LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E NOMOR 1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
NOMOR 2 TAHUN 2006
TENTANG
ALOKASI DANA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK TENGAH,
Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di dalam kabupaten;
b. bahwa pembangunan desa sebagai bagian integral dalam pembangunan nasional dan daerah perlu mendapat perhatian yang seimbang termasuk pembiayaannya, agar dapat menumbuhkan demokrasi dan kenerja desa yang berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, dengan mengutamakan prinsip-prinsip keterbukaan, gotong royong dan peran serta masyarakat yang bertanggung jawab;
c. bahwa untuk mendukung Penguatan penyelenggaran Pemerintahan Desa, perlu penyediaan sumber-sumber pembiayaan melalui sistem pengalokasian dana yang jelas dan pasti secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan kebutuhan, potensi dan kondisi desa;
d. bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) diharapkan menjadi perekat hubungan kemitraan antara Pemerinatah Kabupaten dengan Desa dengan menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis dalam kerangka Otonomi Daerah;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah tentang Alokasi Dana Desa;
1 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
3. Undang–undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 );
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4155);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kabupaten Lombok Tengah sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2000 Nomor 11);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH dan
BUPATI LOMBOK TENGAH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ALOKASI DANA DESA. BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.
2. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Lombok Tengah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan 2
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah APBD Kabupaten Lombok Tengah.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan di desa yang dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagai Badan Eksekutif dan Badan Permusyawatan Desa sebagai Badan Legislatif.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintah desa.
10. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah sejumlah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan kepada desa untuk membantu kebutuhan biaya penyelenggaran Pemerintahan, Pembangunan dan pelayanan masyarakat desa dalam kerangka Otonomi Daerah.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana operasional tahunan dari program umum pemerintahan dan pembangunan desa yang dijabarkan dan diterjemahkan dalam angka-angka rupiah disatu pihak mengandung perkiraan target pendapatan dan dilain pihak mengandung perkiraan batas tertinggi pengeluaran belanja desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
12. Peraturan Desa adalah Peraturan perundang-undangan yang dibuat Badan Permusyawaratan Desa bersama dengan Kepala Desa.
13. Anggaran Belanja Aparatur Desa adalah dana yang digunakan untuk membiayai honorarium dan belanja rutin penyelenggara Pemerintahan Desa.
14. Anggaran Belanja Pembangunan Desa adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan Pembangunan, baik fisik maupun non fisik.
15. Alokasi Dana Minimal yang selanjutnya disebut ADM adalah sejumlah dana yang dialokasikan pada setiap desa secara merata dengan jumlah yang sama sebagai perwujudan asas pemerataan.
16. Alokasi Dana Variabel yang selanjutnya disingkat ADV adalah sejumlah dana yang dialokasikan pada setiap desa yang sesuai dengan bobot desa masing-masing sebagai perwujudan asas keadilan.
BAB II
PEMBIAYAAN PEMERINTAHAN DESA Pasal 2
(1) Penyelenggaran pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan desa dibiayai atas beban APBDes.
(2) Penyelenggaran tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten dibiayai atas beban pemberi tugas.
BAB III
SUMBER - SUMBER PENDAPATAN DESA Pasal 3
Sumber pendapatan desa terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Desa yang meliputi :
a. Hasil usaha desa; b. Hasil kekayaan desa;
c. Hasil swadaya dan partisipasi; d. Hasil gotong royong; dan
e. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah. 2. Bagian Pemerintah Kabupaten yang meliputi :
a. Bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah; dan
b. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten
3. Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi; 4. Sumbangan dari Pihak Ketiga;
5. Pinjaman Desa; dan
6. Hasil kerjasama dengan Pihak Ketiga.
Pasal 4
Pendapatan desa yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf b dialokasikan untuk :
a. Anggaran Belanja Aparatur (rutin); dan b. Anggaran Belanja Publik (pembangunan).
BAB IV
ALOKASI DANA DESA Bagian Kesatu
Besaran ADD
Pasal 5
Total Alokasi Dana Desa untuk semua desa se-kabupaten adalah 10% (sepuluh persen) dari Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten, setelah dikurangi dengan jumlah Anggaran Belanja Aparatur.
