• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Tai dan Tipe Making Corection Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Tai dan Tipe Making Corection Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TAI DAN TIPEMAKING CORECTION MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN

SOSIAL1)

Oleh

Ariani Tandi Padang2), Pargito3), Pujiati4)

The main objective of this research was to develop a learning model of Team Assested Individualization (TAI) on Accounting subjects that can increase learning outcomes and the social skills of senior high school students. Research was carried out by the R and D development research. The main results was in the form of TAI making correction learning model. Based on t-test results, it showed a significant difference in learning outcomes and social skills in the control class (learning with TAI learning model) and experimental class (learning with TAI making correction learning model). More over, the test results on the effectiveness of N-Gain in experimental class is 0.42 and the control class is 0.26. So that, it can be concluded that the TAI type making correction learning model is more effectively improve the learning outcomes and the social skills of high school students on the Accounting subject.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran Team Assested Individualization (TAI) khusus mata pelajaran Akuntansi yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian pengembangan R&D. Hasil pengembangannya berupa model pembelajaran TAI tipe making correction. Berdasarkan hasil Uji t menunjukkan adanya perbedaan signifikan hasil belajar dan keterampilan sosial pada kelas kontrol (belajar dengan menggunakan model pembelajaran TAI) dan kelas eksperimen (belajar dengan menggunakan model pembelajaran TAI tipe making correction). Selain itu, hasil uji efektivitas N-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0.42 dan pada kelas kontrol hanya sebesar 0.26 sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI tipe making correction lebih efektif meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA pada mata pelajaran Akuntansi.

Kata kunci: hasil belajar, keterampilan sosial, model pembelajaran, tai, making correction

1)

Tesis Pasca sarjana Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2)

Mahasiswa Pasca sarjana Program Studi Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri

Brojonegoro No 1, Gedung Meneng, Bandar Lampung. (E-Mail: arianitandipadang@gmail.com HP

081355430703 3)

Dosen Pasca sarjana Program Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No 1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145, Tel.(0721) 704624, Faks. (0721) 704624

4)

Dosen Pasca sarjana Program Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No 1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145, Tel.(0721) 704624, Faks. (0721) 704624

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari pada kelas IPS untuk kurikulum Indonesia pada tingkat SMA adalah Ekonomi. Menurut (Hasan, 2011:367), Ekonomi merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencapai kemakmuran yang diharapkan, dengan memilih penggunaan sumber daya produksi sifatnya terbatas. Definisi ini jelas memberikan gambaran bahwa melalui pelajaran ekonomi, siswa diharapkan mampu menganalisis dan membuat keputusan aplikatif sehari-hari dalam aktivitas ekonomi dengan cermat agar keputusan diambil selaras dengan kemakmuran bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dapat dikatakan ekonomi merupakan mata pelajaran yang sangat aplikatif dan sangat dibutuhkan oleh peserta didik.

Untuk mewujudkan tujuan dalam mata pelajaran ekonomi tentu diperlukan kemampuan kognitif dari peserta didik dalam memahami pelajaran tersebut. Sayangnya, kemampuan kognitif siswa belum mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini terbukti dari perolehan rata-rata ujian nasional (UN) SMA Lentera Harapan selama tiga tahun berturut-turut masih berkisar pada angka lima puluhan. Berikut tabel perolehan nilai rata-rata UN Ekonomi SMA Lentera Harapan:

Tabel Perolehan Nilai Rata-rata UN Ekonomi SMA Lentera Harapan Jati Agung Tahun 2012-2014.

Tahun Jumlah

siswa

Jumlah nilai

Perolehan Rata-rata Nilai UAN Ekonomi

2012 42 2331.84 55,52

2013 38 2015.14 53,03

2014 37 2118.25 57,25

Sumber: Data statistik Sekolah Lentera Harapan

Selain perolehan nilai UN, pengumpulan data dilihat dari rerata nilai sumatif ekonomi yang difokuskan pada satu angkatan sejak kelas X hingga kelas XII. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata sumatif siswa selama tiga tahun berturut-turut yang paling rendah berada pada kelas XI semester 2 dan kelas XII semester 1. Setelah diadakan analisa materi lebih lanjut, diketahui bahwa materi

(3)

pelajaran ekonomi pada kelas XI semester 2 dan kelas XII semester 1 adalah akuntansi.

