• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPANGAN KERAKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPANGAN KERAKAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 1.1 MaksudMaksud 

 Menentukan harga  sphericityMenentukan harga sphericity,, roundness, flatness ratio,roundness, flatness ratio, daridari 36 sampel36 sampel kerakal.

kerakal. 

 Menginterpretasikan mekanisme transportasi yang terjadi terhadap butirMenginterpretasikan mekanisme transportasi yang terjadi terhadap butir kerakal sedimen.

kerakal sedimen.

1.2

1.2 TujuanTujuan 

 Dapat menentukan perbedaan pengambilan sampel di hulu dan di hilirDapat menentukan perbedaan pengambilan sampel di hulu dan di hilir 

 Mampu menginterpretasikan mekanisme transportasi yang terjadi terhadapMampu menginterpretasikan mekanisme transportasi yang terjadi terhadap  butir kerakal sedimen.

 butir kerakal sedimen.

1.3

1.3 Waktu dan Waktu dan Tempat PelaksanaanTempat Pelaksanaan

Lapangan Sedimentologi, acara Analisis Kerakal dilaksanakan pada : Lapangan Sedimentologi, acara Analisis Kerakal dilaksanakan pada : hari,

hari, tanggal tanggal : : Minggu, Minggu, 8 8 April April 20182018 waktu

waktu : : 06.30 06.30 WIB WIB - - selesaiselesai tempat

tempat : : Sungai Sungai Kali Kali PengkolPengkol

Adapun syarat dan ketentuan yang berlaku agar praktikum dapat Adapun syarat dan ketentuan yang berlaku agar praktikum dapat  berjalan dengan lancar dan baik.

(2)

BAB II

RUMUS PERHITUNGAN

2.1 Menghitung Sphericity

Perhitungan menurut Folk (1958)

ψ p = 3 1 2 .

 



 



 

 

 I   L S  Keterangan: S = diameter pendek L = diameter panjang I = diameter menengah.

Tabel 2.1Skala Sphericity Menurut Folk 1968

Ukuran (mm) Bentuk < 0,6 Very Elongated 0,6 –  0,63  Elongated 0,63 –  0,66 Sub Elongated 0,66 –  0,69  Intermediate Shape 0,69 –  0,72 Sub Equent 0,72 –  0,75  Equent 0,75 < Very Equent 2.2 Menghitung Roundess

Perhitungan menurut Tester dan Bay

 

% 4 ' ' ' '  BC  CD DA  AB  Rd     % 100 ' ' x  AB aa  AB  AB   ... %, 100 ' '  x dst   BC  bb  BC   BC   

(3)

Gambar 2.1Pengukuran dengan Dial Caliper 

Gambar 2.2Kategori Roundness dan sphericity

Tabel 2.2Klasifikasi derajat kebundaran

Class Name Powers (1949) Pettijhon

(1949) Folk (1955) Very Angular  Angular Subangular Subrounded  Rounded Well rounded  0,12 –  0,17 0,17 –  0,25 0,25 –  0,35 0,35 –  0,49 0,49 –  0,70 0,70 –  1,00 0,00 –  0,15 0,15 –  0,25 0,25 –  0,40 0,40 –  0,60 0,60 –  1,00 0,00 –  1,00 1,00 –  2,00 2,00 –  3,00 3,00 –  4,00 4,00 –  5,00 5,00 –  6,00

2.3 Menhitung Flattenes Ratio

(4)

C  C   B  A  Fr  2     , dimana : A = panjang B = lebar C = ketebalan

2.4 Menghitung Oblate

 – 

 Prolate

Perhitungan menurut Dohkins dan Folk (1968)

)

5

,

0

(

)

/(

.

    S   L  I   L  L S  OP 

(5)

BAB IV

PEMBAHASAN

Lapangan Sedimentologi, acara Analisis Kerakal telah dilaksanakan pada tanggal 8 April 2018, pada pukul 06.30 WIB  –   selesai di Sungai Kali Pengkol.

Dalam kegiatan lapangan tersebut telah dilaksanakan pengambilan sampel batuan  beku dan sedimen di masing –  masing titik.

3.1 Perbedaan Sampel Hulu dan Hilir Berdasarkan

Sphericity  merupakan ukuran kecenderungan kebolaan suatu bentuk  butir material sedimen. Perhitungan nilai  spherecity  dilakukan pada bagian hulu dan hilir pada tiap-tiap sampel batuan, baik beku maupun sedimen. Sesuai hasil perhitungan menunjukkan butiran material sedimen hampir menuju tingkat kebolaan yang sempurna.

 Roundness  merupakan sifat bentuk butiran sedimen yang  berhubungan dengan tingkat kebundaran sisi pada butiran material sedimen. Dari hasil pengolahan 36 kerakal tersebut menunjukkan bahwa semakin ke arah hilir bentuk dari kerakal tersebut semakin roundness. Dari hasil  perhitungan dapat disimpulkan bahwa bentuk kebundaran butir dari material

sedimen semakin ke daerah hilir semakin membundar, hal ini dapat dikorelasikan bahwa tingkat kebundaran suatu material sedimen dipengaruhhi oleh jarak transport, dimana semakin jauh jarak transport material sedimen akan membuat material semakin membundar. Prosesnya meliputi terjadinya pelapukan yang menghasilkan material sedimen lepas, lalu hasil lapukan mengalami erosi kemudian tertranspotasi, pada saat tertransport material sedimen yang terbawa mengalami gesekan  –   gesekan

yang terjadi antar material sedimen maupun antara material sedimen dengan dasar sungai dimana tingkat kebundarannya dipengaruhi oleh waktu dan jarak transport yang mengakibatkan semakin intesifnya gesekan pada material sedimen.

 Flatness ratio  merupakan derajat kepipihan suatu partakel. Berdasarkan perhitungan didapat nilai rata-rata  Flatness ratio  pada sampel

(6)

kerakal yang diambil menunjukkan bahwa nilai tersebut termasuk nilai kepipihan yang kecil, hal ini terbukti dari bentuk sampel yang diambil relatif tidak pipih. Hal tersebut menunjukkan proses transportasi yang mana  jaraknya semakin jauh dan mengalami gesekan yang intensif.

Pada 8 April 2018 diadakan praktikum lapangan sedimentologi dan statigrafi combo 1 yang merupakan gabungan dari acara Granulometri, Analisi Butir Kerakal dan Mineral berat. Pada lapangan ini khususnya untuk acara analisis butir kerakal praktikan mengambil masing-masing 3 titik pada hulu dan hilir sungai dimana tiap satu plot sampel yang diambil berupa 3 smpel kerakal sedimen dan 3 sampel kerakal beku. Kemudian dianalisis tingkat roundness, sphericity, flatness ratio dan massa jenisnya guna mengetahui proses yang berlangsung hingga kerakal ters ebut diendapkan.

Pada data yang didapatkan di hulu sungai, secara umum kerakal dari  batuan sedimen memiliki bentuk yang lebih rounded dibandingkan dengan kerakal dari batuan beku. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa kerakal sedimen mengalami transportasi yang lebih jauh dibandingkan dengan kerakal batuan beku serta kerakal batuan sedimen ini memiliki resistensi yang lebih rendah sehingga lebih mudah tererosi oleh fluida. Selain itu hubungannya dengan densitas dimana kerakal batuan beku memiliki densitas yang lebih besar sehingga menunjukkan proses transportasi yang tidak terlalu  jauh karena dnegan densitas yang besar maka material akan lebih mudah mengalami pengendapan. Transportasi jauh pada kerakal sedimen menunjukkan proses sedimentasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan kerakal beku yang tertransportasi dekat dengan sumbernya. Adapun tingkat sperichity kerakal yag berada pada bagian hulu secara umum bersifat elongated, hal ini menunjukkan pada daerah hulu material kerakal belum mengalami abrasi yang terlalu intens, arus yang bekerja umumnya lebih mengabarasi pada satu sumbu sehingga terdapat perbedaan panjang sumbu yang signifikan. Hal ini didukung juga dengan data flatness ratio untuk kerakal yang berada pada daerah hulu memiliki hasil yang cukup rendah, sehingga bentuknya tidak terlalu pipih sehingga belum mengalami abrasi

(7)

yang terlalu intens pada materialnya. Material kerakal di hulu memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan densitas kerakal di hilir sehingga mengalami pengendapan terlebih dahulu.

