• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Kondisi Jalur APMS di Bandara Soekarno-Hatta

Jalur APMS di bandara Soekarno-Hattta yang sedang dibangun sekarang memiliki jalur ganda atau double track yang langsung menghubungkan antar terminal dan intergrated building , jalur APMS memiliki lintasan terjauh yaitu 3,0 km. Untuk jalur

APMS saat ini dibangun dengan struktur beton dengan 2 trase dan disetiap belokan di gunakan struktur komposit baja dan beton yang dimana akan memudahkan untuk melakukan aplikasi dilapangan dibanding dengan beton. dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Track APMS komposit (Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016)

(2)

berkaitan dengan proyek pembangunan APMS ini. Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh langsung dari pihak owner (PT. ANGKASA PURA II ) berupa data

Gambar Rencana jalur perjalanan kereta APMS, Data Traffic penerbangan, Data

pendukung lainnya, dan data-data ini akan digunakan sebagai proses awal dari perhitungan kapasitas Lintas APMS.

Gambar rencana jalur perjalanan APMS yang sedang dalam proses pembangunan sekarang merupakan sarana transportasi pendukung untuk menghubungkan ARS (Airport Rail Station) dengan semua terminal di Bandara Soekarno-Hatta dimana

nanti akan dihubungkan oleh Intergrated building.

APMS akan menggunakan jenis kereta Automated Guided Train (AGT) dengan

tipe side guided dan beroperasi dengan 3 trainset.

Gambar 4.2 RencanaAPMS

(Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016)

(3)

Gambar 4.3 JalurAPMS

(Sumber : PT. Angkasa Pura II,2016)

Data traffic penerbangan yang didapat saat ini berguna untuk mengetahui jumlah

pergerakan penumpang pertahun mulai dari data penumpang internasional, domestik dan yang transit dibandara Soekarno-Hatta. Data ini menjadi acuan dalam menghitung kapasitas lintas APMS agar dapat mengetahui apakah transportasi ini bisa bekerja secara optimal dalam mengatasi lonjakan jumlah penumpang di bandara nantinya. Dapat dilihat pada Tabel 4.1.

ARS

(4)

Sumber : Data statistik penerbangan Bandara Soekarno-Hatta,2012-2016

Gambar 4.4 Grafik Total Penumpang Domestik dan Internasional Tahun 2016 Sumber : Data statistik penerbangan Bandara Soekarno-Hatta,2012-2016

2012 2013 2014 2015 2016

Internasional 11.849.108 12.690.604 12.660.209 12.401.498 13.099.750 Domestik 45.923.756 47.446.743 44.560.960 41.889.868 42.604.662 Jumlah 57.772.864 60.137.347 57.221.169 54.291.366 55.7004.412

(5)

Dari data historis Pada Tabel 4.1, terlihat jumlah penumpang di bandara

Soekarno-Hatta baik yang datang, berangkat, maupun transit sudah semakin meningkat, dan ini akan membuat sirkulasi akomodasi di bandara akan semakin padat.

Data-data pendukung lain yang didapatkan dari kantor kontraktor yang berhubungan langsung dengan proyek APMS, mulai dari kontraktor pelaksana dan kontraktor pengadaan untuk kereta APMS sendiri. Data-data yang didapatkan seperti data foto-foto pelaksanaan pekerjaan, data referensi untuk type kereta yang akan dipakai dan teknologi yang akan digunakan APMS.

