• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain. Sedangkan menurut National Association of School Psychologist (1998), stres adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpr etasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Istilah stres digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi fisik dan psikis seseorang terhadap keadaan tertentu yang mengancam (Carlson, 2005). Menurut (Rasmun, 2004), stres adalah res pon tubuh yang tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari -hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu dampak terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah reaksi fisik dan psikis yang berbeda -beda pada setiap individu dan terjadi dalam keadaan tertentu yang mengan cam.

2.1.2. Klasifikasi & Etiologi Stres

1. Stres Kepribadian (Personality Stress): Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan resikonya kecil. 2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress): Stres psikososial adalah stres

yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, dan lain -lain.

(2)

3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress): Stres bioekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya.

4. Stres Pekerjaan (Work Stress): Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, usaha gagal, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.

5. Stres Mahasiswa (Student Stress): Dipicu oleh dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stressor, yaitu stressor dari area sosial dan personal, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis it u sendiri (Rice, 1999).

2.1.3. Pengolongan Stres

Menurut Rice (1992) stres digolongkan dalam dua golongan. Penggolangan ini berdasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya:

1. Distress (Stres Negatif)

Distress merupakan stres yang bersifat merusak atau tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, kegelisahan atau khawatir sehingga individu mengalami ke adaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2. Eustress (Stres Postif)

Eustresss pula bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Iya dapat meningkatkan kesiangan mental, kewaspadaan, kognisi, dan perfomansi individu tersebut.

(3)

2.1.4. Penyebab Stres

Penyebab stress (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stressor yang sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap stressor akan mempengaruhi kemampuan individu un tuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stressor yang membuat stres (Safaria & Saputra, 2009). Losyk (2005) menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi karena tuntutan -tuntutan yang individu diletakkan dalam diri sendiri.

Potter & Perry (2005) me ngklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri individu. Penyeba b stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan dan biaya perkuli ahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila, 2010; Robotham, 2008).

1.1.5. Kerentanan Mendapat Stres

Stres hadir melalui berbagai cara dan mengganggu manusia dari segala umur dalam kehidupan. Tidak ada standar eksternal yang bisa diaplikasikan untuk memprediksikan tahap stres dalam individu. Seseorang tidak semestinya mempunyai pekerjaan untuk menghadapi stres, hanya sebagai orang tua kepada anak sudah bisa merasakan stres.

Derajat stres dalam hidup amat bergantung kepada faktor individu seperti kesehatan fisikal, kualitas hubungan interpersonal, jumlah komitmen dan tanggungjawab yang ditanggung, derajat ketergantungannya orang pada kita, ekspektansi kita, jumlah sokongan yang diterima dari yang lain dan jumlah perubahan atau kejadian traumatik yang telah berlangsung dalam hidup kita.

Orang yang kekurangan tidur secara fisik tidak mempunyai kapasitas dalam mengatasi stres dan tekanan setiap hari dan bisa melaporkan stres yang lebih tinggi. Kadang-kala stresor spesifik terasosiasi dengan kelompok umur atau

(4)

tahap hidup,anak, remaja, orang tua yang bekerja, dan senior adalah kelompok yang sering mendapat stres karena transisi hidup.

Mahasiswa mempunyai stresor yang spesifik karena turut mengalami keadaan seperti ujian tengah semester dan akhir semester, kertas kerja, pene litian dan laporan yang menyumbang kepada t erjadinya stres (Kaplan, 2010).

2.1.6. Tingkatan Stres

Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda -beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola hidup, factor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres menjadi tiga bagian, antara lain :

2.1.6.1. Stres Normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung lebih keras setelah a ktivitas. Stres normal alamiah dan menj adi penting, karena setiap orang pasti mengalami stres.

2.1.6.2. Stres Ringan

Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan dan kritikan. Suzanne & Brenda (2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan lapang persepsinya. Stres biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam dan tidak menimbulkan penyakit kecu ali jika dihadapi terus menerus.

