• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Akuntansi Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Akuntansi Pajak"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Modul

AKUNTANSI

PERPAJAKAN

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK II

Disusun Oleh : Drs. Basri Musri, Ak.,M.M.

PUSDIKLAT PAJAK

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Sakti Raya No. 1, Kemanggisan, Jakarta 11480 Telepon (021) 5481145 Fax (021) 5481394 http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak

(2)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BAB-I

KETENTUAN PEMBUKUAN MENURUT PERPAJAKAN

1. PENGERTIAN PEMBUKUAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang di tutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

2. KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

2.1. PENGUKURAN DALAM MATA UANG

Satuan mata uang adalah alat pengukur yang sangat penting dalam dunia usaha dan akuntansi. Kita tidak dapat menambahkan persediaan barang dagangan dengan aktiva tetap dalam neraca jika tidak mempunyai alat ukur yang sama . Agar kedua harta ini dapat dijumlahkan, kita membutuhkan alat pengukur yaitu mata uang sebagai denominator. Dengan alat pengukur ini kita jelas dapat mengukur besarnya harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya. Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 28 ayat [ 4 ] U.U.No. 28 Tahun 2007 yang mewajibkan agar ” pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan menggunakan satuan mata uang rupiah”

2.2. KESATUAN AKUNTANSI

Suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemilknya. Transaksi yang terjadi dengan perusahaan bukanlah transaksi perusahaan dengan pemiliknya. Karena itu harta perusahaan bukan kepunyaan pemilik. Demikian pula kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik. Pemilik dan perusahaan adalah dua lembaga yang sama sekali terpisah.

Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf huruf b U.U.No. 36 Tahun 2008 menyatakan untuk menentukan ” besarnya penghasilan kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota”.

(3)

2.3 KONSEP KESINAMBUNGAN

Konsep ini beranggapan bahwa tujuan pendirian suatu usaha adalah untuk berkembang dan hidup seterusnya. Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 25 ayat [1 ] U.U.No.36 Tahun 2008 yang menyebutkan ” besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu ”

2.4 KONSEP NILAI HISTORIS

Menurut konsep ini transaksi bisnis dicatat berdasarkan harga pada saat pertukaran. Dengan dasar konsep ini harta yang ada dalam Neraca tidak dinilai dengan harga pasar tetapi dengan harga perolehannya. Misalnya persediaan barang dagangan dibeli pada akhir tahun 2008 dengan harga Rp.200.000.000. Akuntansi akan mencatatnya sebesar uang yang dibayarkan walaupun kemudian ternyata pada tahun 2009 harga persediaan tersebut misalnya menjadi Rp. 225.000.000. Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 10 ayat [ 6 ] U.U.No. 36 Tahun 2008 ” persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh ”.

2.5 PERIODE AKUNTANSI

Periode akuntansi adalah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung posisi keuangan suatu perusahaan. Periode akuntansi dibutuhkan sesuai dengan konsep kesinambungan. Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 28 ayat [ 6 ] U.U.No. 28 Tahun 2007 .

Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender kecuali Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, penyebutan tahun pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya termasuk 6 (enam) bulan atau lebih.

(4)

2.6 KONSEP TAAT ASAS

Menurut konsep ini penggunaan metode akuntansi dari satu periode ke periode berikutnya haruslah sama misalnya jika tahun 2007 menggunakan metode garis lurus untuk menghitung beban penyusutan maka tahun 2008 dan seterusnya juga menggunakan metode garis lurus.

Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 28 ayat [ 5 ] U.U.No. 28 Tahun 2007

” pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas “ dan dengan stelsel akrual stesel kas.

2.7 KONSEP MATERIALITAS

Pengertian material dalam akuntansi dapat dijelaskan melalui contoh berikut. Menurut standar akuntansi aktiva yang jangka waktu penggunaannya lebih dari satu tahun kecuali tanah harus disusutkan. Pada kenyataannya kalkulator yang dapat digunakan lebih dari satu tahun nilai perolehannya tidak dikapitalisir karena harga perolehannya kecil.

Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 9 ayat [ 2 ] U.U.No. 36 Tahun 2008

” pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A”

2.8 KONSEP KONSERVATISME

Menurut konsep ini penghasilan hanya dapat diakui melalui pertukaran. Sebaliknya kerugian sudah dapat dicatat meskipun belum terjadi.

Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf c U.U.No. 36 Tahun 2008

“ untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang ”.

(5)

2.9 KONSEP REALISASI

Menurut konsep ini penghasilan hanya dilaporkan jika telah terjadi transaksi penjualan. Kekayaan yang masih dalam bentuk potensi tidak dapat dicatat sebagai penghasilan . Potensi akan beralih menjadi penghasilan hanya jika telah terjual . Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 4 ayat [ 1 ] U.U.No. 36 Tahun 2008

” yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima [ cash basis ] atau diperoleh [ accrual basis ] Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indoneisa, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dana dalam bentuk apapun

2.9.1 KONSEP MEMPERTEMUKAN BIAYA DENGAN PENGHASILAN Menurut

konsep ini laba bersih diukur dengan perbedaan antara penghasilan dan beban pada periode yang sama.

Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 6 ayat [ 1 ] U.U.No. 36 Tahun 2008

“ besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. ”

3. YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

Mengacu Pasal 28 ayat [ 1 ] dan ayat [ 2 ] U.U.No. 28 tahun 2007 yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia.

Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto [yang peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp.4.800.000.000] dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

(6)

4. SYARAT MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

4.1Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya [ full disclosure ].

4.2 Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. 4.3Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas [ consistency ] dan dengan

stelsel akrual stesel kas.

4.4Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

4.5Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

4.6Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

4.7Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.

4.8Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu ditempatkan kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan wajib pajak badan.