Selanjutnya data yang didapatkan dihilir secara umum berbentuk rounded-well rounded baik kerakal sedimen dan kerakal beku sehingga dapat diinterpretasikan kerakal yang berada pada bagian hilir ini sudah mengalami  proses transportasi yang lebih jauh dibandingkan pada daerah hulu. Kemudian secara umum juga pada daerah hilir material kerakalnya memiliki tingkat sphericity berupa equent-very equent. Hal ini menunjukkan bahwa kerakal pada bagian hilir sudah mengalami proses yang lebih kompleks  berupa erosi maupun abrasi. Selain itu berdasrkan nilai flatness ratio yang  besar atau mendekati angka 10 sehingga material kerakal semakin pipih juga dapat merepresentasikan bahwa material pada hilir mengalami abrasi yang cukup intens.Pada umumnya memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan material kerakal yang berada dihulu dan akan terendapkan ketika energi transportasi sudah tidak mampu membawa material ini.

(8)

BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

 Samakin menuju ke daerah hilir aliran air sungai semakin mengecil,  juga proses transportasi mengalami jarak yang semakin jauh sehingga gesekan yang terjadi pada material sedimen yang semakin intensif mengakibatkan butiran sedimen semakin membundar, menuju kebolaan sempurna, dan menjadi agak pipih.

 Berdasarkan data yang ada, dapat diinterpretasikan terdapat dua mekanisme transportasi pada kerakal ini yaitu bed load  dengan jenis rolling  untuk material kerakal dengan bentuk yang rounded dan bed load  dengan jenis sliding  untuk material kerakal dengan bentuk sub-angular-angular

1.2 Saran

 Sebaiknya dijelaskan mengenai klasifikasi untuk tiap perhitungan serta penamaan atau ketentuan bentuk pada tiap batuan supaya  praktikan lebih memahami bagaimana memberi penamaan ukuran

dan bentuk.

 Lebih efisien waktu ketika praktikum dalam ruangan supaya materi dapat tersampaikan dengan jelas tanpa adanya miskomunikasi.  Praktikan harus lebih aktif dalam menanyakan kepada asisten

(9)

Gambar

Tabel 2.1 Skala Sphericity Menurut Folk 1968
Gambar 2.1 Pengukuran dengan Dial Caliper 

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi menghasilkan nilai R 2 mendekati angka 1 yang berarti bahwa model hidrologi metode NRCS - CN menghasilkan data debit limpasan langsung yang mendekati hasil

Pada pengukuran profile dose menggunakan pesawat LINAC tipe Clinac-CX didapatkan nilai symmetry, flatness dan penumbra pada tiap energi dan lapangan radiasi elektron

Nilai konduktivitas untuk material konduktor ionik pada umumnya adalah 10 -3 S/cm &lt; σ &lt; 10 S/cm, sedangkan konduktor ionik yang memiliki nilai konduktivitas lebih

Nilai berkisar 0 – 1 (0 ≤ adj.R 2 ≤ 1) apabila nilai adj.R 2 mendekati angka 1 berarti pengaruh dari Price Earning Ratio (PER), Price To Book Value Ratio (PBVR), Debt T o

Tidak ada species fitoplankton di bagian tengah yang mendominansi dengan nilai Indeks Dominansi (D) mendekati nol (0,222).. Beberapa species fitoplankton di bagian hilir

Dari gambar 10 di atas dapat dilihat bahwa campuran antara warna Cyan, Magenta dan Yellow dengan nilai yang sama besar (100%) dapat menghasilkan warna yang

). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila nilai koefisien mendekati angka nol, maka kemampuan variabel independen di dalam mempengaruhi

Metode Monte Carlo sendiri adalah suatu metode untuk mendapatkan nilai yang paling mendekati dari yang diharapkan dengan bereksperimen dengan angka-angka acak yang