• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind Map

terhadap Pembelajaran Fisika Tentang Matahari

Ruth Arientia Dewi1), Debora Natalia Sudjito2) , Diane Noviandini3)

1,2,3 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana

1 dewithya58@gmail.com, 2debora.natalia@staff.uksw.edu, 3diane.noviandini@staff.uksw.edu

Abstrak - Pelajaran fisika yang berupa konsep hafalan, salah satunya materi matahari sangat sulit dicerna siswa karena guru-guru Indonesia biasa mengajarkannya dengan metode ceramah yang menyebabkan siswa bosan, mengantuk, dan mudah melupakan materi. Agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, diperlukan media pembelajaran yang membuat guru tidak sekedar berbicara didepan/berceramah. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh quantum learning teknik mind map untuk meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa pada materi matahari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 3 (maha)siswa fisika tingkat akhir UKSW yang gaya belajar audio-visual sebagai responden. Sebelum KBM, pre-test diberikan pada responden dan ternyata ketiga responden hanya berhasil membuat 20% mind map yang benar. Selanjutnya RPP quantum learning dengan teknik mind map diimplementasikan sembari lembar observasi diisi oleh observer lain. Setelah KBM, post-test diberikan pada responden dan diakhiri dengan pengisian lembar kuisioner. Ternyata ketiga responden berhasil membuat minimal 75% mind map dengan benar. Metode quantum learning dapat dipakai dalam pembelajaran, karena mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar, mempermudah memahami materi matahari karena dikemas dengan menarik menggunakan media pembelajaran berupa gambar, video, dan komik. Selain itu, mind map mempermudah siswa untuk menuangkan gagasan yang ada di kepala mahasiswa secara lebih sistematis dan membuat siswa merasa senang belajar menggunakan metode quantum learning dengan teknik mind map. Jadi, penelitian ini dinyatakan berhasil bagi ketiga responden tersebut.

Kata Kunci: Quantum learning, gaya belajar, audio visual, mind map, matahari

I.

PENDAHULUAN

Ada banyak kendala yang dijumpai dalam pembelajaran fisika, yaitu fisika tidak disukai karena sampai saat ini banyak siswa yang mempertanyakan manfaat dari hasil belajar fisika bagi kehidupan sehari-hari. Kemudian banyak siswa memandang bahwa fisika itu sangat berat karena hanya membahas tentang rumus. Selain itu pelajaran fisika yang berupa konsep hafalan, salah satunya termasuk materi matahari, sangat sulit dicerna siswa karena guru-guru Indonesia biasa mengajarkannya dengan metode ceramah yang menyebabkan siswa bosan, mengantuk, dan mudah melupakan materi karena hanya mendengarkan sepintas yang diucapkan guru. Oleh sebab itu penelitian ini ingin menyelidiki bagaimana pengaruh pembelajaran fisika tentang matahari menggunakan quantum learning teknik

mind map terhadap hasil belajar siswa dan

bagaimana pengaruh metode quantum learning

teknik mind map untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi matahari.

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh metode quantum learning teknik mind map terhadap hasil belajar siswa dan pemahaman konsep siswa tentang materi matahari.

Dalam pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk aktif belajar, di mana siswa harus mengerjakan aktivitas di setiap pembelajaran. Inilah yang membuat peneliti ingin menyusun suatu

pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik, diperlukan metode dan media pembelajaran yang sesuai sehingga guru tidak sekedar berbicara di depan kelas atau berceramah. Selain itu, guru perlu mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda-beda yang dimiliki siswa. Salah satu gaya belajar siswa adalah tipe audio-visual. Pembelajaran akan lebih efektif jika metode yang dipilih disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan mengenali gaya belajar, siswa akan dapat mengetahui cara yang sesuai dalam menyerap pelajaran serta membuat belajar itu lebih mudah, efektif dan menyenangkan. Dengan terwujudnya hal tersebut siswa akan mampu meningkatkan hasil belajar mereka (Putri, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menghadirkan pembelajaran yang menarik untuk pembelajar yang memiliki gaya belajar audio-visual. Oleh sebab itu, dipakai metode quantum learning

danmedia pembelajaran berupa video dan gambar dari Microsoft power point.

Quantum learning memberi pilihan untuk belajar

fisika dalam kondisi tidak di bawah tekanan dan menekankan pentingnya hubungan sosial yang dinamis, dengan menciptakan suasana menyenangkan namun tetap serius dan memberi tahu siswa tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran sehingga memberi ruang untuk

(2)

siswa berpikir kritis, penuh inovasi dan kreativitas, tanpa takut salah.

Quantum learning merupakan suatu proses

pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu proses pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat peramah, bukan pemarah, dan membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa betah berada dalam kelas walaupun pelajaran guru tersebut telah selesai (Aqib Zainal, 2002).

Salah satu teknik dalam quantum learning adalah peta pikiran (mind map). Peta pikiran (mind map) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan yang lebih mendalam (De Porter dan Hernacki, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Zuhriyati dkk (2013) dengan judul Penerapan Model Inquiry dengan Teknik Mind Mapping dalam Pembelajaran IPA-Fisika di MTs menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu kemampuan kognitif produk IPA-Fisika siswa dengan teknik mind mapping

cenderung lebih baik daripada tanpa teknik mind

mapping. (Zuhriyati dkk, 2013).

Yova dkk (2012) meneliti model quantum learning

dengan model eksperimen berpengaruh pada aktivitas belajar siswa kelas VIII di SMPN 7 Jember. Penelitian ini menunjukkan bahwa model

quantum learning dengan metode eksperimen

berpengaruh pada aktivitas belajar siswa kelas VIII di SMPN 7 Jember (Yova dkk, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Muhamad Naim (2009), yaitu tentang penerapan metode quantum

learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping)

dalam pembelajaran fisika. Hasil dari penelitiannya menyatakan metode quantum

learning dengan teknik mind mapping memiliki

manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) fisika maupun potensi kreatif fisika yang terdapat dalam diri siswa (Naim, 2009).

Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain, dapat disimpulkan bahwa metode

quantum learning dengan teknik mind map dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mind map dibuat oleh responden sendiri dan responden memiliki gaya belajar tipe audio-visual, bukan random, karena materi matahari sebagian besar menggunakan media video dan gambar di

Microsoft power point.

Manfaat penelitian ini adalah memberikan contoh

quantum learning teknik mind map untuk pembelajar

tipe audio-visual dengan media video pada materi hafalan (matahari).

II.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Responden penelitian ini adalah 3 mahasiswa fisika tingkat akhir Universitas Kristen Satya Wacana, dengan gaya belajar tipe audio-visual, yaitu AS, VS, dan YA.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah RPP, tes model gaya belajar siswa (learning style), soal pre-test, soal post-test, lembar observasi KBM, dan kuisioner. RPP digunakan sebagai pedoman guru untuk mengajar mahasiswa gaya belajar audio-visual memakai metode quantum learning dengan

Microsoft power point, video, dan spidol warna

sebagai media pembelajarannya. Pre-test

digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi matahari. Post-test digunakan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa setelah pembelajaran. Pada pre-test dan post-test, siswa diminta membuat mind map tentang matahari dan menjelaskan mind map-nya kepada guru sebelum dan sesudah pembelajaran. Lembar observasi KBM digunakan untuk merekam jalannya pembelajaran. Kuisioner digunakan untuk merekam respon mahasiswa terhadap pernyataan yang diberikan terkait metode pembelajaran yang diberikan.

Langkah penelitiannya adalah 27 mahasiswa diberi tes learning style yang bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa lebih dominan audio, visual, audio-visual, atau kinestetik, hingga didapat 3 mahasiswa yang nilai gaya belajar audio dan visualnya tinggi dan berimbang karena sebagian besar pembelajaran menggunakan media pembelajaran berupa video yang mengandalkan penglihatan dan pendengaran.

Selanjutnya ketiga mahasiswa terpilih (responden) mengerjakan pre-test berupa pembuatan mind map. Kemudian pembelajaran dilakukan di mana peneliti berperan sebagai pengajar dan ketiga mahasiswa berperan sebagai murid. Selama pembelajaran, ada seorang observer yang mengobservasi pembelajaran dan mengisi lembar observasi. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, ketiga responden mengerjakan post-test berupa

mind map. Akhirnya, ketiga mahasiswa diminta

mengisi lembar kuisioner.

Indikator keberhasilan pembelajaran ini yaitu semua mahasiswa yang mengikuti proses belajar mengajar dapat membuat minimal 70% mind map

(3)

dengan benar pada post-test, setiap mahasiswa memberikan minimal 70% respon positif terhadap pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan data lembar observasi, dan setiap siswa memberikan respon positif pada minimal 70% pernyataan kuisioner.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketiga responden memiliki gaya belajar audio-visual berimbang dan memperoleh nilai tes gaya belajar tertinggi di antara ke-27 mahasiswa yang diberikan tes gaya belajar. AS berhasil mendapatkan poin visual 35 dan auditori 37. VS berhasil mendapatkan poin visual 32 dan auditori 33. YA mendapatkan poin visual 37 dan auditori 35. Poin maksimal untuk visual 66 dan auditori 64.

Pembelajaran diawali dengan pre-test materi matahari. Seluruh pertanyaan pada pre-test dijawab dalam bentuk mind map. Sebelum mereka mengerjakan pretest-nya, ketiga responden dijelaskan apa itu mind map, bagaimana cara membuatnya, dan diberikan contoh-contoh mind map dari Microsoft Power Point. Setelah membuat

mind map, ketiga responden diminta menjelaskan

mind map nya pada guru (peneliti) dan

didokumentasikan dengan kamera digital.

Mind map (pre-test) milik AS sebagian besar salah

untuk materi aktivitas permukaan matahari, reaksi fusi, terbentuknya bintang, dan bagian-bagian matahari. Mind map AS nampak masih tidak jelas karena 2 percabangan diberi keterangan reaksi fusi dan lapisan-lapisan matahari, sedangkan 2 percabangan yang lain tidak diberi keterangan. Selain itu, mind map AS sulit dipahami karena pada reaksi fusi hanya ditulis helium + hidrogen dengan kurung kurawal cahaya + kalor. Jadi pola

mind map nya masih berantakan. Ketika AS

diwawancara tentang mind map-nya, AS membuat urutan materinya dengan acak sesuai materi yang ia suka lebih dahulu. Saat diminta menjelaskan salah satu bagian dari matahari yaitu tentang bagian-bagian matahari, AS sebenarnya ingin mengurutkan dari lapisan paling dalam hingga yang paling luar, namun ada bagian yang terlewati sehingga ia sisipkan di atas, dan akhirnya urutannya menjadi acak (Gambar 1).

Mind map (pre-test) milik VS sebagian besar

jawabannya salah, warna yang digunakan hanya didominasi jingga untuk gambar matahari dan hijau untuk tulisannya, peletakan tulisan dalam

mind map terlihat acak, tulisan kurang tertata

karena dibuat dengan posisi kertas portrait

sehingga di kertas bagian atas nampak padat

namun kertas bagian bawah terlihat kosong.Jadi

mind map VS masih perlu diperbaiki lagi. Saat VS

diminta menjelaskan salah satu bagian dari mind map-nya, VS hanya menjelaskan dengan singkat yang tertulis di mind map-nya (Gambar 3).

Mind map (pre-test) milik YA hampir seluruh

jawabannya salah. YA menyebutkan terbentuknya matahari berasal dari teori big bang, YA menuliskan aktivitas permukaan matahari adalah gelombang elektro magnetik, dan terdapat beberapa coretan di mind map-nya. Jadi pola mind map milik YA terlihat kurang rapi dan seadanya saja. Dari hasil wawancara, YA menuliskan yang dia ingat, dan menjawab dengan ragu-ragu ketika diminta menjelaskan tentang aktivitas yang terjadi di permukaan matahari (Gambar 5).

Pembelajaran dimulai dari pendahuluan yang berisi pemaparan tentang perbedaan matahari, bumi, dan bulan. Kemudian mahasiswa diputarkan video mengenai perbedaan matahari, bumi dan bulan dan mahasiswa diinformasikan bahwa matahari adalah pusat tata surya, dapat memancarkan cahaya sendiri, dan matahari termasuk bintang yang paling dekat dengan kita. Bumi adalah salah satu benda langit yang mengelilingi matahari, tidak bercahaya (buktinya tidak menyilaukan), dan termasuk planet; sedangkan bulan adalah benda langit yang mengelilingi bumi serta matahari, tidak bercahaya (buktinya bentuk bulan tampak berbeda dari bumi yaitu sabit-setengah-penuh), termasuk satelit. Selanjutnya mahasiswa ditugaskan mengamati tabel ukuran matahari dan bumi dan membandingkan besaran-besaran fisis pada matahari dan bumi seperti diameter, volume, massa, dan massa jenis. Ketiga mahasiswa membuat perbandingan antara matahari dan bumi. Dua mahasiswa memakai kalkulator untuk menghitung perbandingannya, dan didapatkan hasil : diameter matahari = 109 kali diameter bumi, volume matahari = 1,3 juta kali volume bumi, massa matahari = 333 ribu kali massa bumi, massa jenis matahari lebih kecil dari massa jenis bumi karena bahan penyusun matahari adalah gas dan bahan penyusun bumi adalah batuan dan logam. Perhatian dan kegiatan yang ketiga mahasiswa lakukan tersebut menunjukkan bahwa ketiganya ingin belajar lebih banyak tentang matahari. Jadi pendahuluan yang dirancang berhasil membuat mahasiswa antusias dalam pembelajaran.

Kegiatan

1: Menjelaskan Bagian-bagian

(4)

Sebelum mempelajari bagian-bagian matahari, pertama-tama mahasiswa ditugaskan mengamati gambar lapisan-lapisan bumi dari Microsoft Power

Point. Kemudian mahasiswa ditanya apa sajakah

lapisan-lapisan bumi? Ketiga mahasiswa menjawab lapisan-lapisan bumi adalah atmosfer bumi, kulit bumi, mantel bumi, inti luar, dan inti dalam. Motivasi yang diberikan guru direspon oleh mahasiswa dengan memperhatikan sungguh-sungguh. Kemudian guru memberi informasi bahwa matahari juga memiliki lapisan-lapisan sama seperti bumi, lalu mahasiswa ditanya, apa saja lapisan-lapisan matahari? Ketiga mahasiswa bergantian menjawab lapisan-lapisan matahari namun tidak berurutan dan tidak lengkap yaitu inti matahari, kromosfer, fotosfer, dan korona. Di bagian menanya ketiga mahasiswa menjawab pertanyaan guru atau memberikan hipotesanya.

Pada bagian mencoba, mahasiswa ditugaskan mengamati gambar bagian-bagian matahari dan membaca artikel tentang bagian-bagian matahari. Ketiga mahasiswa serius dan sungguh-sungguh dalam membaca. Untuk membimbing mahasiswa dalam memahami ciri-ciri tiap bagian matahari, guru memberikan pertanyaan penggiring, antara lain : (1) Apa saja bagian-bagian matahari dari dalam ke luar? (2) Berapa kerapatan inti matahari? (3) Berapa jari-jari inti terhadap matahari keseluruhan? (4) Berapa perbandingan massa inti matahari terhadap massa matahari keseluruhan? (5) Berapakah suhu pada bagian inti matahari? (6) Apa yang terjadi pada inti matahari? (7) Apa fungsi zona radiasi? (8) Apa fungsi zona konveksi? (9) Berapa nilai kepadatan zona radiasi dan zona konveksi? (10) Berapakah suhu pada bagian fotosfer? (11) Berapa ketebalan pada fotosfer? (12) Berapakah suhu pada bagian kromosfer? (13) Berapa ketebalan pada kromosfer? (14) Berapakah suhu pada bagian korona? (15) Berapa ketebalan pada korona? (16) Pada lapisan matahari yang manakah yang nampak dari bumi dan sering kita lihat? Kemudian pada langkah menalar, setiap mahasiswa diminta untuk berdiskusi dan mentabelkan tiap bagian matahari serta ciri-cirinya.

Mahasiswa diberikan pertanyaan menggiring menalar (1) Apa saja lapisan-lapisan Matahari? (2) Bagaimana perubahan suhu Matahari dari lapisan terdalam ke lapisan terluar? (3) Apa saja ciri khas tiap lapisan Matahari? (4) Bagaimana perubahan kerapatan lapisan-lapisan Matahari? Mahasiswa dapat menjawab semua pertanyaan penggiring dengan tepat dan aktif berdiskusi dengan

temannya. Hal ini berarti pertanyaan penggiring pada langkah mencoba dan menalar sangat jelas dan dapat dimengerti mahasiswa sehingga mereka mampu menjelaskan lapisan-lapisan matahari secara berurutan mulai dari inti matahari, zona radiasi, zona konveksi, kromosfer, fotosfer, dan korona dengan karakteristiknya mulai dari suhu, ketebalan, massa jenis, dan ciri-ciri tiap lapisan matahari. Mereka dengan antusias menjawab dan menulis di papan tulis secara bergantian. Hal ini berarti pembelajaran pada kegitan 1 dinyatakan berhasil membuat ketiga responden menjelaskan bagian-bagian matahari.

Kegiatan 2 : Menjelaskan Darimana Energi Matahari Berasal (Reaksi Fusi)

Diawal kegiatan 2, guru adalah menginformasikan bahwa matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan kita. Kemudian mahasiswa diberi perumusan masalah yaitu bagaimana matahari memancarkan cahayanya dan dari mana asal energinya. Ketika mengamati dan menanya, mahasiswa sangat memperhatikan dan penasaran. Mereka memberikan hipotesa sejauh yang mereka tahu seperti ada yang menjawab terjadi perpindahan kalor, helium dan hidrogen bergabung menjadi energi, dan lain-lain.

Ketika mencoba, ketiga responden fokus memperhatikan 2 video yang ditayangkan di layar, yang pertama tentang terjadinya reaksi fusi dalam inti matahari. Video ini menjelaskan bahwa reaksi fusi terjadi karena inti atom bertumbukan di dalam inti matahari dan menjadi energi. Lalu video yang kedua adalah tentang runtutan pembentukan reaksi inti hingga didapat energi. Video ini menjelaskan bagaimana atom hidrogen dan atom hidrogen lain bertumbukan hingga menjadi energi. Dalam reaksi tersebut terjadi penggabungan satu atom hidrogen dengan atom hidrogen lain menjadi deuterium, neutron, dan positron, kemudian deuterium menumbuk atom hidrogen yang lain menghasilkan helium isotop dan seterusnya hingga akhirnya menghasilkan energi sebesar 27,67 MeV. Ketiga mahasiswa memperhatikan video sambil mencatat poin-poin pentingnya, misalnya pengertian reaksi fusi dan persamaan reaksinya.

Di bagian menalar, ketiga mahasiswa diberi pertanyaan menggiring menarik kesimpulan (1) Apa yang membuat Matahari dapat bercahaya? (2) Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi? (3) Di mana reaksi fusi terjadi? (4) Bagaimana reaksi fusi hidrogen menjadi helium dalam inti bintang? Kemudian ketiga mahasiswa aktif mendiskusikan bersama kesimpulan pengertian reaksi fusi dan

(5)

hasil akhir dari reaksi fusi. Dari diskusi ketiga mahasiswa, didapat kesimpulan energi yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi dalam inti matahari. Fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom menjadi atom bergabung menjadi atom yang lebih besar dan menghasilkan energi sehingga matahari dapat bercahaya. Reaksi fusi matahari:

(1)

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada kegiatan 2 dinyatakan berhasil untuk ketiga responden, dilihat dari respon mahasiswa yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan, mencatat, berdiskusi, dan menyimpulkan bersama.

Kegiatan 3 : Menjelaskan Aktivitas Di Permukaan Matahari

Selanjutnya pada kegiatan 3, di bagian mengamati dan menanya, guru memberikan pertanyaan jika reaksi fusi merupakan aktivitas matahari yang terjadi dalam inti matahari, apa saja aktivitas yang terjadi di permukaan matahari? Ketiga mahasiswa memberikan berbagai hipotesa sesuai pengetahuan mereka yaitu aktivitas matahari adalah memancarkan gelombang elektromagnetik, terjadinya letupan-letupan gas, hamburan angin matahari, dan lain-lain. Mahasiswa ditugaskan membaca lembar informasi tanpa ada keterangan gambar yang diberikan guru mengenai aktivitas-aktivitas di permukaan matahari, lembar informasi menjelaskan tentang granula, sunspot, prominensa, dan flare. Pada saat langkah mencoba, 3 mahasiswa membaca dengan konsentrasi penuh dan tenang. Selesai membaca, guru memutarkan video aktivitas matahari yang didokumentasikan oleh NASA dan meminta mahasiswa memperhatikan sambil menyebutkan manakah granula, sunspot, prominensa, dan flare. Ketiga mahasiswa kagum ketika melihat video yang diputar serta antusias berdiskusi menyebutkan aktivitas di permukaan matahari. Kemudian ketiga mahasiswa diajak menyimpulkan bersama, guru membimbing dengan memberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan antara lain : (1) Apa yang menyebabkan terjadinya granula? (2) Di manakah terjadinya gumpalan Matahari? (3) Apa yang menyebabkan sunspot? (4) Di bagian manakah terjadi sunspot? (5) Apa yang disebut prominensa? (6) Di bagian manakah terjadinya

prominensa? (7) Apa yang menyebabkan terjadinya flare? (8) Di bagian manakah terjadinya flare? Ketiga mahasiswa mampu menjawab seluruh pertanyaan guru dengan benar tanpa melihat lembar informasi. Hingga didapat kesimpulan dari ketiga mahasiswa yaitu : (1) Gumpalan matahari (granula) timbul karena perbedaan suhu yang sangat besar antara fotosfer dengan lapisan di bawahnya (zona konveksi). (2) Bintik-bintik matahari (sunspot) adalah daerah gelap pada fotosfer. (3) Prominensa adalah peristiwa ledakan yang disertai dengan pancaran lidah api. Prominensa terjadi di kromosfer hingga korona matahari. (4) Flare merupakan letupan bercahaya terang dari fotosfer sampai korona yang menyemburkan aliran partikel-pertikel bermuatan listrik. Pada bagian menalar ketiga mahasiswa memberikan kesimpulan tentang aktivitas di permukaan matahari. Hal ini berarti pembelajaran pada kegiatan 3 untuk AS, VS, dan YA dinyatakan berhasil.

Kegiatan 4 : Menjelaskan Proses

Terbentuknya Bintang (Matahari)

Masuk di kegiatan 4, pada bagian mengamati guru mengingatkan mahasiswa bahwa sebelumnya kita sudah belajar tentang lapisan-lapisan matahari dan aktivitas pada matahari. Kemudian guru menanya bagaimana proses terbentuknya matahari (bintang). 2 mahasiswa memberikan hipotesa sejauh yang mereka tahu selama ini, antara lain bintang terbentuk dari teori big bang

yang meledak dan partikelnya terkumpul menjadi bintang, ada pula yang menjawab bintang berasal dari inti panas yang saling berinteraksi hingga terbentuk panas dan berpijar menjadi bintang. Bagian mencoba, mahasiswa ditunjukkan bagan dan rangkaian gambar proses terbentuknya bintang dari Microsoft Power Point. Diawali dengan nebula yang sangat besar, salah satu contohnya adalah Eagle Nebula. Di nebula yang gelap, terdapat beberapa tempat yang terang, yang diyakini sebagai awal lahirnya bintang. Nebula mengerut karena gaya gravitasi dan terjadi kondensasi tekanan dalam awan. Jika kondensasi tekanan lebih besar dari gaya gravitasi (p > Fg), menyebabkan menjadi beberapa awan gas yang lebih kecil. Peristiwa pertama dan kedua terus berulang yang kemudian menjadi fragmen-fragmen awan gas stabil. Fragmen terus mengalami pengerutan gravitasi, sehingga suhu sistem terus naik dan akhirnya awan berpijar dalam daerah gelombang radio, dan jadilah proto bintang.

(6)

Proto bintang memiliki ciri masih terdapat awan tipis. Suhu terus naik dan bintang terus mengerut. Saat suhu inti mencapai ± 106 K, reaksi fusi

hidrogen menjadi helium mulai terjadi akhirnya menjadi bintang (sekarang matahari). Ketiga mahasiswa memperhatikan penjelasan guru dan

Microsoft Power Point yang disajikan dan sesekali bertanya bila ada yang kurang jelas. Saat salah satu ditunjuk untuk menjelaskan kembali, dia mampu menalar dengan menjelaskan lagi dengan kata-katanya sendiri. Hal ini berarti indikator 4 dinyatakan berhasil.

Seluruh kegiatan dilakukan ketiga responden dengan baik dan ketiganya menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan mereka mengikuti pembelajaran dengan penuh antusias dan seluruh target tercapai.

Kegiatan diakhiri dengan post-test yang sama dengan pre-test yaitu menjawab pertanyaan dengan membuat mind map.

Post-test untuk ketiga responden jauh lebih baik daripada pre-test nya. Hasil mind map milik AS bila dibandingkan antara pre-test dan post-test nya, nilai

post-testnya meningkat 65% menjadi 75% benar

(Gambar 1).

Gambar 1.

Pre-test-Mind map

AS

AS mampu menata mind map dengan lebih rapi pada post-test nya, dan menggunakan warna yang lebih banyak untuk cabang-cabangnya. Saat AS diwawancara ia diminta untuk menjelaskan salah satu percabangan dari mind map-nya, AS dengan percaya diri memilih percabangan yang cukup banyak, dia menjelaskan tentang aktivitas di permukaan matahari, yang kemudian AS jelaskan dengan runtut dan jelas di tiap bagiannya (Gambar 2).

Gambar 2. Post-test-Mind map AS

Untuk mind map milik VS, post-test-nya jauh lebih baik dan menarik daripada pre-test-nya karena pada

post-test menggunakan banyak warna dengan

posisi kertas landscape. Nilainya pun signifikan naik 85%, dari pre-test VS yang hanya 15% benar (Gambar 3).

Gambar 3.

Pre-test-Mind map

VS

Pada post-test-nya, VS mendapat nilai sempurna 100% jawabannya benar dan cabangnya sangat jelas semakin menjauh semakin tipis. Polanya lebih rapi dan lengkap, dan ketika diwawancara VS menjelaskan tentang salah satu bagian dari

mind map-nya yaitu reaksi fusi. VS mampu

menjelaskan dengan baik dan lengkap dari penggabungan 2 inti atom hingga didapat energi. VS tidak sekedar membaca yang ada di mind map -nya saja seperti pada pre-test nya, namun ia dapat

(7)

menjelaskan dengan rinci hingga reaksi inti pada reaksi fusinya (Gambar 4).

Gambar 4. Post-test-Mind map VS

Mind map milik YA saat dibandingkan pre-test

dengan post-test nya, post-test nya jauh lebih baik. Pembuatan Mind map milik YA sangat lengkap dengan jawaban yang 95% benar. Nilainya meningkat 75%, yang awalnya hanya mampu menjawab 20% dengan benar. Hanya saja peletakan reaksi fusi dimasukkan pada bagian matahari, didalam inti matahari (Gambar 5).

Gambar 5. Pre-test-Mind map YA

Ketika diminta menjelaskan mind map-nya di awal

(pre-test), YA sedikit ragu-ragu karena takut salah

namun saat diwawancara kembali, YA dapat menjelaskan bahwa dia menyusun sesuai dengan urutan pembelajaran. Kemudian ketika diminta menjelaskan salah satu dari percabangan, YA memilih menjelaskan tentang terbentuknya bintang (matahari). Dengan yakin, YA menjelaskan dengan sangat detail dan runtut, bahkan dia menuliskan di mind map-nya urutan terjadinya matahari dengan panah dan bagan sederhana (Gambar 6).

Gambar 6. Post-test-Mind map YA

Berdasarkan penelitian ini, kelebihan metode

quantum learning ini adalah metode quantum learning

membuat materi yang berupa hafalan menjadi lebih menarik dipelajari karena menggunakan video dan ketiga mahasiswa antusias dalam melukiskan inti-inti materi dalam bentuk mind map. Namun kekurangan desain penelitian

quantum learning ini adalah sulit bila diterapkan pada kelas besar karena semakin banyak orang, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat mind map dan video sebagai media pembelajaran paling cocok untuk orang yang memiliki gaya belajar audio-visual.

Setelah rangkaian pembelajaran selesai dilakukan, ketiga responden mengisi lembar kuisioner yang diberikan oleh guru. Ketiga mahasiswa menyatakan setuju bahwa mereka senang dengan metode pembelajaran yang dipakai. Dua mahasiswa setuju bahwa metode pembelajaran yang dipakai membuat mereka termotivasi untuk belajar. Semua mahasiswa setuju kalau media pembelajaran (gambar, video, komik) membantu mereka memahami tentang materi matahari. Semua mahasiswa setuju bahwa dengan membuat

mind map mempermudah mereka memahami

sistematika materi yang diajarkan. Tambahan lagi, semua mahasiswa menuliskan setuju bahwa kemasan pembelajaran keseluruhan menarik. Menurut observer yang mengamati ketiga mahasiswa saat pembelajaran berlangsung, 3 mahasiswa memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal hingga akhir, 2 mahasiswa mengajukan pertanyaan bila belum paham atau ketika penasaran, 3 mahasiswa mengemukakan pendapat pada saat berdiskusi atau saat diberikan pertanyaan oleh guru, 2 mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya sendiri sebelum akhirnya dijawab oleh guru, 3 mahasiswa antusias dalam diskusi, 3 mahasiswa menyelesaikan mind map mereka masing-masing, 3 mahasiswa mampu

(8)

menjelaskan mind map yang mereka buat, dan 3 mahasiswa mendengarkan dengan aktif dengan menunjukkan respon tersenyum, terkagum-kagum bila mendengar video pembelajaran yang menakjubkan. Jadi ketiga responden memiliki sikap afektif.

IV.

KESIMPULAN

Metode quantum learning teknik mind map

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan pemahaman konsep siswa tentang materi matahari. Metode quantum learning dapat dipakai dalam pembelajaran, mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar, mempermudah memahami materi matahari karena dikemas dengan menarik menggunakan media pembelajaran berupa gambar, video, dan komik.

Mind map mempermudah siswa memahami

konsep pada materi matahari dan membuat siswa merasa senang belajar menggunakan metode

quantum learning dengan teknik mind map. Jadi

penelitian ini dinyatakan berhasil bagi ketiga responden tersebut.

REKOMENDASI

Untuk penelitian selanjutnya, teknik mind map

lebih dikembangkan agar dapat digunakan pada kelas dengan populasi besar dan perlu diperhatikan fasilitas dalam pembelajaran, seperti speaker dan spidol berwarna karena responden adalah mahasiswa yang gaya belajarnya audio-visual.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih, Universitas Kristen Satya Wacana yang telah menyediakan ruangan untuk pengambilan data, observer Satriya Ari Hapsara, dan ketiga responden AS, VS, dan YA.

V.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Naim, Muhamad, “Penerapan Metode

Quantum learning dengan Teknik Pata

Pikiran (Mind mapping) dalam Pembelajaran Fisika”, Bima, 2009, Jurnal Ilmiah "Kreatif" Vol. VI No.1.

[2] Porter, De Bobbi dan Hernacki, “Quantum

learning Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan”, 1999, Bandung : Kaifa.

[3] Pramono, Widha S., Suparmi. “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan CTL melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya Belajar Siswa”, Solo, 2013, Jurnal Inkuiri, ISSN 2252-7893, Vol.2 No.1, pp 33-42.

[4] Putri, Asti W., “Pengaruh Gaya Belajar Siswa (Visual, Kinestetik, dan Auditorial) Pada Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor Terhadap Hasil Belajar”, Surabaya, 2013, Jurnal UNESA.

[5] Yova, Agustian P.E.P, Subiki, Maryani, “Model Quantum learning dengan Metode Eksperimen pada Pembelajaran Fisika di SMPN 7 Jember Kelas VIII”, Jember, 2012, Vol.1 no.3 ISSN:2301-9794. [6] Zainal, Agib, “Profesionalisme Guru dalam

Pembelajaran, 2002, Surabaya : Insan Cendekia.

[7] Zuhriyati, Indrawati, Subiki, “Penerapan Model Inquiry dengan Teknik Mind mapping dalam Pembelajaran IPA-Fisika di MTs”, Jember, 2013, Jurnal Pembelajaran IPA-Fisika.

Gambar

Gambar 2. Post-test-Mind map AS
Gambar 4. Post-test-Mind map VS

Referensi

Dokumen terkait

Berarti LKS yang dipakai siswa kurang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran biologi, dibandingkan dengan hasil tes akhir siswa sesudah menggunakan LKS

menampilkan kolom ''name', kita bisa menggantinya dengan kata yang lebih mudah dimengerti seperti: 'nama_kota'.. Pemakaian spasi tidak bisa diterima

Pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat Sampah Rumah Tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin

Dalam teknologi jaringan nirkabel, istilah interferensi biasanya digunakan untuk hal yang lebih luas, untuk gangguan dari sumber radio frekuensi seprti dari Jadi

Dalam pengumpulan data digunalan metode skala untuk kecerdasan emosional berdasarkan teori Daniel Goleman yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi

[r]

Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesehatan Bank ditinjau dari aspek Risk Profile, Earnings, Good Corporate Governance , dan Capital pada Bank Negara

Konservasi ex situ yang dirancang bertujuan untuk memudahkan program breeding dan bioteknologi yang dirancang dalam jangka panjang bertujuan agar tanaman cendana yang dibangun