5. SALDO NORMAL AKUN PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN PPh Pasal 21/26 >> KREDIT NERACA PPh Pasal 22 >> DEBET NERACA

>> KREDIT NERACA PPh Pasal 23 >> DEBIT NERACA

>> KREDIT NERACA PPh Pasal 24 >> DEBET NERACA

(7)

PPh Pasal 25 >> DEBET NERACA >> KREDIT NERACA FISKAL LN >> DEBET NERACA PPh PENGALIHAN

HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN >> DEBET NERACA PPh Pasal 28 A >> DEBET NERACA PPh Pasal 29 >> KREDIT NERACA PPN MASUKAN

DAPAT DIKREDITKAN >> DEBET NERACA PPN MASUKAN TIDAK DAPAT

DIKREDITKAN >> DEBET L/R

>> DEBET NERACA PPN KELUARAN >> KREDIT NERACA BEA METERAI >> DEBET R/L

PBB >> DEBET R/L

BPHTB >> DEBET NERACA PHR/PHI >> KREDIT NERACA PAJAK REKLAME >> DEBET R/L

(8)

BAB-II

TATA CARA PENJURNALAN TRANSAKSI OBJEK PAJAK

1. TATA CARA PENCATATAN TRANSAKSI OBJEK PPh POTPUT 1.1 PEMBAYARAN OBJEK PPh Pasal 21/26

Objek PPh Pasal 21/26 Rp. ………. Utang PPh Pasal 21/26 Rp. ………. Kas / Bank Rp. ………. Utang PPh Pasal 21 / 26 Rp. ………. Kas/Bank Rp. ………. 1.2 IMPOR PPh Pasal 22 Rp. ………. Pembelian/Aktiva tetap Rp. ………. Kas / Bank Rp. ……….

1.3 PEMBELIAN OLEH PEMUNGUT DARI NON PEMUNGUT

Pembelian/Aktiva tetap Rp. ……….

Kas Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

Kas/Bank Rp. ……….

1.4 PEMBELIAN OLEH PEMUNGUT DARI PEDAGANG PENGUMPUL

Pembelian Rp. ……….

Kas Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

(9)

1.5 PEMBELIAN DARI PEMUNGUT OLEH NON PEMUNGUT

PPh Pasal 22 Rp. ……….

Pembelian Rp. ……….

Kas Rp. ……….

1.6 PENJUALAN KEPADA PEMUNGUT OLEH NON PEMUNGUT

PPh Pasal 22 Rp. ……….

Kas Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

1.7 PENJUALAN KEPADA NON PEMUNGUT OLEH PEMUNGUT

Kas Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

Utang PPh Pasal 22 Rp. ……….

Kas/Bank Rp. ……….

1.8 PENERIMAAN PENGHASILAN OBJEK PPh Pasal 23

Kas Rp. ……….

PPh Pasal 23 Rp. ……….

Penghasilan Objek PPh Pasal 23 Rp. ……….

1.9PEMBAYARAN BEBAN OBJEK PPh Pasal 23/26

Beban Objek PPh Pasal 23 lainnya Rp. ……….

Utang PPh Pasal 23 Rp. ……….

Kas/Bank/Utang Rp. ……….

Utang PPh Pasal 23 Rp. ……….

(10)

2. TATA CARA PENCATATAN TRANSAKSI OBJEK PPN 2.1. TATA CARA PENCATATAN PPN MASUKAN

2.1.1 PEMBELIAN ATAS BKP YANG PPN MASUKAN-NYA DAPAT DIKREDITKAN a. Barang Kena Pajak yang merupakan persediaan ( inventory ) :

System Physical : Pembelian Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Utang Dagang Rp. ………. Atau : Pembelian Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Kas/Bank Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian )

Pembelian Rp. ……….

PPN Masukan FP belum diterima Rp. ……….

Utang Dagang Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian )

PPN Masukan Rp. ……….

PPn Masukan FP belum diterima Rp. ………. ( Pada saat diterima faktur pajak dari penjual )

Sistem Perpetual : Persediaan Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Utang dagang Rp. ………. Atau : Persediaan Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Kas / Bank Rp. ……….

(11)

( Jika faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian )

Persediaan Rp. ……….

PPN Masukan FP belum diterima Rp. ……….

Utang dagang Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian )

PPN Masukan Rp. ……….

PPN Masukan FP belum diterima Rp. ……….

( Pada saat diterima faktur pajak dari penjual )

b. BKP yang merupakan barang modal yang ada hubungannya dengan proses produksi, distribusi, manajemen dan pemasaran.

Mesin (Aktiva Tetap) Rp. ……….

PPN Masukan Rp. ……….

Utang Rp.……….

Atau :

Mesin ( Aktiva Tetap ) Rp. ……….

PPN Masukan Rp. ……….

Kas / Bank Rp. ……….

(Jika f aktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian)

Mesin (Aktiva Tetap) Rp. ……….

PPN Masukan FP belum diterima Rp. ……….

Utang Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian )

PPN Masukan Rp. ……….

PPN Masukan FP belum diterima Rp. ……….

(12)

2.1.2 PEMBELIAN ATAS BKP YANG PPN MASUKAN-NYA TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

a. BKP yang masa manfaatnya tidak lebih dari 1 tahun

Persediaan / Biaya alat tulis kantor Rp. ………. PPN Masukan tidak dapat dikreditkan Rp. ……….

Utang / Kas / Bank Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur pembelian )

Atau :

Persediaan/Biaya alat tulis kantor Rp. ………. PPN Masukan tidak dapat dikreditkan

FP belum diterima Rp. ……….

Utang / Kas / Bank Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima tidak bersamaan dengan faktur pembelian )

PPN Masukan tidak dapat dikreditkan Rp. ………. PPN Masukan tidak dapat

dikreditkan FP belum diterima Rp. ……….

( Pada saat diterima faktur pajak dari penjualan )

b. BKP yang masa manfaatnya lebih dari 1 tahun

Perlengkapan kantor (Aktiva Tetap) Rp. ……….

Utang / Kas / Bank Rp. ……….

