik

Posttest dibagikan pada responden kedua kelas setelah treatment selesai dengan bentuk soal pilihan ganda berjumlah 25 butir. Dari pemberian posttest diperoleh hasil yang dirinci seperti Tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4. 5 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Dan Kontrol Statistik Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-Rata 80,88 71,87

Nilai Terendah 64 56

Nilai Tertinggi 96 88

Standar Deviasi 8,18 9,67

Variansi 66,82 55,21

Dari Tabel 4.5 diketahui 32 responden pada kelas ekperimen rata-rata yang diperoleh adalah 80,88. Pada kelas ekperimen responden berhasil memperoleh nilai paling tinggi sebesar 96 sedangkan nilai paling rendah sebesar 64. Standar deviasi sebesar 8,18 serta variansi sebesar 66,82.

Sedangkan untuk 32 responden pada kelas kontrol rata-rata yang diperoleh adalah 71,87. Pada kelas kontrol ini responden berhasil memperoleh nilai paling tinggi sebesar 88 sedangkan nilai paling rendah sebesar 56. Standar deviasi sebesar 9,67 dan variansi sebesar 55,21. Data-data yang ada pada kelas ekperimen di atas diperinci dengan distribusi frekuensi pada Tabel 4.6 berikut:

6

3

12

8

2 1

0 2 4 6 8 10 12 14

45 - 51 52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86

Frekuensi

(11)

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi

Mutlak Relatif

1 64 - 69 3 9,38%

2 70 - 75 3 9,38%

3 76 - 81 11 34,38%

4 82 - 87 6 18,75%

5 88 - 93 6 18,75%

6 94 - 99 3 9,38%

Jumlah 32 100%

Tabel 4.6 menunjukkan kelas eksperimen memiliki distribusi frekuensi posttest terdiri dari 6 kelas interval dan juga panjang kelas adalah 6.

Frekuensi tertinggi adalah sebesar 11 atau sama dengan 34,38% yang terletak pada interval 76-81. Sedangkan frekuensi terendah adalah 3 atau sama dengan 9,38% yang terletak pada interval 64-69, 70-75, dan 94-99.

Histogram rincian tabel di atas digambarkan pada Gambar 4.12 berikut:

Gambar 4. 12 Histogram Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Untuk data nilai posttest pada kelas kontrol diperinci dengan distribusi frekuensi pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

3 3

11

6 6

3

0 2 4 6 8 10 12

64 - 69 70 - 75 76 - 81 82 - 87 88 - 93 94 - 99

Frekuensi

(12)

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi

Mutlak Relatif

1 56 - 61 3 9,38%

2 62 - 67 4 12,50%

3 68 - 73 12 37,50%

4 74 - 79 8 25,00%

5 80 - 85 3 9,38%

6 86 - 91 2 6,25%

Jumlah 32 100%

Tabel 4.7 diketahui kelas kontrol memiliki distribusi frekuensi posttest terdiri dari 6 kelas interval dan juga panjang kelas adalah 6. Frekuensi tertinggi adalah sebesar 12 atau sama dengan 37,50% yang terletak pada interval 68-73. Sedangkan frekuensi terendah adalah 2 atau sama dengan 6,25% yang terletak pada interval 86-91. Histogram rincian tabel di atas tertuang dalam Gambar 4.13 sebagai berikut:

Gambar 4. 13 Histogram Data Hasil Posttest Kontrol 4. Hasil Uji Prasyarat

Sebagai sarana dalam mengetahui kelayakan sebuah data yang terkumpul sudah layak atau belum untuk dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat meliputi pengujian normalitas, homogenitas, dan keseimbangan.