2.1.6.3. Stres Sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari. Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan dan pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suz anne & Brenda, 2008).

(5)

Contoh stres sedang yang sering dihadapi mahasiswa yaitu perselisihan antar teman, tugas yang berlebihan, mengharapkan liburan, permasalahan keluarga.

2.1.6.4. Stres Berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi risiko kesehatan yang ditimbulkan (Potter & Perry, 2005). Hal tersebut terjadi karena pada tahap ini individu tidak mampu menggunakan koping yang adaptif, tidak mampu melakukan kontrol aktivitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan masalah (Suzanne & Brenda, 2008).

2.1.6.5. Stres Sangat Berat

Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridenti fikasi mengalami depresi berat.

2.1.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres

Tingkat stres tergantung pada sejumlah faktor. Faktor -faktor yang mempengaruhinya yaitu:

a. Kemampuan menerka

Kemampuan menerka timbulnya kejadian stres, walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya akan mengurangi kerasnya stres.

b. Kontrol atas jangka waktu

Kemampuan seseorang mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres akan mengurangi kerasnya stres.

c. Evaluasi kognitif

Kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua individu yang berbeda, tergantung pada situasi apa yang berarti pada seseorang.

(6)

d. Perasaan mampu

Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres.

e. Dukungan masyarakat

Dukungan emosional dan adanya perhatia n orang lain dapat membuat seseorang sanggup bertahan dalam menghadapi stres.

Menurut Rasmun (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kemampuan individu mempersepsikan stressor

Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan. b. Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya.

c. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

d. Lamanya pemaparan stressor

Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.

e. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.

f. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda.

(7)

2.1.9. Respon Stres

Stres dapat menghasilkan berbagai respon yang dapat berguna sebagai indikator dan alat ukur terjadinya stres pada individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu respon fisiologis, adaptif, dan psikologis. Respon fisiologis berupa interpretasi otak dan respon neuroendokrin; respon adaptif berupa General Adaptif Syndrome (GAS) dan Local Adaptation Syndrome (LAS). Respon psikologis dapat berupa perilaku konstruktif maupun dekstruktif (Smeltzer & Bare, 2008).

Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk memelihara keseim bangan homeostatis tubuh. Merupakan rangkaian peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu diteruskan sampai ke hipotalamus. Kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan respon yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostatis (Smeltzer & Bare, 2008). Jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, maka dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh.

Jalur neural dan neuendokrin dibawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan. Kemudian akan terjadi sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih ada dalam sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan (Smeltzer & Bare, 2008). Sistem saraf pusat mensekresikan norepinefrin dan epinefrin untuk meningkatkan respon simpatis-adrenal-meduler pada kondisi stres. Respon ini menimbulkan efek atau reaksi yang berbeda di setiap sistem tubuh yang akan dijabarkan dalam indikator stres secara fisiologis. Pada kondisi tersebut terdapat organ tubuh yang meningkat maupun menurun kinerjanya, reaksi ini disebut fight or flight.

Norepinefrin mengakibatkan pe ningkatan fungsi organ vital dan keadaan tubuh secara umum. Sedangkan sekresi endorfin mampu menaikkan ambang untuk menahan stimulasi nyeri yang mempengaruhi suasana hati. Manifestasi sekresi norepinefrin dan endorfin diantaranya: pengeluaran keringat, per ubahan suasana hati, keluhan sakit kepala, sulit tidur, peningkatan denyut yang dapat

(8)

terjadi pada mahasiswa akibat beban tugas akademik yang dirasakan berat (Smeltzer & Bare, 2005).

1. Local Adaptation Syndrome (LAS)

LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Karekteristik dari LAS, yaitu respon adaptif dan tidak melib atkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stressor untuk menstimulasinya, jangka pendek. Selain itu, respon tidak terjadi terus menerus dan membantu dalam memulihkan homeostatis region atau bagian tubuh.

2. General Adaptation Syndrome (GAS)

Menurut Losyk (2005) bahwa dampak negative yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome, GAS). GAS adalah respons berpola tertentu terhadap tuntutan ekstra yang diterimanya. Seterusnya, ada tiga tahap spesifik, ya itu reaksi peringatan, pertahanan, dan penghabisan.

Tahap peringatan tubuh dihadapkan pada penyebab stres. Individu menjadi bingung dan kehilangan arah. Tubuh mempersiapkan dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon -hormon berguna ke dalam aliran dara h. Akibatnya, detak jantung dan pernafasan meningkat, ditambah dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap -siap melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan terhadap factor penyebab stres yang kita hadapi.

Tahap kedua merupakan tahap pertahanan. Hormon -hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuian ini bisa saja hanya terjadi di dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyelur uh. Jika stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah -marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres tetap

(9)

berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang panjang, keadaan ini bisa menimbulkan penyakit atau kematian.

Mahasiswa yang mendapat beban tugas akademik dan mahasiswa merasakannya sebagai suatu tugas yang berat, maka dapat mengakibatkan aktifnya jalur neural-endokrin. Mengakibatkan sekresi hormon stres yang mengakibatkan pembuluh darah mengalami respon nyeri pada bagian kepala (Sherwood, 2010). Rasa nyeri tersebut sebagai suatu alarm terhadap tubuh sebagai bentuk kompensasi terhadap faktor lingkungan. Namun, jika stressor tidak dihentikan, maka dapat mengakibatkan mahasiswa memasuki tahap kelelahan dan berakhir dengan gangguan kesehatan berupa: gan gguan pencernaan, gangguan sirkulasi, dan penurunan respon imun.

2.1.8. Dampak Stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa stres dapat meningkatkan kemampuan individu dala m proses belajar dan berfikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala -gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safaria & Saputra (2005) mengelompokkan dampak negative stres dan yang dirasakan oleh individu dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, ke lelahan, sakit perut, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat.

Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres akan mengalami perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, s edih dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Dampak negatif stres yang mudah diamati anta ra lain sikap acuh tidak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, dan mudah menyalahkan orang lain.

(10)

Tingkat stres seseorang lebih dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan dilihat dari usia dan pengalaman hidup (Stuart dan Laraia, 2005). Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (Sriati A, 2007).

2.2. Mahasiswa

2.2.1. Pengertian Mahasiswa

Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya , mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syara t dengan berbagai predikat.

Pengertian Mahasiswa adalah merupakan insan -insan calon sarjana yang dalam keterlibatanya adengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon -calon intelektual.

Mahasiswa dikategorikan sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Ada lima fungsi kaum intelektul, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi menyediakan bagan -bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.

2.2.2. Mahasiswa Tahun Pertama

Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang (Santrock, 2006). Biasanya individu mengalami banyak perubahan di tahun pertamanya kuliah ketika memasuki perguruan tinggi. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi

(11)

individu ketika memasuki dunia kuliah (Dyson & Renk, 2006). Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada kehidupan individu.

Pada umumnya, seseorang memasuki dunia perkuliahan pada usia 18 tahun. Munurut Levinson (dalam Turner & Helms, 1995), usia 17 -22 tahun merupakan tahapan pertama dari era dewasa muda yang ditandai dengan adanya transisi dari remaja (masa pra dewasa) ke kehidupan dewasa. Pada usia ini juga seseorang memasuki bangku kuliah sebagai jalur penting menuju kedewasaan (Montgomery & Cote dalam Papalia, Feldman, & Olds, 2007). Kondisi ini membawa seseorang pada dua transisi yang harus dijalankan dalam satu waktu, yaitu dari remaja ke dewasa dan dari seorang senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi.

Perubahan lain terjadi pada pola hubungan pengajar dengan mahasis wa. Menurut (Gunarsa & Gunarsa, 2000) pola hubungan dosen -mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan guru -siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan yang mana jumlah mahasiswa biasanya besar. Perhatian dosen ter hadap mahasiswa juga lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya.

Tuntutan akademis yang tinggi juga dirasakan oleh para mahasiwa baru Universitas Sumatera Utara. Hal ini mengambarkan bahwa pada tahun pertama studi, mahasiswa baru dalam me nghadapi berbagai perubahan juga harus mendapatkan nilai yang baik. Murphy dan Archer (dalam Duffy & Atwater, 2005) menambahkan bahwa persaingan antara mahasiswa yang tinggi merupakan salah satu pemicu stres bagi mahasiswa.

2.2.3. Mahasiswa Malaysia yang Melan jutkan Studi Di Medan

Individu dapat berpindah dari satu lingkungan yang familiar ke lingkungan yang tidak familiar. Salah satu tujuannya adalah menempuh pendidikan (Bochner, 2003). Pendidikan ini dapat ditempuh diluar dan dalam negeri. Menurut Peraturan Menteri No. 25 tahun 2005, Individu yang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri disebut dengan mahasiswa asing, sehingga mahasiswa asal Malaysia ini dapat di kategorikan sebagai mahasiswa asing.

(12)

Medan merupakan salah satu tujuan dari mahasiswa asal Mala ysia. Mayoritas mahasiswa asal Malaysia melanjutkan studi di Universitas Sumatera Utara (USU). Mahasiswa ini terbagi dalam dua fakultas yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedo kteran Gigi.

Mahasiswa asing akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (Bochner, 2003). Dalam hal ini, mahasiswa asing asal Malaysia akan membawa serangkaian gagasan, budaya dan pola pikir yang asing yang tidak mungkin akan ditanggapi dengan penolakan. Ryan dan Helmount (dalam Pyvis & Anne, 2005) menyatakan pengalaman dan tra disi dari kebudayaan baru dapat mempengaruhi mahasiwa asing dalam proses pembelajaran.

Medan sendiri merupakan kota yang secara kultural dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan. Mahasiswa asing asal Malaysia ini harus berhadapan dengan prasangka yang kadang t ertuju pada mahasiswa asing karena mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan mayori tas lingkungan sekitar, h al ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan stres, yang dapat menyebabka n terguncangnya konsep diri dan mengakibatkan kecemasan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar individu mengalami gangguan mental dan fisik, setidaknya untuk jangka wakt u tertentu. Waktu yang dibutuhkan dan cara yang dilakukan masing-masing individu untuk dapat mengatasi stres juga berbeda -beda.

2.3. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Stres pada mahasiswa pula dapat diukur dengan menggunakan Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col). HASS/Col merupakan suatu skala yang terdiri dari 54 pernyataan tentang kejadian umum yan g tidak menyenangkan bagi para mahasiswa (Sarafino dan Ewing, 1999). Tingkat stres pada instrumen ini berupa stres rendah, stres sedang dan stress tinggi . Jumlah skor HASS/Col ialah skor <75 berupa stres rendah, skor 75 -135 berupa stres sedang dan skor > 135 menunjukan seseorang mengalami stres tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keuntungan industri rumah tangga ikan asin di Desa Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir ini yaitu, baik

jenis dan lama perendaman non dental glass fiber reinforced composite terhadap sitotoksisitas sel fibroblas yang telah dilakukan adalah sel Vero dari LPPT UGM.. Nilai ini

Penelitian ini bertujuan untuk membangkitkan tegangan tinggi DC menggunakan metode flyback dari kumparan dengan teknik Pulse Width Modulation (PWM) yang dibangkitkan oleh

Saran dari penelitian ini bagi korban perkosaan adalah agar dapat memaafkan kejadian dan pelaku dengan mengubah pola pikirnya tentang perkosaan dan mengembangkan empati kepada

Dengan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan teori yang telah ada sehingga memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah

Logo dapat membedakan perusahaan yang satu dengan yang lain, produk yang satu dengan yang lain...