4.3. Perhitungan Kapasitas Lintas APMS

Penghitungan kapasitas lintas APMS dilakukan pada jalur terminal 1 ke terminal 3. Berikut ini adalah penghitungan kapasitas lintas APMS:

1. Menetapkan jarak stasiun terjauh (S).

Ditentukan titik awal Station berada pada ARS atau Airport Rail Station dapat

dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Jarak Antar Stasiun Terminal

No Jalur Jarak antar terminal (Sp)

(km)

1 Airport Rail Station - Terminal 1 0,633

2 Airport Rail Station - Terminal 2 0,530

3 Terminal 2 - Terminal 3 1,837

4 Airport Rail Station - Terminal 3 2,367

5 Terminal 1 - Terminal 3 3,000

(Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016)

(6)

2. Menghitung Kecepatan rata-rata, Jarak, dan Waktu tempuh APMS

Perhitungan kapasitas lintas bertujuan untuk mengetahui kemampuan maksimum suatu lintas jalan kereta api untuk melayani operasi perjalanan kereta api dalan kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini, kapasitas lintas APMS dihitung untuk masing-masing jalur dari stasiun terminal 1 hingga terminal 3.

Variabel yang mempengaruhi nilai kapasitas lintas APMS antara lain, menghitung kecepatan APMS rata-rata (Vav), menghitung jarak antar stasiun (St), menghitung waktu tempuh APMS (tt). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Menghitung kecepatan APMS rata-rata (V).

Untuk menghitung kecepatan APMS rata-rata (V) ini diperlukan data APMS, sebagai perbandingan di ambil kecepatan rata-rata skytrain dari bandara changi di Singapura yang memiliki kecepatan rata-rata 50 km/jam. Spesifikasi APMS sebagai berikut :

Car body Construction : Welded aluminium Car length : 11.84 m

Width : 2.8 m

Height : 2.0 m

Doors : 4 per car

Design Speed : 60 km/h (37 mph) (design) Operation Speed : 50 km/h (31 mph) (service)

Traction system : Mitsubishi IGBT-VVVF invector vector control Traction motors : There phase AC induction motor 80 KW (110 hp) Power output : 160 KW 9210 hp)

Acceleration : 1.0 m/s2 (3.3 ft/s2)

Deceleration : 1.0 m/s2 (3.3 ft/s2) (service)

Electric system (s) : 1.3 m/s2 (4.3 ft/s2) (emergency) 750 V DC third rall

Kecepatan rata-rata APMS

(7)

Braking system (s) : Electric command pneumatic brake with regenerative brake with stand-by brake and parking brake (with variable load control and wheel slide prevention control)

Safety system (s) : ATC, ATP and ATO Coupling system : Bergische Stahi Industri

Track gauge : Side-mounted guideway with Rubber tires

Persamaan kecepatan rata-rata ini diambil karena untuk kereta skytrain dan APMS memiliki type dan sistem yang sama sehingga kecepatan rata-rata tidak di hitung secara detail karena jalur/track APMS tidak memiliki lintasan

yang panjang dan tidak memiliki hambatan disepanjang jalur. b. Menghitung jarak antar stasiun (S)

Untuk menghitung St diperlukan data jarak antar stasiun terminal 1 ke terminal 3. Jarak tersebut dapat diketahui berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jarak antar Stasiun pada masing-masing Jalur

(Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016)

c. Menghitung waktu tempuh APMS (t).

Untuk menghitung kapasitas lintas APMS diperlukan data waktu tempuh, karena melewati 2 stasiun. Waktu tempuh APMS dari stasiun Terminal 1 ke Terminal 3 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

No Jalur Jarak (km)

1 Airport Rail Station - Terminal 1 0,633 2 Airport Rail Station - Terminal 2 0,530

3 Terminal 2 - Terminal 3 1,837

(8)

Tabel 4.4 Waktu tempuh APMS pada masing-masing Jalur

No Jalur Jarak Kecepatan Waktu (menit)

Waktu Total (km) (km/Jam) Jalan Berhenti (menit)

1 Terminal 1 - ARS 0,633 60 1,00 1,00 2,00

2 ARS - Terminal 2 0,530 60 1,00 0,30 1,30

3 Terminal 2 - Terminal 3 1,837 60 2,00 0,30 2,30 Waktu tempuh dari terminal 1 – terminal 3 5,60

(Sumber : olahan penulis,2017)

Jadi, waktu tempuh APMS untuk jalur Terminal 1 ke Terminal 3 sebesar 5,60 menit, dimana nilai tersebut sudah termasuk waktu APMS berhenti pada saat menurukan dan menaikkan penumpang yang akan transit. Pada saat APMS berada pada jalur Terminal 1 ke ARS membutuhkan waktu berhenti yang berbeda dikarenakan pada jalur tersebut diasumsikan banyak penumpang yang akan transit. (waktu berhenti diasumsikan sedemikian karena disesuaikan dengan kondisi jalur yang dilintasi APMS). Waktu tempuh ini dihitung dalam sekali perjalanan.

