• Tidak ada hasil yang ditemukan

Launching Bank Indonesia Fintech Office

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Launching Bank Indonesia Fintech Office"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 -Sambutan Gubernur Bank Indonesia-

Launching Bank Indonesia Fintech Office

Jakarta, 14 November 2016

Yang kami hormati:

Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Bpk. Triawan Munaf

Wakil Menteri Keuangan, Bpk. Mardiasmo

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Bpk. Lukita Dinarsyah Tuwo

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Ibu Srie

Agustina

Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan

Informatika, Ibu Farida Dwi Cahyarini

Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Bpk

Marwanto Harjowiryono

Para Deputi Gubernur Bank Indonesia

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank

Otoritas Jasa Keuangan, Bpk. Dumoly F. Pardede

Para Pimpinan Industri Perbankan dan Asosiasi

Para Investor dari Perusahaan Modal Ventura

Para Pelaku Fintech dan Penggiat Start-Up

Bapak/Ibu, Hadirin sekalian yang berbahagia

Assalammualaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua,

1. Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan YME karena hanya atas perkenan-Nya kita bisa berkumpul dalam kondisi sehat di pagi hari ini. Kami berbahagia karena pada pagi ini kita akan bersama mengikuti acara launching Bank Indonesia Fintech Office (BI-FTO). 2. Dengan turut hadirnya kementerian, otoritas terkait, dan industri

perbankan, asosiasi serta para investor, kami meyakini berbagai inisiatif yang diupayakan bersama akan mampu mengoptimalkan potensi dari pesatnya inovasi pada sektor keuangan di Indonesia.

(2)

2 Kami juga merasakan bagaimana kehadiran dari para pelaku Fintech serta penggiat Start-up di acara ini menciptakan atmosfir kreativitas dan inovasi yang sangat baik.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

3. Masyarakat saat ini tengah mengalami perubahan besar dalam pola hidupnya. Melalui kemajuan teknologi, khususnya penetrasi internet, masyarakat dapat secara instan terhubung satu dengan yang lain. Ini kemudian mengubah cara masyarakat dalam berkomunikasi, bekerja, dan bertransaksi membelanjakan pendapatannya.

4. Di Indonesia sendiri, masyarakat telah begitu akrab dan dekat dengan aktivitas belanja online, atau yang umum disebut sebagai e-commerce. Tidak mengherankan, ketika konsumen bisa mendapatkan kebutuhan barang dan jasa secara instan, mereka juga mengharapkan hal yang sama untuk akses layanan keuangan.

5. Harapan akan akses layanan keuangan yang lebih terjangkau, cepat, dan mudah, serta secara personal terhubung dengan berbagai aktivitas seseorang di dunia maya telah menjadi tuntutan yang perlu dijawab oleh penyedia layanan jasa keuangan modern.

6. Di sisi lain, krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 silam telah mengguncang kepercayaan masyarakat akan sistem keuangan formal. Peristiwa itu jg diikuti dengan respons otoritas yang memperketat rezim pengaturan lembaga keuangan. Kombinasi keduanya kemudian menciptakan financing gap yang lebar.

7. Ditengah kondisi tersebut, lahirlah perusahaan Financial Technology (FinTech) sebagai solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan jasa keuangan. Berbekal ide kreatif dan inovasi teknologi, FinTech menawarkan pilihan baru bagi konsumen

(3)

3 dalam melakukan aktivitas pembayaran, pengiriman uang, intermediasi dana, dan investasi.

8. Pertumbuhan FinTech yang begitu mengesankan dalam beberapa tahun terakhir juga bertepatan dengan era generasi millenial yang telah beranjak dewasa, sehingga menjadi pasar yang amat potensial. Generasi “melek teknologi” ini juga sedikit enggan berhadapan dengan kekakuan yang mungkin dirasakan dari lembaga keuangan formal, sehingga semakin mendorong pertumbuhan Fintech.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

9. Dengan terobosan yang coba dihadirkan oleh Fintech, manfaat nyata mulai dirasakan. Beberapa aktivitas yang mungkin satu dekade lalu belum terfikirkan oleh konsumen, saat ini sudah marak dilakukan. 10. Contohnya ialah pembayaran yang cukup dilakukan via smartphone,

mengakses pembiayaan via situs online dengan skema peer to peer lending atau crowdfunding, dan bahkan mendapatkan rekomendasi investasi secara otomatis via kecerdasan buatan (artificial intelligence).