(13)

2.1.3 RETUR PEMBELIAN

Utang Rp. ……….

Retur pembelian / persediaan Rp. ……….

PPN Masukan Rp. ……….

2.1.4 BARANG KONSINYASI ( TITIPAN )

Pada saat diterima barang titipan ( consignment-in )

P.M

Pada saat faktur pajak diterima

PPN Masukan Rp. ……….

Utang lain-lain Rp. ……….

Pada saat barang tersebut terjual

Piutang Dagang Rp. ………. Utang dagang Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ………. Pembelian Rp. ………. Utang lain-lain Rp. ………. Utang dagang Rp. ………. 2.1.5 JASA KENA PAJAK

Biaya jasa Rp. ……….

PPN Masukan Rp. ……….

Kas Rp. ……….

Atau :

Biaya jasa Rp. ……….

PPN Masukan tidak dapat dikreditkan Rp. ……….

(14)

2.2. TATA CARA PENCATATAN PPN KELUARAN 2.2.1 PENCATATAN ATAS PENJUALAN BKP

Sistem Physical :

Kas Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterima bersamaan dengan faktur penjualan ) Atau :

Piutang dagang Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterbitkan tidak bersamaan dengan faktur penjualan ) PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

( Pada saat faktur pajak diterbitkan ) Sistem Perpetual :

Kas Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

Harga pokok penjualan Rp. ……….

Persediaan barang dagangan Rp. ……….

( Jika faktur pajak diterbitkan bersamaan dengan faktur penjualan ) Atau :

Piutang dagang Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

PPN Keluaran FP belum diterbitkan Rp. ……….

Harga pokok penjualan Rp. ……….

(15)

( J ika faktur pajak diterbitkan tidak bersamaan dengan faktur penjualan )

PPN Keluarga FP belum diterbitkan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

( Pada saat faktur pajak diterbitkan )

2.2.2 RETUR PENJUALAN Sistem Physical : Retur penjualan Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ………. Piutang Rp. ………. Sistem Perpetual : Retur penjualan Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ………. Piutang Rp. ………. Persediaan Rp. ……….

Harga pokok penjualan Rp. ……….

2.2.3 PENJUALAN DENGAN UANG MUKA

Pada saat uang muka diterima

Kas Rp. ……….

Uang muka langganan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

Pada saat pelunasan

Kas Rp. ……….

Uang muka langganan Rp. ……….

PPN Keluaran Rp. ……….

2.2.4 PENJUALAN CICILAN

Piutang penjualan cicilan Rp. ……….

Penjualan cicilan Rp. ……….

(16)

2.2.5 KONSINYASI ( CONSIGMENT-OUT ) Transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah Sistem perpetual : Barang Konsinyasi Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ………. Persediaan barang Rp. ………. Sistem Physical : Barang konsinyasi Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ……….

Pengiriman barang konsinyasi Rp. ……….

Transaksi konsinyasi tidak dicatat terpisah

Sistem Perpetual : Barang konsinyasi Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ………. Persediaan barang Rp. ………. Sistem Physical : Barang konsinyasi Rp. ………. PPN Keluaran Rp. ……….

Pengiriman barang konsinyasi Rp. ……….

2.2.6 PENCATATAN ATAS PENJUALAN BKP YANG DISERAHKAN KEPADA PEMUNGUT PPN

PENJUALAN TUNAI :

Kas Rp. ……….

PPN Keluaran kepada pemungut Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

(17)

PENJUALAN KREDIT

Piutang dagang Rp. ……….

Penjualan Rp. ……….

PPN Keluaran kepada pemungut Rp. ……….

Kas Rp. ……….

PPN Keluaran kepada pemungut Rp. ……….

Piutang Dagang Rp. ……….

2.2.7 PENCATATAN ATAS PENJUALAN BKP YANG DISERAHKAN

KEPADA PEMUNGUT PPN DENGAN MENGGUNAKAN MATA UANG ASING

Piutang dagang Rp.

Penjualan Rp.

PPN Keluaran kepada pemungut Rp.

Kas Rp.

Piutang dagang Rp PPN Keluaran kurang dipungut Rp. 2.2.8 PENCATATAN ATAS PEMBELIAN BKP OLEH PEMUNGUT PPN

PEMBELIAN KREDIT : Pembelian Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Utang dagang Rp. ………. Utang Dagang Rp. ………. Kas / Bank Rp.

SAAT PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN PEMBUATAN LAPORAN

PPN Keluaran Rp. ……….

PPN Masukan Rp. ……….

PPN yang masih harus dibayar Rp. ……….

PPN yang masih hasrus dibayar Rp. ……….

(18)

( Jika Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan ) PPN Keluaran Rp. ………. PPN lebih bayar Rp. ………. PPN Masukan Rp. ………. Kas / Bank Rp. ………. PPN lebih bayar Rp. ……….

(19)

BAB – III

PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS PENGHASILAN

1. PENGHASILAN YANG MERUPAKAN OBJEK PAJAK

Berdasarkan Pasal 4 ayat [ 1 ] U.U. No.36 tahun 2008 yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, dalam arti setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indoneisa, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk : a. penggantian atau imbalan, berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan dalam Undang-undang ini;

b. hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan; c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harga termasuk;: e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

dan pembayaran tambahan pengembalian pajak ;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang ;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak ;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ; j. penerimaan atau perolehan pembayaran ;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing ; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva ; n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

(20)

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak;

q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah ;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan :

s. surplus Bank Indonesia.

2. PENGHASILAN YANG DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL

Berdasarkan Pasal 4 ayat [ 2 ] U.U. No.36 tahun 2008 penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final yang berakibat dikoreksi negatif :

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian; .

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa dan/atau bangunan, usaha konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan dan e. penghasilan tertentu lainnya.

(2) PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK

Berdasarkan Pasal 4 ayat [ 3 ] U.U. No.36 tahun 2008 yang dikecualikan dari objek pajak yang berakibat dikoreksi negatif adalah

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Pemerintah.

(21)

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

b. warisan

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun, pegawai.

(22)

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut : 1. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan dan ;

2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

l. bea siswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperoleh sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

(23)

BAB – IV

PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS BEBAN

1. PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS HPP

Berdasarkan Pasal 10 ayat [ 6 ] U.U. No.36 tahun 2008 persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata [ avarage ] atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh [ first in first out ]

2. PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS BEBAN PENYUSUTAN

Berdasarkan Pasal 11 U.U. No.36 tahun 2008

2.1. Atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan dalam bagian-bagian yang sama besar selama manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut [ metode garis lurus ].

Atas pengeluaran untuk harta berwujud selain bangunan, dapat juga disusutkan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusunan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat azas [ metode saldo menurun ].

2.2 Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.

2.3.Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

(24)

2.4.Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.

2.5.Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut :

Kelompok Masa Manfaat Tarif Penyusutan Garis Lurus Saldo Menurun I. Bukan bangunan Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% II. Bangunan Permanen 20 tahun 5%

Tidak permanen 10 tahun 10%

2.6 Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta karena penjualan atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebuut.

Jika hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta karena disumbangkan atau dihibahkan maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

3. PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS BEBAN AMORTISASI Berdasarkan Pasal 11A U.U. No.36 tahun 2008

3.1 Atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak terwujud dan pengeluaran

lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 ( satu) tahun yang yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, menagih, dan memelihara penghasilan, diamortisasi dalam bagian-bagian yang sama besar

(25)

atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas.

3.2 Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan.

3.3Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut :

Tarif amortisasi

Kelompok Harta Masa Manfaat

Tak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

3.4 Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi

3.5Atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasi dengan menggunakan metode satuan produksi.

3.6Atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain migas hak penguasaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, diamortisasi dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% (dua puluh persen). 3.7Atas pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai

masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi 3.8Apabila terjadi pengalihan harta tak terwujud atau hak-hak maka nilai sisa buku

harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.

3.9Apabila terjadi pengalihan harta harta tak berwujud karena disumbangkan atau dihibahkan maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

(26)

4. PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS BEBAN OPERASIONAL

4.1 Berdasarkan Pasal 6 ayat [ 1 ] U.U. No.36 tahun 2008 besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.termasuk

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain :

1. Biaya pembelian bahan.

2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

3. Bunga, sewa, dan royalty 4. Biaya perjalanan

5. Biaya pengolahan limbah 6. Premi asuransi

7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

8. Biaya administrasi dan

9. Pajak kecuali pajak penghasilan.

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 11 dan Pasal 11A.

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

g. Biaya beasiswa, magang dan penelitian.

(27)

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

2.Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, dan :

3.Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembahasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.

k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah dan,

m.Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah.

4.2 Berdasarkan Pasal 9 ayat [ 1] U.U. No.36 tahun 2008 untuk menentukan besarnya penghasilan kena Pajak bagi Wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan yang berakibat dikoreksi positif

. 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :

i. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang.

(28)

ii. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh badan penyelenggaraan jaminan sosial.

iii. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan. iv. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

v. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan dan

vi. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah Industri untuk usaha pengolahan limbah industri.

4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

6. Jumlah yang melebihi kewajiban yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, dan huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

8. Pajak penghasilan

9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

(29)

11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

4.3Berdasarkan Pasal 9 ayat [ 2] U.U. No.36 tahun 2008 pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.

(30)

BAB – V

REKONSILIASI FISKAL

Meskipun pembukuan telah diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan sesuai ketentuan Pasal 28 ayat [ 7 ] U.U. No. 28 , tidaklah berarti bahwa keseluruhan Standar Akuntansi Indonesia dapat dijadikan sebagai acuan untuk menghitung jumlah penghasilan kena pajak [ taxable income ] karena antara lain Pasal 6 dan Pasal 9 Undang Undang PPh telah menetapkan pengurangan-pengurangan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dari penghasilan bruto dalam rangka penghitungan besarnya pajak terutang [ penyebab perlu diadakan rekonsiliasi ]

(31)

PT. XYZ

LAPORAN LABA RUGI FISKAL TAHUN PAJAK 200X

Laba menurut Laporan Keuangan komersial Rp

Ditambah [ Ps.9( 1 ) & Ps. 4 huruf b PP.138/2000 ]

1. Pengeluaran yg tdk dpt dikurangkan Rp 2. Pengeluaran berkaitan penghasilan

yang bukan objek pajak Rp 3. Pengeluaran berkaitan penghasilan

yg telah dikenakan pajak bersifat final .. Rp.

4. Beda penghitungan antara PSAK dan PPh Rp. Rp.

Dikurangi [ Ps.4 ( 3) & Ps.4 (2) U.U.PPh ]

1. Penghasilan yang bukan objek pajak. Rp 2. Penghasilan yang telah dikenakan pajak

bersifat final Rp

3. Beda penghitungan antara PSAK dan PPh Rp Rp.

Laba setelah koreksi fiskal Rp Fasilitas penanaman modal Rp Kompensasi kerugian Rp Penghasilan Kena Pajak Rp PPh terutang Rp Laba setelah PPh Rp.

(32)

PT. Widya El Sipio yang bergerak dalam bidang manufaktur meminta bantuan untuk penyusunan

Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form dan sekaligus pengisian SPT Tahunan PPh ( Formulir 1771 ) tahun pajak 2008 berdasarkan data dibawah ini .

(Dalam jutaan Rp )

Penjualan Neto [ Net Sales ] Rp. 12.345.-

Harga pokok penjualan [ Cost of Goods Sold ] Rp. 10.987.-

LABA BRUTO Rp. 1.358.-

Biaya Usaha lainnya [ Operating Expenses ]:

1. Gaji, bonus, THR dan pesangon Rp. 130,00

2. Biaya PPh Pasal 21 Rp. 11,00 4. Fiskal Luar Negeri Rp. 6,50

5. Biaya perjalanan dinas Rp. 25,00

6. Biaya pengangkutan Rp. 17,50

7. Biaya pemasaran Rp. 17,50

9. Biaya training karyawan di Luar Negeri Rp. 20,00

10. Sewa gedung kantor Rp. 20,00

11. Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung kantor Rp. 20,00

13. Penghapusan piutang tak tertagih Rp. 15,00 14. Biaya jamuan tamu Rp. 25,00

15. Biaya listrik, air, gas, telefon, fax

( termasuk pulsa ponsel 12 Juta ) Rp. 24,00

16. Biaya up grade software aplikasi khusus Rp. 24,00

17. Sumbangan HUT RI - LXIII Rp. 23,00

18. Biaya alat kantor Rp. 19,00

19. Biaya pakaian seragam satpam & keselamatan kerja Rp. 20,00

20. PKB, PBB, Bea Materai Rp. 10,00

21. Biaya makan minum karyawan Rp. 121,94

22. Penyusutan aktiva tetap Rp. 18,06

23. Premi asuransi kebakaran Rp. 30,00

24. Biaya jasa teknik Rp. 30,00

25. Bantuan untuk Gerakan Nasional Orang Tua Asuh Rp. 15,00

26. Bantuan untuk korban gempa Rp. 20,00 27. Biaya rekreasi Rp. 14,00

TOTAL BIAYA USAHA LAINNYA Rp. 676,50

BIAYA DARI LUAR USAHA [ Other Expenses ]

3. Biaya perawatan gudang yang disewakan Rp. 5,50

8. Bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp. 41,00

12. Rugi selisih kurs Rp. 32,00

TOTAL BIAYA DARI LUAR USAHA Rp. 78,50

TOTAL BIAYA LAINNYA & DARI LUAR USAHA Rp. 755

LABA USAHA Rp. 603

Pendapatan lain-lain [ Other Income ] :

01. Dividen dari PT. Bandar Olie ( setelah dipotong PPh ) Rp. 170,00 02. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp. 16,00 03. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu ( setelah PPh ) Rp. 90,00

04. Bantuan dari PT. Meruya Batavia ( induk perusahaan ) Rp. 75,00 05. Dividen dari Bell Phone Ltd-New York Rp. 30,00

06. Laba penjualan tanah ( setelah PPh yg disetor ) Rp. 25,00

07. Sewa mesin dari Fa.Parna Rp. 6,40

08. Jasa giro dari Bank BNI ( setelah dipotong PPh ) Rp. 0,80 09. Bunga deposito dari Bank BNI ( setelah PPh ) Rp. 4,80

Rp. 418

(33)

KETERANGAN TAMBAHAN

Informasi berkaitan dengan harga pokok penjualan :1771- II

Direct Materials ( Bahan baku )

Persediaan bahan baku, 1-1-2008. Rp. 1.142.648.000.  ( II-12 )

Pembelian bahan baku Rp. 4.175.060.000 . ( II- 1 )

Potongan pembelian Rp. 87.896.000.  ( II- 1 )

Retur Pembelian Rp. 43.948.000.  ( II- 1 )

Persediaan bahan baku, 31-12-2008 Rp. 791.064.000.  ( II-13 )

Bahan baku yang dikonsumsi Rp. 4.394.800.000.

Direct Labor ( Upah langsung ) Rp. 1.977.660.000.  ( II- 2 )

Factory Overhead ( Beban Tidak Langsung )

Gaji dan Upah tidak langsung Rp. 901.444.000.  ( II- 2 )

Bahan pembantu Rp. 450.721.000.  ( II-11 )

Listrik, Air Rp. 338.041.000.  ( II-11 )

Perbaikan mesin Rp. 112.680.000.  ( II- 7 )

Penyusutan gedung pabrik Rp. 100.000.000.  ( II- 4 )

Penyusutan mesin Rp. 62.540.000.  ( II- 4 )

PBB gedung pabrik Rp. 992.000.  ( II- 11 )

Asuransi gedung pabrik Rp. 90.144..000.  ( II- 11 )

Asuransi mesin Rp. 67.608.000.  ( II- 11 )

Biaya lainnya Rp. 292.970.000.  ( II-11 )

Total beban tidak langsung Rp. 2.417.140.000.

Work in processs ( barang setengah jadi )

Persediaan o1 Januari 2008 Rp. 1.933.712.000.  ( II-12 )

Persediaan 31 Desember 2008 Rp. 1.054.752.000.  ( II-13 )

Finished goods ( barang jadi )

Persediaan o1 Januari 2008 Rp. 2.900.568.000.  ( II-12 )

Persediaan 31 Desember 2008 Rp. 1.582.128.000.  ( II-13 )

(34)

Informasi berkaitan dengan aktiva tetap : Lampiran khusus 1A

AKTIVA TETAP PER 1-1-2008 (dalam jutaan rupiah ) JENIS AKTIVA TETAP Thn Perolehan Harga Perolehan Eks Golongan 3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Bangunan Permanen 27 – 10 – 1994 24 – 12 – 2004 04 – 06 – 2000 11 – 08 – 1995 06 – 06 – 2000 250 235 320 600 1.000

Informasi lainnya berkaitan dengan aktiva tetap :

a. 17 Januari 2008 dibeli 1 unit ponsel untuk bagian marketing seharga Rp. 3.500.000. b. Diantara aktiva tetap kelompok 1 ternyata terdapat;

 1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi umum seharga Rp. 10 Juta,

 1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi khusus seharga Rp.100 Juta,

c. Diantara aktiva tetap kelompok 2 ternyata terdapat;

 satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp.170 Juta,

d. 17 Juli 2008 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg diperkirakan mampu mencapai tahun 2010 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.

e. Penyusutan yang dialokasikan terhadap biaya operasi, umum adalah 10 % dari total beban penyusutan dengan menggunakan methode garis lurus.

INFORMASI LAINNYA

a. Rata-rata pinjaman Rp. 150 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24% b. Rata-rata deposito Rp. 40 juta dengan tingkat bunga deposito 18%

c. Pendapatan sewa gudang dan beban sewa gedung adalah untuk periode 18 bulan terhitung sejak 19 Okt 2008.

d. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan ; 25% pada PT. Naga Sakti.

PAJAK – PAJAK

01. PPh pasal 22 yang telah dipungut Bank Mandiri Rp. 4.475.000

02. PPh pasal 23 yang telah dipotong pihak lain Rp. 30.000.000

03. PPh pasal 25 yang telah dibayar Rp. 45.000.000

04. Pajak yang dibayar di New York US$ 340,3 setara... Rp. 3.000.000

05. STP PPh Pasal 25 untuk masa Oktober sampai dengan

Desember 2008 yang belum dilunasi

( termasuk bunga & denda Rp. 800.000,- ) Rp. 16.800.000

(35)

LAPORAN KEUANGAN FISKAL TAHUN 2008

LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM KOREKSI FISKAL Rp. 1.021.000.000

KOREKSI FISKAL POSITIF  1771-I

2. Biaya PPh Pasal 21 Rp.11.000.000 >5f 3. Biaya perawatan gudang yang disewakan Rp. 5.500.000 >5l 4. Fiskal Luar Negeri Rp. 6.500.000 >5f

8. Bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp. 14.600.000 >5l

10. Sewa gedung kantor Rp.16.666.666 >5l

13. Penghapusan piutang tak tertagih Rp.15.000.000 >5l

14. Biaya jamuan tamu Rp.25.000.000 >5l

15.Biaya pulsa ponsel Rp. 6.000.000 >5l

16. Biaya up grade software Rp.18.000.000 >5j 17. Sumbangan HUT RI - LXIII Rp.23.000.000 >5e 26. Bantuan utk korban gempa Sumbar Rp.20.000.000 >5e 27. Biaya rekreasi Rp.14.000.000 >5c

01. Dividen dari PT. Bandar Olie Rp.30.000.000 >5f

06. Laba penjualan tanah Rp. 3.000.000 >5f Rp. 208.266.666

KOREKSI FISKAL NEGATIF  1771-I

02. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp.16.000.000 >4 03. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu Rp.90.000.000 >4 08. Jasa giro dari Bank BNI Rp. 800.000 >4 09. Bunga deposito dari Bank BNI Rp. 4.800.000 >4

22. Penyusutan aktiva tetap Rp.10.150.000 >6a Rp. 121.750.000

LABA SETELAH KOREKSI FISKAL 1771-I / 6  1771-A1 Rp. 1.107.516.666

PPh Terutang 1771-B.4 Rp. 314.754.800

Kredit Pajak Rp. 107.975.000

Utang PPh Pasal 29  1771-D.11a Rp. 206.779.800

8  41 juta – [ 24% ( 150 juta – 40 juta ) ] Rp. 14.600.000

10  15/18 x 20.000.000. Rp. 16.666.666 15  50% x 12.000.000 Rp. 6.000.000 16  24 juta [ 25% x 24 juta ] Rp. 18.000.000 01  [ 100/85 x 170 juta ] – 170 juta Rp. 30.000.000

(36)

PT. Widya El Sipio LAPORAN KEUANGAN FISKAL.

TAHUN 2008

LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM KOREKSI FISKAL Rp. 1.021.000.000

KOREKSI FISKAL POSITIF

2. Ps. 9 ( 1 ) huruf h Rp. 11.000.000 3. Ps. 4 huruf b PP. 138 / 2000 Rp. 5.500.000 4. Ps. 9 ( 1 ) huruf h Rp. 6.500.000 8. SE-46/PJ.4/’95 Rp. 14.600.000 10. Ps. 6 ( 1 ) huruf b ; Ps. 9 ( 2 ) Rp. 16.666.666 13. Ps. 6 ( 1 ) huruf h Rp. 15.000.000 14. SE-27/PJ.22/’86 Rp. 25.000.000 15. KEP-220/PJ/2002 Rp. 6.000.000 16. KEP-316/PJ/2002 Rp. 18.000.000 17. Ps. 9 ( 1 ) huruf g Rp. 23.000.000 26. Ps. 9 ( 1 ) huruf g Rp. 20.000.000 27. Ps. 9 ( 1 ) huruf e Rp. 14.000.000 01. Ps. 9 ( 1 ) huruf h Rp. 30.000.000 06. Ps. 9 ( 1 ) huruf h Rp. 3.000.000 Rp. 208.266.666

KOREKSI FISKAL NEGATIF

02. Ps. 4 ( 3 ) huruf f Rp. 16.000.000

03. Ps. 4 ( 2 ) ; PP 5/2002 Rp. 90.000.000

08. Ps. 4 ( 2 ) ; PP 131/2000 Rp. 800.000

09. Ps. 4 ( 2 ) ; PP 131/2000 Rp. 4.800.000

22. Ps. 11 ; SE-44/PJ.4/’95;KEP-220/PJ/ ’02 ; KEP-316/PJ/’02 Rp. 10.150.000 Rp. 121.750.000

LABA SETELAH KOREKSI FISKAL Rp. 1.107.516.666

PPh Terutang Rp. 314.754.800

Kredit Pajak Rp. 107.975.000

Utang PPh Pasal 29 Rp. 206.779.800

(37)

KASUS-1

PT. Widya Cacao yang bergerak dalam bidang ekspor biji coklat meminta bantuan untuk penyusunan

Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form sehingga diketahui utang PPh Pasal 29 yang akan

disajikan dalam Neraca per 31-12-2008 berdasarkan data dibawah ini .

