• Tidak ada hasil yang ditemukan

JASIORA Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JASIORA Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora ("

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Jasiora : Vol 2 No 4 Juni 2018

JASIORA

Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora (http://jurnal.stiasetihsetiomb.ac.id/index.php/admngr/index)

Kebijakan Pengoperasian Terminal Kota Lintas Muara

Bungo: Dinamika Dan Permasalahannya

Ridwan

1

, Mulia Jaya

2

,Hasrul Mubarak

3

1

Universitas Muara Bungo, E-mail: iwan09ukm@gmail.com

2

Universitas Muara Bungo, E-mail: mulia_jaya@gmail.com

3

Universitas Muara Bungo, E-mail: hasrul_mbrk2013@gmail.com

Info Artikel Abstract

Masuk:17April 2018 Diterima:28 Mei 2018 Terbit:15 Juni 2018 Keywords:

Policy, operation, terminal, Bungo Government

This research was conducted at the Department of transportation, communication and information technology in the City of Muara Bungo with the consideration of the author wants to know the policy of crossing City Terminal operations that have been running at this time, especially the role of the Land Transportation Sector in optimizing the existence of the terminal. The method used is descriptive and qualitative. Data collection techniques were carried out through interviews with a number of informants who were considered relevant to the research. This study can illustrate the conclusion that the operation of the City Terminal that has been running has not been carried out properly This conclusion is based on the results of observations and information from a number of informants who are the object of research. The success of implementing planned programs depends not only on the implementing officer, but also from all parties involved, the police, the community and others also have an important role to play in carrying out traffic order. Constraints faced in the implementation of the Technical Implementation Unit of the Office (UPTD) in carrying out their duties, namely: the lack of maximum supporting regulations, licensing routes that are only issued by the minister, and the rise of illegal travel. Efforts made to overcome the constraints in the management of the terminal, namely: improvement of facilities and infrastructure to support the convenience of terminal users have been made by the terminal manager, increased security in the terminal that will cooperate with the Military Police (PM), local police for security terminal, closure of the access road to the city for the bus / diversion of the road to the rear of the terminal which goes directly to the promontory and the ring road after that the bus follows traffic signs if it wishes to continue its purpose. And what if there are still buses that still break into the city will be followed up legally, increasing cooperation between institutions in curbing traffic in the city of Bungo between terminal managers and traffic police officers for smooth traffic.

(2)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Abstrak Kata kunci: Kebijakan, pengoperasian,terminal, pemerintah Bungo Corresponding Author: Ridwan

Penelitian ini dilakukan di Dinas perhubungan, komunikasi dan informatika Kota Muara Bungo dengan pertimbangan penulis ingin mengetahui kebijakan pengoperasian Terminal Kota lintas yang telah berjalan saat ini, khususnya peran Bidang Perhubungan Darat dalam mengoptimalkan keberadaan terminal. Adapun metode yang dipergunakan adalah deskriftif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan sejumlah informan yang dianggap relevan dengan penelitian. Penelitian ini dapat menggambarkan kesimpulan bahwa pengoperasian Terminal Kota lintas yang telah berjalan belum terlaksana secara dengan baik kesimpulan ini didasari atas hasil observasi dan keterangan sejumlah informan yang menjadi objek penelitian. Keberhasilan dari terlaksananya perencanaan program – program yang telah direncanakan tidak hanya tergantung dari petugas pelaksananya saja, melainkan juga dari semua kalangan yang terkait, kepolisian, masyarakat dan yang lainnya juga memiliki peran penting demi melaksanakan ketertiban berlalu lintas.Hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dalam melaksanakan tugasnya yakni: kurang maksimalnya peraturan pendukung, perizinan trayek yang hanya dikeluarkan oleh mentri, dan maraknya travel liar. Upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala dalam pengelolaan terminal yaitu: perbaikan sarana dan prasarana demi menunjang kenyamanan para pengguna terminal sudah dilakukan oleh pengelola terminal, peningkatan keamanan dalam terminal yang akan bekerja sama dengan Polisi Militer (PM), polsek setempat demi keamanan terminal, penutupan akses jalan menuju kota bagi bus / pengalihan jalan menuju belakang terminal yang langsung menuju tanjung menanti dan jalan lingkar setelah itu bus mengikuti petuntuk rambu –rambu lalu lintas bila ingin melanjutkan tujuannya. Dan apa bila masih ada bus yang masih menerobos masuk kedalam kota akan di tindak lanjuti secara hukum, meningkatkan kerja sama antar lembaga dalam menertibkan lalu lintas di kota Bungo antara pengelola terminal dan petugas polisi lalulintas demi kelancaran berlalu lintas.

1. Pendahuluan

Kota Muara Bungo merupakan ibu kota kabupaten bungo, sebagai pusat sentral pemerintahan aktifitas kehidupan masyarakat khususnya ekonomi terus meningkat. (menurut buku putih sanitasi kabupaten bungo) Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bungo mencapai 3,08% pertahun. Angka pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,08% cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak dari keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bungo sehingga menarik orang datang ke Kabupaten Bungo.