Dalam observasi yang dilakukan pada bulan Agustus 2014 ternyata ditemukan permasalahan lain yang diamati oleh peneliti ketika melakukan observasi bersama rekan sejawat dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu belum optimalnya keterampilan sosial diantara peserta didik di dalam mempelajari akuntasi. Permasalahan ini semakin terlihat jelas dalam analisa hasil angket yang berisi beberapa indikator dari keterampilan sosial.

Hasil angket tersebut menunjukkan hanya 20% siswa yang mau membantu teman yang mengalami kesulitan memahami materi akuntansi, 40% telah memiliki keberanian mengemukakan pendapat, 30% yang mau mendengar pendapat teman, 20% siswa yang mau memotivasi teman, 30% yang tidak membeda-bedakan teman, 30% menerima kelemahan teman, 20% mengontrol penekanan suara, dan 30% yang taat pada prosedur. Berdasarkan grafik ini, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kelas IPS belum memiliki keterampilan sosial yang maksimal.

Sebagai salah satu pakar pengembangan model pembelajaran, (Slavin, 2005:92) telah menawarkan solusi untuk menghadapi masalah-masalah tersebut dengan menggunakan model-model pembelajaran cooperative learning, seperti: Jigsaw, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Team Game Turnament (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC), dan sebagainya. Keberadaan

model-model pembelajaran cooperative learning ini diharapkan mampu menjadi solusi dari beberapa permasalahan dalam rangka menciptakan satu tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, efektif dan efisien. Khususnya, dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA pada mata pelajaran akuntansi.

Salah satu model pembelajaran cooperative learning yang sering digunakan oleh peneliti adalah tipe TAI. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi

(4)

kesulitan belajar siswa secara individual. Demikian halnya yang dikatakan oleh (Sharan, 2014:24) dalam bukunya yang berjudul The Handbook of Cooperative

Learning bahwa ada beberapa alasan yang mendasari pengembangan TAI.

Pertama, TAI menyediakan cara penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada pembelajaran kooperatif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi semua siswa materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang matematika dan memungkinkan mereka untuk memulai materi-materi ini berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Kedua, TAI dikembangkan untuk menerapkan teknik pembelajaran kooperatif untuk memecahkan masalah pengajaran individual.

Penelitian relevan dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh (Tsay dan Brady, 2010) dari Universitas Northeastern dengan judul “A case study of cooperative learning and communication pedagogy: Does working in

teams make a difference?” (Studi kasus dari pembelajaran kooperatif dan

pedagogi berkomunikasi: apakah memberikan perbedaan pada kelompok?). Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh (Laras, 2013). Penelitian tersebut berjudul salah satu mahasiswa Universitas Semarang, yang berjudul “Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode Pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI) Dan Metode Pembelajaran Ceramah Bervariasi

Berbantuan Kartu Soal”. Kedua penelitian tersebut merujuk pada kesimpulan bahwa penerapan metode TAI efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Penerapan model TAI pada kelas XI IPS untuk mata pelajaran Akuntansi memang memberikan peningkatan pada hasil belajar dan keterampilan sosial, tetapi belum optimal. Setelah dilakukan kaji pustaka, maka ditemukan beberapa kelemahan pada model pembelajaran TAI jika diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi. Kelemahan yang pertama adalah model cooperative learning tipe TAI lebih banyak dikembangkan pada pelajaran matematika, bukan pada pelajaran akuntansi (Slavin, 2005:189). Kelemahan kedua, model TAI juga disarankan untuk digunakan pada tahap sekolah dasar, bukannya SMA (Huda, 2013:125). Kelemahan lainnya adalah menurut Piaget (Gredler, 2011:341) siswa SMA cenderung dapat berlaku curang demi memperoleh point tertinggi. Berdasarkan

(5)

kelemahan diatas, maka sangat diperlukannya pengembangkan model pembelajaran TAI yang mampu mengakomodir kelemahan-kelemahan tersebut sehingga dapat memberikan peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA, khususnya pada mata pelajaran Akuntansi.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) menerapkan langkah-langkah pembelajaran dari hasil pengembangan model pembelajaran TAI tipe

making correction; (2) mengetahui efektivitas pengembangan model pembelajaran

TAI tipe making correction terhadap peningkatan hasil belajar siswa SMA dalam mempelajari akuntansi; (3) mengetahui efektivitas pengembangan model pembelajaran TAI tipe making correction terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa SMA dalam mempelajari akuntansi.

