• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KOLITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL KOLITIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PEMILIHAN TERAPI MEDIS DAN OPERATIF PADA PERKEMBANGAN PEMILIHAN TERAPI MEDIS DAN OPERATIF PADA

PASIEN DENGAN KOLITIS ULSERATIF AKUT PASIEN DENGAN KOLITIS ULSERATIF AKUT

ABSTRAK ABSTRAK

Kolitis ulseratif akut (UC) adalah suatu kondisi morbiditas yang Kolitis ulseratif akut (UC) adalah suatu kondisi morbiditas yang membutuhkan manajemen medis dan bedah melalui kolaborasi ahli membutuhkan manajemen medis dan bedah melalui kolaborasi ahli gastroenterologi dan ahli bedah kolorektal. Pertama pengobatan lini untuk pasien gastroenterologi dan ahli bedah kolorektal. Pertama pengobatan lini untuk pasien dengan kolitis ulseratif akut berat terdiri dari steroid intravena, tetapi mereka yang dengan kolitis ulseratif akut berat terdiri dari steroid intravena, tetapi mereka yang tidak merespon membutuhkan terapi eskalasi atau kolektomi. Angka mortalitas tidak merespon membutuhkan terapi eskalasi atau kolektomi. Angka mortalitas kolektomi telah menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, namun kolektomi telah menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, namun karena morbiditas dari prosedur ini, agen lini kedua seperti siklosporin dan karena morbiditas dari prosedur ini, agen lini kedua seperti siklosporin dan infliximab telah digunakan sebagai terapi penyelamatan dalam upaya untuk infliximab telah digunakan sebagai terapi penyelamatan dalam upaya untuk menghindari operasi muncul. Sayangnya, terapi medis yang berlarut-larut telah menghindari operasi muncul. Sayangnya, terapi medis yang berlarut-larut telah menyebabkan pasien yang akan melakukan tindakan operasi dalam keadaan menyebabkan pasien yang akan melakukan tindakan operasi dalam keadaan menjadi lebih buruk kesehatannya yang mengarah ke hasil pasca-operasi yang menjadi lebih buruk kesehatannya yang mengarah ke hasil pasca-operasi yang  buruk.

 buruk. Dalam Dalam era era ini ini beberapa beberapa modalitas modalitas medis medis yang yang tersedia tersedia dalam dalam pengobatanpengobatan kolitis ulseratif akut yaitu dokter harus mempertimbangkan keuntungan dan kolitis ulseratif akut yaitu dokter harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari terapi medis yang berkepanjangan dalam upaya untuk menghindari kerugian dari terapi medis yang berkepanjangan dalam upaya untuk menghindari tindakan operasi. Kolektomi tetap menjadi andalan dalam pengobatan kolitis tindakan operasi. Kolektomi tetap menjadi andalan dalam pengobatan kolitis ulseratif parah yang tidak responsif terhadap kortikosteroid dan terapi ulseratif parah yang tidak responsif terhadap kortikosteroid dan terapi  penyelamatan.

 penyelamatan. Rujukan Rujukan tepat tepat waktu waktu untuk untuk operasi operasi memungkinkan memungkinkan untuk untuk hasilhasil  pasca-operasi

 pasca-operasi yang yang lebih lebih baik baik dengan dengan risiko risiko yang yang lebih lebih rendah rendah dari dari sepsis sepsis dandan meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pilihan untuk bedah rekonstruksi meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pilihan untuk bedah rekonstruksi meliputi tiga tahap ileum pouchanal anastomosis atau modifikasi prosedur dua meliputi tiga tahap ileum pouchanal anastomosis atau modifikasi prosedur dua tahap yang dapat dilakukan baik terbuka atau laparoskopi. Banyak jalan terapi tahap yang dapat dilakukan baik terbuka atau laparoskopi. Banyak jalan terapi medis dan bedah telah memungkinkan untuk kemajuan besar dalam pengobatan medis dan bedah telah memungkinkan untuk kemajuan besar dalam pengobatan  pasien

 pasien dengan dengan kolitis kolitis ulseratif. ulseratif. Dalam Dalam era era ini, ini, penting penting untuk untuk mempertahankanmempertahankan  pandangan

 pandangan global, global, memanfaatkan memanfaatkan kortikosteroid kortikosteroid dan dan terapi terapi penyelamatan penyelamatan jikajika diindikasikan, dan kemudian mempertahankan ambang batas yang tepat untuk diindikasikan, dan kemudian mempertahankan ambang batas yang tepat untuk operasi. Kolektomi tetap menjadi pengobatan yang layak dan tidak harus dilihat operasi. Kolektomi tetap menjadi pengobatan yang layak dan tidak harus dilihat sebagai "terapi terakhir".

sebagai "terapi terakhir".