Bagian Kedua Asas dan Prinsip
Pasal 6 (1) ADD berasaskan pemerataan dan keadilan. (2) ADD memiliki prinsip-prinsip yakni:
a. Efisien; b. Efektif; c. Transparan; d. Akuntabel; e. Tertib; f. Adil; dan
g. Patut dan Taat pada peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga F o r m u l a s i
Pasal 7
(1) ADD terdiri dari ADM (minimum) ditambah ADV, yang dirumuskan dengan : ADD = ADM + ADV
(2) Formulasi ADM adalah 60% (enam puluh persen)dan ADV adalah 40% (empat puluh lima persen) dari bagian yang diterima dari Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
Bagian Keempat
Alokasi Dana Minimal dan Alokasi Dana Variabel
Pasal 8
(1) ADM adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada semua desa secara merata dengan jumlah yang sama besar sebagai perwujudan asas pemerataan.
(2) Besarnya ADM setiap desa adalah Total ADM dibagi dengan jumlah desa se Kabupaten.
(3) ADV adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada semua desa yang nominalnya sesuai dengan bobot desa sebagai perwujudan asas keadilan.
(4) Besarnya ADV setiap desa adalah Total ADV dibagi untuk semua desa se kabupaten sesuai dengan bobot masing-masing desa.
Bagian Kelima Bobot Desa
Pasal 9
(1) Bobot Desa yang disingkat BD adalah suatu nilai yang menggambarkan bobot dari suatu desa.
(2) Nilai Bobot Desa (BD) lebih besar atau sama dengan 0 (nol) dan lebih kecil atau sama dengan 2 (dua), yang dirumuskan dengan :
0 ≤ BD ≤ 2
(3) Total bobot desa (Σ BD) adalah hasil penjumlahan dari semua nilai bobot desa (BD) se 5
kabupaten.
(4) Besarnya bobot desa rata-rata (BD) diperoleh dari hasil bagi Total Bobot Desa (Σ BD) dengan jumlah dea (Σ D), yang dirumuskan dengan :
BD = Σ BD : Σ D
(5) Total Bobot Desa (Σ BD) harus sama dengan jumlah Desa (Σ D) atau Bobot Desa rata-rata harus sama dengan 1 (satu), yang dirumuskan dengan :
Σ BD : Σ D = 1 atau BD = 1
Bagian Keenam Variabel dan Bobot Variabel
Pasal 10
(1) Variabel yang berpengaruh terhadap nilai bobot desa adalah : a. Kepala Keluarga (KK) Miskin;
b. Tingkat Ketersediaan Infrastruktur; c. Potensi Desa;
d. Luas Wilayah;
e. Jumlah Penduduk; dan
f. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2) Bobot setiap Variabel adalah :
a. Variabel Kepala Keluarga Miskin dengan bobot sebesar 30%;
b. Variabel Tingkat Ketersediaan infrastruktur dengan bobot sebesar sebesar 25%; c. Variabel Potensi Desa dengan bobot sebesar 5%;
d. Variabel Luas wilayah dengan bobot sebesar 15%;
e. Variabel jumlah Penduduk dengan bobot sebesar 20%; dan
f. Variabel Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dengan bobot sebesar 5%.
BAB V
PENGHITUNGAN DAN RUMUSAN Bagian Kesatu
Stratifikasi dan Skoring
Pasal 11
(1) Semua Variabel Desa yang diukur dilakukan proses stratifikasi menjadi 4 (empat) strata dan masing-masing strata diberikan nilai skor.
(2) Strata berbanding lurus dengan nilai skor semakin tinggi tingkat strata semakin besar nilai skor.
(3) Besarnya nilai skor terhadap masing-masing strata ( NS ) sebagai berikut :
a. Strata I (kesatu) adalah Sangat Rendah disingkat menjadi SR dengan nilai skor 6
sama dengan 1 (satu);
b. Strata II (kedua) adalah Rendah disingkat menjadi R dengan dengan nilai skor sama dengan 2 (dua);
c. Strata III (ketiga) adalah Tinggi disingkat T dengan nilai skor sama dengan 3 (tiga);
d. Strata IV (keempat) adalah Sangat Tinggi disingkat ST dengan nilai skor sama dengan 4 (empat).
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Strafikasi dan Skoring ditetapkan dengan Keputusan Bupati
Bagian Kedua
Bobot Skor Variabel dan Bobot Skor Desa
Pasal 12
(1) Besarnya Bobot Skor Variabel ( BSV ) adalah hasil kali Bobot Variabel (BV) dengan nilai skor ( NS ) masing-masing strata, yang dirumuskan dengan :
BSV = BV x NS
(2) Bobot Skor Desa ( BSD ) adalah jumlah total skor variabel masing-masing desa, yang dirumuskan dengan :
BSD = Σ BSV
(3) Bobot Skor Kabupaten ( BSK ) adalah Total Bobot Skor Desa (Σ BSD) se-kabupaten, yang dirumuskan dengan :
BSK = Σ BSD
(4) Bobot Desa ( BD ) diperoleh dari Bobot Skor Desa ( BSD ) dibagi Bobot Skor Kabupaten ( BSK ) dikalikan Jumlah Desa, yang dirumuskan dengan :
BD = ( BSD : BSK ) x ΣD
Bagian Ketiga
Alokasi Dana Minimal, Alokasi Dana Variabel dan Alokasi Dana Desa
Pasal 13
(1) Besarnya ADM masing-masing desa diperoleh dari total Alokasi Dana Minimal dibagi jumlah desa.
(2) Besarnya ADV masing-masing desa diperoleh dari total ADV dibagi jumlah desa, kemudian dikalikan dengan bobot desa.
(3) Besarnya Alokasi Dana Desa untuk setiap Desa diperoleh dengan cara menambahkan ADM dengan ADV masing-masing desa.
Bagian Keempat
Anggaran Belanja Aparatur Desa dan Anggaran Belanja Pembangunan Desa
Pasal 14
(1) Besarnya Anggaran Belanja Aparatur Desa adalah 30% dari ADD. (2) Besarnya Anggaran Pembangunan Desa adalah 70% dari ADD.
Ketentuan lebih lanjut tentang besaran Anggaran Belanja Aparatur dan Anggaran Belanja Pembangunan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Bagian Kesatu
Pokok Pokok Pengelolaan
Pasal 15
(1) Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran dituangkan dalam APBDesa Tahun Anggaran yang bersangkutan.
(2) Pengelolaan Keuangan Desa dilakukan oleh Bendahara Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa Atas persetujuan BPD.
(3) Pengelolaan Keuangan Desa dilakukan sepenuhnya oleh desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Bagian Kedua
Perencanaan dan Pengorganisasian Pasal 16
(1) Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) menggunakan pendekatan perencanaanpartisipatif, administratif yang mengoptimalkan peran serta masyarakat setempat dan dilaksanakan secara demokratis serta terbuka.
(2) Media Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes).
(3) Hasil Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) tahunan didokumentasikan ke dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes) sedangkan hasil perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) 5 (lima) tahun didokumentasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa.
Pasal 17
(1) Organisasi Penyelenggara ADD dalam bentuk Tim Pembangunan Desa dengan koordinator yakni Kepala Desa dan dibantu oleh anggota BPD, pengurus LKMD, Kader Pembangunan Desa, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Wanita .
(2) Struktur Organisasi Tim Pembangunan Desa meliputi: a. 1 orang koordinator;
b. 1 orang wakil koordinator; c. 1 orang bendahara;
d. 1 orang wakil bendahara; e. 1 orang sekretaris;
f. 1 orang wakil sekretaris; dan
g. 11 orang anggota yang terdiri dari kepala Dusun/Lingkungan, tokoh Agama, tokoh 8
adat, tokoh Pemuda,dan Tokoh wanita.
Bagian Ketiga Pelaksanaan Kegiatan
Pasal 18
(1) Kegiatan yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari Anggaran Belanja Aparatur Desa (ABADes) adalah Honorarium Kepala Desa dan Aparaturnya, Ketua BPD dan anggotanya, Ketua LKMD yang dinggap layak, Kepala kepala Dusun/Kepala kepala Lingkungan.
(2) Jenis kegiatan yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari Anggaran Belanja Pembangunan Desa (APBDes) adakah pembangunan Fisik maupun Non Fisik yang merupakan fasilitas kebutuhan dasar dan telah ditetapkan sebagi prioritas dalam Musrengbangdes.
Bagian Keempat Pengawasan
Pasal 19
Pengawasan terhadap pengelolaan (ADD) dilaksanakan berbagai pihak yakni: 1. Pengawasan masyarakat setempat yang dikoordinir oleh permusyawaratan desa; 2. Pengawasan oleh camat; dan
3. Pengawasan oleh Badan Pengawas Kabupaten.
BAB VII
PERTANGGUNGJAWABAN ADD
Pasal 20
(1) Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan pertanggung jawaban atas pengelolaan ADD dalam APBDes dihadapan musyawarah BPD setiap akhir tahun. (2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, termasuk pengelolaan ADD dalam
APBDes, disampaikan kepada Bupati melalui Camat paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI DATA
Bagian Kesatu
Informasi dan Pengumpulan Data
Pasal 21
Sebagai dasar Penetapan ADD, Desa diwajibkan menyampaikan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan data kebutuhan desa, sesuai dengan insentif desa setiap tahun 9
secara terukur dan akurat.
Pasal 22
(1) Pemerintah Kabupaten harus menyampaikan informasi Penetapan Jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) kepada Desa, paling lama 15 (limabelas) hari setelah ditetapkannya APBD
(2) Berdasarkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dituangkan dalam APBDes Tahun Anggaran yang bersangkutan.
(3) APBDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), bersama rencana penggunaannya disampaikan kepada Bupati melalui Camat.
Bagian Kedua
Pengelolaan dan Pemutahiran Data
Pasal 23
(1) Data dan informasi yang disampaikan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 disimpan dan dikelola oleh pejabat yang telah ditetapkan.
(2) Guna Pemutahiran data dilakukan validasi berdasarkan data yang masuk dari desa. (3) Data akhir hasil pemutahiran dimasukkan dalam Bank Data sebagai Data Base.
Bagian Ketiga
Mekanisme Penyampaian Data
Pasal 24
(1) Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum penetapan APBD, Desa harus menyampaikan data kebutuhan dan potensi desa, sesuai dengan format yang telah ditetapkan.
(2) Apabila data sebagaimana dimaksud tidak disampaikan maka ADD desa yang bersangkutan dihitung berdasarkan data tahun lalu atau sama denga jumlah ADD tahun yang lalu.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan. Pasal 26
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
Ditetapkan di Praya
pada tanggal 12 April 2006 BUPATI LOMBOK TENGAH,
ttd. H. LALU WIRATMAJA Diundangkan di Praya pada tanggal SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
H. MAS’UD
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E NOMOR 1
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2006
TENTANG
ALOKASI DANA DESA
A. UMUM
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, telah memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasoinal dan berada di dalam Daerah Kabupatan.
Dengan memberikan kewenangan kepada Desa maka kedudukan Desa yang meiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Otonomi daerah akan berjalan dengan baik jika setiap jenjang dalam pemerintahan mampu mengelola pembangunan secara sistimatis dan berkelanjutan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat, dengan perkembangan dan keinginan Desa serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat.
Disisi lain pemberian kewenangan kepada Desa diharapkan dapat menumbuh kembangkan prakarsa dan kreatifitas serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa dengan memperhatikan potensi dan sumberdaya yang potensial yang ada di Desa.
Berkaitan dengan itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah perlu membentuk Peraturan Daerah yang mengatur mengenai pengalokasian Dana yang dibutuhkan Desa dalam melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara Pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam kerangka otonomi daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal mengenai pengalokasian Dana untuk pembiayaan rencana opersional tahunan program umum Pemerintahan dan Pembangunan Desa.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas 12
Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1)
Yang disebut stratifikasi adalah pemberian penilaian terhadap tinggi rendahnya suatu keadaan sebagai dasar pendekatan skorsing (pemberian nilai terhadap strata). Ayat (2) Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sistem swakelola ialah desa diberikan kewenangan sepenuhnya untuk mengelola dana ADD baik peruntukan maupun pengalokasiannya, dengan mengacu pada peraturan Perundang undangan dengan melibatkan secara nyata peran serta masyarakat dan/atau organisasi masyarakat setempat (OMS), secara transparan, demokratis dan dapat dipertanggung jawabkan. Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas 13
Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 39