METODE PENELITIAN

Pengembangan model TAI akan dilakukan dengan metode pengembangan R & D. langkah-langkah yang digunakan adalah langkah-langkah yang telah dimodifikasi oleh Sugiyono (2013: 407) yaitu: (1) penelitian dan pengumpulkan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba terbatas/kelompok kecil, (7) revisi produk, (8) uji coba lapangan, (9) revisi produk utama, (10) produksi massal.

Pada tahap pengembangan produk awal akan dikembangkan melalui desain pembelajaran ADDIE. Uji coba lapangan dilakukan dengan model pretest-posttest

design group. Model eksperimen tersebut dengan membandingkan dua kelompok,

yaitu kelompok kontrol mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI dan kelompok eksperimen mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI tipe making correction. Uji coba lapangan diterapkan di kelas XI IPS1 dan XI IPS2 SMA Assalam Tanjung Sari. Variabel yang menjadi dasar perbandingan dari kedua kelompok tersebut adalah hasil belajar dan keterampilan sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji-t dan N-Gain.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan model pembelajaran TAI tipe making correction diawali dengan melakukan penelitian dan pengumpulan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi guru dalam mengajar Akuntansi. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, permasalahan yang ditemui adalah belum optimalnya hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA pada mata pelajaran Akuntansi. Beberapa guru telah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, khususnya cooperative

learning tipe TAI, tetapi pada kenyataannya hasil belajar dan keterampilan sosial

siswa SMA juga belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis kebutuhan dalam penelitian ini adalah memodifikasi model pembelajaran TAI yang digunakan khusus untuk mata pelajaran akuntansi. Tahap selanjutnya adalah melakukan perencanaan terhadap pengembangan model pembelajaran dan bahan ajar yang diperlukan.

Gambar Diagram Metodologi Penelitian R&D Sumber: Sugiyono, 2013: 40

Pengembangan produk awal dilakukan melalui desain instruksional ADDIE. Hasil pengembangan produk awal berupa model pembelajaran dan satu paket bahan ajar untuk topik Jurnal umum. Adapun hasil pengembangan model pembelajaran TAI tipe making correction adalah sebagai berikut: (1) persiapan; (2) pembagian kelompok; (3) guru mempresentasikan materi; (4) latihan terbimbing; (5) latihan mandiri; (6) koreksi jawaban I; (7) tes mandiri dalam kelompok acak; (8) koreksi jawaban II; (9) pembagian reward; (10) tes formatif dan remedial.

Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi ahli desain model pembelajaran dan ahli materi. Validasi ahli desain model pembelajaran dilakukan oleh salah satu dosen teknologi pendidikan Unila. Secara keseluruhan, rerata penilaian ahli desain pembelajaran adalah 3,27. Validasi materi pembelajaran

Pengumpulan

Informasi Perencanaan

Pengembangan

Produk Awal Validasi Desain Revisi Desain

Uji Coba Kelompok Kecil Revisi Produk

Uji Coba Skala Besar Produk Akhir

(7)

(bahan ajar jurnal umum) dilakukan oleh salah satu dosen FKIP Universitas Pelita Harapan. Ahli materi memberikan skor rata-rata angket sebesar 3,77 dan termasuk dalam kriteria yang sangat baik.

Tahap kelima dari metodologi R & D adalah revisi desain pembelajaran. Revisi ini dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan saran dari ahli desain pembelajaran dan ahli materi akuntansi. Adapun beberapa revisi yang perlu dilakukan menurut ahli desain pembelajaran adalah sebagai berikut: menambahkan pengertian jurnal, menganalisis sesuai kebutuhan siswa, perlu ada sumber ajar selain LKS, ditambah dengan contoh seperti hasil perolehan, penggunaan warna dan gambar pada cover dimaksimalkam 3 jenis, penggunaan huruf dimaksimalkan 3 jenis huruf. Selain itu, saran yang diberikan oleh ahli materi adalah merevisi kunci jawaban dari contoh soal pada modul.

Uji coba kelompok kecil merupakan tahap keenam dilakukan untuk melihat kemudahan atau menemukan hambatan lain sebelum dilakukan uji coba kelompok. Populasi uji kelompok kecil terdiri dari 12 siswa kelas XI IPS SMA Lentera Harapan Jati Agung. Berikut hasil keterampilan sosial yang diperoleh berdasarkan lembar observasi.

Gambar Grafik Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Sosial Uji Coba Kelompok kecil.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015

Perbedaan perolehan hasil observasi keterampilan sosial sebelum dan sesudah diberikan tindakan (model pembelajaran TAI tipe making correction) pada grafik di atas. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa 5 dimensi keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan

0,00% 50,00% 100,00% D1 D2 D3 D4 D5 72,92% 70,83% 68,75% 75,00% 81,25% 85,00% 82,50% 80,25% 90,75% 91,67% 100,00% 87,50% 95,83% 95,83% 100,00% Per sen tase h asi l o b ser v asi

Dimensi Keterampilan Sosial

Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Sosial Uji Coba Kelompok Kecil

(8)

ketiga. Dimensi pertama keterampilan berkomunikasi mengalami peningkatan dari 72,92% menjadi 100%. Kedua, dimensi keterampilan membangun dari kelompok dari 70,83% meningkat menjadi 87,50%. Ketiga, dimensi keterampilan memimpin dari 68,75% meningkat menjadi 95,83%. Keempat, dimensi keterampilan menyelesaikan masalah dari 75,00% meningkat menjadi 95,83%. Kelima, dimensi keterampilan pengendalian diri dari 81,25% meningkat menjadi 100%.

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Pretest dan Posttest Uji Coba Kelompok Kecil

Kriteria Pretest Posttest

Rerata 64.58 92.50 Tuntas 41.67% 100.00% Belum Tuntas 58.33% 0.00% Nilai tertinggi 95.00 100.00 Nilai terendah 20.00 80.00 Standar Deviasi 24.07 7.83 N-Gain 78.82

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015

Untuk perolehan hasil belajar pada uji coba terbatas juga mengalami peningkatan. Perolehan rerata pada pretest sebesar 64,58 meningkat menjadi 92,50. Jumlah ketuntasan pada pretest hanya 41,67% meingkat menjadi 100%. Perolehan nilai terendah pada pretest sebesar 20 meningkat menjadi 80. Demikian pula pada perolehan nilai tertinggi pretest sebesar 95 meningkat menjadi 100.

Tahap ketujuh adalah revisi produk dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan kelemahan yang ditemukan ketika model pembelajaran TAI dan bahan ajar yang digunakan diterapkan pada uji coba kelompok kecil. Kelemahan yang ditemukan adalah perlu ada revisi pada kunci jawaban LKS. Selain itu, rekan sejawat yang juga ikut menjadi pengamat memberikan saran bahwa media untuk jurnal umum sebaiknya diberi warna yang lebih mencolok dan tidak menggunakan banyak variasi warna.

Tahap ke delapan adalah uji coba lapangan dilakukan untuk melihat efektivitas hasil belajar dan keterampilan sosial siswa dengan membandingkan hasil pada

(9)

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut perbandingan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel Perbandingan Perolehan Hasil Belajar (Posttest) Pada Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol

Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rerata 77,41 71,33 Tuntas 83% 67% Belum Tuntas 17% 33% Nilai tertinggi 100,00 95,00 Nilai terendah 60,00 60,00 standar deviasi 10,74 8,50

Jumlah siswa 29 Siswa 30 Siswa

N-Gain 0,42 0,26

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015

Setelah dilakukan uji coba lapangan, maka perbandingan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran Akuntansi dapat dilihat pada tabel di atas. Rerata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Rerata kelas eksperimen mencapai 77,41, sementara kelas kontrol hanya mencapai 71,33. Persentase ketuntasan siswa juga menunjukkan kelas ekperimen lebih besar yaitu 83%, sementara kelas kontrol hanya 67%. Nilai tertinggi pada kelas ekperimen sebesar 100 dan nilai tertinggi pada kelas kontrol sebesar 95. Untuk nilai terendah, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berada pada nilai yang sama yaitu 60. Selain itu, skor N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.43 dan termasuk dalam kategori sedang, sedangkan N-Gain kelas kontrol hanya sebesar 0.26 dan termasuk dalam kategori rendah.

Berdasarkan hasil uji-t yang dilakukan dengan membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh Sig. 0,02 < 0,05 dan t hitung > t tabel, yaitu t hitung 2,406 dan t tabel 1,672 sehingga H0 ditolak yang berarti H1 diterima karena t hitung > t tabel. Artinya, hasil belajar (posttest) pada mata pelajaran akuntansi melalui model pembelajaran TAI dan model pembelajaran TAI tipe making

correction menunjukkan adanya perbedaan. Perlu diketahui bahwa sebelum

(10)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015

Perbedaan perolehan hasil observasi keterampilan sosial pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah dilakukan tindakan terlihat jelas pada grafik di atas. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa untuk dimensi pertama yaitu, dimensi keterampilan berkomunikasi menunjukkan perolehan kelas eksperimen lebih rendah (85,78%) dibandingkan kelas kontrol (87,50%). Kedua, dimensi keterampilan membangun kelompok menunjukkan perolehan kelas ekperimen lebih tinggi (91,38%) dibandingkan kelas kontrol (81,61%). Ketiga, perolehan persentase dimensi keterampilan memimpin kelas eksperimen (78,45%) lebih rendah dibandingkan kelas kontrol (89,66%). Keempat, dimensi keterampilan menyelesaikan masalah menunjukkan kelas eksperimen lebih tinggi (80,60%) dibandingkan kelas kontrol (77,16%). Kelima, dimensi keterampilan pengendalian diri menunjukkan kelas eksperimen lebih tinggi (85,78) dibandingkan kelas kontrol (68,53%).

Bedasarkan uji-t, diperoleh Sig. 0,000 < 0,05 dan t hitung > t tabel, yaitu uji-t t hitung 4,106 dan t tabel 1,672 sehingga H0 ditolak yang berarti H1 diterima karena t hitung > t tabel. Artinya, hasil observasi keterampilan sosial pada mata pelajaran akuntansi melalui model pembelajaran TAI dan model pembelajaran TAI tipe making correction menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan keterampilan sosial antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, rerata kelas eksperimen berdasarkan hasil observasi sebesar 34,28 lebih besar dibandingkan rerata kelas kontrol, yaitu 30,97.

0,00% 50,00% 100,00% D1 D2 D3 D4 D5 87,50% 81,61% 89,66% 77,16% 68,53% 85,78% 91,38% 78,45% 80,60% 85,78% Per o le h an N il ai (d al am % )

Dimensi Keterampilan Sosial

Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Sosial pada Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol

(11)

Produk utama diperoleh dengan merevisi kelemahan yang ditemukan ketika model pembelajaran TAI tipe making correction diterapkan pada uji lapangan. Dalam pelaksanaan uji coba lapangan, tidak lagi ditemukan kelemahan yang fatal sehingga dapat dilanjutkan pada tahap akhir, yaitu produksi massal.

Model pembelajaran TAI tipe making correction merupakan hasil pengembangan dari model pembelajaran TAI yang dikhususkan untuk mata pelajaran Akuntansi untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA. Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran TAI tipe making correction dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar Diagram Model Pembelajaran TAI tipe Making Correction

Gambar tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI tipe making

correction terbagi dalam 5 fase. Pembagian fase-fase tersebut berdasarkan tingkat

keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar. Peran guru yang paling dominan terjadi pada fase pertama dan fase kedua. Peran tersebut akan semakin berkurang seiring dengan penerapan selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran TAI tipe making correction hingga menuju fase kelima.

Hasil uji coba lapangan menunjukkan bahwa efektivitas model pembelajaran TAI tipe making correction lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TAI. Terbukti dari Rerata kelas eksperimen mencapai 77,41 sementara kelas kontrol hanya mencapai 71,33. Persentase ketuntasan siswa juga menunjukkan

(12)

kelas ekperimen lebih besar yaitu 83%, sementara kelas kontrol hanya 67%. Selain itu, skor N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.43 dan termasuk dalam kategori sedang, sedangkan N-Gain kelas kontrol hanya sebesar 0.26 dan termasuk dalam kategori rendah.

Demikian halnya dengan hasil observasi keterampilan sosial, model pembelajaran TAI tipe making correction efektif meningkatkan keterampilan sosial siswa SMA. Terbukti dari hasil uji-t yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, rerata kelas eksperimen berdasarkan hasil observasi sebesar 34,28 lebih besar dibandingkan rerata kelas kontrol, yaitu 30,97.

Pengembangan model pembelajaran TAI sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivisme dari Vygotsky, khususnya mengenai scaffolding. Scaffolding

merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada anak-anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Isjoni, 2007: 40). Demikian halnya pada langkah-langkah model pembelajaran TAI tipe making

correction yang dipecah-pecah pada pada lima fase. Fase tersebut menunjukkan

tingkat partisipasi guru dalam memberikan bantuan kepada siswa. Semakin ke belakang, maka peran guru dalam memberikan bimbingan juga semakin berkurang. Bantuan yang diberikan oleh guru jelas tergambar pada fase II dengan memberikan contoh mengerjakan latihan soal akuntansi.

Sumbangan teori Vygotsky pada model pembelajaran TAI tipe making correction

lainnya adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran TAI tipe making correction.

Kemampuan model pembelajaran TAI tipe making correction yang lebih efektif meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial terletak pada hasil modifikasi

(13)

dari langkah-langkah model pembelajaran TAI itu sendiri. Perbedaan kedua model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel Perbedaan Langkah-langkah Pembelajaran antara TAI dengan TAI tipe

Making Correction

TAI TAI tipe Making Correction

1. Guru mempresentasikan materi 1. Persiapan

2. Siswa mempelajari modul atau matei 2. Pembagian Kelompok

3. Tes Penempatan 3. Guru Mempresentasikan Materi 4. Pembagian Kelompok 4. Latihan Terbimbing

5. Mengerjakan beberapa Latihan soal 5. Latihan Mandiri 6. Saling mengoreksi jawaban latihan

soal dan saling membantu.

6. Koreksi Jawaban I

7. jika siswa lulus mengerjakan soal latihan, maka dilanjutkan dengan tes formatif A.

7. Tes Mandiri dalam kelompok acak

8. Koreksi Jawaban II 9. Pembagian Reward

10. Tes Formatif dan Remedial

Perbedaan yang pertama adalah TAI tipe making correction mencantumkan

bagian „Persiapan‟ pada langkah pembelajaran. Beberapa tipe cooperative

learning biasanya tidak memasukkan bagian persiapan sebagai langkah

pembelajaran. Bagian persiapan hanya menjadi bagian yang impilisit. Tetapi, pada model pembelajaran TAI tipe making correction, bagian persiapan akan dimasukkan sebagai langkah awal pembelajaran. Tujuannya adalah para pendidik betul-betul menjadikan bagian ini sebagai bagian yang terpenting untuk mempersiapkan bahan ajar sebelum memasuki tahap selanjutnya. Hal ini dilakukan mengingat beberapa langkah dalam pembelajaran pada TAI tipe making

correction merupakan langkah pembelajaran mandiri dan bergantung pada modul

yang disiapkan guru. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tahap persiapan juga menjadi patokan keberhasilan pelaksanaan TAI tipe making correction.

Perbedaan kedua adalah tahap Latihan Soal pada TAI tipe making correction

dibagi menjadi Latihan Terbimbing dan Latihan Mandiri. Latihan Soal hanya ada satu jenis pada langkah pembelajaran TAI, sedangkan TAI tipe making

(14)

Latihan terbimbing dan latihan mandiri merupakan kegiatan yang mengharuskan siswa mengerjakan latihan soal. Perbedaannya terletak pada partisipasi guru dalam membimbing. Sesuai dengan namanya, latihan terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru, jika menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal latihan. Sebaliknya, latihan mandiri adalah kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal secara mandiri, tanpa bantuan guru.

Perbedaan ketiga adalah tahap koreksi jawaban TAI tipe making correction dibagi menjadi dua bagian. Tahap saling mengoreksi jawaban pada TAI memang dilakukan dua kali tapi dengan kegiatan yang sama, yaitu: hanya membandingkan jawaban teman kelompok dengan kunci jawaban yang telah disediakan guru pada modul. Sementara untuk TAI tipe making correction, saling mengoreksi dilakukan dua kali tetapi dalam bentuk kegiatan berbeda. Koreksi jawaban I adalah mengoreksi hasil kerja kelompok dengan kunci jawaban dari soal latihan mandiri. Koreksi jawaban II hampir sama dengan kegiatan saling mengoreksi pada TAI, tetapi koreksi jawaban II adalah kegiatan mengoreksi jawaban dari anggota kelompok lain bukan mangoreksi anggota teman kelompok.

SIMPULAN DAN SARAN

Langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut: (1) persiapan; (2) pembagian kelompok; (3) guru mempresentasikan materi; (4) latihan terbimbing; (5) latihan mandiri; (6) koreksi jawaban I; (7) tes mandiri dalam kelompok acak; (8) koreksi jawaban II; (9) pembagian reward; (10) tes formatif dan remedial. Berdasarkan hasil uji-t dan N-Gain, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI tipe making correction lebih efektif meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran akuntansi.

Saran untuk guru adalah sebaiknya menggunakan TAI tipe making correction

karena telah terbukti lebih efektif meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa SMA pada mata pelajaran Akuntansi. Tetapi, penggunaannya akan lebih baik jika tidak digunakan dalam jangka panjang, tetapi dikombinasikan

(15)

dengan model pembelajaran kooperatif lainnya agar siswa tidak merasa bosan. Saran untuk siswa, penerapan TAI tipe making correction pada mata pelajaran akuntansi dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial, tetapi hal tersebut akan tercapai jika siswa mampu mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran TAI tipe making correction dengan maksimal tanpa keluhan dan mengerjakan setiap soal dengan jujur

DAFTAR RUJUKAN

Gredler, Margaret. 2011. Teori dan Aplikasi. Diterjemahkan oleh T. Wibowo. Kencana: Jakarta.

Hasan, Hamid. 2011. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah kajian pendekatan

struktural. Bumi Aksara: Jakarta

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative learning: metode, teknik, struktur, dan model

penerapannya. Yogyakarta: Pustaka belajar.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Laras. 2013. Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Dan Metode

Pembelajaran Ceramah Bervariasi Berbantuan Kartu Soal. Online.

Economic Education Analysis Journal, Vol. 2, No. 2,

(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/2767). Diakses 20 November 2014.

Sharan, Shlomo. 2014. The Handbook of Cooperative Learning. Diterjemahkan oleh S. Prabowo. Yogyakarta: Istana Media

Slavin, Robert. 2005. Cooperative learning: teori, riset, dan praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sugiyono. 2013. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tsay dan Brady. 2010. A case study of cooperative learning and communication

pedagogy: Does working in teams make a difference. Online. Journal of

the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 10, No. 2, June 2010, pp. 78 – 8 (http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ890724.pdf). Diakses 20

Gambar

Tabel Perolehan Nilai Rata-rata UN Ekonomi SMA Lentera Harapan Jati Agung  Tahun 2012-2014
Gambar Diagram Metodologi Penelitian R&amp;D  Sumber: Sugiyono, 2013: 40
Gambar  Grafik  Perbandingan  Hasil  Observasi  Keterampilan  Sosial  Uji  Coba    Kelompok kecil
Tabel Perbandingan Hasil Belajar Pretest dan Posttest Uji Coba Kelompok Kecil
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui macam – macam cacat las ( diskontinuitas ) pada sebuah logam atau material sample.. Serta untuk menentukan layak

METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis Mc Taggart. Tahap- tahap penelitian ini meliputi

Ak Wahyuddin, SE, M.Si.. Ak Wahyuddin,

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Diskusi Panel dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi

Penambahan fraksi volume serat menunjukkan serat penguat semakin banyak dalam komposit sehingga gaya yang diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat

“Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, Kebijakan Dividen dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek

Setiap kali Pelatihan dan praktek dilakukan di tempat- tempat home-home industry atau rumah-rumah penduduk yang memiliki alat-alat pelatihan/ praktek yang disewa

Pengelolaan Ikan Payangka Pengelolaan sumberdaya ikan payangka dan nike di danau Tondano yang diusulkan (1) Mendapatkan data tahunan yang tertata setiap bulan