3. Menghitung Kapasitas Lintas APMS

Berdasarkan Kerangka Acuan Keraja (KAK) tentang APMS yang diperoleh dari pihak PT. Angkasa Pura II, APMS direncanakan beroperasi selama 24 jam. Untuk saat ini pengoperasian APMS diasumsikan 19 jam/hari yang waktunya telah ditentukan. Waktu operasi APMS dapat dilihat pada Tabel 4.5

(9)

Tabel 4.5 Waktu Operasi APMS

(Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016)

Jadi, dengan Kecepatan rata-rata V = 60 km/jam, Jarak dari terminal 1 ke terminal 3 = 3 km dan Waktu tempuh dari terminal 1 ke terminal 3 = 11,90 menit. Maka diketahui nilai Kapasitas Lintas APMS pada jalur Terminal 1 ke Terminal 3 adalah 95 APMS/hari.

Waktu perjalanan APMS dapat dilihat pada Gambar 4.5:

Gambar 4.5 Waktu perjalanan APMS

4.4. Perawatan Prasarana APMS

Perawatan prasarana APMS diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian berdasarkan jumlah APMS yang ada, sesuai dangan peraturan perkeretaapian, sebesar 30% dari jumlah kereta api harus dilakukan perawatan agar tingkat keselamatan dan stabilitas operasi tetap optimal. Diambil contoh dari 100

No Operasional Jam Jalur Jarak (km) Kecepatan (km/jam) Waktu (menit) waktu Total (menit)

Kapasitas Lintas

Pergi Pulang APMS/Jam

1 (Pergi-Pulang) 03.00 - 22.00 Terminal 1 Terminal 3 3,00 50 5,60 5,30 11,90 5,00 (+1 menit)

T 1 ARS T 2 T 3

S 1 menit

(+1 menit waktu berhenti)

1 menit

(+0,30 menit waktu berhenti)

2 menit

(+0,30 menit waktu berhenti) Total waktu Pergi 5,60 menit

1 menit

(+1 menit waktu berhenti)

1 menit

(+0,30 menit waktu berhenti)

2 menit

(+1 menit waktu berhenti) Total waktu Pulang 6,30 menit

(10)

kereta api yang beroperasi berarti ada 30 kereta api yang harus dilakukan perawatan setiap harinya.

Tahap pertama pengoperasian APMS nanti akan ada 3 trainset, dalam 1 trainset

terdapat 2 unit APMS. Jadi, terdapat 6 unit APMS yang harus diatur perawatannya secara bergantian. 30% dari jumlah APMS yang harus dilakukan perawatan adalah sebanyak 2 unit APMS setiap harinya. Perawatan ini harus dilaksankan secara rutin agar operasional APMS dapat berjalan secara normal.

4.5. Analisis jumlah penumpang kereta api bandara dan APMS

Perhitungan analisis jumlah penumpang kereta api bandara dan APMS dilakukan dengan melihat dokumen studi kelayakan proyek kereta api bandara Soekarno Hatta dan APMS yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Laporan Akhir Grand Design BSH yang dikeluarkan oleh PT. Angkasa Pura II serta memprediksi jumlah penumpang berdasarkan proyeksi jumlah pertumbuhan penumpang yang menggunakan kereta api bandara dan APMS nantinya. Perhitungan jumlah penumpang tersebut ditinjau setelah 10 tahun masa layan yaitu pada tahun 2027.

4.5.1 Proyeksi jumlah penumpang yang menuju bandara

Jumlah penumpang yang menuju bandara Soekarno-Hatta meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data statistik oleh PT. Angkasa Pura II, jumlah penumpang di bandara Soekarno-Hatta dari tahun ke tahun selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada

(11)

Tabel 4.6 Jumlah penumpang Bandara Soekarno-Hatta

Tahun Jumlah Penumpang (penumpang/tahun) Pertumbuhan Penumpang (%)

2006 14.345.311 - 2007 31.757.605 121.38 2008 32.183.477 1.34 2009 37.143.719 15.41 2010 44.355.998 19.42 2011 51.178.188 15.38 2012 57.772.864 12.89 2013 60.137.347 4.09 2014 57.221.169 -4.85 2015 54.291.366 -5.12

Sumber: PT. Angkasa Pura II, 2010

1. Metode Regresi Linier

Dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 19, didapatkan hasil

peramalan 10 tahun mendatang disertai dengan persamaan regresi, koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Koefisien korelasi (R) yaitu nilai yang menginterpretasikan apakah hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori kuat ataupun lemah. Koefisien determinasi (R2) yaitu nilai yang menunjukkan seberapa baik model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Seberapa besar variabel bebas X1 memiliki pengaruh kontribusi terhadap variabel Y.

Dari data jumlah penumpang pesawat aktual selama 10 tahun terakhir, jumlah penumpang pesawat pada tahun 2027 dapat diproyeksikan dengan meninjau nilai persentase dari data pertumbuhan penumpang. Pada tahun 2007, jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu sebesar 121%. Apabila data tahun 2007 digunakan dalam perhitungan pertumbuhan penumpang maka akan menimbulkan nilai error pada nilai proyeksi

(12)

Sehingga jumlah penumpang yang digunakan untuk memproyeksi jumlah penumpang pada tahun 2027 adalah jumlah penumpang pada tahun 2008-2015. Adapun rician model regresi linear dan tebel proyeksi pertumbuhan penumpang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6.

Tabel 4.7 Jumlah Penumpang Tahun 2016-2027

Tahun

Jumlah Penumpang Berdasarkan Olah Data

Jumlah Penumpang Berdasarkan Grand Design

BSH (Penumpang/Tahun) (Penumpang/Tahun) 2016 65,843,445 58,091,762 2017 69,522,985 62,158,185 2018 73,202,526 66,509,258 2019 76,882,066 71,164,906 2020 80,561,607 76,146,449 2021 84,241,147 81,476,701 2022 87,920,688 87,180,070 2023 91,600,229 93,282,675 2024 95,279,769 99,812,462 2025 98,959,310 106,799,334 2026 102,638,850 114,275,287 2027 106,318,391 122,274,557

Sumber: Hasil perhitungan (2017)

Gambar 4.6 Grafik dan Proyeksi Pertumbuhan Penumpang

Y = 32727579,78 + 3679540,548 X 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000 90.000.000 100.000.000 110.000.000 120.000.000 JU M LA H P EN U M PA N G

PROYEKSI PERTUMBUHAN JUMLAH PENUMPANG DENGAN METODA REGRESI (DATA TAHUN 2008-2027)

(13)

Angka korelasi (r) yang diperoleh dari analisa regresi adalah sebesar 0,873. Angka ini termasuk kedalam angka korelasi linear positif, dimana terdapat hubungan yang positif antara variabel X (tahun) dan variabel Y (jumlah penumpang), sehingga kenaikan jumlah penumpang pesawat selalu positif pada tahun tahun selanjutnya (2016 ke atas).

Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh adalah 0,763 ini berarti variasi jumlah penumpang pesawat yang dapat dijelaskan per tahun (X) oleh persamaan regresi Y = 32727579,78 + 3679540,548 X adalah 76,3 %, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil proyeksi dengan menggunakan metode Regresi Linier di atas didapatkan jumlah penumpang pada tahun 2027 mencapai 106.318.391 penumpang/tahun.

4.5.2.Proyeksi jumlah penumpang kereta bandara

Berdasarkan studi kelayakan proyek kereta api bandara Soekarno Hatta, data teknis sarana yang akan digunakan dalam perjalanan kereta api bandara Soekarno Hatta merupakan Kereta Rel Listrik (KRL) dengan 8 rangkaian per train set yang terdiri dari 2 Trailer Car

dan 6 Motor Car. Kapasitas jumlah penumpang pada KRL bandara Soekarno-Hatta dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Kapasitas Penumpang KRL

Jenis Komponen Kapasitas Penumpang (Orang)

Trailer Car (TC)

-Seating capacity 40

Motor Car (MC)

-Seating capacity 44

(14)

Dalam keadaan normal load dan semua penumpang mendapatkan tempat duduk

didapatkan kapasitas penumpang sebesar:

Kapasitas Penumpang KRL : (2 x 40) + (6 x 44) = 344 penumpang/hari

Menurut Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, pengoperasian Kereta api bandara diproyeksikan akan mengangkut 20,55% jumlah penumpang yang menuju bandara.

4.5.3.Proyeksi jumlah penumpang APMS

Dalam perhitungan kapasitas penumpang APMS dibutuhkan data penumpang transit. Data penumpang transit diperoleh dari data statistik penerbangan PT. Angkasa Pura II berdasarkan hasil proyeksi diambil dari tahun 2018-2027 dapat dilihat pada Tabel 4.9

berikut:

Tabel 4.9 Jumlah penumpang transit

Sumber: PT. Angkasa Pura II, (2010)

Dikarenakan terkendala masalah perizinan dan kerahasian perusahaan mengenai data-data yang lebih detail untuk masalah jumlah penumpang transit. Maka, dari data transit tersebut

Tahun Jumlah Penumpang Transit (Penumpang/Tahun) 2018 4.539.415 2019 4.787.799 2020 5.036.182 2021 5.284.565 2022 5.532.948 2023 5.781.331 2024 6.029.715 2025 6.278.098 2026 6.526.481 2027 6.774.864

(15)

diasumsikan semua penumpang akan menggunakan APMS untuk perpindahan antar terminal nantinya.

Dari data-data yang telah diketahui, Maka, didapatkan proyeksi jumlah kapasitas angkut APMS, dimana semua penumpang (menuju bandara) yang naik kereta bandara diasumsikan akan menggunakan APMS menuju terminal. Dapat dilihat pada Tabel 4.10

berikut:

Tabel 4.10 Proyeksi Penumpang APMS Tahun 2018-2027 Jumlah Penumpang

Berdasarkan Olah Data

(Penumpang/Tahun) 20,55%/Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari

2018 73.202.526 15.043.119 41.214 4.539.415 12.437 19.582.534 53.651 2019 76.882.066 15.799.265 43.286 4.787.799 13.117 20.587.063 56.403 2020 80.561.607 16.555.410 45.357 5.036.182 13.798 21.591.592 59.155 2021 84.241.147 17.311.556 47.429 5.284.565 14.478 22.596.121 61.907 2022 87.920.688 18.067.701 49.501 5.532.948 15.159 23.600.650 64.659 2023 91.600.229 18.823.847 51.572 5.781.331 15.839 24.605.178 67.411 2024 95.279.769 19.579.993 53.644 6.029.715 16.520 25.609.707 70.164 2025 98.959.310 20.336.138 55.715 6.278.098 17.200 26.614.236 72.916 2026 102.638.850 21.092.284 57.787 6.526.481 17.881 27.618.765 75.668 2027 106.318.391 21.848.429 59.859 6.774.864 18.561 28.623.294 78.420 Tahun Jumlah Penumpang Menuju Bandara Jumlah Penumpang Transit Jumlah Penumpang APMS

Sumber: Olahan penulis, (2017)

Hasil perhitungan jumlah penumpang APMS pada Tabel 4.10 didapatkan proyeksi

jumlah penumpang harian APMS pada tahun 2018 mencapai 53.651 penumpang/hari dan pada tahun 2027 mencapai 78.420 penumpang/hari, terlihat jumlah pengguna jasa bandara setiap tahun semakin meningkat.

Dari data yang diperoleh, APMS yang akan digunakan pada saat pengoperasian adalah sebanyak 3 trainset yang terdiri dari 6 unit gerbong dan dapat menampung

176 orang/unit. Kapasitas lintas APMS sebanyak 95 APMS/hari. Dalam sehari APMS dapat mengakut penumpang sebesar:

(16)

Kapasitas Penumpang APMS: (176 x 6) x 95 = 100.320 penumpang/hari

Berdasarkan hitungan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan jumlah APMS yang tersedia sekarang masih dapat menampung jumlah penumpang hingga tahun 2027.

4.6. Perbandingan penggunaan Shuttle Bus dengan APMS 4.6.1. Kapasitas angkut Shuttle bus dan APMS per jam

1. Shuttle Bus

Shuttle bus merupakan salah satu moda transportasi yang disediakan Bandara

Soekarno-Hatta bagi penumpang untuk berpindah dari satu terminal ke terminal yang lain. Shuttle bus ini berukuran mini (seukuran bus kecil/

metromini) berkapasitas 25 tempat duduk, menghubungkan antara terminal 1, terminal 2, dan terminal 3. Shuttle bus beroperasi setiap hari dengan interval waktu/headway antar bus 10 menit hingga 30 menit sekali tergantung

dengan kondisi traffic di bandara, dalam kondisi traffic padat bisa lebih dari

30 menit untuk sekali perjalanan. Saat ini pengelola bandara menyediakan sebanyak 12 armada Shuttle bus. Dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.

(17)

Gambar 4.7Shuttle bus

(Sumber : http://bandarasoekarnohatta.com/shuttle-bus-bandara-soekarno-hatta.info)

Gambar 4.8 Kondisi didalam Shuttle bus

(Sumber : http://bandarasoekarnohatta.com/shuttle-bus-bandara-soekarno-hatta.info)

Diasumsikan dalam sekali putaran Shuttle bus dari Terminal 1A, 1B, 1C,

Terminal 2D, 2E, 2F, dan Terminal 3 adalah 25 menit (tanpa berhenti). Naik turun penumpang disetiap terminal adalah 1 menit, bisa mengangkut 35 penumpang dalam sekali putaran. Jadi, dalam 1 putaran membutuhkan waktu + 32 menit dengan jarak antar shuttle bus 10 menit. Jadi, Shuttle bus bisa

mengangkut sekitar 140 penumpang/jam. 2. Automatic People Mover System (APMS)

Automatic People Mover System (APMS) ialah sarana intermoda yang

(18)

kendaraan penggerak berbentuk kereta yang berjalan otomatis untuk memindahkan orang secara horizontal dalam jarak relatif singkat karena memiliki jalur khusus. APMS dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9: APMS Bandara Soekarno-Hatta

(Sumber : http://bandarasoekarnohatta.com/APMS-bandara-soekarno-hatta.info)

Saat ini, pihak PT. Angkasa Pura II sudah mendatangkan 2 Trainset APMS

yang siap untuk dioperasikan pada tahun 2018. APMS yang ada sekarang dapat menampung 176 orang/unit.

(19)

Dari hasil perbandingan kapasitas angkut antara Shuttle Bus dan APMS dapat

dilihat bahwa penggunaan APMS memiliki daya angkut yang lebih besar dibandingkan Shuttle bus dalam waktu 1 jam, dimana nantinya jika terjadi

penambahan jumlah penumpang, APMS sudah siap menampung lonjakan tersebut.

4.6.2 Perbandingan Keunggulan antara penggunaan Shuttle bus dan APMS

Perbandingan Keunggulan antara penggunaan Shuttle bus dan APMS

(20)

Tabel 4.11 Perbandingan antara Shuttle bus dan APMS

(Sumber : Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II,2016)

Shuttle Bus APMS

Biaya Tanpa harus membayar (Gratis) Tanpa harus membayar (Gratis)

Waktu

Waktu tempuh yang tidak pasti (disesuaikan

dengan kondisi jalan) Waktu tempuh yang konstan dan stabil dalam kondisi apapun karena memiliki jalur khusus

Daya Angkut

Kapasitas yang tidak terlalu besar hanya mampu mengangkut sekitar 25-30 penumpang sekali jalan

Kapasitas yang besar dan mampu menampung penumpang hingga 176 penumpang/gerbong

Ke amanan/ke s e lamatan

Untuk tingkat keamanan/keselamatan masih bergantung sepenuhnya dari pengemudi

Untuk sistem keamanan/keselamatan sudah sepenuhnya otomatis. Karena bersifat otomatis ada banyak faktor yang harus diperhatikan, seperti :

• stabilitas atau pencegahan penggelinciran, • Kontrol kereta otomatis,

• Pembatasan kontrol kecepatan untuk operasi manual,

• Pintu otomatis dengan deteksi tertutup dan terkunci,

• Deteksi propulsi dan kegagalan pengereman,

• Deteksi kegagalan suspensi, termasuk diameter roda dan ban,

• Ketentuan terhadap gangguan terhadap jalur,

• Ketentuan pembersihan pada jalur, • Onboard telepon darurat dan sistem alamat publik,

• Ketentuan dan prosedur evakuasi penumpang,

• Pengujian Reguler dan pemeliharaan, dan • latihan Kesiapan terkait dengan keselamatan dan keadaan darurat.

ke nyamanan

Sudah difasilitasi dengan Air Conditioner

(AC) dan Loading deck untuk kemudahan penumpang

Semua sudah otomatis dan dilengkapi dengan peralatan yang modern untuk masalah kenyamanan

Polus i Udara

Karena menggunkan BBM, untuk masalah polusi jelas ada. Hanya saja harus rutin dilakukan perawatan agar gas buang tidak terlalu berbahaya.

Menggunakan sistem kelistrikan yang sudah modern. Jadi untuk masalah polusi udara hampir tidak ada.

Te knologi

Sama seperti Bus-bus pada umumnya, untuk masalah teknologi belum begitu dominan.

Teknologi yang digunakan sudah modern, karena bersifat otomatis dan tanpa pengemudi. Dalam pengoprasiannya dikontrol oleh ATC (Automated Train Control)

Pe rawatan/Maintenance

Bisa dilakukan dibengkel-bengkel khusus bus dan untuk Maintenance nya sudah banyak tempat yang menyediakan jasa perbaikan dan perawatannya.

Tempat khusus Fasilitas pemeliharaan dan Penyimpanan (Maintenance and Storage Facility) (MSF) menyediakan kantor untuk

perbaikan dan perawatan, serta kantor administrasi. kantor MSF dilengkapi dengan alat-alat perbaikan, mesin, peralatan untuk kontrol kereta api, dan peralatan lain yang terkait dengan perbaikan atau perawatan APMS. Fungsi MSF juga termasuk pemeliharaan kendaraan dan pembersihan kendaraan

(21)

Berdasarkan Tabel 4.10, terdapat beberapa perbandingan antara Shuttle Bus

dan APMS yang menunjukkan bahwa masing-masing moda transportasi tersebut terdapat kelebihan tersendiri.

4.6.3 Kerugian antara Shuttle Bus dan APMS untuk Perusahaan

Sejalan dengan upaya menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai bandara transit, APMS ini jelas akan mempermudah perpindahan penumpang pesawat antar Terminal, dimana sebelumnya shuttle bus menjadi satu-satunya harapan penumpang untuk berpindah di dalam terminal 1 (1A ke 1B atau ke 1C dan sebaliknya) atau di dalam terminal 2 (2D, 2E ke 2F dan sebaliknya) dan terminal 3, yang pada awalnya jalan kaki masih bisa menjadi alternatif, tetapi hampir tidak mungkin untuk perpindahan dari terminal 1 ke 2, 1 ke 3, 2 ke 3, dan sebaliknya dengan jalan kaki (beberapa kali ada penumpang yang jalan kaki dari terminal 1 ke terminal 2 karena tidak tahu ada shuttle bus dan beberapa karyawan bandara kadang jalan kaki dari terminal 1A ke terminal 3).

Saat ini Bandara Soekarno-Hatta memiliki 12 unit Shuttle bus, dimana

dalam pengelolaannya diserahkan (sewa) kepada pihak rekanan, mulai dari biaya Oprasional (sopir,BBM), dan biaya perawatan/maintenance, dengan

nilai kontrak perbulan sebesar Rp 36 juta/unit sudah termasuk biaya pajak pertambahan nilai (PPN), dalam sebulan pihak bandara Soekarno-Hatta mengeluarkan dana untuk 12 unit Shuttle bus sebesar Rp 432 juta.

(22)

Dan pihak PT. Angkasa Pura II saat ini harus melakukan investasi untuk proyek APMS dengan nilai mencapai Rp 1,4 Triliun yang terdiri dari pengadaan trainset beserta sistemnya sebesar Rp 900 Miliyar dan

pembangunan infrastruktur sebesar Rp 500 Miliyar. Investasi proyek APMS beserta teknologi di dalamnya disiapkan oleh PT LEN Industri (Persero) dan Woojin asal Korsel, yang bertujuan meningkatkan pelayanan dan kepuasan para pengguna jasa bandara sekaligus meningkatkan level bandara agar dapat bersaing dengan bandara-bandara tetangga khususnya. Pengeluran biaya tersebut dapat menguatkan bahwa dana yang dikeluarkan pihak PT. Angkasa Pura II untuk pembangunan APMS sangat besar dan ditambah dengan biaya sewa Shuttle bus saat ini. Hal ini dilakukan untuk

melengkapi fasilitas terkait moda transportasi lainnya seperti kereta bandara yang menghubungkan secara langsung Jakarta dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Melalui APMS dan kereta bandara diharapkan volume kendaraan bermotor di akses bandara maupun di kawasan bandara akan berkurang sehingga arus lalu lintas dapat lebih lancar sekaligus membawa Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke level yang lebih tinggi sekaligus menjadikan sektor kebandarudaraan nasional berada di era modern.1

Gambar

Gambar 4.1 Track APMS komposit
Gambar 4.2  Rencana APMS
Gambar 4.3 Jalur APMS
Gambar 4.4  Grafik Total Penumpang Domestik dan Internasional Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menjalankan prinsip Master Cheng Yen yaitu melepaskan penderitaan, relawan Tzu Chi membantu keluarga Nenek Cun Nyoh, mulai dari bantuan biaya hidup hingga membangun

Atas dasar tersebut, diharapkan penelitian ini dapat mengetahui pengaruh kerapatan gulma krokot (Portulaca oleracea) terhadap tanaman buncis tegak melalui berbagai

Brigjen H.Hasan Baseri Desa Kota Raden Hulu Rt.01 No.80 Kec.. Amuntai

Kegiatan bernyanyi yang sering dilakukan untuk anak usia pra sekolah adalah kegiatan bernyanyi aktif, karena bernyanyi berkaitan dengan ekspresi diri, pengembangan

Pemberian bakteri penambat nitrogen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam pada media tanah kapur dan bio arang (biochar) yang dilihat

Pra Syt : VPM3340 VIROLOGI VETERINAR Pra Syt : VPM3300 BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI. Pra Syt : VPM3351 PARASITOLOGI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen RPP tematik yang disusun oleh guru kelas awal, pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas awal, dan penilaian yang

Tetapi di Desa Grujugan sewa tanah bengkok yang dilakukan antara panitia lelang degan petani tidak hanya untuk ditanami saja tetapi ada juga yang tanahnya digunakan