Kata kunci: kolitis ulseratif akut; kolektomi; kortikosteroid; infliximab; Kata kunci: kolitis ulseratif akut; kolektomi; kortikosteroid; infliximab; cyclosporine; Ileum pouchanal anastomosis

(2)

PENDAHULUAN

Kolitis ulserativa parah akut (UC) adalah eksaserbasi kondisi kronis yang ditandai dengan peradangan pada mukosa kolon yang memanjang dari rektum  proksimal hingga bagian dari usus besar. Colitis ulseratif adalah kondisi yang sangat mengerikan yang membutuhkan baik manajemen medis dan bedah. Sebelum tahun 1950-an, pelaksanaan urgent kolektomi dan pemberian steroid sistemik meiliki tingkat kematian yang setinggi yaitu 70% pada pasien dengan colitis ulseratif parah[1].  Dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian telah menurun menjadi kurang dari 1% dengan kombinasi terapi medis, terapi penyelamatan, dan

 pelaksanaan tepat waktu total abdominal colectomy (TAC) ketika

diindikasikan[2,3].  Meskipun pengenalan terapi penyelamatan seperti siklosporin (calcineurin inhibitor) dan infliximab [tumor necrosis factor (TNF) antibodi monoklonal] dalam rejimen pengobatan pasien dengan colitis ulseratif berat yang stabil, tingkat kolektomi tetap stabil (27%) selama tiga puluh tahun terakhir[ 4].

Secara historis, kolitis parah ditandai dengan gejala tinja berdarah setidaknya enam kali setiap hari, bersama dengan salah satu dari tanda-tanda  penyakit sistemik berikut: tingkat sedimentasi eritrosit> 30 mm / jam, suhu> 37,8

℃, denyut nadi> 90 / menit dan hemoglobin <10,5 g / dL[5]. Lichtiger menciptakan sistem penilaian untuk kolitis ulseratif berat berdasarkan frekuensi tinja, diare nokturnal, darah dalam tinja, inkontinensia tinja, dan nyeri perut [6]. Kriteria ini memainkan peran penting dalam keputusan untuk meningkatkan terapi atau melanjutkan ke kolektomi pada pasien dengan penyakit yang parah. Tingkat dari TAC dalam lima tahun pertama dari penyakit berkisari dari 9%-35%, bahkan dengan terapi medis [7].  Dengan semakin banyak pilihan yang tersedia untuk ahli gastroenterologi dan ahli bedah dalam pengelolaan colitis ulseratif, pengobatan menjadi lebih personal dan bervariasi. Tinjauan berikut memberikan gambaran tentang manajemen medis dan bedah pada colitis ulseratif berat akut.

(3)

STANDAR TERAPI MEDIS

Pasien dengan tanda-tanda colitis ulseratif berat akut membutuhkan  perawatan langsung di rumah sakit. Mereka harus memiliki pemantauan berkala dari tanda-tanda vital dan produksi urine serta pemeriksaan laboratorium yang komprehensif. Pemeriksaan awal harus mencakup data metabolik komprehensif,  prealbumin, albumin, hitung darah lengkap, dan penanda inflamasi [laju endap darah dan protein C-reactive (CRP)] [5].  Sebuah tes kulit tuberkulin juga harus dilakukan sebagai persiapan untuk kemungkinan pengobatan dengan agen imunosupresan atau biologis. Pencitraan perut harus diperoleh untuk mengevaluasi dilatasi kolon (lebih besar dari 5,5 cm) pada foto polos X-ray atau computed tomography scan (CT-scan), dan pasien harus dipantau untuk demam, leukositosis dan tanda-tanda lain dari sepsis sistemik yang menyertai megakolon toksik[8,9].

Kultur tinja dan ujiclostridium difficile harus didapat untuk mengecualikan infeksi kolitis pseudomembran, dan frekuensi dan konsistensi buang air besar harus dicatat.

Pemberian cairan resusitasi dengan koreksi urin output 0,5 mL / kg per jam. Pemberian cairan intravena dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit mencegah

dehidrasi dan memburuknya dismotilitas kolon dan dilatasi[10].Semua pasien yang

tidak terdapat perdarahan harus diberikan profilaksis tromboemboli karena  peningkatan risiko trombosis dalam keadaan inflamasi sistemik. Selain itu, pasien harus menjalani sigmoidoskopi fleksibel untuk mengkonfirmasi diagnosis colitis ulseratif berat akut dan untuk mendapatkan biopsi untuk menyingkirkan kolitis cytomegalovirus [11].

Pasien dengan colitis ulseratif akut berat memerlukan pengkajian ulang terus menerus, dengan pemberian antibiotik pada keadaan infeksi, nutrisi parenteral total dalam pengaturan gizi buruk, dan meningkatkan terapi pengobatan yang non-responsif. Kedia et al [12]  mengusulkan sebuah algoritma untuk menilai kembali respon steroid pasien di hari 1, 3 dan 4-7 di mana responden yang dinilai menanggapi terapi dengan baik atau perlu melanjutkan tindakan kolektomi. Dalam algoritma ini, kriteria Oxford (> 8 tinja / hari atau > 3 tinja / hari dengan CRP> 45

(4)

mg / L) yang digunakan untuk menentukan pemilihan terapi [13].  Dengan memperhatikan secara seksama kondisi fisik pasien dan tingkat keparahan  penyakit, terapi medis atau bedah yang tepat dapat dipilih untuk menargetkan  penyakit pada individu (Gambar 1).

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid diperkenalkan dalam pengelolaan colitis ulseratif di tahun 1950, meskipun uji klinis pertama membuktikan keberhasilan mereka tidak dipublikasikan sampai tahun 1970-an[5,14]. Selama 40 tahun terakhir, kortikosteroid intravena (methylprednisolone 60 mg / hari atau hidrokortison 100 mg / 8 jam) untuk program 7-10 hari telah menjadi landasan dalam pengobatan colitis ulseratif  berat akut [4,14].  Sebuah tinjauan besar dan metaanalisis melaporkan respon IV

steroid sebesar 67% dengan tingkat kolektomi jangka pendek sebesar 29%[4].

TERAPI MEDIS PENYELAMATAN

Terapi penyelamatan dalam pengelolaan medis dari colitis ulseratif pada tahun 1990 dengan pengenalan siklosporin. Diikuti segera dengan Infliximab sebagai terapi alternatif dengan profil efeksamping yang berbeda yang juga bisa  berfungsi sebagai terapi penyelamatan dalam pengaturan colitis ulseratif refrakter

terhadap kortikosteroid.

Siklosporin (24 mg / kg) telah terbukti menginduksi remisi pada 60%-80%  pasien dengan kolitis akut berat, namun tingkat kolektomi pada empat bulan tetap mendekati angka 50% kecuali pasien berhasil dijembatani untuk terapi  pemeliharaan[6,15,16]. Peran infliximab dalam pengobatan non akut, Kolitis ulseratif sedang sampai berat telah dilaporkan dalam Active Ulcerative Colitis Trials 1 dan 2, dengan tingkat respon antara 61% dan 69%[17]. Infliximab (5 mg / kg) juga telah terbukti secara signifikan menurunkan tingkat kolektomi pada tiga bulan untuk  pasien colitis ulseratif sedang hingga parah.[18] Dalam sebuah penelitian di Italia

oleh Kohn et al [19]  terdapat tingkat respons sebesar 85% untuk infliximab tanpa kolektomi di 2 mo rumah sakit setelah masuk untuk kolitis ulseratif parah akut dan 67% pada 23 bulan. Beberapa penelitian telah membandingkan infliximab dan

(5)

siklosporin sebagai terapi penyelamatan untuk Kolitis ulseratif akut berat dengan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua terapi. Tingkat kolektomi serupa  pada tiga dan dua belas bulan antara pasien yang menerima infliximab (31% dan 41%) dan siklosporin (30% dan 44%) [20,21].  Sebuah tinjauan sistematis dan metaanalisis terbaru membandingkan infliximab dan siklosporin sebagai terapi  penyelamatan dan tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada kolektomi 3 atau 12 bulan antara tiga percobaan acak namun dilaporkan meningkat secara signifikan respon terhadap pengobatan dan tingkat kolektomi 12 bulan lebih rendah di antara 12 studi acak[22].

Sementara agen imunosupresan dan biologis telah menjadi sarana yang sesuai dalam mengobati kolitis ulseratif parah, terdapat bukti yang bertentangan mengenai penggunaan terapi sekuensial (secara berurutan). Laporan dari  penggunaan infliximab setelah kegagalan terapi menggunakan steroid dan

siklosporin telah menunjukkan tingkat kolektomi 30%[23]. Sebuah tinjauan dari 10

 penelitian di mana terapi penyelamatan digunakan secara berurutan untuk  pengobatan colitis ulseratif berat akut menunjukkan tingkat kolektomi dari 28%  pada 3 bulan dan 42% pada 12 bulan dengan tingkat 23% yang bahkan menurun dan merugikan dari yang dilaporkan sebelumnya dalam literatur[24] . Pada saat ini,  pemilihan agen terapi penyelamatan, siklosporin vs infliximab vs satu agen

menyusul lainnya, terutama didasarkan pada kenyamanan dokter dan pengalaman,  bersama dengan toleransi pasien dari efek samping dan kerentanan terhadap infeksi

IMUNOMODULATOR

Meskipun saat ini bukan merupakan standar perawatan, vedolizumab, antibodi integrin, telah terbukti menyebabkan remisi bebas steroid pada sekitar sepertiga dari pasien colitis ulseratif yang telah gagal terapi anti TNF[25]. Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum rekomendasi dapat dibuat untuk digunakan dalam  pengobatan colitis ulseratif berat akut. Agen lain seperti thiopurines dan methotrexate berperan dalam terapi pemeliharaan dan pengurangan dosis steroid, namun obat ini tidak menunjukkan keberhasilan yang signifikan sebagai terapi induksi untuk mencapai remisi pada pasien dengan colitis ulseratif aktif[26,27].

(6)

ANTIBIOTIK

Peran antibiotik dalam pengobatan colitis ulseratif berat akut masih terbatas karena meskipun pada colitis ulseratif berat tidak terbukti memiliki manfaat terapi  pada metronidazol oral atau intravena, tobramycin, ciprofloxacin atau vankomisin

[28-30].  Hanya dalam pengaturan infeksi aktif atau untuk antibiotik profilaksis

sebelum operasi dilakukan menurut pedoman ECCO yang merekomendasikan  bahwa antibiotik perlu diberikan[31].

TERAPI PEMBEDAHAN

Meskipun kemajuan yang luar biasa telah dibuat dalam

 perawatan medis dari colitis ulseratif, kolektomi tetap menjadi landasan dalam  pengelolaan penyakit ini. Secara keseluruhan, tingkat kolektomi belum berubah secara signifikan sejak penambahan terapi penyelamatan untuk armamentarium

dari Gastroenterologi. Prediktor kebutuhan secondline  untuk perawatan atau

kolektomi memiliki beberapa kriteria, tapi beberapa variabel, termasuk tingkat keparahan penyakit, frekuensi tinja, CRP, hyopoalbuminemia (<3 mg / dL), dan  bukti radiografi dari dilatasi kolon (> 5,5 cm), semua bisa digunakan dalam

identifikasi awal kebutuhan eskalasi terapi [32-34]. Sebuah sistem scoring yang lebih baru ini juga termasuk menilai kebutuhan untuk transfusi darah atau nutrisi  parenteral sebagai prediktor kebutuhan kolektomi [35].

KOLEKTOMI SETELAH TERAPI PENYELAMATAN

Sehubungan dengan meningkatnya jumlah terapi medis pada colitis ulseratif parah, pasien yang dirujuk untuk kolektomi setelah beberapa upaya  penyelamatan medis. Pasien-pasien ini hadir dalam keadaan kesehatan yang buruk,

kekurangan gizi dan anemia, dan penundaan itu bukan tanpa konsekuensi.

Pasien yang menjalani operasi setelah menerima steroid dosis tinggi atau

yang kurang gizi sering mengalami peningkatan komplikasi bedah[36]. Komplikasi

 pasca operasi termasuk anastomosis kebocoran, striktur, fistula, dan obstruksi usus. Suatu studi melaporkan tingkat komplikasi pasca operasi menjadi meningkat tiga kali lebih tinggi, dengan tingkat sepsis menjadi 13 kali lebih tinggi, pada pasien

(7)

yang menjalani anastomosis pouchanal ileum (IPAA) setelah pengobatan dengan infliximab[37]. Demikian pula, tingkat signifikan lebih tinggi dari komplikasi utama yang ditemukan pada pasien yang menjalani durasi yang lebih lama dari terapi medis (> 8 hari) dalam kelompok 80 pasien dengan colitis ulseratif parah diikuti selama 7 tahun[13].

Pentingnya penilaian ulang terus menerus pada pemilihan kebutuhan untuk operasi karena ditekankan pada tingkat kematian pasien. Angka kematian tiga tahun setelah kolektomi elektif (3,7%) secara signifikan lebih rendah dibandingkan setelah masuk rumah sakit tanpa operasi (13,6%) atau dengan operasi emergent (13,2%) pada pasien dengan colitis ulseratif akut berat[38].

TAHAP PENDEKATAN

Manajemen bedah dari colitis ulseratif dalam pengaturan terapi medis yang gagal melibatkan prosedur dari TAC dengan opsional IPAA dalam dua atau tiga

tahap[3]. Dalam pendekatanthreestage, operasi awal melibatkan subtotal atau TAC

dengan membuat ileostomy akhir. Penjepitan atau handsewn bagian rectosigmoid dapat dijahit sebagai fistula mukosa pada aspek distal dari sayatan dinding perut,  bisa ditutup dan dijahit ke jaringan subkutan, atau dapat dibiarkan terikat di  panggul. Alasan utama untuk pembuatan fistula mukosa atau penempatan ujung rektum panjang di jaringan subkutan adalah untuk menghindari dubur mengalami gangguan, rusak atau pecah dan terjadi kebocoran dengan sepsis panggul, terutama

dalam kasus-kasus yang mengalami peradangan parah dan penebalan jaringan[39].

Kelemahan fistula mukosa terletak pada ketidakpuasan pasien yang mungkin terjadi bersama dengan kotoran menerus selama periode pemulihan jangka panjang

[40].  Cara yang digunakan rektosigmoid ini ditutup tergantung terutama pada

anatomi pasien dan pilihan ahli bedah, tapi dekompresi dubur transanal umumnya

dilakukan mengikuti semua teknik[3].TAC dengan akhir ileostomy sebagai tahap

 pertama memungkinkan untuk pengalihan langsung dari aliran tinja, menghindari  bahaya dari diseksi panggul atau anastomosis pada pasien sakit kritis, dan memungkinkan untuk pemeliharaan rektum dengan kemungkinan diagnosis kolitis Crohn daripada colitis ulseratif.

(8)

Tahap kedua dari prosedur ini melibatkan pembentukan kantong dengan mengalihkan ileostomy. Restorasi procto- kolektomi dengan IPAA adalah operasi elektif yang dapat dilakukan dengan tidak adanya toksisitas atau gizi buruk. Meskipun pengalihan proksimal tidak mencegah sepsis panggul dalam pengaturan IPAA, mengalihkan ileostomy telah terbukti mengurangi komplikasi yang

 berhubungan dengan kebocoran anastomosis[41,42]. prosedur ini dapat secara teknis

menantang dan melibatkan identifikasi ujung rektum dengan mobilisasi penuh untuk tingkat otot levator ani, proctectomy, dan konstruksi kantong Jshaped melalui sisi ke sisi anastomosis distal 40 cm dari ileum terminal [43] . Meskipun beberapa desain kantong telah diperkenalkan selama bertahun-tahun, termasuk Spouch dan Wpouch, Jpouch telah bertahan karena konstruksi relatif sederhana dan hasil yang setara atau lebih unggul disbanding desain lainnya[43,44]. IPAA yang dijepit atau handsewn namun komplikasi yang lebih sedikit dan kualitas hidup jangka panjang yang lebih baik telah dilaporkan pada pasien yang menjalani anastomosis yang dijepit [45].

Dalam kasus yang jarang terjadi (5%), pasien datang dengan penyakit sparing dubur, dan TAC dengan akhir ileostomy tetap langkah pertama untuk  pemulihan pasien [46].  Hanya dalam kasus-kasus tertentu memiliki anastomosis ileorectal sebagai alternatif untuk pembentukan kantong telah dijelaskan untuk rekonstruksi saluran pencernaan[47].

Meskipun kolektomi dan pembentukan kantong mungkin secara rutin dilakukan sebagai salah satu prosedur, operasi ini dipersiapkan untuk pasien colitis ulseratif yang sehat, bergizi baik, lepas steroid dan tidak mengalami gejolak akut

[41].Melakukan prosedur tiga tahap memungkinkan kondisi lebih baik atau sehat,

gizi pasien lebih baik pada saat operasi [48]. Beberapa rumah sakit telah berusaha

untuk menyingkat saja pasien colitis ulseratif akut berat dengan melakukan  prosedur dua tahap dimodifikasi (kolektomi diikuti oleh IPAA dan pencopotan ileostomy). Zittan et al [49]  menunjukkan tingkat signifikan lebih rendah dari anastomosis kebocoran (4,6% vs 15,7%) ketika membandingkan dimodifikasi dua tahap IPAA dengan prosedur tradisional dua tahap (kolektomi dengan

(9)

menunjukkan hasil pasien dengan biaya rumah sakit secara signifikan lebih rendah  pada pasien dengan kolitis parah yang diselesaikan setelah kolektomi yang menjalani dimodifikasi dua tahapan IPAA dibandingkan prosedur tiga tahapan. Biaya terapi medis tidak hanya dipengaruhi oleh operasi yang dilakukan tetapi juga oleh waktu prosedur. Dalam perbandingan pasien dengan colitis ulseratif berat menjalani awal kolektomi dengan IPAA dibandingkan terapi medis standar, Taman

et al[51] melaporkan analisis biaya menunjukkan peningkatan $ 90.000 biaya untuk

 pasien yang menerima terapi penyelamatan medis berkepanjangan dengan  peningkatan yang sangat sedikit dalam kualitas hidup .

PERAN LAPAROSKOPI

Pendekatan laparoskopi untuk TAC pada pasien colitis ulseratif parah menyediakan alternatif yang masuk akal untuk pendekatan terbuka dan telah

terbukti sama-sama aman dan layak dibandingkan [52].  Sedangkan pendekatan

laparoskopi memiliki keuntungan mengurangi rasa sakit pasca operasi, waktu untuk fungsi stoma, dan secara keseluruhan menentukan lama tinggal di rumah sakit, itu  juga menyebabkan waktu operasi lebih lama dan mungkin lebih teknis menuntut

untuk bedah[53,54].

HASIL JANGKA PANJANG DARI IPAA

Meskipun kantong ileum tidak memungkinkan banyak pasien untuk memiliki gaya hidup dan buang air besar dengan pola yang lebih normal, prosedur ini bukan tanpa konsekuensi yang abadi. Sebuah studi baru-baru dari Klinik Cleveland diterbitkan hasil jangka panjang dari 74 pasien yang menjalani IPAA dan diikuti perkembangan selama 20 tahun. Komplikasi spesifik Pouch termasuk  pouchitis (45%), striktur (16%), fistula (30%), obstruksi (20%), dan perubahan dari diagnosis untuk Crohn (28%). Konsekuensi jangka panjang dari prosedur ini juga termasuk buang air besar yang memerlukan obat antidiare (44%) dan kesulitan

hamil (25% pada wanita)[44]. Tingkat kegagalan kantong pada 10 dan 20 tahun telah

dilaporkan menjadi 9% dan 14%, meskipun studi 2016 melaporkan tingkat

kegagalan 2,4%, yang menunjukkan bahwa hasil kantong dapat membaik[44,55,56].

(10)

yang lebih baik karena mengurangi dampak komplikasi seperti sepsis panggul atau

kebocoran anastomosis dari kantong[41].

Sementara sejumlah besar pasien colitis ulseratif yang memilih untuk menjalani IPAA setelah TAC, prosedur ini tidak wajib, dan banyak memilih untuk melupakan kantong sepenuhnya. Sebuah penelitian kohort Swedia lebih dari 2000  pasien yang menjalani kolektomi untuk penyakit radang usus menunjukkan bahwa kurang dari setengah (43%) dari pasien menjalani operasi rekonstruksi selama sepuluh tahun [57]. Sebuah ulasan menunjukkan pasien colitis ulseratif dengan ileostomy akhir atau IPAA menunjukkan setara peningkatan kualitas hidup pada 1 tahun dengan mayoritas manfaat yang terkait dengan mengendalikan gejala  penyakit [58].

(11)

KESIMPULAN

Algoritma pengobatan yang optimal dalam manajemen

UC parah masih kontroversial. Tujuan dari kajian ini adalah untuk merangkum opsi medis dan bedah yang tersedia saat ini dalam pengobatan akut, colitis ulseratif  parah. Pengobatan lini pertama untuk pasien dengan colitis ulseratif akut berat terdiri dari steroid intravena, tetapi mereka yang tidak merespon membutuhkan eskalasi terapi atau kolektomi emergensi. Mortalitas kolektomi emergensi telah menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, namun karena morbiditas dari prosedur ini, agen lini kedua seperti siklosporin dan infliximab telah digunakan sebagai terapi penyelamatan dalam upaya untuk menghindari operasi emergensi. Dalam era ini beberapa modalitas medis yang tersedia dalam  pengobatan colitis ulseratif akut berat, sangat penting bahwa dokter mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari terapi medis yang  berkepanjangan dalam upaya untuk menghindari operasi. Kolektomi tetap menjadi andalan dalam pengobatan kolitis ulserativa parah yang tidak responsif terhadap kortikosteroid dan terapi penyelamatan, dan rujukan tepat waktu untuk operasi memungkinkan untuk hasil pasca operasi yang lebih baik dengan risiko yang lebih rendah dari terjadinya sepsis dan meningkatkan kelangsungan hidup pasien.

Pilihan untuk bedah rekonstruksi termasuk IPAA tiga tahapan atau prosedur dua tahapan yang dimodifikasi. Prosedur tiga tahapan menawarkan keuntungan  pada pasien yang lebih sehat, gizi baik, tetapi prosedur dua tahap menawarkan lama rawat inap di rumah sakit yang lebih sedikit (cepat) dan penurunan biaya keseluruhan.

Banyak jalan terapi medis dan bedah telah memungkinkan untuk kemajuan  besar dalam pengobatan pasien dengan colitis ulseratif. Dalam era pilihan ini,  penting untuk mempertahankan pandangan global, memanfaatkan terapi  penyelamatan ketika ditunjukkan, dan kemudian mempertahankan ambang batas yang tepat untuk operasi. Kolektomi tetap menjadi pengobatan yang layak dan sering menyelamatkan nyawa dan tidak harus dilihat sebagai "terapi terakhir".

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang memberikan pembelajaran bahasa isyarat (SIBI) dengan menggunakan metode komunikasi total dan berbasis video akan lebih mampu untuk menjelaskan deskripsi dari

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mengenai konsep financial distress dan mengetahui metode mana yang paling efektif

Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian diri pada siswa, semakin tinggi interaksi

24.Ma’as salaamah ( semoga dalam keselamatan, dijawan oleh yang dipamitin) 25.Barakallah ( semoga Allah memberkahi, bias untuk laki” atau perempuan). barakallah fikum /

Populasi bakteri pada budidaya udang intensif sistem Integrated Multitrophic Aquaculture (IMTA) yang berada di dasar tambak lebih tinggi dibandingkan di media air..

Hasil persebaran kerentanan bangunan dan klas kerentanan bangunan di daerah penelitian yang berada pada klas Tinggi, dipengaruhi oleh sebagian besar penduduk

Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu blender minyak jelantah dan pengaruh konsentrasi larutan dengan sampel minyak jelantah dan pelarut n- heksana yang

Penggunaan jenis realisasi modalitas yang paling dominan digunakan pada kelima teks debat tersebut adalah realisasi modalitas kategori *harus, *wajib, *perlu, *mesti