(Dalam jutaan Rp )

Penjualan Neto Rp. 12.345.-

Harga pokok penjualan Rp. 10.987.-

LABA BRUTO Rp. 1.358.-

Biaya Usaha lainnya :

1. Gaji, bonus, THR dan pesangon Rp. 130,00

2. Tunjangan PPh Pasal 21 Rp. 11,00

3. Fiskal Luar Negeri Rp. 6,50

4. Biaya perjalanan dinas Rp. 25,00

5. Biaya pengangkutan Rp. 17,50

6. Biaya pemasaran Rp. 17,50

7. Biaya training karyawan di Luar Negeri Rp. 20,00

8. Sewa gedung kantor Rp. 20,00

9. Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung kantor Rp. 20,00

10. Penghapusan piutang tak tertagih Rp. 15,00

11. Biaya jamuan tamu Rp. 25,00

12. Biaya listrik, air, gas, telefon, fax

( termasuk pulsa ponsel 10 Juta ) Rp. 24,00

13. Biaya up grade software aplikasi khusus Rp. 24,00

14. Sumbangan HUT RI - LXIII Rp. 23,00

15. Biaya alat kantor Rp. 19,00

16. Biaya pakaian seragam satpam Rp. 20,00

17. PKB, PBB, Bea Materai Rp. 10,00

18. Biaya makan minum karyawan Rp. 121,94

19. Penyusutan aktiva tetap Rp. 18,06

20. Premi asuransi kebakaran Rp. 30,00

21. Biaya jasa teknik Rp. 30,00

22. Biaya perbaikan partisi Rp. 15,00

23. Bantuan untuk korban bencana alam Rp. 20,00

24. Biaya rekreasi Rp. 14,00

TOTAL BIAYA USAHA LAINNYA Rp. 676,50

BIAYA DARI LUAR USAHA

25. Biaya perawatan gudang yang disewakan Rp. 5,50

26. Bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp. 41,00

27. Rugi selisih kurs Rp. 32,00

TOTAL BIAYA DARI LUAR USAHA Rp. 78,50

TOTAL BIAYA LAINNYA & DARI LUAR USAHA Rp. 755

LABA USAHA Rp. 603

Pendapatan lain-lain :

01. Dividen dari PT. Bandar Olie ( setelah dipotong PPh ) Rp. 170,00

02. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp. 16,00

03. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu ( setelah PPh ) Rp. 90,00 04. Bantuan dari PT. Meruya Batavia ( induk perusahaan ) Rp. 62,30 05. Dividen dari Bell Phone Ltd-New York Rp. 30,00 06. Laba penjualan tanah ( setelah PPh yg disetor ) Rp. 25,00 07. Sewa mesin dari Fa.Parna [ setelah dipotong PPh ] Rp. 19,10 08. Jasa giro dari Bank BNI ( setelah dipotong PPh ) Rp. 0,80 09. Bunga deposito dari Bank BNI ( setelah PPh ) Rp. 4,80

Rp. 418

(38)

KETERANGAN TAMBAHAN

Informasi berkaitan dengan harga pokok penjualan

Persediaan biji coklat , 1-1-2008. Rp. 1.234.000.000.

Pembelian biji coklat Rp. 12.098.000.000.

Persediaan biji coklat, per 31 Desember 2008 Rp. 2.345.000.000.

Harga Pokok Penjualan Rp. 10.987.000.000.

AKTIVA TETAP PER 1-1-2008 (dalam jutaan rupiah ) JENIS AKTIVA TETAP Thn Perolehan Harga Perolehan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Bangunan Permanen 24 – 12 – 2004 04 – 06 – 2004 11 – 08 – 2004 06 – 06 – 2004 123 456 789 1.000

Informasi lainnya berkaitan dengan aktiva tetap :

1. 17 Juli 2008 dibeli 1 unit ponsel untuk bagian marketing seharga Rp. 3.500.000. 2. Diantara aktiva tetap kelompok 1 ternyata terdapat;

1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi umum seharga Rp. 10 Juta, 1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi khusus seharga Rp.100 Juta,

3. Diantara aktiva tetap kelompok 2 ternyata terdapat satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp.270 Juta,

4. 23 Mei 2008 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg diperkirakan mampu mencapai tahun 2010 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.

5. Penyusutan yang dialokasikan terhadap biaya operasi, umum dihitung dengan menggunakan methode garis lurus.

INFORMASI LAINNYA

1. Rata-rata pinjaman Rp. 150 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24% 2. Rata-rata deposito Rp. 200 juta dengan tingkat bunga deposito 18%

3. Pendapatan sewa gudang , sewa mesin dan beban sewa gedung adalah untuk periode 12 bulan terhitung sejak 19 Okt 2008.

4. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan : 25% pada PT. Naga Sakti.

PAJAK – PAJAK

1. PPh pasal 22 yang telah dipungut Bank Mandiri Rp. 4.475.000

2. PPh pasal 23 yang telah dipotong pihak lain Rp. 30.900.000

3. PPh Pasal 4 ayat [ 2 ] Rp. 1.400.000

4. PPh pasal 25 yang telah dibayar Rp. 45.000.000

5. Pajak yang dibayar di New York US$ 340,3 setara... Rp. 3.000.000

6. STP PPh Pasal 25 untuk masa Oktober sampai dengan

Desember 2008 yang belum dilunasi

( termasuk bunga & denda Rp. 800.000,- ) Rp. 16.800.000

(39)

KASUS-2

PT. Widya El Tidar yang bergerak dalam bidang manufaktur meminta bantuan untuk penyusunan Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form sehingga diketahui utang PPh Pasal 29 yang akan

disajikan dalam Neraca per 31-12-2009 berdasarkan data dibawah ini .

(Dalam jutaan Rp )

Penjualan Neto [ Net Sales ] Rp. 12.345.-

Harga pokok penjualan [ Cost of Goods Sold ] Rp.

10.987.-LABA BRUTO Rp. 1.358.-

Biaya Usaha lainnya [ Operating Expenses ]:

1. Gaji, bonus, THR dan pesangon Rp. 130,00 13. Tunjangan PPh Pasal 21 Rp. 11,00 14. Fiskal Luar Negeri Rp. 6,50 15. Biaya perjalanan dinas Rp. 25,00 16. Biaya pengangkutan Rp. 17,50 17. Biaya pemasaran Rp. 17,50 18. Biaya training karyawan di Luar Negeri Rp. 20,00 19. Sewa gedung kantor Rp. 20,00 20. Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung kantor Rp. 20,00 21. Penghapusan piutang tak tertagih Rp. 15,00 22. Biaya jamuan tamu Rp. 25,00 23. Biaya listrik, air, gas, telefon, fax

24. ( termasuk pulsa ponsel 12 Juta ) Rp. 24,00 25. Biaya up grade software aplikasi khusus Rp. 24,00 26. Sumbangan HUT RI - LXIV Rp. 23,00 27. Biaya alat kantor Rp. 19,00 28. Biaya pakaian seragam satpam & keselamatan kerja Rp. 20,00 29. PKB, PBB, Bea Materai Rp. 10,00 30. Biaya makan minum karyawan Rp. 121,94 31. Penyusutan aktiva tetap Rp. 18,06 32. Premi asuransi kebakaran Rp. 30,00 33. Biaya jasa teknik Rp. 30,00 34. Bantuan untuk tim sukses Pilkada Rp. 15,00 35. Bantuan untuk Palang Merah Indonesia Rp. 20,00 36. Biaya rekreasi Rp. 14,00 TOTAL BIAYA USAHA LAINNYA Rp. 676,50

BIAYA DARI LUAR USAHA [ Other Expenses ]

37. Biaya perawatan gudang yang disewakan Rp. 5,50 38. Bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp. 41,00 39. Rugi selisih kurs Rp. 32,00 TOTAL BIAYA DARI LUAR USAHA Rp. 78,50 TOTAL BIAYA LAINNYA & DARI LUAR USAHA Rp. 755,- LABA USAHA Rp. 603,- Pendapatan lain-lain [ Other Income ] :

01. Dividen dari PT. Bandar Olie ( setelah dipotong PPh ) Rp. 170,00 02. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp. 16,00 03. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu ( setelah PPh ) Rp. 90,00 04. Bantuan dari PT. Meruya Batavia ( induk perusahaan ) Rp. 75,00 05. Dividen dari Bell Phone Ltd-New York Rp. 30,00 06. Laba penjualan tanah ( setelah PPh yg disetor ) Rp. 25,00 07. Sewa mesin dari Fa.Parna Rp. 6,40 08. Jasa giro dari Bank BNI ( setelah dipotong PPh ) Rp. 0,80 09. Bunga deposito dari Bank BNI ( setelah PPh ) Rp. 4,80 Rp. 418,- LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM PPh Rp. 1.021,-

(40)

AKTIVA TETAP PER 31-12-2009 (dalam jutaan rupiah ) JENIS AKTIVA TETAP Thn Perolehan Harga Perolehan Kelompok 1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Bangunan Permanen 27 – 10 – 2004 24 – 12 – 2009 04 – 06 – 2000 11 – 08 – 2000 06 – 06 – 2002 250 235 320 600 1.000

Informasi lainnya berkaitan dengan aktiva tetap :

a. Diantara aktiva tetap kelompok 1 yang dibeli 24 Desember 2009 terdapat 1 unit ponsel untuk bagian

marketing seharga Rp. 3.500.000.

b. Diantara aktiva tetap kelompok 1 yang dibeli 27 Oktober 2009 terdapat;

 1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi umum seharga Rp. 10 Juta,

 1 unit komputer yg menggunakan software aplikasi khusus seharga Rp.100 Juta,

c. Diantara aktiva tetap kelompok 2 ternyata terdapat;

 satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp.250 Juta,

d. 23 Mei 2009 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg diperkirakan

mampu mencapai tahun 2012 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.

e. Penyusutan yang dialokasikan terhadap biaya operasi, umum adalah 10 % dari total beban penyusutan

dengan menggunakan methode saldo menurun .

INFORMASI LAINNYA

a. Rata-rata pinjaman Rp. 50 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24% b. Rata-rata deposito Rp. 140 juta dengan tingkat bunga deposito 18%

c. Pendapatan sewa gudang dan beban sewa gedung adalah untuk periode 18 bulan terhitung sejak 19

Okt 2008.

d. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan ; 25% pada PT. Naga Sakti.

PAJAK – PAJAK

1. PPh pasal 22 yang telah dipungut Bank Mandiri Rp. 4.475.000

2. PPh pasal 23 yang telah dipotong pihak lain Rp. 30.000.000

40. PPh pasal 25 yang telah dibayar Rp. 45.000.000

41. Pajak yang dibayar di New York US$ 340,3 setara... Rp. 3.000.000

42. STP PPh Pasal 25 untuk masa Oktober sampai dengan

Desember 2009 yang belum dilunasi

( termasuk bunga & denda Rp. 800.000,- ) Rp. 16.800.000

43. PPh pengalihan hak atas tanah yang disetor Rp. 3.000.000

TEORI :

1. Jelaskan alasan mengapa Wajib Pajak diwajibkan menyelenggarakan pembukuan

2. Sebutkan sanksi yang akan dikenakan kepada WP jika tidak menyelenggarakan pembukuan 3. Sebutkan faktor penyebab terjadinya perbedaan taxable income dengan net income 4. Sebutkan alasan mengapa anda sebagai petugas pajak harus mempelajari akuntasi pajak

5. Apakah dalam menetapkan pajak terutang dapat digunakan PSAK karena dalam undang-undang pajak belum diatur bagaimana perlakuannya, misalnya tahun buku 2008 untuk Wajib Pajak yang berbasis syariah

Referensi

Dokumen terkait

36 tahun 2008, yang dimaksud penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

Undang-undang PPh no.36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah: setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

Menurut UU Nomor 36 tahun 2008 pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia,