• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Performance Atlet Pasca Cedera Lutut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Performance Atlet Pasca Cedera Lutut"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Cビ

lNIC RSUD DR. SOETOMO MENiNGKATKAN PERFORMANCE ATLIT PASCA

CEDERALUTUT

A Sjan.vani, Dwikora Novembri Utomo, Damayanti Tinduh, l Putu AlitPawana, Paulus Rahardio, Rosy Setiawatl,, Eko Dwi Martini' FxWahyurin.

lnstalasi Rehab Medik

ABSTRACT:

tn

accordance with the increasing

of

achievoment demand, presence the increasing of physical or psychological strcss in

'iit"iii,

it i"

i.artat

to cause p6ysicat

iiriyZi

psycnongy muma fot a.thletes that will decrease the spoi pertormance and influenco

individual achievement, ,ugion o, nationui.

i[oi

Ctfri

it

soitoro

e"nercl Hospital surabaya which based on sport scien-ce arc neoded for the prevention prccess

"ra

tne

.unug"iJiii

";;

iniury. Knee injury caus.od of

spoft activities ar6 on the highost rank ftom all of athletes who came

for

consultancy

k

spod ci;;c-

;t

aoolr,ko' Generet' Hispitat Surcbava' and cause.d

'n"..d1nt::::9 ?:.:i!'ificant

spotl

achievement. The management

ot

xnui

iniui

in

Sport Clinic

inilude

tne promote-preventive ollods and. curalive'rehabilitative

Z;;'p;;;;;;r;;;;i;;;;*i""jr11raat

tiiio"iiini"a

in"r"an

rnd the.wittins to srow tosether to achiave the optimum heetth sevice for

Gi

liii

,,ini"i"

i" u paority goat

;,

spoiZtinii.

ipii

ctini"

"u"tu"t"s the acluat

;isk ractors on athtetes individuattv, anatvzes the movins paftok and

ne

talse p'rldic; t;chniques and giving recommendation ot propet prcctice according to the athletes needs

Kewords:

Spott Clinic, iniury, spoft , achievemont, interdisciplinary'

ABSTRAK:sejalandenganpeningkatantuntutanprcstasi,makaleljadipeningkafa[slresfls,kmaupunpsikispadaatlit,sehingga

berpotensi monyebabxan

"eaera nsix

aii

ii,rii

piixoig,s tugi ,ttit yang akan ienurunkan poiomance olahnga dan mempengaruhi

i-iiiiirii"ar,

daerah maupun

nasiinii'ipii

ctinic'Rsub Dr- Soetomo, yans berbasis sport science diPutuh.kan datam proses pencegahan dan penanganan

""arr"-

otu,niigi.c"d"ra

lulut akibat olahraga menduduki rangking tettinggi dari semua atlit yang

berkonsuttasi di spott clinic RiIJD Dt. soetomo, dan menyebabkan ponurunan prestasi olahraga yang bemakna. Penanganan cedera lutut

di

sport ctinic moliputi upaya

promoti-irir"ilit

a",

xlrau-renatitita.tit yang komprehensif dan interdisiplin.. sffat saling tetbuka dan keinginan beftumbuh bercama untuk me;c;piii iptinatisasi petayanan keiehatan bagi a it yang cedera morupakan hal yang mutlak dalam

spott ctinic. spott clinic metakukan evaiiasi

tixtor

risi*o

aku;l

pada

dii

atlit sec;ra individuat, menganalisis pola gerakan dan teknik tatihan yang salah dan membeikan rekomendasilatihan yang sesuaikebutuhan atlit tersebut'

Kata Kunci : spotl Ctinic, cedem, olahraga' prestasi, intedisiplin

Korespondensi:ASjarwani, lnstalasi Rshab Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, JlProfDr' Moestopo 6-8 Surabaya

PENDAHULUAN

RSUD Dr. Soetomo memiliki visi untuk meniadi rumdh sakit terkemuka di bidang pelayanan, pendidikan'

dan penelitian. Visitersebut mendorong rumah sakit untuk mencari peluang dengan berperan menjadi institusi yang

peduli terhadap kualitas

hidup

masyarakat

yang

dilayaninya

dan

berusaha memberikan

solusi

untuk

ber6agai kebutuhan masyarakat, termasuk masyarakat olahraga.

Olahraga merupakan

suatu upaya

untuk meningkatkan

kualitas hidup

masyarakat,

tidak

hanya

dalam bentuk olahraga

rekreasional,

namun

terutama dalam bentuk olahraga prestasiyang memilikidaya ungkit yang tinggi pada eksistensi individu, daerah dan nasional. Pembinaan olahraga ke jenjang prestasi dimulai dengan persiapan di masa kanak-kanak. Untuk mendapatkan bibit atlit berprestasi, dibutuhkan pembinaan yang menyeluruh

dengan melibatkan seluruh komponen, mulai

dari

lingkungan keluarga sebagai

unit terkecil,

kemudian

lingkungan sekolah, masyarakat

dan

bangsa.

Dalam proses pembinaan inijuga harus dipertimbangkan proses pertumbuhan dan perkembangan calon atlit tersebut dan

risiko

keiadian cedera olahraga, sehingga

diperlukan

oenanqanan

yang

komprehensif

dari

bidang

promotif ioeninikatan'ket<uatan, kelentukan,

dan

keterampilan), Jreven-tif (oenceqahan terhadap cedera olahraga), kuratif

io.nrnoinan iedera

olahraga)

dan

rehabilitatif

ipenanginan

renabititasi fungsi dan aktivitas berolahraga serta berprestasi kembali).

Sendi

lutut merupakan sendi

yang

mengalami beban terbesar pada tubuh kita, sekaligus sebagai sarana

ambulasi sehingga

paling sering

mengalami

cedera (Calliet, 1973 ; Lippert, 2000).

Angka insiden

di

lndonesia belum jelas, namun

dapat diproteksikan

dari

insiden

di

berbagai daerah.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun

2007 melaporkan

angka kejadian cedera

lutut dan

tungkai

bawah

mencapai

49,4%

(Riskesdasjateng,

2008)

dan

Dinas

Kesehatan Sulawesi

Barat pada tahun

2007

melaporkan

angka

kejadiannya mencapai

38,9% (Riskesdassulbar, 20Og). Cedera lutut berdampak pada gangguan fungsi dan performance anggota gerak bawah

ieciia

khusus

dan

manusia secara

keseluruhan.

Permasatahan pada lutut akan menyebabkan gangguan pola

jalan,

keterbatasan melakukan aktivitas

seharihari

(5)

Tearn Spot t Cli ic, Menihgkatkan Pedbrtfiance Atlit pasca Cedera Lutut

maupun aktivitas olahraga

dan

menurunkan presiasi

olahraga.

Gambaran kasar

di

lnstalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo Januari-Nopember 2OO9 didapatkan

penderita

yang secara

spesifik berobat karena cedera

olahraga sebanyak 28 kasus baru. Jumlah inisangat kecil dibanding perkiraan cedera olah raga di masyarakat, dan hanya dapat dipandang sebagai puncak dari gunung es.

Besaran masalah

di

bawah

permukaan

ini

sangat

berdampak pada status fungsi untuk

pelaksanaan

attivitas

sehari-hari

m.

,lpun

aktivitas

olahraga.

Karenanya pbncegahan ceoera olahraga dan rehabilitasi pasca cedera olahraga merupakan halyang penting untuk dilaksanakan secara benar.

Menurut Consumer Product Safety Commission

USA,2005,

cedera olahraga tersering disebabkan oleh

olahraga basket

(409,799),

sepak bota

(376,ii5)

dan

bersepeda (317,041). Namun penetitian tain menyebutkan

bahwa sepak bola memiliki kemungkinan cedera 12 kali

lebih banyak dibandingkan basket. Masalah lutut adalah

jenis cedera olahraga tersering, 60% pemain basket dan

30% pemain sepak bola mengalami cedera lutut. Menurut

sebuah penelitian pada olahraga sepak bola diCalifomia, cedera dalam olahraga sepakbola

lebih

banyak terjadi dalam pertandingan resmi yakni 35,3 kasus dalam i.OOO

laga.

Sedangkan

saat

latihan,

cedera hanya

terjadi sebanyak 2,9 kasus dalam 1.000 s6silatihan.

Sebagai bagian

dari

Pemerintah

/

pemerintah

Daerah dan sekaligus bagian dari masyarakat, RSUD Dr. Soetomo terpanggil untuk tanggungjawab sosial menjadi

agen

penyadia layanan kesehatan

yang

komprehensif

unlu*

penanganan

cedera

otahraga

baik

bagi

aflit

profesional, rekreasional maupun

peningkatan

kebugaran. Peran tersebut tidak dapat diemban

oleh

1

bidang

ilmu

torsendiri namun

memerlukan kerjasama

interdisplin yang baik dan terkoordinir melalui

tim

Sport

Clinic.

TUJUAN PENELITIAN

Meningkatkan kerjasama interdisiplin

dalam upaya pemulihan performanco atlit pasca cedera lutut di bidang olahraga secara optimal dan komprshensif.

IIIETODE

Penelitian

ini

menggunakan

studi

prospective

CohortStudy

.

Sampel

penelitian

adalah

seluruh

aflit

yang

berkonsultasi ke Sport

Clinic

dan pengambilan sampel

menggunakan tehnikconsecutivesampling

Seleksi dilakukan

pada

135 aflit

yang

berkonsultasi

di

Sport Clinic.

Performance

aflit

pasca

cedera lutut dinilai menggunakan penilaian subyaktif dan obyektif. Penilaian subyektif didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh responden atlit yang

telah

mendapatkan penanganan cedera lutut di Sport Clinic, baik konservatif

maupun oporatif tanpa memperhatikan komponen waklu.

Penilaian obyektif didapatkan

dari data

pemeriksaan isokinetik, yang dilakukan serial pada akhir bulan ke-3, 6

dan

9.

Dari

masing-masing

akhir

fase

rehabilitasi ditetapkan

nilai capaian simetri antara lutut

sisi

sehat dibandingkan lutut sisi cedera. Pencapaian performance sisi cedera dibandingkan sisi sehat dihampkan mencapai minimal60T0 (0.6) pada akhir butan ke-3,75% (0.75) pada

akhir bulan ke-6 dan 857o (0.85) pada akhir butan ke-g

untuk kasus cedera lutut yang m-dndapatkan penanganan

operatif. Sedangkan

untuk kasus cedera lutut

yang dilakukan penanganan konservatil

padaakhirdiharaika;

terjadi pencapaian perforimance sisi cedera dibandingkan

sisi sehat 60%

(0.6) pada

akhir

minggu ke-6

dan

BS%

(0.85) pada akhir bulan ke-3. Pemaparan hasil evaluasi

dilakukan secara deskriptif analitik.

HASIL

Terjadi peningiatan konsultasi dan penanganan

cedera olahraga

di

Sport Clinic dari

periode

I

Januari

2009-Juni 2010 (55 atlit) sebesar 145% pada periode Juti 2010-Juni 2011 (80 atlit). Oaritotal jumlah 135 aflittersebut

didapatkan 90 atlityang mengalamicedera lutut (67% dari seluruh atlityang ditangani di SportClinic), meliputi cedera

struKur

tunggal

atau

kombinasi. Performance olahraga dinilai menggunakan penilaian subyektif dan obyektif., .

.

Evaluasi subyeKif dilakukan pada 38 atlit yang

menjawab

kuesionei di

mana

'll

orang

mendapatkan

penanganan konservatif

dan

27

orang

mendapatkan

penanganan

operatif. Sedangkan evaluasi

obyektif

dilakukan pada- data isokinetik dari 22 atlit yang diambil

secara

random. Enam

orang

mendapat

penanganan konservatif dan dilakukan evaluasi pada akhirminggu ke-6

dan

bulan ke-3,

sedangkan

16

orang

mendapat penanganan operatif dan dilakukan evaluasi pada akhir

bulan ke-3, ke-6 dan ke-g.

Tabel

l.

Klasifikasi Kasus Cedera Lutut Akibat Olahraga yang telah ditangani di Sport Clinic

Cedera

Struktur

Jumlah

Persentase

Tulang Rawan l\.4eniskus LKA LKP ︲3 3︲ 48 6 7 3 16,25% u,440/0 53,33% 6,670/o 7,780/0 1,110/0 M L K K L L

Penilaian subyektif didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh responden atlit yang telah mendapatkan

penanganan cedera lutut di Sport Clinic, yang mencakup

atlit

yang

mene

ma

tindakan konservatif

maupun pembedahan

tanpa

memperhatikan komponen waktu.

Dari hasil

penilaian subyektif didapatkan ba,]wa rerata

performance olahraga

saat

ini

mencapai

78,88% dibandingkan performance terbaiknya.

Atlit

yang

telah

mencapai performance olahraga

saat

ini

70% ke

atas

dibandingkan performance

olahraga terbaik

mencapai

78,95%

dari

kesaluruhan

atlit

yang

ditangani. Tabel 2 menunjukkan perbedaan pencapaian performance anlara kelompok atlit yang mendapat penanganan operatif dan konservatif.

lmprovement performance saat ini. dibandingkan performance pra cedera lutut pada atlit

yang

mendapat

penanganan

opsratif

mencapai

.erala

80,20+'12,500/0,

sedangkan

yang

mendapat penanganan

konservatif

mencapai rerata 75,66+ 1 4,620/0.

Secara

kualitatif

atlit

merasakan manfaat dari

penanganan konprehensif interdisiplifi

yang

telah dilaksanakan oleh Tim Sport Clinic

RSU!

Dr. Soetomo

dan

mengharapkan

tim

seperti

ini

bisa dibentuk

di

kota mereka.

(6)

182

tumd

Kesehatan Soetomo, Volume 3' Nomor 4, Des 2016, hlm l,80

-

181

r

Tabel 2. penilaia'n performance SampelAflit Cedera Lutut Sebelum Cedera, Setelah Cedera dan Saat ini berdasarkan Jenis Penanganan yang diberikan

Jenis Penanganan

Jumlah

(orang) Performance Rerata

t

Simpang Baku

Operatif Konservatif Pra Cedera Pasca Cedera Saat ini Pra Cedera Pasca Cedera Saat ini

9,301

0.82 3,44 + 2,19 7,44 + 1,28 8,82

t

0,98 4,27

!2,41

6,73 + 1,68 1.60

I

Operatif Akhir bulan ke-3

I

Operatif Akhir bulan ke-6

I

Operatif Akhir bulan ke-9

Rasio H/Q PWr Raslo H′Q End

Gambar 1. Hasil Evaluasi Obyektif lsokinetik pada Atlit Cedera Lutut yang Mendapat Penanganan Operatif'

1.80

I

Konservatif Akhir minggu ke-6

r

Konservatif Akhir bulan ke-3

Rasio H′Q Pw「 Rasio H′Q End

悧 ︲20 ︲ ・00 囲 圃 0 ・40 回 m 0 0 E ” F 〓 O t O a 御 ︲4。 m m 080 画 040 020 0 0 C ● F 〓 O t O L

Penilaian

obyektif

dengan

pemeriksaan

isokinetik dilakukan serial pada akhir bulan ke-3, 6 dan 9. Dari masing-masing akhirfase rehabilitasi ditetapkan nilai

capaian simetri antara lutut sisi sehat dibandingkan lutut

sisi

cedera. Pencapaian performance

sisi

cedera

dibandingkan

sisi

sehat

diharapkan mencapai

rasio minimal 0,6 pada akhir bulan ke-3, 0,75 pada akhir bulan ke-6 dan 0,85 pada akhir bulan ke-9 untuk kasus cedera lutut yan$ mendapatkan penanganan operatif.

Rasio power

kontraksi

Hamstring/Quadriceps

(Rasio

H/O Pwr

: 1,4),

endurance

kontraksi

Hamstring/Quadriceps

(Rasio H/Q

End

:

1,34)

dan

kontraksi konsentrik/eksentrik Quadriceps

(Rasio

QCon/Ecc

:

1,54) pada

akhir

bulan ke-3 pasca operasi menunjukkan nilai di atas 0,6: Rasio H/Q Pwr (1,42), Rasio

H/Q End (1,30)

dan

Rasio QCon/Ecc (0,81) pada akhir

bulan ke-6 pasca operasi menunjukkan nilai di atas 0,75.

Rasio H/Q Pwr (1,34), Rasio H/Q End (1,13) dan Rasio

QCon/Ecc

(1,14)

pada

akhir bulan ke-9

pasca operasi

menunjukkan nilaidiatas 0,85 (Gambar 1).

"Untuk kasus cedera

lutut yang

dilakukan penanganan konservatif, diharapkan

terjadi

pencapaian

performance sisi cedera dibandingkan sisi sehat dengan

iasio minimal 0,6 pada akhir minggu ke-6 dan 0,85 pada akhir bulan ke-3.

Rasio H/Q

Pwr(1,77),

Rasio H/Q End

(1'22)dan

Rasio QCon/Ecc (1,68) pada

akhir

minggu

ke-6

pasca

penanganan konservatif menunjukkan

nilai

di

atas

0,6.

nasio

H/Q

Pwr (1,33), Rasio H/Q End (1,15) dan Rasio

QCon/Ecc

(0,87) pada

akhir

bulan

ke-3

pasca penanganan konservatif menunjukkan nilai

di

atas 0'85 (Gambar2).

PEMBAHASAN

Beberapa penelitian meta-analisis menunjukkan

bahwa hanya

65%

'

70o/o

pasien kembali

pada performance olahraga sebelum cedera. Data Sport Clinic

(7)

Team Sport Clinic, Meningkatkan petfomance Atlit pasca Cedera

Lutl.tt lt3

menunjukkan bahwa rerata performance olahraga sampel

saat ini

mencapai

78,88%

dari

performancs sebelum

cedera lu-tut. Atlit yang mencapai performance olahraga saat ini 70% ke atas dibandingkan performance olahraga sebelum cedera mencapai 78,95%. dengan variasi ons_-et

pemulihan pasca cedera hingga saat iniantara 6 bulan

_2

tahun.

Hal

ini

merupakan

indikator

pencapaian

performance yang cukup baik.

_

Faktor

yang

dapat mempengaruhi pencapaian

performance adalah deteksi

dini

gangguan

lutut, ketepatan diagnosis, peni

lganan

awat yang benar dan

penanganan lanlut

yang

r..Jmprehensif

dan

interdisiplin

serta motivasi atlit. Secara ideal, deteksi

dini

dilakukan

oleh pelatih, orangtua, manajer tim dan dokter tim, serta

atlit yang

bersangkutan. Secara umum

deteksi

cedera

lutut akibat

olahraga

tidak dapat

dilakukan

cukup

dini karena nilai ambang nyeri dan semangat aflit cukup iinggi.

Pada umumnya atlit yang cedera datang

berkonsultasi[e

Sport Clinic antara 6-12 minggu pasca cedera. Masalah

teknis

pertandingan,

misalnya

berhubungan

dengan strategi klub, juga memegang hatyang penting, sehingga

menyebabkan

atlit

yang cedera tidak setalu

dapat

memperoleh masa istirahat segera yang memadai untuk pemulihannya.

Penegakan diagnosis

dan

penetapan tindakan

dilakukan dalam diskusitim interdisiplin yang berasal dari departemen Orthopaedi & Traumatologi, departemen llmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, departemen Radiologi, departemen Faal, lnstalasi Gizi dan lnstalasi Rehabilita:i

Medik.

Penegakan diagnosis dilakukan dengan

cara melakukan pemeriksaan fisik (diagnosis klinis) kemudian dilakukan konfi rmasi diagnosis radiotogis. Bita didapatkan

perbedaan interpretasi dari kedua kondisi ini, maka akan

dilakukan diskusi terbuka. Baku emas untuk penetapan

diagnosis

pasti

menggunakan

arhtroskopi

(diagnostic

a(hroscopic)

yang dilakukan secara double set up. Bila

pada saat

dilakukan arthroskopi didapatkan

kondisi

patologik, maka akan

dilanjutkan

dengan

tindakan

arthroskopi rekonstruksi, terganlung struktur

yang

memerlukan penanganan.

Didapatkan perbedaan bermakna

pada

performance olahraga sebelum cedera, setelah cedera

dan saat

ini,

Penurunan performance sesudah cedera

secara primer

disebabkan

oleh

kondisi

jaringan

yang

cedera, namun hal yang penting

dan

sering terlupakan adalah masalah psikologik atlit. Perbedaan performance

setelah

cedera

dan

mendapatkan penanganan hingga

saat

allit

menjawab kuesioner ditentukan

oleh

jenis

penanganan

yang

didapatkan, onset waktu

sejak penanganan diberikan dan kondisi psikologis.

Penanganan

operatif dilakukan pada

71o/o

sampel, sedangkan

29%

sampel ditangani

secara

konservatif

(rehabilitasi). Rerata

improvement

performance pada atlit

yang

mendapatkan penanganan

operatif

lebih tinggi

dibandingkan

penanganan

konservatif.

Faktor yang diduga

menyebabkan

lebih rendahnya rerata improvement pada kelompok aflit yang dilangani secara konservatif adalah pencapaian kekuatan kontraksi otot paha yang tidak optimal, kepatuhan bertatih

yang

kurang

dan faktor

psikologik. Gangguan

faktor psikologis

sangat

dipengaruhi

oteh sensasi

instabilitas

yang

dirasakan

atlit

saat mencoba

melakukan latihan penguatan dengan beban. Masalah yang sering dihadapi pada penanganan konservatif adalah fase inflamasi yang

memanjang, keterbatasan

luas gerak sendi (lack

of

extension (Arthroribrosis) dan lack of flexion),,,uncomfort'

gait,

atrofi

bermakna, ketidak.seimbangan

otot

sekitar

lutut secara khusus dan

performance

tubuh

secara

keseluruhan, sindroma dekoridisi

dan

instabilitas

permanen.

Tlndakan operatif

memungkinkan percepatan pemulihan stabilitas sendi lutut dan mencegah percepatan

t€rjadinia komplikasi degeneratif pasca cedera dan iaktor psikologik

allit

yang bersangkutan. lndikasi penanganan operatif adalah atlit yang berusia muda, aklivitas olahraga

tinggi

dan

menunjukkan kondisi instabilitas

yang bermakna. Masalah

yang

mungkin timbul pasca

rekon--struksi

adalah

hemarthrosis, inflamasi berkepanjangan,

keterbatasn

luas

gerak sendi (lack

of

exieniion

(Arthrofibrosis) atau lack offlexion), "uncomfort' gait, atrofi

yang bermakna, ketidak-seimbangan kekuatan otot lutut

dan

otot tubuh dan sindroma dekondisi. Teknik operatif

yang digunakan adalah arthroskopi mini-invasive. Untuk robekan ligamen, dilakukan penggantian ligamen dengan

graft hamstring atau tendon patella dengan teknik double

bundle. Teknik fiksasi bervariasi. Untuk

kerusakan meniskus

dapat dilakukan tindakan

menisektomi atau

meniscal repair, tergantung kepentingan

memper-tahankan fungsi meniskus dan area kerusakan meniskus. Untuk kerusakan tulang rawan dilakukan microfracturing.

Prosedur rutin

yang telah

dilakukan

adalah

melakukan

injeksi Platelet Rich Plasma

(PRP)

yang

kaya

groMh

hormone pada

akhir

prosedur pembedahan

untuk

merangsang percepatan proses pemulihan.

Untuk

keperluan tindakan pembedahan dilakukan pemanfaatan fasilitas Kamar Operasi Orthopedi di Gedung Bedah pusat

Terpadu RSUD Dr. Soetorno.

Program rehabilitasi diberikan

sebelum

dan

setelah prosedur

pembedahan

atau

sebagai

program khusus untuk upaya konservatif. Untuk mendukung upaya

rehabilitasi

dilakukan

pemanfaatan

fasilitas

lnstalasi

Rehabilitasi Medik,

yaitu

:

Biofeedback

(Myomed),

lsokinetic, ENTreeM dan Motion Analysis dan melibatkan

kerjasama dalam

tim

rehabilitasi yang terdiri dari dokter

spesialis, fisioterapis

dan

orthotist

prosthetist. Tujuan

pemberian program

rehabilitasi

sebelum

pembedahan

adalah

untuk

mengoptimalkan

pemulihan

peradangan

jaringan pasca cedera,

sehingga

akan

menghindari

komplikasi

yang

mungkin

timbul pasca

pembedahan. Lama program rehabilitasi ini individual, biasanya berkisar

antara 3-6 minggu pasca cedera, tergantung pada kondisi

lutut dan kesiapan

atlil.

Pada umumnya akan dilakukan

pembedahan

bila

kondisi lutut sudah

"dingin", dengan

kekuatan kontraksi

otot sisi

cedera

pada, perekaman biofeedback menunjukkan performance minimal 75% dari sisi sehat. Program rehabilitasi pasca pembedahan terdiri

dari4 tahap utama, yaitu tahap penyembuhan jarjngan

(0-6

minggu), pemulihan fungsional

(6-12

minggu),

persiapan kembali berolahraga

(3-6

bulan)

dan

fase

kembali berolahraga

(6-12

bulan).

Pada akhir

masing-masing

fase

dilakukan evaluasi performance kekuatan

dan ketahanan otot serta evaluasi pola gerak. program

rehabilitasi konservatif hampir sama dengan

program

rehabilitasi

operatif.

Perbedaannya

terletak pada

fase

penyembuhan

jaringan

bisa lebih

cepat,

karena pembatasan

gerak relatif lebih bebas. Untuk

masing-masing

fase

rehabilitasi

(baik untuk

penanganan

konservatif maupun

operatif)

dilakukan

evatuasi

performance kekuatan

dan

ketahanan

"otot serta

pola

gttuk

Kontribr"i

tntalasi

cizi a*rar,

metavani konsultasi

gizi

bagi

atlit yang

cedera

baik rawat:ra',

(8)

184 Jurnal Kesehatan Soetomo, Volume 3, Nomor 4, Des 201 6, hlm I 80 - i 84

+

.;

maupun rawa[ jalan. Konsultasi gizi ini meliputi jenis dan

jumlah

makanan

yang

bermanfaat menyokgng proses pemulihan cedera. Konsultasi gizi

juga

disediakan bagi atlit yang siap kembali pada aktivitas olahraganya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kdsimpulan

-Sport Clinic

merupakan model

kerjasama

interdisiplin dalam upaya pemulihan

performance atlit pasca cedera lutut di bidang olahraga secara optimal dan komprehensif, melalui:

1).

peningkatan pemahaman dan

kemampuan

tenaga medik dalam

penanganan cedera

lutut

akibat olahraga secara optimal,

interdisiplin dan

komprehensif, serta

2).

peningkatkan pemahaman dan

kemampuan

atlit,

pelatih, dokter umum

dan

dokter

tim/pertandingan

untuk

mendeteksi

faktor risiko

dan pencegahan cedera lutut akibat olahraga.

Saran

Sport Clinic RSUD Dr. Soetomo merupakan tim

interdisiplin yang bekerja secara komprehensif bagi atlit

yang berkonsultasi karena masalah cedera yang dialami.

basir

kerjasama

tim

adalah pada sifat

terbuka

dan

keinginan

bertumbuh

bersama

untuk

mencapai

optimalisasi pelayanan medis pada atlit. lni merupakan hal

yang sangat

sederhana

dan dapat

diterapkan

pada

ilumah

Sakit lain, dan bila dilaksanakan secara bersama

akan

menimbulkan

daya

ungkit

yang tinggi

bagi

performance

atlit yang

mengalami cedera. Selanjutnya kondisi ini akan mendongkrak prestasi olahraga individual,

daerah

maupun nasional. Dengan mempertimbangkan fungsi strategis dari Sport Clinic, maka tidaklah berlebihan

bilidisarankan

pembentukan Sport Clinic yang bersifat interdisiplin di berbagai Rumah Sakit, dan Tim Sport Clinic RSUD Dr. Soetomo bersedia mendukung proses tersebut.

DAFTARPUSTAKA

Cailliet R. Knee Pain and Disability. FA. Davis Co' Philadelphia,

1973:1-39.

Lippert L. Knee in: Clinical Kinesiology and Anatomy, 4th ed' FA Davis Company, Philadelphia, 2006:251 -61

Orchard

J

dan'seward H. Australian Football League lnjury Report, season 2000 in: The AFL lnjury Report. AFL Medical OfficersAssociation, Australia, 2001 :1 -1 4

Riskesdasjateng. Badan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

2007. Ladoran Provinsi Jawa Tengah' Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,

Republik lndonesia, 2008.

Riskesdassulbar. Laporan

Hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Sulawesi Barat 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008'

Gambar

Tabel  l.  Klasifikasi  Kasus  Cedera  Lutut  Akibat  Olahraga yang telah ditangani  di  Sport  Clinic
Tabel  2. penilaia'n  performance SampelAflit  Cedera  Lutut Sebelum  Cedera,  Setelah  Cedera dan Saat ini berdasarkan  Jenis Penanganan  yang diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Isagani: [malungkot na tinig] Kapag may puting buhok narin ako Señor, at kapag ginunita ko ang nakaraan na puro pansarili lamang ang aking ginawa at hindi para sa bayang nagbigay sa

Sebagaimana kita ketahui (sesuai Kepmenkes tersebut) Sanitarian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, hak, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

Hasil penelitian ini menyarankan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan, pemerintah perlu menyiapkan personil ahli dan prasarana terkait dengan pengelolaan lingkungan,

3 KURNIAWAN PAMUNGKAS UNIVERSITAS GADJAH MADA Elektronika dan Instrumentasi 4 JABBAR UNIVERSITAS GADJAH MADA Elektronika dan Instrumentasi 5 Muhammad Arifianto Chairiawan

Kedua , Untuk peran/upaya Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian sabung ayam dalam masyarakat di wilayah hukum Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut:

Dalam tahun 1976 Belanda melangkah lebih jauh lagi dan merubah sama sekali Pasal 51 mereka, sehingga pasal yang baru menyatakan dengan tegas bahwa dalam hukum pidana umum

Pengolahan informasi mengenai kepegawaian pada Kejaksaan Negeri Kabupaten Bandung sudah dilakukan dengan terkomputerisasi, artinya data-data yang mengenai kepegawaian

Apabila nilai BCT mengalami penurunan maka bisa dipastikan nilai ECT, FCT dan BS juga akan mengalami penurunan [6] Oleh karena itu untuk menghindari penurunan nilai BCT yang