3 4

12

8

3 2

0 2 4 6 8 10 12 14

56 - 61 62 - 67 68 - 73 74 - 79 80 - 85 86 - 91

Frekuensi

(13)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilaksanakan sebagai langkah dalam mencari tahu data dari pre-test dan post-test normal berbantuan aplikasi SPSS versi 25 dengan metode Kolmogrov Smirnov. Suatu data dikatakan normal jika nilai sig >

0,05. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4. 8 Hasil Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Kelas Sig α = 5% Kesimpulan

Pretest Eksperimen 0,200 0,05 Terdistribusi Normal Kontrol 0,116 0,05 Terdistribusi Normal Posttest Eksperimen 0,177 0,05 Terdistribusi Normal Kontrol 0,160 0,05 Terdistribusi Normal Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji normalitas dari pretest dan posttest adalah terdistribusi normal. Hal itu diketahui dari nilai signifikansi data pretest kelas ekperimen sebesar 0,200 dan kelas kontrol 0,116 dimana kedua nilai sig tersebut lebih besar dari 0,05. Hal serupa juga yang terjadi pada data posttest kelas eksperimen dimana nilai sig 0,177 dan kelas kontrol 0,160 keduanya sama-sama lebih tinggi dari 0,05.

b. Uji Homogenitas

Tujuan dari pengujian homogenitas sebagai sarana mencari tahu data yang telah terkumpul dan yang akan dianalisis lebih lanjut dari pretest dan posttest homogen atau tidak berbantuan aplikasi SPSS versi 25. Suatu data dikatakan homogen jika nilai Levenes > 0,05. Hasil dari uji homogenitas ada pada Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4. 9 Hasil Uji Homogenitas Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Nilai Hasil Uji Homogenitas Keterangan

Pretest 0,662 0,662 > 0,05 Homogen

Posttest 0,380 0,280 > 0,05 Homogen

(14)

Tabel 4.9 menunjukkan perolehan dari pengujian homogenitas. Pada pretest diperoleh hasil sebesar 0,662 dan posttest sebesar 0,380. Jadi dapat disimpulkan bahwa keduanya adalah homogen dikarenakan nilai Levenes nya lebih besar dari 0,05.

c. Uji Keseimbangan

Pengujian keseimbangan sebagai saranan mencari tahu keadaan kemampuan awal responden. Untuk mengetahui kedua kelas tersebut seimbang atau tidak dilakukan pengujian berbantuan SPSS versi 25 dengan uji Independent sample t test. Keadaan awal seimbang jika hasil pada uji independent sample t test lebih besar dari 0,05. Hasil uji keseimbangan dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4. 10 Hasil Uji Keseimbangan Data

Sig Kriteria Keputusan

0,662 >0,05 Keadaan Awal Seimbang

Pada Tabel 4.10 diketahui peserta didik dari kedua kelas memiliki kemampuan awal yang seimbang yang dibuktikan dengan nilai sig sebesar 0,662 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.

5. Hasil Uji Hipotesis

Dari 3 tahap pengujian di atas yaitu uji normalitas, uji homogentias dan uji keseimbangan maka terdapat 2 uji hipotesis pada penelitian ini antara lain:

1) Hipotesis Pertama

Uji hipotesis yang pertama adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Pada kelas ekperimen model pembelajaran yang digunakan adalah Discovery Learning menggunakan Probing-prompting sedangkan kelas kontrol model pembelajaran yang digunakan adalah Teacher Centered Learning. Untuk mengetahui adakah perbedaannya menggunakan uji independent sampe t-test menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Hasil dari uji independent t test tertuang pada Tabel 4.11 berikut ini:

(15)

Tabel 4. 11 Data Hasil Uji Hipotesis Pertama

Uji Levenes Uji T

F Sig t Sig. (2-tailed)

0,780 0,380 4,609 0,000

Dari Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai sig.(2-tailed) adalah 0,000 yang berarti kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dibuktikan dengan H0 ditolak dan Ha diterima dimana:

H0 = Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan Probing-prompting dengan model Teacher Centered Learning.

Ha = Ada perbedaan hasil belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan Probing-prompting dengan model Teacher Centered Learning.

2) Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis yang kedua sebagai sarana mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari penggunaan model pembelajaran pada kelas Eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan Probing-prompting dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajarn teacher centered learning. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada kedua kelas tersebut menggunakan uji Gain dengan bantuan aplikasi SPSS versi 25.

Hasil dari Uji Gain ada pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4. 12 Data Hasil Uji Hipotesis Kedua

Kelas Rata-rata

Pretest

Rata-rata Posttest

Standart Gain

Keterangan

Eksperimen 66,41 80,88 0,405 Sedang

Kontrol 62,34 71,87 0,227 Rendah

(16)

Dari Tabel 4.12 nilai Gain kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 0,405 sedangkan kelas kontrol yaitu 0,227. Jadi dapat disimpulkan pada kelas ekperimen terjadi peningkatan hasil belajar yang tinggi dari kelas kontrol.

B. Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara penggunaan Discovery Learning berbantuan Probing-prompting dengan penggunaan Teacher Centered Learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas X TKJ SMKN 2 Surakarta pada mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa X TKJ A dan B yang berjumlah 64 peserta didik dengan rincian 32 siswa kelas X TKJ A sebagai kelas eksperimen dan 32 peserta didik kelas X TKJ B sebagai kelas kontrol.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest dengan jumlah total soal adalah 60 butir. Instrumen tersebut kemudian diberikan kepada kelas X TKJ C dengan jumlah siswa adalah 32 siswa. Tujuan pemberian soal tersebut kepada kelas X TKJ C adalah sebagai try out sebelum soal tersebut diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil uji coba tersebut yang melewati 5 tahap uji diantaranya uji pengecoh, uji daya pembeda, uji tingkat kesukaran, uji reliabilitas, dan uji validitas kemudian terpilih soal yang layak diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sejumlah 20 soal pretest terpilih untuk kemudian diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai test untuk mengukur kemampuan awal peserta didik pada kedua kelas tersebut. Pengukuran kemampuan awal atau uji keseimbangan tersebut menggunakan hasil nilai dari pretest yang kemudian melewati uji independent sample t test. Dari uji independent sample t test diketahui nilai sig nya adalah 0,662 yang berarti kelas ekperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak ada perbedaan. Hasil uji independent sample t test menggunakan nilai post test yang digunakan untuk mengukur kemampuan akhir siswa setelah melewati treatment nilai sig.(2-tailed) yaitu sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang

(17)

signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dibuktikan dengan H0

ditolak dan Ha diterima.

Beradasarkan uji Gain yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai standart Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 0,405 dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,227. Artinya penggunaan Discovery Learning menggunakan Probing-prompting memiliki tingkat keefektivan yang sedang. Sedangkan model pembelajaran Teacher Centered Learning memiliki tingkat keefektivan yang rendah.

Sebelum dilakukan treatment, kelas X TKJ A memiliki status nilai rata- rata yang tergolong rendah yaitu 66,41. Peningkatan rata-rata pada kelas eksperimen ini meningkat setelah penerapan treatment menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan Probing-prompting yaitu mencapai rata- rata 80,88. Peningkatan hasil belajar pada kelas ekperimen dalam bentuk persen adalah 22%. Untuk kelas kontrol memiliki rata-rata awal 62,34 dan setelah menggunakan model pembelajaran Teacher Centered Learning rata-rata pada kelas kontrol menjadi 71,87 sehingga pada kelas kontrol memiliki peningkatan sebesar 15%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini :

Gambar 4. 14 Presentase Peningkatan Hasil Belajar kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari data di atas dan dari hasil pengujian hipotesis dapat dijadikan dasar bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning menggunakan

(18)

Probing-prompting lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang disebabkan salah satu faktornya adalah keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Alasan penggabungan Discovery Learning dengan Probing- prompting adalah karena dalam kegiatan pembelajaran menggunakan discovery learning masih terdapat kendala salah satunya siswa yang terlampau banyak akan mengakibatkan guru kuwalahan ketika mengarahkan dan membimbing sehingga dikawatirkan masih terdapat siswa yang belum memahami materi yang disampaikan oleh guru. Maka dari itu diperlukan bantuan dengan cara memasukkan teknik probing-prompting kedalam sintak discovery learning karena pada teknik probing-prompting siswa mendapatkan peluang untuk bertanya mengenai apa yang belum dipahaminya kepada guru sehingga guru dapat memperjelas secara terperinci. Ketika model discovery learning diterapkan dalam proses pembelajaran dengan teknik probing-prompting, tahapan tersebut dapat dikombinasikan untuk memotivasi peserta didik untuk mencerna dan memahami seluruh materi dan meningkatkan hasil belajar mereka. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian dari (Nazarilia et al., 2018) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Discovery Learning dengan Teknik Probing Prompting di SMA” dan penelitian (Kusuma et al., 2015) yang berjudul “Model Discovery Learning Disertai Teknik Probing Prompting Dalam Pembelajaran Fisika di MA”

keduanya dijelaskan bahwa keefektifan dalam peningkatan hasil belajar terjadi karena penggunaan discovery learning dengan teknik probing-prompting. Perasaan senang oleh peserta didik ketika proses pembelajaran dikarenakan mereka mendapatkan pengalaman secara langsung dalam belajar, sehingga mereka dengan mudah menerima dan memahami materi, serta dapat belajar lebih aktif dalam pembelajaran kelompok, sehingga kegiatan belajar tidak membosankan.

Penelitian-penelitian pendukung di atas penerapan discovery learning berbantuan probing-prompting dilakukan dengan pembelajaran tatap muka.

Dikarenakan saat ini pembelajaran tatap muka belum dapat dilaksanakan maka peneliti menerapkan discovery learning berbantuan probing-prompting pada pembelajaran jarak jauh atau online. Pada penelitian ini kelas ekperimen model pembelajaran yang digunakan adalah Discovery learning menggunakan Probing-

(19)

prompting yang prosesnya berbantuan dengan Learning Management Sistem (LMS) serta WhatsApp Group. Seluruh pengunduhan materi dan presensi saat proses pembelajaran dilakukan di LMS SMK Negeri 2 Surakarta. Sedangkan kegiatan diskusi atau kegiatan inti pembelajaran dilakukan pada Aplikasi WhatssApp. Berbeda dengan kelas kontrol WhatsApp Group tidak digunakan sebagai sarana diskusi. Pada kelas kontrol proses pembelajarannya berpusat pada guru yang hanya membagikan materi yang diunduh siswa pada LMS tanpa diadakan diskusi yang melibatkan siswa secara aktif. Hal itulah yang membuat hasil belajar siswa pada kedua kelas ini mengalami perbedaan dimana kelas ekperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol.

Gambar

Gambar 4. 1 Kegiatan Stimulus
Gambar 4. 2 Kegiatan Peserta Didik Merumuskan Jawaban  Pada  Gambar  4.2  peserta  didik  terlibat  aktif    memberi  pendapat  terhadap  permasalahan  yang  diberikan  oleh  pendidik
Gambar 4. 5 Kegiatan Tahap Pengumpulan Data pada Kelas  Eksperimen
Gambar 4. 6 Kegiatan Pengolahan Data pada Kelas Eksperimen  Tahap  selanjutnya  adalah  pembuktian  (verification),  dilakukan  peserta didik dengan memeriksa data yang didapat dengan cermat sebagai  pembuktian  hipotesis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terlebih di tahun yang akan datang tentunya akan ada lebih banyak orang yang mem­ butuhkan perhatian kita, dan cara ter­ baik untuk mewujudkannya adalah dengan

Mengingat program pembangunan di bidang Perpustakaan dan Kearsipan sangat beragam, dapat bersifat fisik dan non fisik, maka indikator kinerja dan juga

Melakukan aktivitas teknik dasar gerakan koordinasi lengan dan pernapasan, dengan memperhatikan etika, kerjasama, ketaatan terhadap peraturan, menghargai teman, kesungguhan

Hal ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Program Hibah Pengembangan Perguruan Tinggi Swasta (PHP-PTS) pada seluruh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penerima dana

Makna lokusi dari wacana lisan tersebut “I” atau sang peramal berkata bahwa mimpi Santiago adalah bahasa Tuhan yang disampaikan untuk anak laki-laki.. “I”

Untuk mengembangkan sebuah Stateless Session Bean, Anda wajib menuliskan source code untuk Home interface, Remote interface, dan bean implementation.. Anda juga

Dari hasil pengamatan terhadap kadar pioglitazone setelah pemberian bersamaan dengan fruit pulp buah pare dapat disarankan perlu dilakukan penelitian sejenis dengan