11. Di Indonesia, dari empat kategori utama Fintech yang kami definisikan, yaitu (1) payment, clearing, settlement; (2) deposit, lending, capital raising; (3) market provisioning; serta (4) investment & risk management, pangsa aktivitas Fintech di Indonesia pada tahun 2016 didominasi sebesar 56%1 oleh kelompok pertama. Kemudian, berdasarkan data Statista, pada tahun 2016 nilai transaksi Fintech di Indonesia diperkirakan telah menembus angka USD 14,5 Miliar. 12. Oleh karena itu, Bank Indonesia yang oleh Undang-Undang Negara

Republik Indonesia ditugaskan selaku Otoritas Sistem Pembayaran

(4)

4 mengambil beberapa inisiatif guna memastikan tren pertumbuhan Fintech dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat, tidak menciptakan gejolak pada sistem keuangan, dan senantiasa didukung kerangka pengaturan yang memadai.

13. Hal ini juga erat kaitannya dengan concern Bank Indonesia untuk senantiasa menjaga efektivitas transimisi kebijakan moneter dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Karena kredibilitas seluruh sistem keuangan dapat terganggu apabila kepercayaan masyarakat tidak dijaga dengan baik oleh Fintech yang notabene melakukan aktivitas layaknya bank atau lembaga keuangan non-bank.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

14. Bank Indonesia telah secara seksama mengikuti dan mendalami perkembangan inovasi teknologi pada layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh Fintech. Kami sampai kepada kesimpulan bahwa inovasi teknologi adalah suatu keniscayaan. Dengan pesatnya perubahan landskap yang terjadi, regulasi tidak seharusnya mencoba untuk mendahului inovasi.

15. Namun kami meyakini, bahwa regulasi perlu selalu berada di dekat inovasi. Sambil mencermati berbagai potensi risiko yang timbul, iklim berusaha yang kondusif perlu diwujudkan. Dalam hal ini, pendirian BI-FTO adalah upaya kami untuk menjaga level of playing field

melalui rezim regulasi yang berimbang dan proporsional tanpa harus mematikan laju inovasi.

16. Sebagai gugus tugas baru yang diposisikan dekat dengan industri, terdapat 4 fungsi utama yang akan dilakukan oleh BI-FTO, yaitu:

- Pertama, adalah sebagai katalisator/fasilitator bagi pertukaran ide inovatif pengembangan Fintech di Indonesia.

(5)

5 - Kedua, adalah sebagai business intelligence, dimana BI-FTO

akan secara rutin memberikan update melalui diseminasi hasil kajian dan pertemuan termasuk dengan kementerian dan otoritas terkait serta lembaga internasional.

- Ketiga, adalah fungsi asesmen. Dalam hal ini, BI-FTO akan melakukan pemantauan dan pemetaan atas potensi manfaat sekaligus risiko dari inovasi model bisnis dan produk yang ditawarkan. Hasil asesmen tersebut akan menjadi dasar bagi perumusan kebijakan di Bank Indonesia.

- Keempat, adalah fungsi koordinasi dan komunikasi, yang berperan memberikan pemahaman atas kerangka pengaturan yang ada, dan mendorong harmonisasi regulasi lintas otoritas.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

17. Sebagai bagian dari fungsi asesmen yang dilakukan BI-FTO, kami juga memperkenalkan didalamnya sebuah inisiatif yang dinamakan Regulatory Sandbox. Inisiatif ini dapat dianalogikan sebagai sebuah laboratorium yang digunakan bersama oleh pelaku Fintech dan regulator untuk menguji model bisnis dan produk/layanan sebelum masuk ke dalam rezim perizinan secara penuh.

18. Pengujian ini dilakukan dalam lingkungan terbatas untuk memastikan identifikasi dan mitigasi seluruh risiko yang mungkin timbul. Pembatasan tersebut diberikan dalam bentuk perizinan terbatas pada layanan, jangka waktu, dan/atau wilayah penyelenggaraan.

19. Melalui Regulatory Sandbox, regulator dapat memonitor secara intensif keberlangsungan Fintech dalam perimeter risiko yang terjaga. Selain digunakan untuk evaluasi, hal ini juga akan

(6)

6 memberikan ruang bagi regulator untuk mengambil langkah antisipatif dan korektif di waktu yang tepat apabila diperlukan. 20. Lebih lanjut, data yang dihasilkan sepanjang proses monitoring dan

pendampingan dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas respon kebijakan. Karena ditengah tren pertumbuhannya yang eksponensial, data telah menjadi aset utama bagi regulator maupun pelaku industri sebagai dasar pengambilan keputusan.

21. Seiring akan beroperasinya BI-FTO, kami mengharapkan ikatan jejaring pelaku Fintech dengan otoritas akan semakin erat. Dengan secara konsisten meningkatkan basis pengetahuan atas proses dan fungsi yang dilakukan oleh Fintech, kami meyakini BI-FTO akan dapat berkontribusi dalam menciptakan industri Fintech yang sehat.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

22. Selain dari perkembangan Fintech yang merupakan cermin dari inovasi teknologi di area keuangan, Bank Indonesia juga mencermati kuatnya inovasi teknologi dalam area perdagangan. Sebagaimana yang telah kami singgung sebelumnya, pertumbuhan dan adopsi e-commerce oleh masyarakat Indonesia begitu luar biasa. Terminologi “Pasar” sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli saat ini sepenuhnya telah dapat diwujudkan secara maya.

23. Meskipun tidak lagi harus dilakukan dengan tatap muka secara fisik, namun kebutuhan transaksi melalui sistem pembayaran tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas jual-beli. Oleh karena itu, Bank Indonesia memandang perlu untuk melengkapi ketentuan pada area sistem pembayaran yang sudah ada, khususnya melengkapi ketentuan mengenai Alat Pembayaran Menggunakan

(7)

7 Kartu (APMK), Uang Elektronik, dan Transfer Dana yang telah lebih dulu ada.

24. Peraturan Bank Indonesia mengenai Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PBI No. 18/40/PBI/2016) kami terbitkan sebagai wujud komitmen kami atas 4 hal utama, yaitu (1) Mengakomodir inovasi; (2) Meningkatkan keamanan, termasuk pemenuhan standar dan audit keamanan secara berkala; (3) Menjaga level of playing field; dan (4) Perlindungan konsumen, ditengah ancaman fraud dan cyber security yang berkejaran dengan inovasi.

25. Ketentuan ini mengatur dua subjek utama dalam suatu aktivitas pemrosesan transaksi pembayaran, yaitu:

- Penyelenggara Jasa SP, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tahapan Otorisasi, Kliring, dan Setelmen. Pihak ini yaitu penyelenggara Switching, Payment Gateway, dan Dompet Elektronik (e-Wallet) diwajibkan untuk memiliki izin dari BI. - Penyelenggara Penunjang Transaksi Pembayaran, seperti

perusahaan penyedia kartu, ATM, EDC, dan data center. Dalam hal ini, Penyelenggara Jasa SP perlu meminta persetujuan kerjasama dan bertanggungjawab untuk memastikan keamanan dan kelancaran pemrosesan transaksi yang difasilitasi mereka. 26. Selain itu, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan daya saing

industri sistem pembayaran nasional, ketentuan ini juga mengatur struktur kepemilikan dari penyelenggara jasa sistem pembayaran. 27. Pada akhirnya, seluruh pengaturan ini kami yakini selaras dengan

(8)

8 dengan Roadmap e-Commerce yang baru saja diterbitkan sebagai Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV di tanggal 10 November 2016.

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

28. Bank Indonesia menyambut baik dan mendukung penerbitan Roadmap e-Commerce ini. Langkah ini kami pandang juga sejalan dengan Arahan Presiden RI pasca kunjungan kerja menghadiri Konferensi G20 di Tiongkok dalam Rapat Terbatas tanggal 27 September 2016 perihal Pengembangan Ekonomi Digital.

29. Presiden RI melihat kemajuan ekonomi digital di Tiongkok yang sangat menakjubkan, dan mengarahkan kepada seluruh instansi terkait, termasuk Bank Indonesia untuk dapat mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia. Lebih lanjut, dukungan tersebut juga perlu diberikan agar Generasi Muda Indonesia yang mempersiapkan perusahaan Start-Up dan berbagai inisiatif di bidang ekonomi digital dapat senantiasa kita bantu penuh.

30. Oleh karena itu, kesempatan hari ini juga merupakan respons Bank Indonesia bersama dengan kementerian dan otoritas terkait, untuk kita dapat mendukung perkembangan ekonomi digital di Indonesia, termasuk dunia usaha khususnya yang berskala kecil dan menengah. 31. Kami mencermati bahwa Roadmap tersebut akan menjadi pedoman yang komprehensif baik bagi regulator maupun industri. Mulai dari aspek pendanaan, kualitas SDM, sampai dengan aspek perlindungan konsumen serta infrastruktur menjadi fokus bahasan. Hemat kami penerbitannya amat tepat waktu dan tepat sasaran guna mendukung pertumbuhan e-commerce dan juga Fintech di Indonesia.

(9)

9

Bapak/Ibu, Hadirin yang kami hormati,

32. Berbekal kolaborasi dan dukungan regulasi yang tepat, kami optimis pelaku Fintech dapat berjalan beriringan dengan institusi keuangan tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang dilakukan oleh institusi keuangan konvensional, serta bergabungnya Fintech menjadi bagian sistem keuangan kami yakini akan mendorong kompetisi yang sehat dan memberikan nilai tambah serta alternatif bagi masyarakat.

33. Dalam konteks tersebut, kami juga perlu mengingatkan kepada institusi keuangan konvensional agar tidak terjebak dalam zona nyaman. Gelombang inovasi datang tidak terbendung dan menciptakan kompetisi yang semakin ketat. Hanya pelaku yang memiliki model bisnis yang solid dan adaptif yang dapat tumbuh secara berkesinambungan di masa yang akan datang.

34. Menutup sambutan kami, kami berharap kolaborasi antara pelaku dengan otoritas, dan antar otoritas dapat semakin erat dan produktif, sehingga tren positif perkembangan Fintech dan e-Commerce di Indonesia dapat terus dipertahankan.

35. Dalam prosesi peresmian BI-FTO pada hari ini, akan ditampilkan secara simbolis bagaimana ketujuh Regulator dengan didampingi oleh tujuh pelaku Fintech/Start-Up secara bersama-sama membangun koordinasi dan kolaborasi untuk mendukung perkembangan ekonomi digital di Indonesia.

36. Selain itu, pada acara ini juga difasilitasi pertemuan dan kesempatan berdialog antara para pelaku Start-Up dengan investor. Sehingga dapat diikuti dengan seksama bagaimana profil Start-Up yang diinginkan oleh investor, dan bagaimana pelaku Start-Up dapat mulai membangun komunikasi kepada investor dengan cara yang baik.

(10)

10 37. Bahkan Bapak Presiden dalam Rapat Terbatas sebagaimana kami

singgung sebelumnya, meminta secara khusus untuk seluruh pihak dapat ikut membimbing para Pelaku Start-Up. Supaya mereka siap, dan tidak perlu melepas investasi mereka terlalu cepat. Kemudian, pada acara ini kami juga memfasilitasi para Pelaku Start-Up untuk dapat duduk bersama dengan Regulator guna membicarakan aspek pemenuhan regulasi dari berbagai Kementerian dan Otoritas terkait. 38. Semoga segenap upaya ini memberikan pesan, bahwa usaha-usaha yang baru berdiri tidak perlu terus menjadi usaha kecil. Dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun, usaha-usaha tersebut dapat menjadi usaha yang besar. Bank Indonesia bersama para regulator terkait berkomitmen dan ingin melihat Generasi Muda Indonesia bangkit, dan kita akan berikan dukungan dan pendampingan yang diperlukan. 39. Dengan sinergi bersama untuk meningkatkan efisiensi, mendorong inklusi, dan menumbuhkembangkan inovasi, maka revolusi digital niscaya akan dapat mengeluarkan seluruh potensi nyatanya bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik dan sejahtera.

Sekian dan Terimakasih

Wassalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan fintech, konsumen dapat melakukan transaksi pembayaran tanpa harus bertatap muka, memperoleh pinjaman tanpa harus mengunjungi kantor cabang bank, memilih,

Fintech dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 merupakan penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi Sistem Penggunaan Financial Technology (Fintech)

Formulasi Pembentukan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Menghadapi Praktik Shadow Banking Terhadap Fintech Di Indonesia Perkembangan teknologi yang memudahkan masyarakat

Perlindungan Konsumen, Macroprudential Policy, Pendalaman Pasar Keuangan, Sistem Pembayaran sebagai enablers, Cyber Security. Stabilitas Sistem Keuangan,

Jenis Fintech yang berada dalam pengawasan OJK adalah semua jenis Fintech yang tidak terkait dengan sistem pembayaran seperti P2P Lending, penghimpunan modal, pengelolaan

Menurut Ardela (dalam Marsudi dan Widjaja, 2019), perkembangan fintech tidak terjadi dibagian penyedia fintech saja, namun juga terhadap pengguna fintech, dimulai dari tahun

FinTech merupakan lembaga keuangan non-bank yang saat ini sedang mengalami trend kenaikan pengguna, selain itu jumlah penyedia jasa FinTech lebih banyak daripada lembaga