• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana L.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana L.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI

TERHADAP HAMA ULAT KROP (

Crocidolomia pavonana

L.)

PADA TANAMAN KUBIS (

Brassica oleraceae

)

(

Effectiveness Test Solution Vegetable Leaves of Crop Pests Caterpillars

Crocidolomia pavonana L. on Cabbage Brassica oleraceae)

Abdul Mujib

1

, Mohamad Ana Syabana

2*

, Dewi Hastuti

2

1

Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

Jl. Raya Jakarta, KM 04. Pakupatan, Serang, Banten

*Korespondensi: anasyabana@untirta.ac.id

Diterima: 01 Mei 2014/ Disetujui: 29 Mei 2014

ABSTRACT

This study aimed to determine the effectiveness of the solution pesticide plant leaves, lemon grass , soursop and babadotan on the growth of caterpillar pests on cabbage Crocidolomia pavonana.This study used a randomized block design (RBD) of the factors (pesticide plant) with a five- degree and five replicates in order to obtain 25 units of study. The treatment used there are 5 types, negative control (P0), leaves babadotan (P1), soursop leaf (P2), leaves of lemongrass (P3), the positive control chemical pesticides (P4) with each volume of 100 g/l. Parameters measured were mortality pest, lethal time 50 (LT50) and heavy crop of cabbage. The results

showed that significant pest mortality and the highest mortality obtained at P1 treatment despite lower than chemical pesticides, while crop loss results are not significant. LT50 achieved in treatment P1 , P2 , P3 in 5 days HST and P4 on day 4

HST.

Keywords: babadotan, soursop, lemongrass pesticides, and effectiveness ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari larutan pestisida nabati yaitu daun serai, sirsak dan babadotan terhadap pertumbuhan hama ulat Crocidolomia pavonana pada pertanaman kubis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor (pestisida nabati) dengan lima taraf dan lima ulangan sehingga diperoleh 25 satuan penelitian. Perlakuan yang digunakan ada 5 macam yaitu, kontrol negatif (P0), daun babadotan (P1), daun sirsak (P2), daun serai (P3), pestisida kimia kontrol positif (P4) dengan

masing-masing volume 100 gram/l. Parameter yang diamati adalah mortalitas hama, lethal

time 50 (LT50) dan berat krop kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas

hama berpengaruh nyata dan mortalitas tertinggi didapat pada perlakuan P1 meskipun lebih rendah dari pestisida kimia, sedangkan hasil berat krop tidak

berpengaruh nyata. LT50 tercapai pada perlakuan P1, P2, P3 di hari 5 HST dan P4

di hari 4 HST.

(2)

PENDAHULUAN

Kubis atau kol merupakan salah satu jenis sayuran yang berasal dari

daerah subtropis. Bahkan dalam

beberapa tahun terakhir ini, kubis

termasuk enam kelompok besar

sayuran segar yang banyak diekspor. Dari komposisinya kubis pun

meru-pakan tanaman yang banyak

mengandung vitamin, mineral, karbo-hidrat dan protein yang cukup bagi tubuh manusia. Selain itu kubis merupakan komoditas tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi meskipun nilai jualnya sangat dipenga-ruhi oleh kualitas hasil panennya, khususnya penampilan visual produk.

Dalam budidaya kubis terdapat beberapa kendala yang harus diatasi yakni adanya kehadiran OPT (Orga-nisme Pengganggu Tanaman) yang merupakan faktor pembatas hasil dari tanaman sayuran (Suryaningsih dan Hadisoeganda 2004). Salah satu OPT yang dapat merusak tanaman kubis

adalah hama ulat krop (Crocidolomia

pavonana). Serangga ini merupakan jenis hama yang sangat rakus terutama pada stadium larva. Dimana larva dapat menyerang daun muda dan menyerang pula daun yang terlihat nampak tua. Bagian daun yang telah dimakan oleh kelompok larva muda biasanya tersisa tidak ikut dimakan dan kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Serangan dari hama ulat krop dapat menyebabkan gagal panen

apabila tidak dilakukan tindakan

pengendalian secara intensif

(Kaswinarni 2005).

Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara untuk mengendalikan serangan dari hama ulat krop. Namun penggunaan pestisida sintetik yang tidak bijaksana dapat merusak ling-kungan dan kesehatan manusia. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak semua pestisida kimia yang digunakan mampu mengenai OPT sasaran. Sekitar 30% pestisida terbuang ke tanah pada musim kemarau, dan 80% pada musim hujan yang kemudian pesisida ini akan

terbuang juga ke dalam perairan (Suryaningsih dan Hadisoeganda 2004).

Perlindungan tanaman mempunyai

peranan penting dalam penetapan

produksi pangan. Dengan teknik

perlindungan tanaman tang efektif, efisien dan tepat maka populasi hama

dan penyakit dapat dikendalikan

sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi petani dan menjamin potensi hasil yang optimal. Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu cara dalam menggantikan peran pestisida kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari larutan pestisida nabati yaitu daun serai, sirsak dan babadotan terhadap pertumbuhan

hama ulat Crocidolomia pavonana pada

pertanaman kubis.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kebun kubis kabupaten Garut Kecamatan Wanaraja Provinsi Jawa Barat. Penelitian dimulai pada bulan Mei hingga Agustus 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan di gunakan adalah daun babadotan, daun serai dan daun sirsak yang di ambil dari Desa Kersamanah Kabupaten Garut Jawa

Barat. Ulat Crocidolomia pavonana

instar tiga dan benih kubis variates grand 11 dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bandung. Alat yang digunakan adalah sprayer, toples, timbangan, blender, batang kayu, botol plastik, nampan, karung dan air.

Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara satu faktorial. Dimana faktornya adalah jenis daun dan dengan menggunakan kontrol negatif (tanpa perlakuan) dan kontrol positif (meng-gunakan pestisida kimia). Kombinasi

(3)

perlakuannya adalah: P0= kontrol

negatif,; P1 =daun babadotan; P2 =

daun sirsak; P3 = daun serai; dan P4= pestisida kimia kontrol positif.

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan larutan pestisida nabati

Pembuatan larutan pestisida nabati dari daun serai, babadotan, sirsak berdasarkan metode pada penelitian Makal (2011), dimodifikasi menjadi 100 gram/1 liter air. Bagian daun serai, babadotan, sirsak sebanyak 100 gram

dicuci kemudian ditambahkan air

sebanyak 1 liter dan diblender. Setelah itu disaring agar tidak terdapat kotoran yang menyumbat sprayer kemudian direndam selama 24 jam.

Penyiapan ulat

Larva Crocidolomia pavovana

se-bagai bahan uji diambil dari balai hortikultura tanaman sayuran bagian hama dan penyakit yang terletak di daerah Lembang Bandung Jawa Barat.

Jenis larva yang diambil untuk

penelitian adalah jenis larva yang telah mencapai tahap instar 3.

Penyiapan kubis

Penanaman kubis dilakukan oleh

petani yang telah membudidayakan tanaman tersebut sebelumnya, se-hingga tanaman yang di ambil sebagai sampel adalah tanaman kubis yang telah ditanaman di perkebunan kubis

tersebut. Tanaman kubis dipilih

sebanyak 25 individu untuk digunakan sebagai penelitian. Tanaman kubis yang dijadikan untuk sampel berusia sekitar 49 HST.

Aplikasi ulat pada kubis

Ulat yang telah diperoleh kemudian disimpan satu persatu pada tanaman kubis yang telah berusia 49 hari setelah tanam. Untuk setiap tanaman diberikan ulat sebanyak 10 ulat pertanaman.

Aplikasi ulat ini dilakukan pada pagi hari karena ulat sudah mulai meyerang tanaman kubis. Menurut Lubis (2004) sepuluh larva tiap tanaman merupakan ambang ekonomi pada tanaman kubis. Larva dibiarkan selama satu hari tanpa pemberian pestisida. Setelah masuk hari kedua, aplikasi penyemprotan pestisida nabati dilakukan. Setelah itu diamati setiap gejala yang timbul dari

larva tersebut dan pengamatan

dilakukan setiap hari selama 7 hari.

Panen

Kubis varietas grand 11 dapat

dipanen setelah delapan minggu

dengan ciri krop telah menjadi keras. Kubis dibersihkan dan dipotong bagian daun yang tidak membentuk krop, sehingga jenis kubis yang diambil adalah kubis yang telah membentuk krop.

Parameter yang Diamati Mortalitas hama

Amalia (2004), Persentase hama yang mati dihitung dari jumlah ulat yang mati pada setiap perlakuan. Persentase dapat dihitung dengan rumus :

Persentase hama mati = ulat yang mati x 100%

Total ulat

Pengamatan dilakukan setiap hari dengan melihat dan memperhatikan ulat yang mati selama kurun waktu tujuh hari setelah aplikasi ulat dalam tanaman kubis tiap polybag dan penyemprotan pestisida nabati.

Lethal time 50

Lethal time 50 adalah pengujian waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan 50% hewan percobaan

dalam kondisi tertentu. Perhitungan LT50

pada setiap perlakuan adalah dengan cara menghitung rata – rata kematian hama pada setiap perlakuan dari 2 HSP hingga 6HSP. Setelah itu larva yang

(4)

mencapai jumlah rata lebih atau sama dengan lima ekor.

Berat krop kubis

Penimbangan dilakukan pada

setiap krop kubis pada masing – masing perlakuan. Kubis ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan satuan gram. Setiap hasil berat dari masing – masing perlakuan dicatat dalam bentuk tabel. Penimbangan dilakukan langsung setelah tanaman kubis dipanen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Hama

Mortalitas hama merupakan

kematian yang terjadi pada hama suatu tanaman yang diakibatkan oleh peng-gunaan pestisida. Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada larva Crocidolomia pavonana menunjukan bahwa perlakuan jenis pestisida yang digunakan berpengaruh nyata terhadap mortalitas hama (Tabel 1).

Mortalitas hama tertinggi didapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 82% sedangkan terendah pada P0 yaitu sebesar 34%. Artinya pestisida nabati yang ditambahkan memberikan persen-tase mortalitas hama lebih rendah dari pestisida kimia (P4) tetapi lebih tinggi dibandingkan tanpa pestisida (P0). Pestisida nabati yang memberikan persentase mortalitas hama tertinggi adalah larutan dari daun babadotan (P1) yaitu sebesar 72%. P0 terjadi

kematian terhadap hama ulat

Crocidolomia pavonana. Adanya kema-tian tersebut diduga karena faktor abiotik diantaranya udara, iklim dan topografi. Diantara ketiga faktor abiotik tersebut, diduga topografi yang paling

mungkin dapat mematikan ulat

Crocidolomia pavonana.

Perlakuan P4 (pestisida kimia) memiliki nilai persentase kematian hama yang tinggi yakni sebesar 82%. Jenis pestisida kimia ini memiliki senyawa diafentiuron 500 g/l, bersifat akarisida serta bekerja sebagai racun kontak dan racun perut.

Pada perlakuan P1 jenis pestisida nabati yang digunakan adalah daun babadotan. Daun babadotan memiliki senyawa metabolit sekunder seperti saponin, flavanoid, polifenol dan minyak atsiri (Sianturi 2009). Senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun baba-dotan tersebut berpengaruh terhadap sistem saraf otot. Perlakuan P2 menggunakan jenis pestisida nabati yang berasal dari daun sirsak. Daun

sirsak sendiri memiliki

senyawa-senyawa yang secara spesifik mampu menghambat pertumbuhan dari larva Crocidolomia pavonana. Senyawa kimia dari daun sirsak tersebut yakni senyawa annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant (Tohir 2010).

Perlakuan P3 menggunakan jenis pestisida nabati yang berasal dari daun serai. Pengurangan jumlah larva yang ada pada perlakuan P3 menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap perkembangan larva. Kandungan yang terdapat dalam daun serai adalah minyak atsiri yang bersifat racun serta mengurangi kemampuan repro-duksi serangga, dimana senyawa- senyawa yang terdapat pada minyak

atsiri diantaranya adalah sitral,

sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farmesol methil heptenol dan

(5)

Tabel 1 Total mortalitas hama pada larva Crocidolomia pavonana

Perlakuan Ulangan (%) Rata - rata (%)

1 2 3 4 5 P0 20 20 20 50 60 34 b P1 50 70 70 90 80 72 a P2 70 80 60 60 50 64 a P3 70 70 70 60 60 66 a P4 90 100 100 60 60 82 a

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Lethal Time 50 (LT50)

Hasil LT50 menunjukan bahwa

kematian 50 % dari total hama terjadi pada 5 HSP baik pada perlakuan P1, P2 maupun P3. Sedangkan pada

perlakuan P4 LT50 terjadi pada 4 HSP

lebih awal dibandingkan dengan

perlakuan P1, P2 dan P3. Sedangkan

perlakuan P0 tidak bisa ditentukan LT50

nya karena sampai dengan 14 HST ulat yang mati tidak mencapai 50%.

Tabel 2 Hasil perhitungan LT50 pada

mortalitas hama

Perlakuan Mortalitas hama

P0 P1 P2 P3 P4 - 5 HSP 5 HSP 5 HSP 4 HSP

Keterangan : HSP (Hari Setelah Perlakuan)

Hal tersebut terjadi karena daya kerja suatu senyawa tersebut sangat ditentukan oleh kondisi dan sistem metabolisme. Senyawa yang dimiliki

pestisida nabati tersebut bekerja

secara perlahan dalam menghambat

metabolisme larva kubis Crocidolomia

pavonana. Diduga senyawa yang yang terkandung pada setiap larutan pes-tisida yang diujikan belum memper-lihatkan dampak terhadap kontak saraf pada larva. Selain itu larutan yang disemprot belum begitu menyebar ke

seluruh permukaan daun kubis.

Sehingga mengakibatkan larva masih dapat memakan daun kubis yang belum terkena larutan pestisida nabati.

Berat Krop Kubis

Berat krop kubis adalah jumlah berat basah yang ada pada kubis setelah panen. Hasil penelitian berat krop kubis menunjukan bahwa berat krop kubis pada perlakuan P0 sebesar 185,2 g; P1 425,4 g; P2 343,8 g; P3 273,8 g dan P4 345,8 g. hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap berat krop kubis. Meskipun demikian setiap perlakuan memberikan nilai berat yang berbeda (Tabel 3).

Hasil menarik didapat dari

membandingkan perlakuan P1 dengan P4, karena jika melihat pada persentase kematian hama, perlakuan P4 lebih tinggi persentasenya (82%) dibanding P1 (72%). Hal ini diduga karena adanya senyawa saponin, flavanoid, polifenol dan minyak atsiri yang terdapat pada

daun babadotan (Sianturi 2009).

Senyawa bioaktif tersebut dapat

berpengaruh terhadap sistem saraf sehingga salah satu efeknya adalah menurunkan nafsu makan (Sianturi 2009). Berdasarkan hal tersebut maka

dapat diduga bahwa meskipun

persentase kematian perlakuan P1 lebih rendah disbanding P4, tetapi ulat Crocidolomia pavonana yang hidup kehilangan nafsu untuk memakan krop kubis.

(6)

Tabel 3 Hasil berat krop kubis pada setiap perlakuan

No Perlakuan Rata-rata berat krop kubis (g)

1 Kontrol (P0) 185,2

2 Pestisida daun babadotan (P1) 425,4 3 Pestisida daun sirsak (P2) 343,8 4 Pestisida daun serai (P3) 273,8 5 Pestisida kimia (P4) 345,8

KESIMPULAN

Pemberian pestisida nabati daun serai, daun babadotan dan daun sirsak berpengaruh nyata terhadap mortalitas

ulat Crocidolomia pavonana. Hasil

perhitungan LT50 memperlihatkan

tingkat laju kematian tercapai 5 hari setelah pengamatan untuk perlakuan P1, P2 dan P3. Ketiga larutan pestisida daun babadotan, serai dan sirsak memiliki tingkat kecepatan yang sama dalam meracuni hama ulat. Perlakuan pestisida yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap berat krop kubis, meskipun demikian berat krop kubis pada P1 lebih besar dari P4

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2004. Efektifitas Ekstrak

Campuran Biji Swietenia mahogani

Jacq dan Ranting Aglaia odorata

Lour. (Meliaceae) Terhadap

Serangga Hama dan Pengaruhnya

Terhadap Musuh Alami di

Pertanaman Kubis. [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor. 31 hlm.

Kaswinarni F. 2005. Toksisitas dan Pengaruh Konsentrasi Sub Letal

Ekstrak Pacar Cina (Aglaia odorata

Lour.) Terhadap Pertumbuhan Ulat

Krop Kubis (Crocidolomia binotalis

Zeller). [Skripsi]. Semarang:

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas

Diponogoro.

Lubis L. 2004. Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kubis (Brassica oleracca) dan Kentang (Solanum tuberosum). Universitas

Sumatra Utara. digital library

Makal VGH dan Turang DAS. 2011. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Batang Serai Untuk Pengendalian Larva Crosidolomia binotalis Zell. Pada

Tanaman Kubis. Jurnal Pertanian

17: 16-20.

Shahabuddin dan Alam A. 2010. Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Serai Terhadap Ulat Daun Kubis di Laboratorium. [Skripsi]. Sulawesi

Tengah: Fakultas Pertanian

Universitas Tadulako. Hal 178–183. Sianturi ES. 2009. Uji Efektifitas Beberapa Insektisida Nabati Pada

Tanaman Kacang Hijau dan

Kacang Panjang Terhadap Hama Maruca Testulalis Geyer. [Skripsi].

Medan: Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara. 48 hlm. Suryaningsih E dan Hadisoeganda WW.

2004. Pestisida Botani Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sayuran. Edisi I. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung. 36 hlm.

Tohir, A.M. 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas

Ulat Grayak (Spodoptera litura

Fabr.) di Laboratorium. Buletin

Gambar

Tabel 2  Hasil  perhitungan  LT 50   pada
Tabel 3  Hasil  berat  krop  kubis  pada  setiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Michael Berthold University of Konstanz, Germany Liz Bradley University of Colorado, USA Jo˜ ao Gama University of Porto, Portugal Jaakko Hollm´en Aalto University, Finland.. Frank

Terdapat tiga sasaran uji coba aplikasi yang telah dilakukan yaitu dua orang ahli gizi menghasilkan persentase sebesar 81%, kemudian uji coba aplikasi oleh lima

Penelitian ini bertujuan untuk menjelasakan 3(tiga) rumusan masalah yaitu; bagaimanai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi layanan di perpustakaan Madrasah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: bahwa kepala sekolah menjalankan peranya sebagai supervisor dengan teknik kunjungan ke kelas, maka hal itu berdampak pada kinerja guru

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kompensasi dengan peran kinerja karyawan sebagai mediasi mempengaruhi motivasi kerja dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam implementasi strategi meningkatkan kualitas layanan melalui digitalisasi jasa

jauh-jauh hari sudah menetapkan bahwa Indonesia secara keseluruhan menjadi satu wilayah hukum dengan istilah wilayatul hukmi, sehingga ada satu dari Ormas Islam di Indonesia