Berdasarkan (buku putih sanitasi bungo) pendapatan daerah pemerintah kabupaten Bungo selamakurun waktu tahun 2009– 2013 menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata 7.08 %. Hal ini berarti bahwa kapasitas fiskal kabupaten Bungo tidak lagi di dominasi oleh dana transfer dari pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Oleh karena itu, belanja daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Muara bungo merupakan salah satu kota yang berada di jalur lintas Sumatra yang menjadi kota satelit, menghubungkan/terhubung dengan beberapa kota lainnya yang ada di provinsi jambi dan Sumatra barat, tidak hanya itu melainkan juga kota-kota atau provinsi

(3)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

yang ada di pulau Sumatra. Dari sisi ekonomi, kota Muara Bungo ini banyak mendapatkan keuntungan dari sumber alam yang terbentang luas. Begitu banyak lahan dan hutan disini dibandingkan dengan penduduk yang mengolahnya.

Oleh sebab itu pertumbuhan infrastruktur yang memadai seperti jalan, terminal tipe A, bandara, dan sebagainya menjadi pembangunan prioritas kota muara bungo demi kemajuan kota muara bungo, dengan demikian akan semakin mudah pelayanan yang dilakukan pemerintah bungo terhadap masyarakat sehingga hasilnya akan lebih maksimal.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah Kabupaten Bungo kepada masyarakat pengguna terminal tipe A, diperlukan sarana, prasarana dan fasilitas terminal yang mendukung kelancaran, ketertiban, keselamatan dan keamanan, contohnya seperti ruang tungu penumpang, media informasi, kamar kecil (WC), tempat peribadatan dan lain sebagainya, bahwa dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi rakyat, maka diperlukan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban terminal yang lebih mantap, jelas dan tegas.

Melihat keberadaan kota Muara Bungo yang strategis yang baik dibidang perhubungan maka tidaklah heran banyak terdapatnya pungutan yang diusahakan oleh pemerintah kota Muara Bungo terhadap kendaraan umum yang melintasi kota muara bungo. Hal itu terbukti dengan keadaan kota muara bungo yang berada di tengah atau berada di lintasan yang dilalui kendaraan-kendaraan yang melakukan perjalanan menuju kota yang ditujunya, karena berada di jalur lintas Sumatra yang menghubungkan berbagai kota di sumatra menuju propinsi-propinsi yang ada di pulau Sumatra, untuk itu keberadaan terminal tipe A sangatlah penting dikarenakan sebagai pengaturan arus lalulintas kota muara bungo serta sebagai pendapatan daerah dalam pajak kendaraan umum yang melintasi kota muara bungo.

Sesuai dengan fungsinya, terminal tipe A kota lintas diharapkan menjadi jantung pengoprasian transportasi umum di kabupaten bungo, mengingat angkutan umum dan jasa yang ada di kabupaten bungo jumlahnya cukup banyak dan beragam, ini dapat dilihat pada tabel:

Table. 1.

Jumlah kedatangan dan keberangkatan bus 5 tahun terakhir Kabupaten Bungo

No Jumlah bus Tahun

2014 2015

1 Datang 25.653 32.473

2 Berangkat 25.653 32.473

Sumber data: UPTDTerminal Kabupaten Bungo tahun 2015

Dalam pengelolaan terminal tipe A ini tentunya ada pungutan yang di dapat dari kendaraan yang masuk terminal tipe A, oleh karena itu pasti ada tarif kendaraan yang masuk sesuai dengan ukuran maupun jenisnya. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Retribusi Terminal tipe A, pada pasal 8 ayat 1 dan 2 yaitu:

Tabel. 2.

Tarif Kendaraan Menurut Jenisnya

(4)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

1. Angkutan pedesaan/kota: a. Kendaraan bermotor roda 3

(tiga) b. Otolet/oplet c. Bus kecil d. Bus sedang 2. Angkutan antar kota

a. Bus kecil b. Bus sedang c. Bus besar Rp. 1000,-/ sekali masuk Rp. 2000,-/ sekali masuk Rp. 2000,-/ sekali masuk Rp. 2000,-/ sekali masuk Rp. 2000,-/ sekali masuk Rp. 2500,-/ sekali masuk Rp. 3000,-/ sekali masuk

Sumber: Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012

Dalam hal retribusi, terminal type A kota lintas mempunyai target dalam satu tahun yaitu Rp. 120.000.000,- pertahunnya. Pada tahun 2015 ini untuk mencapai target tersebut sangatlah sulit, pada tahun 2013 sampai 2014 saja terminal hanya mampu pada angka 87% dari angka retribusi yang di targetkan yakni sebesar Rp. 104.400.000,-, dan pada tahun 2015 turun menjadi 81% atau setara dengan Rp. 97.200.000,-

Mengenai pengelolaan dan pengoperasian terminal kota lintas oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kota Muara Bungo mungkin bisa dibilang tidak berjalan sebagaimana fungsinya, berdasarkan data yang di dapat tidak sesuai dengan keadaan yang ada di terminal kota lintas kabupaten bungo ini terlihat dari sepinya angkutan umum dan jasa yang berada di lokasi terminal dan tidak adanya kendaraan yang berada di terminal, melainkan kendaraan umum dan jasa yang parkir di jalan-jalan umum dan loket- loket yang ada di kota muara bungo padahal Terminal tipe A Kota Lintas merupakan tempat yang ditetapkan pemerintah kota Muara Bungo yang berfungsi sebagai tempat pengaturan kendaraan umum dan jasa serta lokasi pemberhentian awal dan akhir baik itu angkutan umum antar kota, daerah maupun antar propinsi.

Akan tetapi Lain halnya dengan terminal pada umumnya, terminal tipe A kota lintas sepi dari aktifitas masyarakat, Dilokasi terminal juga jarang terlihat aktifitas-aktifitas pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika kota muara bungo yang bekerja dan memantau aktifitas terminal, hanya pada waktu-waktu tertentu saja pegawai terlihat dilokasi terminal. Kondisi seperti ini menjadikan terminal tipe A kota lintas seperti bahkan seolah-olah tidak beroperasi dengan semestinya.Maka pengoptimalan fungsi terminal tipe A seharusnya dijadikan salah satu sumber pendapatan daerah, seperti penerapan retribusi parkir angkutan umum dan jasa, pedagang makanan maupun souvenir dan lain sebagainya.

Jika dilihat dari Susunan Organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kota Muara Bungo sesuai Peraturan Bupati Bungo Nomor 23 tahun 2013, Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) pengelolaan terminal bus type A pada dinas perhubungan, komunikasi dan informatika kabupaten bungo tahun 2013, di bawah Kepala Dinas, kewajiban pengelolaan terminal tipe Akota lintas berada pada Bidang Perhubungan Darat. Bidang perhubungan Darat melaksanakan tugas urusan salah satunya adalah menyelenggarakanpengendalian, pemeliharaan, pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas terminal lainya.Dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada evaluasi kebijakan Bidang Perhubungan Darat yang mendapat tugas mengoperasikan terminal tipe A kota lintas Kabupaten Muara Bungo, pada peraturan bupati bungo Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas(UPTD) Pengelolaan Terminal Bus Tipe A Pada Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Bungo.

(5)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Kebijakan Publik

(Saffarudin, 2013: 75) Kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa yunani, yaitu “polis” yang artinya “city”. Dari dapat ditambahkan, kebijakan mengacu pada cara-cara dari semua bagian pemerintah mengarahkan untuk mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasanpengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehinggal dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuan (Monahan dan hengst, 1982:23)

(Solihin abdul wahab, 2004: 11) apakah kebijakan public itu? Setiap buku kebijakan public yang baik yang ditulis oleh para pakar, hamper tidak lupa untuk mengawali perbincangan terlebih dahulu mendefenisikan kebijakan public. Namun, mendefenisikan atau merumuskan apa yang dimaksud dengan kebijakan public itu ternyata bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Mengapa? Kemudian penyebab dari kesukaran ini karena kebijakan public itu sendiri-sebagai bidang kajian-seumpamanya hamparan lahan garapan, bukan hanya terdiri dari berlapis lahan-lahan garapan dengan sekian banyak penggarap. Seumpama sebuah rumah, kebijakan public itu dapat kita ibaratkan sebagi bangunan rumah indah yang sangat besar dengan halaman yang sangat luas, memiliki begitu banyak kamar, dan dengan banyak pintu yang senantiasa terbuka lebar bagi siapapun.

Smit dan larimer (2009) dalam buku solihin abdul wahab, mereka menyatakan :

there is not a field of public policy studies, there are field-plural-of public policy studies” ( ini bukan bidang studi kebijakan publik, ada bidang-jamak-dari studi kebijakan public). Berdasarkan prespektif ini, baik konten maupun konteks kebijakan public itu akan selalu dinggap sebagai bersifat plural, dank arena masalah-masalah kebijakan (policy problems)

pun sebagai sebuah academic enquiry (pemerintah akademik) tidak hanya menjadi minat perhatian ahli dari disiplin ilmu tertentu yang mempelajari atau mendekati secara monodisiplin.

(Inu kencana: 2013: 355) kebijakan ditulis dalam bahasa inggris dengan policy, sedangkan kebijaksanaan ditulis dalam bahasa inggris dengan wisdom. Perbedaannya adalah kalau kebijakan berasal dari atasan tertinggi, misalnya pemerintah pusat, maka pada tingkat pemimpin daerah atau yang setingkat berada dibawahnya dapat mengubahnya sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan secara empiris. Hal ini berlaku bagi pemerintah sipil, tetapi tidak berlaku bagi pemerintah militer terutama dalam keadaan darurat perang. Karena kalau dikemudian hari mengalami kekeliruan akan berakibat fatal pada keamanan dan ketertiban. Itulah sebabnya pada kekeliruan mengambil keputusan maka dua tingkat keatas mendapat sasaran hokum.

Thomas R. Dye (1989: 1) dalam bukunya yang terkenal introducing public policy mengatakan bahwa kebijakan Negara adalah: whatever governmentchoose, to do or not to do. Artinya, kebijakan Negara adalah apapun yang diambil pemerintah, baik melakukan suatu itu atau tidak melakukan sama sekali.

Jadi, kalau melakukan sesuatu menjadi keputusan maka tidak melakukan apa-apa sama sekali adalah juga keputusan, karena pemerintah sebagai pihak yang memiliki keputusan (karena membawahi polisi, militer, jaksa, dan berbagai pemegang pengamanan dan ketertiban) dapat saja mencegah segala sesuatu seperti kebakaran, pencurian, perjudian, dan berbagai kriminalitas, dan apabila hanya diam akan hanya diaanggap sengaja melindunginya untuk maksud materialistic, (inu kencana: 2013: 355).

(NugrohoR, 2004;1-7) Dari berbagai sumber yang diperoleh dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

(6)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan

Dalam buku (Budi Winarno, 2011, hal: 35-37) Proses pembuatan kebijakan public merupakan proses yang komplek karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.

Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita di dalam mengkaji kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda. Seperti misalnya, tahap penilaian kebijakan seperti yang tercantum dalam bagan di bawah ini bukan merupakan tahap akhir dari proses kebijakan public, sebab masih ada satu tahap lagi, yakni tahap perubahan kebijakan dan terminasi atau penghentian kebijakan. Tahap-tahap kebijakan public adalah sebagai berikut:

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menetapkan masalah pas agenda publik.sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alas an-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama .

Penyusunan agenda

Formulasi kebijakan

Adopsi kebijakan

Implementasi kebijakan

Evaluasi kebijakan

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Maslah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini masing-masing actor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

1. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

2. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentigan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para

(7)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

pelaksana (implementers), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

3. Tahap evaluasi kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telak dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan maslah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan pertimbangan bahwa metode ini disesuai dengan perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang dilakukan peneliti.Selain itu, dengan metode ini data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, dan kredibel.Deskripsi yang luas dan mendalam akandapat diketahui, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai sesuai dengan kondisi objektif terhadap kebijakanmengenai pengoperasian Terminal Kota Lintas olehDinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Muara Bungo. dalam bentuk data dan fakta lapangan.

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti mengambil dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.Analisis dalam pengolahan data dilakukan dalam bentuk analisis deskriptif yang diambil dari sumber informasi dan fakta yang ada dan di temukan pada saat di lakukannya penelitian.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Kebijakan dalam Pengoperasian terminal tipe A kota lintas menurut Perbup Kabupaten Bungo No 23 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Terminal

Berkenaan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Diketahui bahwa dengan keberadaan Terminl tipe A ini adalah dengan adanya terminal yang bersifat modern dan baik maka akan meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat sedangkan untuk meningkatkan pelayanan terminal yang ada di Kota Muara Bungo dengan maksimal dan bersifat lebih maju yang mana seluruh angkutan umum harus masuk dan keluar dari terminal.

Namun realitas yang ada dilapangan belum berjalan secara maksimal karena bus yang melintas yang menaikan penumpang dan menurunkan penumpang tidak di dalam terminal melainkan di luar terminal hal ini tentu saja merugikan pihak terminal itu sendiri. Sementara itu, berdirinya terminal tersebut adalah aset Pemerintah Kota Muara Bungo diperuntukan untuk angkutan umum antar Kota dalam Provinsi maupun antar kota antar provinsi.

Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu anggota DPRD Komisi III Kabupaten Bungo Bapak Winarno, pada tanggal 22 Februari 2016 pukul 13.10, menerangkan bahwa:“Berkenaan dengan kurang maksimalnya fungsi terminal memang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi semua kalangan pemerintahan kabupaten bungo, akan tetapi memang tidak semudah yang dibayangkan. Untuk itu harus ada duduk bersama antara pelaksana pengelolaan terminal (UPTD), pemberi tugas (Dishub), dan pembuat kebijakan (Bupati dan DPRD) Kabupaten Bungo. Akan tetapi permasalahannya memang sepertinya tidak ada permasalahan dilingkungan terminal dan tidak ada laporan akan permasalahan tentang sepinya terminal. Jadi untuk tingkat keberhasilan kami anggap sudah cukup walaupun pada kenyataannya memang terminal masih belum terlihat seperti terminal pada umumnya, karena memang tidak adanya keluhan dari Dishub maupun masyarakat yang melapor pada kami.”

Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana fungsi kebijakan yang dibuat oleh bupati nomor 23 tahun 2013 tentang Terminal kota lintas dimanfaatkan oleh masyarakat

(8)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

pengguna jasa transportasi secara garis besar dapat dilihat dari jumlah penumpang yang "naik dan turun" dibandingkan dengan jumlah penumpang yang seharusnya "naik dan turun" di Terminal tersebut.

Sedang untuk mengetahui jumlah penumpang yang seharusnya "naik danturun" dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang mempunyai izin trayek, jumlah kendaraan yang dioperasionalkan dan jumlah kendaraan yang "keluar-masuk" terminal perbulannya serta kapasitas kendaraan.

Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan InformatikaKota Muara Bungo laporan tahun 2014 jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa terminal (keluar-masuk) terhitung 25.653 dihitung dari AKAP maupun AKDP. Masih minim nya angkutan umum yang masuk ke dalam terminal, berbanding dengan jumlah yang ada menjadi tugas bagi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informaika Kota Muara Bungo untuk melakukan evaluasi dan pembenahan pengelolaan Terminal kota lintas. Sejalan dengan analisa data yang telah dibuat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kebijakan tentang keberadaan Terminal tipe A kota lintas dapat di kategorikan belum berjalan dengan baik.

Sarana yang ada masih terlihat tidak dijaga dan dirawat dengan maksimal sehingga terlihat kotor, sedangkan mengenai penggalian terhadap potensi yang ada, maksudnya Terminal tipe A kota lintas ini dapat menarik seluruh angkutan umum untuk masuk terminal agar mempermudah pengawasan namun kenyataannya hal ini belum berjalan secara maksimal karena masih banyak yang tidak masuk terminal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang diwakili oleh Sekretarisnya Bapak Wahyu pada tanggal 17 februari 2016 diruang beliau menyatakan bahwa:“Dilihat dari personil yang melaksanakan pengelolaan terminal tipe A kota lintas ini sudah berjalan dengan baik dan maksimal jika dilihat dari kinerja sesuai bidangnya masing – masing, namun tidak di pungkiri pengelolaan terminal ini tidak mudah dan kami dari pemerintahan untuk pengelolaan terminal ini,selain itu kami juga membutuhkan dukungan dari masyarakat sekitar serta pihak – pihak yang terkait seperti pemilik PO yang ada di kabupaten bungo. Karena persoalan menjamurnya travel yang ada di kabupaten bungo, dan transportasi lain semakin murah yang menjadi kendalannya.”

Berdasarkan Peraturan Bupati Bungo Nomor: 23 Tahun 2013 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Daerah Kota Muara Bungo Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pengelolaan terminal bus tipe A kota lintas, menyebutkan salah satu fungsinya adalah melakukan pengendalian dan pengaturan lalu lintas. Pengendalian dan pengawasan yang dimaksud salah satunya adalah beroperasinya Terminal bus tipe A kota lintas di kota Muara Bungo.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada 17 februari tahun 2016 yang berlokasikan di kantor beliau, mengatkan bahwa:“Semua petugas pelaksana sudah bekerja secara maksimal sesuai dengan apa yang disebutkan dalam peraturan bupati nomor 23 tahun 2013 tentang tupoksi unit pelaksana teknis dinas (UPTD) tentang tupoksinya. Untuk bagian tata usaha di tempati oleh 3 orang pelaksana, pelaksana urusan ketertiban 2 orang, pelaksana urusan pengaturan lalulintas 3 orang, pelaksana urusan retribusi di isi oleh 9 orang yang terbagi dalam dua (2) sif yaitu sif siang dan malam dan yang silih berganti, dan pelaksana urusan kebersihan yang disi oleh 9 orang anggota.”

Di lingkungan internal Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sendiri, sesuai dengan susunan tugas dan fungsinya maka pelaksanaan kegiatan optasional terminal berada di bawah kendali Kepala Bidang Perhubungan Darat. Adapun tugas utama pegawai di terminal adalah melaksanakan pengamanan dan pengaturan arus lalu lintas di terminal yang meliputi: 1. Mengatur arus kendaraan umum yang masuk dan keluar terminal

2. Mengatur arus penumpang naik dan turun di terminal.

Ketidakmahuan para PO untuk berada di Terminal lebih dikarenakan lemahnya pungsi pengelolaan terminal. Hal ini menjadi catatan penting bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada di bawah naungan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Muara Bungo agar kedepan memperhatikan hal tersebut.

(9)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala PO. Family Raya Bapak Yodi yang berlokasikan di loket PO. Famili Raya, pada tanggal 11 februari 2016 pukul 10.30 WIB, menerangkan bahwa:“Bukannya kami tidak mau berada di terminal, akan tetapi karena kurangnya keamanan, kenyamanan serta banyaknya calo atau agen liar di terminal sehingga menjadi alasan kami untuk tidak mau berada di terminal, selain itu PO – PO lain juga tidak mau berada di terminal, dan juga dikarenakan penumpang yang tidak mau turun di terminal karena masalah keamanan dan kenyamanan tadi.”Selanjutnya Hasil wawancara dengan PO. Restu Ibu Bapak Ican, pada tanggal 11 februari 2016 pukul 12.35 WIB di depan bengkel beliau, menyatakan:“Alasan kami tidak mau berada di terminal: 1. Karena terminal terlalu jauh dari pusat kota yang menyebabkan penumpang tidak mau keterminal, 2. Karena membanjirnya mobil plat hitam yang menambang tanpa mempunyai surat izin, dan tidak ada tindakan untuk masalah tersebut. Ini tentu saja merugikan dari pihak kami. Selain itu di terminal banyak agen – agen ”

Berdasarkan informasi yang telah dilakukan kepada beberapa pengguna jasa terminal, seperti PO. Family Raya, PO. Restu Ibu, serta keterangan dari masyarakat sekitar secara umum mereka berpendapat bahwa kondisi terminal yang seperti ini mengurangi keoptimalan fungsi terminal dalam melayani pengguna sebagai salah satu fasilitas publik. Perlu adanya peraturan yang jelas, peningkatan keamana, dan peningkatan kridibilitas kerja petugas yang bersangkutan. untuk fasilitas yang telah rusak agar lebih meningkat kinerja terminal.

Belum optimalnya pengelolaan Terminal kota lintas juga dapat dilihat dari sudah banyak fasilitas yang mulai rusak. Rasa nyaman bagi penguna angkutan umum di Terminal kota lintas secara keseluruhan belum berjalan dengan baik, belum terciptanya kenyamanan ketika berada di lokasi terminal, penataan ruang dan pengaturan pergerakan angkutan umum yang ada belum mendukung pelayanan yang diharapkan masyarakat.

Ketepatan Terhadap Pengoperasian Terminal Kota Lintas Menurut Peraturan Bupati Bungo Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Pengoperasian Terminal

Appropriateness (ketetapan/kelayakan), berhubungan dengan rasionalitas subtantif. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.Terminal kota lintas merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang ada di Kota Muara Bungo selain itu terminal kota lintas difungsikan sebagai satu pusat pelayanan umum, juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan serta pengoperasian lalu lintas yang akhirnya merupakan prasarana untuk kelancaran berlalu lintas.

Keberadaan Terminal kota lintas bagi pemerintah Kota Muara Bungo, bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah. Pendapatandaerah ini bisa bersumber dari retribusi baik Parkir angkutan umum dan angkutan jasa, penyewaan stan/loket penjualan tiket dan kantin/kios-kiosjualan.Dipandang dari segi ekonomi, terutamaberkaitan dengan pendapatan retribusi, income retribusi yang dihasilkan oleh Terminal kota lintas dari bus yang masuk sangatlah besar penghasilan perharinya.

Dari hasil wawancara dengan petugas pelaksana urusan retribusi Bapak Tunggul Aritonang yang peneliti temui di posnya, pada tanggal 18 februari 2016 pukul 09.45, beliau mengatakan bahwa:“Dalam melaksanakan tugas, petugas pelaksana urusan retribusi melakukan tugasnya selama 2 x 24 jam non stop, yang dibagi dalam dua sif yakni sif siang yang dimulai dari jam 8 pagi hinggga jam 8 malam, dan sif malam dimulai dari jam 8 malam hingga jam 8 pagi, dan petugas yang bertugas terdiri dari 3 orang anggota dalam pelaksanaannya, selanjutnya dalam penarikan retribusi apabila ada bus yang masuk terminal dikenakan biaya Rp. 3000,- per mobil sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan hasil yang didapat dalam sehari semalam mendapatkan sekitar Rp. 295.000,- dari mobil yang masuk sekitar 90an lebih.”

(10)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Akan tetapi berdasarkan pantauan di lokasi terminal tidak banyak aktifitas masyarakat di sana, tidak adanya petugas yang mengurusi parkir kendaraan,tidak dijumpai loket penjualan tiket.

Dari hasil wawancara bersama masyarakat sekitar terminal Bapak bahtiar pada tanggal 11 februari 2016 pukul 10.48 WIB, menyatakan bahwa:“Dalam pengelolaan terminal harus mengutamakan prioritas pekerjaan dan kepentingan bersama bila menjalankan tugas, selain itu yang saya harapkan bersatu dalam pengelolaan terminal yang artinya melibatkan atau memakai tenaga masyarakat yang berada di sekitar terminal untuk menjaga sekaligus mengurus keberadaan terminal yang ada.”

Kondisi itulah sebagai salah satu faktor penyebab tidak berkembangnya Terminal kota lintas, akibat pemanfaatan terminal yang kurang optimal oleh pelaku aktivitas terminal, baik penumpang, pengusaha angkutan serta pelaku aktivitas ekonomi di terminal. Mekanisme operasional terminal tidak memiliki keunggulan.

3.2 Kendala – Kendala Yang Dihadapi Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Tipe A Kota Lintas Muara Bungo

1. Menjamurnya Travel Tanpa Izin Di Kabupaten Bungo

Menjamurnya travel di kabupaten bungo di karenakan tidak adanya peraturan yang mewajibkan travel tersebut untuk masuk kedalam terminal, dan walaupun ada yang masuk kedalam terminal hanya sebatas membayar retribusi. Selain itu tidak adanya peraturan tentang pengendalian travel yang menjamur yang ada di kabupaten bungo, sehingga banyak perusahaan travel tidak mempunyai izin dikarenakan tidak adanya peraturan perundang – undangan tadi yang mengatur tentang travel tersebut.

Selain itu karena jasa travel ini memfasilitasi pengantaran penumpang langsung ke rumah penumpang, sehingga penumpang enggan memakai angkutan umum yang ada di kabupaten bungo, walawpun fasilitas dalam terminal sudah di lengkapi. Secara keseluruhan dalam Pengoperasian Terminal tipe A kota lintas pegawai belum memiliki kredibilitas dan pola kerja yang baik sesuai dengan standarisasi tugas dan fungsi.

Hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) bapak Julianto, SE. MM, beliau mengatakan bahwa:“Menjamurnya travel yang memberikan fasilitas yang mengantarkan penumpang langsung ke rumah penumpang, dan pola kerjanya yang langsung berkomunikasi melalui handphone (HP) ini yang menjadikan penumpang malas menggunakan terminal karena memang harus mengeluarkan biaya lebih untuk menuju terminal. Sehingga akibatnya terminal menjadi sepi dari penumpang maupun PO yang berada di terminal, tidak seperti terminal pada umumnya.”

1. Penumpang Yang Tidak Mau Turun Di Terminal

Penumpang yang memang tujuannya turun di Kota Muara Bungo tidak ada yang mau turun di terminal, padahal fasilitas terminal sudah di perbaiki secara maksimal oleh pengelola terminal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hasil wawancara peneliti dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Bapak Julianto, beliau mengatakan bahwa:“Dari keterangan yang kami dapat dari para penumpang tidak mahu turun di terminal karena berbagai alasan, yang pertama karena takut dengan calo – calo yang ada di lingkungan terminal, selain itu kata mereka jarak terminal menuju kota terlalu jauh sehingga mereka enggan turun di terminal.”

2. Tidak Peraturan Pendukung Penertiban Travel Plat Hitam

Tidak didukungnya peraturan khusus mengenai terminal dan travel plat hitam tanpa izin ini juga mempersulit bagi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Muara Bungo khusnya dalam menjalankan tugas, mengingat penertiban dan penindakan angkutan umum dan jasa juga harus didukung dengan peraturan pendukung, dan jika tidak ada peraturan pendukung akan hal tersebut akan menyulitkan petugas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) maupun pihak terkait lainnya.

Hasil wawancara peneliti dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Bapak Julianto, SE. MM, beliau mengatakan bahwa:“Belum adanya peraturan yang

(11)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

mengatur penertiban PO. Travel plat hitam tentunya ini menyulitkan bagi kami untuk menindak lanjuti atau bersikap tegas pada mereka, karena memang belum ada peraturan pendukung untuk penertiban travel plat hitam ini.”

3. Masalah Perizinan Trayek

Kegiatan penertiban dan penindakan yang dilaksanakan pegawai dalam melaksanakan kegiatan rutin di terminal seperti melakukan pengecekan identitas kecakapan supir, pengecekan kelayakan angkutan umum dan izin trayek bagi setiap angkutan umum yang masuk ke terminal juga belum berjalan dengan baik.

Hasil wawancara kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di ruangan bekerja beliau pada 17 februari 2016 Pukul 09.30 WIB, menyatakan bahwa:“Menyangkut masalah perizinan perusahaan hanya dikeluarkan oleh kementrian perhubungan umtuk Angkutan Umum Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), untuk Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) itu di keluarkan oleh Dishub Provinsi, dan perizinan yang di dalam kabupaten hanya hanya mengeluarkan izin Angkutan Perdesaan saja. Mengenai travel tidak ada peraturan yang mengatur.”Pasalnya masalah izin trayek untuk Angkutan Kota Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di keluarkan oleh kementrian perhubungan, untuk Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di keluarkan oleh Dishub Provinsi, dan yang di keluarkan di dalam kabupaten hanya izin Angkutan Perdesaan.

Sesuai tugas yang diberikan maka pegawai seharusnya mempunyai kewenangan memeriksa setiap angkutan umum yang masuk ke terminal. Akan tetapi belum adanya pegawai yang melakukan pengecekan kondisi fisik, yang di lakukan sejumlah petugas yang ada.

3.3 Upaya – Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala - Kendala Dalam Pelaksanaan Pelaksanaan Pengoprasian Terminal Kota Lintas

Hasil wawancara peneliti dengan kepala Dishub-Kominfo yang diwakili oleh sekretarisnya Bapak Wahyu pada tanggal 17 februari 2016 pukul 13.38 WIB, mengatakan bahwa:“Kendala – kendala yang terjadi dalam pengoprasian terminal tipe A kota lintas Kabupaten Muara Bungo yang harus diatasi dengan berbagai cara untuk menuju suatu pembaharuan system yang lebih baik lagi. Ada beberapa cara dan upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pengoperasian terminal kota lintas, adalah: 1) perbaikan sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan pengguna terminal, 2) peningkatan keamanan di dalam lingkungan terminal, 3) penutupan akses jalan menuju kota bagi bus / pengalihan jalan, 4) meningkatkan kerja sama antar lembaga.”

Upaya – upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terminal kota lintas yang telah direncanakan antara lain adalah:

1. Perbaikan Sarana Dan Prasarana

Untuk menunjang kenyamanan pengguna terminal petugas tentunya harus melakukan perbaikan sarana maupun prasarana, untuk menangani permasalahan jika pengguna tidak merasa nyaman di dalam terminal seperti keberadaan toilet (WC), tempat peribadatan, ruang tunggu penumpang dan masih banyak yang lainnya, karena dari tertutup kemungkinan faktor tersebut menjadi penyebab tidak efektifnya terminal tipe A kota lintas.

Pernyataan diberikan oleh Ibu Risma dari hasil wawancara peneliti pada 23 februari 2016, bersama beliau mengatakan bahwa:“Setelah perbaikan yang dilakukan oleh pengelola terminal harapan kami sebagai pedagang kecil di perbolehkan berdagang di area terminal agar perekonomian masyarakat terminal dapat berkembang, selain itu juga bisa menghidupkan aktivitas di terminal.”

2. Peningkatan Keamanan Di Dalam Lingkungan Terminal

Untuk penertiban keamanan didalam terminal pengelola terminal akan bekerja sama dengan polisi militer, polsek setempat, dan masyarakat sekitar terminal yang ada di Kabupaten Bungo. Karena dalam permasalahan keamanan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri dan tentunya membutuhkan bantuan dari pihak atau instansi lain.

(12)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala Dishub yang diwakili oleh Sekretarinya Bapak Wahyu, beliau mengatakan:“Dalam menjaga keamanan terminal kami akan membuat tim keamana untuk menjaga kenertiban yang akan berkerja sama dengan Polisi Militer (PM), Kapolsek, dan Polantas yang ada di Kabupaten Bungo.”

Dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat sekitar terminal Bapak Bahtir yang peneliti temui di kediamannya pada tanggal 11 februari 2016 pada pukul 10.48 WIB, beliau mengungkapkan bahwa:“Dalam menjalankan keamanan terminal petugas seharusnya melibatkan masyarakat setempat, karena jika hanya mereka saja yang menjaga tidak akan bisa soalnya mereka tidak setiap saat bisa menjaga terminal apa lagi kalau malam, karena itulah mereka harus melibatkan masyarakat sekitar untuk menjaga terminal jadi jika ada kehilangan atau kerusakan terminal bisa ketahuan.”

3. Penutupan Akses Jalan Menuju Kota Bagi Bus / Pengalihan Jalan

Strategi untuk keberhasilan pengoprasian terminal secara optimal program yang akan dilaksanakan yakni pengalihan jalan bus dari yang tadinya bus melalui jalur simpang jambi sekarang akan di alihkan menuju belakang terminal yang langsung tembus menuju jalan lingkar yang berada di sungai buluh dan selanjutnya bus mengikuti rambu – rambu lalu lintas yang akan mereka tuju.

Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku sekretaris Dishub yang mewakili Kepala Dishub, mengatakan bahwa:“Untuk itu strategi Dinas Perhubungan dalam mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan: penutupan akses jalan yang melarang bus masuk kedalam kota, dan akses jalan akan di alihkan kebelakang terminal. Dan apabila masih ada bus yang memaksa masuk kedalam kota akan langsung dikenakan tilang oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang bekerja sama dengan polsek setempat”

4. Meningkatkan Kerja Sama Antar Lembaga

Untuk pengendalian lalu lintas menuju kota, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) tentunya memerlukan bantuan lembaga lain demi kelancara arus lalu lintas di kabupaten bungo, untuk itu melakukan kerja sama dengan Polantas setempat wajib dilakukan dalam melakukan pengaturan dan penertiban lalu lintas di Kabupaten Bungo.

Hasil wawancara peneliti dengan dengan Kepala Dishub, yang diwakili oleh Sekertarisnya Bapak Wahyu, mengatakab bahwa:“Dalam menjalankan tugas pengendalian lalu lintas di kabupaten bungo kami akan bekerja sama dengan polantas setempat demi kelancaran dan kenyamanan pengendara maupun penumpang.”

4. Kesimpulan

1. Keberhasilan dari terlaksananya perencanaan program – program yang telah direncanakan tidak hanya tergantung dari petugas pelaksananya saja, melainkan juga dari semua kalangan yang terkait, kepolisian, masyarakat dan yang lainnya juga memiliki peran penting demi melaksanakan ketertiban berlalu lintas.

2. Hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dalam melaksanakan tugasnya yakni:

a. Kurang maksimalnya peraturan pendukung

b. Perizinan trayek yang hanya dikeluarkan oleh mentri c. Maraknya travel

3. Upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala dalam pengelolaan terminal yaitu:

a. Perbaikan sarana dan prasarana demi menunjang kenyamanan para pengguna terminal sudah dilakukan oleh pengelola terminal.

b. Peningkatan keamanan dalam terminal yang akan bekerja sama dengan Polisi Militer (PM), polsek setempat demi keamanan terminal.

c. Penutupan akses jalan menuju kota bagi bus / pengalihan jalan menuju belakang terminal yang langsung menuju tanjung menanti dan jalan lingkar setelah itu bus mengikuti petuntuk rambu –rambu lalu lintas bila ingin melanjutkan tujuannya. Dan

(13)

Jurnal Administrasi Sosial Dan Humaiora (JASIORA) 2018

apa bila masih ada bus yang masih menerobos masuk kedalam kota akan di tindak lanjuti secara hukum.

d. Meningkatkan kerja sama antar lembaga dalam menertibkan lalu lintas di kota Bungo antara pengelola terminal dan petugas polisi lalulintas demi kelancaran berlalu lintas.

Daftar Pustaka

Abdul Wahab Solihin. (2012), Analisis Kebijakan, PT Bumi Aksara, Jakarta

Arikunto Suharsimi, (2013) Edisi ke2, Dasar-Dasar Evaluasi Kebijakan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara.

Crowford,(2000), Evaluasi Kinerja Karyawan, Erlangga, Bandung.

Dunn. N William, (1999), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gajah Mada Universiti Presss; Yogyakarta

https://id.m.wikipedia.org/wiki/evaluasi diakses pada tanggal 28 oktober 2015 pukul 0:49 www.pengertianahli.com di akses pada tanggal 28 oktober 2015 pukul 0:58

(http://id.m.wikipedia.org/.../terminal, diakses pada tanggal 10 nov 2015 pukul 9:43) www.bungo.com

Inu Kencana, (2013), Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Bumi Aksara.

Nugroho Riant D., (2004), Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Peraturan Bupati Bungo Nomor 23 Tahun 2013, Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Terminal Bus Type A Pada Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika

Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 10 Tahun 2012, Tentang Retribusi Terminal Puji Farida P, (2007), Sukses Berwawancara, PT Citra Aji Purnama, Yogyakarta. Sugiono, (1997), Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Alpabeta, Bandung. Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.

Silalahi Ulber, (2012), Metode Penelitian Social, Bandung, PT Rafika Aditama.

Winarno Budi, (2012), Kebijakan Publik (Teori, Proses,Dan Studi Kasus),Yogyakarta, PT. Buku Seru.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti sendiri berencana membangun aplikasi ini dengan menggunakan MapInfo 8.0 profesional dan akan didukung oleh PHP dalam mentransmisikan datanya ke Map server, dalam

Pengaruh pemberian tepung daun kersen (Muntingia Calabura L.) pada pakan konsentrat komersial pada bobot hidup serta berat karkas burung puyuh (Coturnix-Coturnix

Deklarasi Impor Not Verified Berdasarkan dokumen RPBBI 2015, Perjanjian Kerjasama Pemasok Kayu dan Laporan Bulanan Pemenuhan bahan baku dari para Anggota Asosiasi

Ini adalah penting bagi menunjukkan dari meta-analisis bahwa tiada makna yang signifikan dalam peningkatan infertilitas pada wanita dengan jumlah fibroid yang banyak

Sedangkan faktor penghambat penyesuaian pernikahan pada satu informan lainnya adalah : (1) usia pernikahan yang masih baru, (2) maladaptif dalam penyelesaian konflik rumah

Dimensi SPM disini adalah Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) dan sosialisasi (Ansari, 1977 dalam Mahama, 2006), dengan SPK akan mendorong transparansi kinerja kedua

meningkatkan kualitas hidup pada setiap lingkungan perkotaan agar menjadi lingkungan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman. Selain itu, keberadaan RTH juga

Bayangkara (2013:2) Audit operasional adalah rancangan secara sistematis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas, program-program yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas