• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan. adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan. adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak COD Terhadap Manusia dan Lingkungan a. Terhadap kesehatan manusia

Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan

adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah mikroorganisme, baik yang merupakan patogen maupun tidak

patogen

juga banyak. Adapun mikroorganisme patogen dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsentrasi COD yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia. b. Terhadap Lingkungan

Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut di

dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuh-tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi mati. (Monahan,1993).

dampak tingginya adar DO terhadap lingkungan adalah:

1. Ketersediaan oksigen terlarut merupakan informasi penting dalam reaksi secara biologi dan biokimia di perairan.

2. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan reproduksi. 3. Konsentrasi oksigen terlarut di perairan juga menentukan kapasitasperairan untuk menerima beban bahan organik tanpa menyebabkan gangguan atau mematikan organisme hidup.

Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, kadar oksigen terlarut untuk perairan kelas dua seharusnya berkisar antara 3-6 mg/L. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut di Waduk Penjalin berada pada kisaran normal dan baik untuk pertumbuhan optimal organisme di dalamnya.

– CO2 ( karbondioksida bebas)

Karbondioksida merupakan produk dari respirasi yang dilakukan oleh tanaman maupun hewan. Ketersediaan karbondioksida adalah sumber utama untuk

fotosintesis, dan pada banyak cara menunjukkan hubungan keterbalikan dengan oksigen. Meskipun suhu merupakan faktor utama dalam regulasi konsentrasi oksigen dan karbondioksida, tetapi hal ini juga tergantung pada fotosintesis tanaman, respirasi dari semua organisme, aerasi air, keberadaan gas-gas lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin terjadi. Ketersediaan karbondioksida terlarut di

(2)

air dapat bersumber dari air tanah, dekomposisi zat organik, respirasi organisme air, senyawa kimia dalam air maupun dari udara namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Tumbuhan akuatik, misalnya alga, lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat.

Bikarbonat sebenarnya dapat berperan sebagai sumber karbon. Namun di dalam kloroplas bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (Cholik et al., 1986)

Karbondioksida baik dalam bentuk CO2 bebas maupun sebagai karbonat dan bikarbonat terdapat dalam air terutama dihasilkan oleh proses pernapasan organisme dan penguraian bahan organik dalam perairan. Kandungan karbon dioksida bebas jarang diukur di tambak, hal ini karena kandungan pytoplankton yang cukup tinggi dalam tambak sehingga karbon dioksida yang ada terpakai dalam proses fotosintesa atau dilepaskan ke udara. Daya toleransi organisme terhadap CO2 bebas dalam air bermacam-macam tergantung jenisnya tapi pada umumnya bila lebih dari 15 ppm dapat memberikan pengaruh yang merugikan. Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber difusi dan atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi

tumbuhan, hewan dan bakteri aerob.

Kandungan CO2 bebas pada Waduk Penjalin masih bisa ditolerir oleh organisme perairan karena masih di bawah batas normal yakni 50 mg/L (Brotowidjoyo et al., 1995).

– BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Menurut Effendi (2003), segera tidak langsung BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis, 1991). BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 200C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya.

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (Salmin, 2000).

Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, baku mutu kandungan BOD pada perairan kelas dua adalah kurang dari 3 mg/L, kadar BOD di Waduk Penjalin bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan ketentuan yang ada pada PP No. 82 Tahun 2001, tetapi masih berada pada kisaran normal dan baik untuk pertumbuhan optimal organisme di dalamnya. Nilai BOD yang sangat tinggi dalam perairan akan menyebabkan defisit oksigen sehingga mengganggu kehidupan organisme perairan, dan pada akhirnya menyebabkan kematian.

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut. Kandungan BOD berkolerasi dengan kandungan Dissolved Oxygen (DO), di mana apabila BOD tinggi maka DO menurun karena oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri, akibatnya ikan dan organisme air yg bernapas menggunakan

(3)

insang terancam mati. Hubungan keduanya adalah sama-sama untuk

menentukan kualitas air, Tetapi BOD lebih cenderung ke arah cemaran organik. Tingginya nilai BOD dapat disebabkan oleh tingginya kandungan bahan organik pada perairan tersebut yang dimungkinkan berasal dari endapan pakan ikan maupun jasad biota yang mati.

– COD (Chemical Oxygen Demand)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh bahan-bahan organik yang ada dalam air baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui tingkat penguraian produk-produk kimiawi seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme. Selisih hasil nilai antara pengukuran COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit terurai di perairan tersebut. Nilai dari COD bisa sama dengan BOD, tetapi nilai BOD tidak bisa lebih besar dari COD, jadi nilai COD dapat menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. Nilai BOD tidak bisa lebih besar dari COD karena senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga akan ikut dalam reaksi pengujian (Barus, 2002).

Metode standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau COD yang

digunakan saat ini kebanyakan masih melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis. Hasil pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun di Waduk Penjalin menunjukkan adanya variasi nilai COD.

Rata-rata hasil pengukuran yang didapatkan kadar COD yang diperoleh sebesar 56 mg/L. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, baku mutu kandungan COD pada perairan kelas dua adalah 50 mg/L. Sehingga dapat dikatakan bahwa kandungan COD di Waduk Penjalin kurang baik untuk pertumbuhan optimal organisme di dalamnya, tetapi masih berada dalam batas yang dapat ditolerir. Nilai COD yang didapatkan menunjukkan total jumlah bahan organik yang ada di kolam tersebut (Marganof, 2007).

– Orthofosfat

Orthofospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuh akuatik. Sedangkan poliposfat harus mengalami hidroisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat organik

mengalami perubahan menjadi orgarofosfat Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat diserap oleh bakteri, phytoplankton dan makrofita (Sukimin, 2008).

Menurut Sudaryo dan Sutjipto (2010), fospat banyak terdapat di perairan dalam bentuk inorganik dan organik sebagai larutan, debu dan tubuh organisme. Sumber utama phospat inorganik dari penggunaan detergen, alat pembersih untuk keperluan rumah tangga atau industri. Fosfor dalam air dalam beberapa bentuk partikular yang dapat larut, termasuk bahan organik yang mengikat fosfor, inorganik poliphosphat dan inorganik ortofosfat. Ortofosfat disini biasanya

(4)

berupa ion dari asam fosfor. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu, sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat. Bentuk dari reaksi ionisasi asam ortofosfat ditentukan dalam persamaan :

H3PO4 H+ + H2PO4 H2PO4 H+ + HPO42-H H+ +

PO43-Keberdaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulur ledakan pertumbuhan alga diperairan (algae bloom).

Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat diserap oleh bakteri, phytoplankton dan makrofita. Fosfor, seperti juga nitrogen dan sulfur, turut serta pada daur dalam dan juga pada daur geologis dunia. Dalam daur yang lebih kecil, bahan organik yang mengandung fosfor (misalnya, sisa tumbuhan, kotoran hewan) jadi busuk dan fosfor menjadi tersedia untuk mengambil oleh akar tumbuhan dan penggabungan kembali menjadi bahan organik. Setelah melalui rantai makan, sekali lagi melalui pengurai dan daur itu tertutup. Terdapat bocoran dari daur dalam dan daur luar. Air mengikis fosfor tidak hanya dari batuan yang mengandung fosfat tetapi juga dari tanah. Beberapa daripadanya ditahan oleh kehidupan di air, tetapi akhirnya fosfor menemui jalannya ke laut (Sudaryo dan Sutjipto, 2010). Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Fosfat diangkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies

fitoplankton.

Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, baku mutu kandungan ortofosfat pada perairan kelas dua adalah kurang dari 0,2 mg/L, sehingga dapat dikatakan bahwa kandungan ortofosfat di Waduk Penjalin berada pada kisaran normal dan baik untuk pertumbuhan optimal organisme di dalamnya. Menurut Sumawidjaja (1974), fosfor umumnya berasal dari pupuk, limbah industri dan domestik serta dari limpasan area pertanian. Potensi fosfat menunjukkan tingkat kesuburan lingkungan perairan. Tingkat kesuburan eutrofik memiliki kadar ortofosfat dengan kisaran 0,031-0,1 mg/L. Fosfor berfungsi dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya.

Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak pernah melampaui 0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh faktor

antropogenik seperti dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian. Pujiastuti et al. (2013) distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik, fosfat diangkut oleh fitoplankton sejak proses

fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton.

– Nitrat (NO3)

Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Sudarmono, 2006).

(5)

Senyawa nitrat terdapat dalam tiga bentuk, yaitu ion nitrat (ion NO3). Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak meskipun pada

konsentrasi yang berbeda (Pujiastuti et al., 2013). Konsentrasi oksigen terlarut yang sangat rendah dapat mengakibatkan terjadinya proses denitrifikasi, yaitu perubahan nitrat melalui nitrit yang akan menghantarkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas ke udara atau kembali membentuk amonium melalui proses amnonifikasi nitrat.

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan oleh proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nirit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung aerob.

C. Parameter Biologi – Kandungan Klorofil

Kandungan klorofil, menggambarkan banyaknya fitoplankton yang berada di perairan tersebut, yang juga berperan dalam menentukan tingkat kesuburan suatu kawasan perairan (Wiryanto et al., 2012).

Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, baku mutu kandungan klorofil pada perairan kelas dua adalah 4 µg/L, sehingga dapat dikatakan bahwa kandungan klorofil di Waduk Penjalin berada pada kisaran rendah dan Waduk Penjalin tergolong dalam perairan oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang cukup rendah.

– Plankton

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu

merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.

Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan

fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al., 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983). Fitoplankton dikelompokkan menjadi 4 phylum, yaitu:

1. Cyanophyta

Ganggang biru ditemukan di aneka macam habitat seperti sungai, kolam, atau danau mulai dari suhu rendah sampai tinggi. Ganggang biru dapat tumbuh dengan cepat sehingga menutupi perairan, hal ini disebut water bloom. Water bloom dapat mengganggu kehidupan tumbuhan dan hewan yang hidup di bawah

(6)

permukaan air (Sulisetijono, 2009).

Secara umum ada 3 bentuk talus ganggang biru yaitu sel tunggal, koloni, dan filament. Ketiga macam betuk talus umumnya dilapisi oleh selaput seperti gelatin (gelatinous) yang bening. Pada ganggang biru berbentuk filamen dikenal istilah trichome atau filament. Filamen adalah deretan atau rangkaian sel-sel yang berada di dalam selubung seperti gelatin (Sulisetijono, 2009).

Dinding sel terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan dalam lebih tipis, sedangkan lapisa luar lebih tebal dan gelatinous. Selubung gelatinous tersusun dari benang-benang selulosa. Selubung gelatinous umumnya bening tetapi ada yang berwarna coklat yang disebabkan bercapurnya pigmen fuscorhodin dan

fuscorchlorin. Warna merah dan violet disebaka pigmen glococapsin Protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian tepi yang berwarna disebut

kromatoplasma, bagian tengah yang tidak berwarna (bening) disebut

sentroplasma. Pada sentroplasma terdapat DNA dan RNA. Pada kromatoplasma terdapat pigmen C-phycocyanin, C-phycoerthrin, mycoxanthin, myco-xanthophyll carotene, dan chlorophyll. Warna biru disebabkan oleh pigmen phycocianin. Reproduksi seksual tidak ditemukan pada Cyanophyta, ganggang ini

berkembangbiak secara vegetatif yaitu pembelahan sel dan fragmentasi, dan sporik yaitu akinet, endospora, ektospora dan nanospora (Sulisetijono, 2009). 2. Euglenophyta

Sebagian besar hidup di air tawar tetapi ada beberapa yang hidup di air laut terutama di tempat yang mengandung bahan organik. Susunan tubuh pada kelompok ini adalah sel tunggal, tetapi ada beberapa spesies yang berbentuk koloni. Susunan tubuh dibatasi oleh pelikel atau periplas yang merupakan

membrane plasma yang menebal. Plastida ada yang berpigmen tersusun banyak dan berbentuk cakram yang mengadug pirenoid. Pigmen terdiri atas klorofil a dan b, β karoten. Cadangan makanan disebut paramilun dalam bentuk butir yang tersebar diantara plastida. Alat gerak utama adalah flagel bertipe tinsel. Reproduksi hanya dengan satu cara yaitu pembelahan sel biner logitudial. Pada keadaan yang tidak mengutungkan hidup secara vegatatif dengan membentuk sista (Sulisetijono, 2009).

3. Chlorophyta

Chlorophyta merupakan kelompok alga yang paling banyak ditemukan di air tawar, hanya sebagian kecil yang hidup di laut. Di perairan Chlorophyta hidup sebagai plankton. Plankton adalah organisme kecil yang hidup melayang-layang dalam air yang dapat menjadi sumber makanan bagi hewan air dan ikan.

Chlorophyta juga ada yang melekat pada tanah yang basah, tembok yang lembab, pada batang tumbuhan lain, dan ada yang hidup melekat pada tubuh hewan (Aziz, 2008). Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal, pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali mencul apabila air menjadi surut (Sulisetijono, 2009).

Chlorophyta mempunyai pigmen hijau yang dominan dan terhimpun dalam kloroplas. itulah mengapa Chlorophyta disebut dengan alga hijau. Cholorophyta tidak selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna jingga, merah atau merah kehitaman. Bentuk kloroplas pada Chlorophyta bernacam-macam. Misalnya pada Chlamidomas berbentuk

(7)

mangkuk, Spirogyra berbentuk spiral, dan Chlorella berbentuk bulat. Pada

kloroplas ditemukan pirenoid dan stigma. Pirenoid adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa amilum. Stigma

adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya, berguna untuk menuntun Chlorophyta menuju cahaya sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung. Tubuh Chlorophyta ada yang uniseluler, multiseluler, koloni, dan filamen. Sel-sel Chlorophyta dikelilingi oleh dinding sel sehingga memiliki bentuk yang tetap. Chlorophyta dipercaya sebagai asal mula tumbuhan darat. Alasan ini mendukung hipotesisi ini adalah memiliki klorofil a dan b, memiliki dinding sel berupa

selulosa, dan menyimpan cadangan makanan berupa zat tepung (amilum). Reproduksi Chlorophyta dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang dapat

bergerak atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir dengan dua sampai empat bulu cambuk, mempunyai vakuola kontraktil dan kebanyakan memiliki satu stigma. Reproduksi seksualnya berlangsung dengan konjugasi. Hasil konjugasi berupa zigospora yang tidak mempunyai alat gerak. Contoh Chlorophyta antara lain Chlorella, Chorooccum, Volvox, Gonium, Ulva, dan Spirogyra (Aziz, 2008).

4. Chrysophyta

Mempunyai pigmen yang terletak dalam kromatofora: hijau kekuningan sampai coklat keemasan. Hal ini disebabkan oleh karoten dan xantofil yang predominan. Cadangan makanan berupa leucosin dan karbohidrat. Dinding sel tersusun dua bagian yang over lapping dan mengandung silika. Susunan sel soliter atau koloni, ada yang berflagel dan ada yang tidak berflagel (Sulisetijono, 2009). Reproduksi aseksual menggunakan spora berflagel atau spora tidak berflagel. Spora yang tidak berflagel disebut statospora. Reproduksi seksual biasanya isogamus melalui penyatuan gamet berflagel atau tidak berflagel tetapi dapat juga isogamus atau oogamus (Sulisetijono, 2009).

Densitas atau kepadatan plankton dapat dijadikan sebagi indikator meningkatnya produktivitas perairan. Plankton merupakan penyumbang perairan, semakin banyak plankton maka semakin banyak jumlah ikan dan organisme pemakan plankton, sehingga perairan tersebut menjadi produktif. Jenis plankton yang diperoleh di perairan Waduk Penjalin terdiri dari Lyngbya conferoides, Cyclotella operculata, dan Aphanocapsa sp. Deskripsi masing-masing plankton tersebut adalah sebagai berikut.

1. Lyngbya conferoides Kingdom : Bacteria Phylum : Cyanobacteria Class : Cyanophyceae Subclass : Oscillatoriophycideae Order : Oscillatoriales Family : Oscillatoriaceae Genus : Lyngbya

Spesies : Lyngbya conferoides

Berbentuk panjang, filamen, biasanya makroskopik, tidak bercabang atau sedikit bercabang palsudengan cabang pendek dan sporadical. Trikoma isopolar.

(8)

sel membentuk filamen baru (Guiry dan Guiry, 2008). 2. Cyclotella operculata Kingdom : Bacteria Phylum : Bacillariophyta Clasis : Bacillariphyceae Ordo : Centrales Familia : Cyclotellaceae Genus : Cyclotella

Spesies : Cyclotella operculata

Spesies ini memiliki klorofil, dapat melakukan fotosintesis, berbentuk bulat seperti tabung yang tertutup, hidup di perairan tawar dan banyak dijumpai di danau-danau.Susunan tubuhnya ada yang berbentuk sel tunggal dan ada juga yang berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral (Pennales) dan simetri radial (centrals).Terdapat dinding sel yang disebut frustula yang tesusun dari bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian tutup dinamakan epiteka dan juga sabuk atau singulum. Frustula ini tersusun oleh zat pectin yang dilapisi oleh silicon. Cadangan makanan berupa tepung krisolaminarin.Reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara membelah diri (Wong, 2010).

3. Aphanocapsa Kingdom : Bacteria Phylum : Cyanobacteria Class : Cyanophyceae Order : Chroococcales Family : Merismopediaceae Genus : Aphanocapsa Spesies : Aphanocapsa sp.

Warna koloni biru kehijauan, merupakan koloni non-filamen, bentuk koloni agak bulat dengan diameter koloni 20 µm. Selubung gelatin (mucilago) tidak

berwarna/tidak jelas, koloni terdiri dari beberapa sel kecil berbentuk bulat. Letak sel tidak beraturan, padat, tidak memiliki sel heterokis. Sel individu sangat kecil dengan diameter antara 1,5-3 µm (Sari, 2011).

Berdasarkan hasil pengamatan kepadatan plankton terbesar di Waduk Penjalin terjadi pada pagi hari yaitu sebesar 242 individu per liter karena pada saat itu memiliki suhu perairan yang sedang, kadar pH yang netral, alkalinitas, CO2 bebas yang sedang dan DO yang tinggi dan kecerahan yang sedang. Suhu yang tidak tinggi memungkinkan plankton untuk mendiami daerah ini, karena planton menyukai suhu yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Kadar pH, alkalinitas, CO2 bebas yang tinggi, menunjukkan bahwa pada perairan ini banyak mengandung ion karbonat dan bikarbonat, yang berguna sebagai bahan

penyuplai nutrien dan bahan utama fotosintesis bagi plankton. Tingginya DO, mengakibatkan plankton mudah mendapat oksigen sebagai bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya. Berdasarkan hasil dari analisis penilai keanekaragamannya juga masih rendah, yaitu 0,366.

Kerapatan fitoplankton yang tinggi cenderung diikuti oleh kelimpahan zooplankton yang tinggi, namun kelimpahan zooplankton yang tinggi akan menyebabkan rendahnya kerapatan fitoplankton, sehingga terdapat hubungan yang terbalik antara fitoplankton dan zooplankton. Kelimpahan zooplankton

(9)

cenderung akan mengikuti laju pertumbuhan populasi fitoplankton. Secara umum, kerapatan biomasa fitoplankton sebanyak 13 kali lebih banyak daripada biomasa zooplankton (Djumanto, 2009).

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, waduk penjalin digolongan menjadi kelas II. Klasifikasi kelas II yaitu air yang peruntukannya dapat

digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang memprasayratkan mutu ar yang sama dengan kegunaannya. Parameter-parameter yang digunakan pengkuran baku air mengacu pada peraturan pemerintah no.8 tahun 2001.

Berdasarkan klasifikasi mutu air di atas maka air pada Waduk Penjalin termasuk dalam kelas dua. Mutu air di suatu perairan seharusnya sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kondisi air yang sesuai dengan baku mutu akan berdampak baik bagi kelangsungan hidup organisme yang hidup di dalamnya dan pertumbuhannya cenderung akan optimal sehingga akan dapat didapatkan hasil budidaya yang maksimal (Cholik, 1986).

Referensi

Dokumen terkait

Melihat hasil perlakuan/tindakan yang berupa konseling kelompok untuk mengurangi kecemasan memasuki dunia kerja pada siklus II dapat diketahui bahwa sudah mencapai hasil

Nilai tambah yang praktikan peroleh setelah melaksanakan PPL 2 adalah praktikan mendapatkan pengalaman dalam dunia pendidikan baik yang berkaitan dengan kegiatan

Saat ini perusahaan mengelola sendiri 35 unit usaha ( termasuk 6 unit Pabrik Kelapa Sawit, 2 unit Pabrik Gula (PG, 2 unit Pabrik Karet, 3 unit Rumah Sakit (RS), 1 unit Bengkel

Renzo dan Ellis (1994) menjelaskan bahwa ikatan kimia antara jaringan dentin dengan bahan resin HEMA terjadi sebagai hasil reaksi antara resin tersebut dengan

mengumumkan sebagai penyedia barang dengan pengadaan langsung untuk paket.. pekerjaan Pengadaan Bahan Racikan Obat adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Sisik Naga mempunyai aktivitas menghentikan perdarahan (hemostatis) yang dibuktikan dengan kemampuan ekstrak

Peliputan Kegiatan KDH/WKDH dan Kunjungan Kerja Pejabat Negara/ Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/Luar

PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH D ASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia