• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab Enam. Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab Enam. Pembahasan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Enam

Pembahasan

Bab ini akan membahas keterhubungan antara beberapa variabel yang terkait dengan kinerja industri kreatif. Kinerja industri kreatif perlu mendapat perhatian dalam hubungannya dengan variabel lain sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya yaitu: knowledge management; intellectual capital, knowledge broker. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh antara

knowledge management terhadap intellectual capital; pengaruh intellec- tual capital terhadap kinerja industri kreatif; pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif; serta moderasi knowledge

broker dalam keterhubungannya dengan knowledge management dan

intellectual capital.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Intellectual Capital

Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Knowledge management mempunyai kontribusi yang berarti terhadap intellectual capital dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge management yang dimiliki mampu meningkatkan intellectual capital

industri kreatif. Kondisi demikian terlihat dari dimensi Knowledge management yang terdiri dari: people, process, technologi yang terjabarkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi people (merangsang

(2)

berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital. Demikian juga dimensi process (mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan), serta dimensi technology

(menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang lain bekerja sama mudah diakses) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital.

Fenomena yang sama juga berada pada dimensi intellectual capital

yang menunjukkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies, Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure, dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.

Temuan diatas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya diantaranya yang disampaikan oleh Nazem (2012): bahwa dimensi manajemen pengetahuan memiliki efek langsung pada modal intelektual. Temuan dari Nazem (2012) ini, lebih jauh lagi, menunjukkan peran manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap modal intelektual. Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal (2011) mendukung bahwa dampak manajemen pengetahuan pada modal intelektual. Demikian juga Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang signifikan dari manajemen pengetahuan tentang modal intelektual. Marr (2003) juga menggaris bawahi peran manajemen pengetahuan pada peningkatan modal intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi (2002), Wiig (1997), Daud dan Yusoff (2011) juga mengkaji peran manajemen pengetahuan dan hubungannya dengan modal intelektual. Shih et al., (2011) mendukung

(3)

hubungan antara manajemen pengetahuan dan modal manusia. Modal manusia dalam kajian tersebut (Shih et al.,2011) adalah salah satu dimensi modal intelektual. Dalam model yang disajikan oleh Coukas-Semmel (2002), peran manajemen pengetahuan dan dimensi pada modal intelektual dan dimensi - modal manusia, modal struktural, dan pelanggan (relasional).

Hipotesis dan temuan dalam studi ini didasari oleh pijakan bahwa

intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Walaupun penelitian tersebut menghasilkan temuan knowledge management (KM) mempunyai kontribusi (pengaruh) yang sangat berarti (signifikan) terhadap intellectual capital, namun secara empirik pelaksanaan KM berjalan secara konvensional. Artinya pelaksanaan KM pada industri kreatif cenderung bersifat informal dalam pengelolaan pengetahuannya (knowledge management) yang menghasilkan proses KM berjalan cukup, dengan pengertian bahwa kegotong royongan dalam keseharian karyawan dalam bekerja, curahan-curahan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dimiliki secara tidak formal dapat didiskusikan dengan baik, yang dapat mendorong komunikasi antar individu.

Gambaran KM secara empirik dapat terlihat saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban:

a. Walaupun pelaksanaan KM seperti di atas, namun masih terselip adanya keinginan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) sesama karyawan industri kreatif. Karyawan cenderung bersifat ingin tahu, niat untuk membagi pengetahuan cukup ada, walaupun sifatnya cenderung informal dalam pembicaraan keseharian sambil bekerja.

b. Karyawan terbiasa dengan kebiasaan rutinitas aktivitas sehari-hari yang bekerja sambil ngobrol, secara tidak langsung terjadi proses transfer

(4)

pengetahuan dari karyawan satu ke karyawan yang lain. Namun demikian berbagi pengetahuan dapat diperkuat dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat membantu dalam pelaksanaannnya sebagaimana halnya melalui forum diskusi online, intranet, ekstranet.

c. Faktor lain dalam knowledge management yang cukup tersebut adalah mencari pengetahuan baik melalui cara tradisional (trial and error)dalam industri kreatif yaitu melihat, meniru, menambahi, menandai, memberikan perbedaan terhadap produk/ karya yang dihasilkan, walaupun secara etika bisnis hal tersebut cenderung tindakan kearah penjiplakan dalam hal menentukan desain produk, strategi pemasaran, kisaran harga, cara pelayanan, serta rencana pengembangan produk agar lebih kreatif dan inovatif.

Gambaran KM pada industri kreatif terdapat beberapa hal yang kurang baik dalam proses KM, yaitu: Keinginan untuk menularkan pengetahuan yang belum maksimal, dapat disebabkan lemahnya budaya berbagi pengetahuan yang ada pada industri kreatif, minimnya keinginan memelihara berbagi pengetahuan.

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Wongso Wijoyo salah satu pelaku industri kreatif sub sektor periklanan terkait dengan knowledge management :

(5)

Menyimak dari uraian di atas tentang pelaksanaan KM dalam industri kreatif, nampak bahwa proses KM sudah berjalan di dalam aktivitas industri kreatif sehari-hari dengan model secara konvensional dan sederhana. Kondisi demikian sudah barang tentu sangat perlu mendapat pertimbangan pihak lain untuk membantu memaksimalkan pelaksanaan KM di dalam industri kreatif.

Fenomena knowledge management tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan karakteristik responden. Beberapa di antaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Di samping proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Hal lain adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan dalam industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Kaarakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita,

“Begini lho pak, apa itu yang disebut knowledge management, disini apakah itu ada atau tidak yang jelas pegawai saya bekerja setiap hari apakah hal itu dibilang rajin.Apakah dia mau cerita pengalamannya biasanya terjadi saat bekerja sambil ngobrol. Unsur kegototong royongan dalam perusahaan saya mungkin termasuk dalam knowledge management ya.Ngobrol keseharian itu biasanya sambil tukar pikiran. ftengalaman biasanya banyak digunakan untuk dirinya sendiri dalam menghadapi persoalan.Ngajari teman lewat pengalaman lebih mudah dicontoh temannya yang butuh.Dikatakan enggan bercerita tentang pengetahuan/ pengalaman ya ada benarnya. Mengelola itu ya gampang-gampang susah. Susahnya kadang karyawan males cari ide baru, gampangnya kalau dikasih conto cepat nyonto/nirunya, kadang ditambahi ini itu bisa menjadi berbeda”.Sumber : wawancara dilakukan tgl 4 Nopember 2015.

(6)

walaupun jumlahnya tidak terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian.

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Industri Kreatif

Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa intellectual capital

mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap kinerja industri kreatif. Artinya semakin kuat kemampuan intellectual capital yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja industri kreatif.

Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari indikator masing masing dimensi intellectual capital: human capital, structural capital, dan relational capital yang dalam pelaksanaannya berjalan sangat baik. Kondisi demikian terjabarkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies,

Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi

structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure,

dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik.

Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari indikator masing masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (attitude, competence, education, knowledge, skills, dan copyright). Demikian juga dimensi structural capital dengan indikator: corporate culture, design rights, financial relations, information technology infrastructure, management processes,dan brand. Hal yang sama dimensi

relational capital dengan indikator: company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty.

(7)

Gambaran kekuatan intellectual capital yang terjadi ditemukan saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dengan sejumlah pernyataan dan jawaban yang memperjelas hal tersebut. Adapun pernyataan-pernyataan dimaksud sebagai berikut:

a. Karyawan secara umum sikapnya baik, tanggap dan segera merespon dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap (attitude) yang baik tersebut dalam hal melakukan pekerjaan, bekerja sesuai uraian jabatan, bukan bekerja baik karena perintah pimpinan. Tanggap dan peduli terhadap kondisi lingkungan kerja.

b. Semangat/ motivasi karyawan baik dalam melaksanakan pekerjaan. Semangat kerja yang merupakan cerminan dari motivasi merupakan dasar bagi kinerja karyawan. Industri kreatif yang merupakan kegiatan usaha yang didasari unsur kreativitas sangat penting untuk menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif.

c. Sebagian besar pekerjaan bersifat rutin, karyawan saya secara umum mudah memahami. Kerutinan dalam bekerja analog dengan kebiasaan dalam bekerja, sehingga akan menjadikan karyawan mudah dalam menjalankan pekerjaannya. Namun walau pun ada unsur kerutinan dalam bekerja, unsur kreatif (ketidak rutinan) lebih menonjol dalam pekerjaan dalam sub sektor industri kreatif.

d. Karyawan cenderung terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan dalam sub sektor periklanan, sub sektor permainan interaktif, sub sektor komputer dan piranti lunak, sub sektor musik, sub sektor TV & radio, sub sektor video film & fotographie membutuhkan keterampilan lebih khusus.

e. Usaha saya memiliki pelanggan sebagai modal yang sangat penting bagi perusahaan. Kemampuan melayani dan memuaskan pelanggan merupakan salah satu dari modal relasi (relational capital) dalam industri

(8)

kreatif. Karyawan diupayakan selalu menjalin dan membina hubungan yang baik dengan pelanggan.

h. Usaha saya sering mempunyai kerjasama dengan mitra kerja. Mitra kerja dalam hal ini sebagai pihak untuk menjalin terkait dengan pekerjaannya, misalnya dalam sub sektor periklanan bermitra dengan para pebisnis yang akan mengiklankan produk. Dalam sub sektor musik bermitra dengan industri rekaman, dalam sub sektor TV & radio bermitra dengan pemasang iklan. Demikian juga sub sektor komputer & piranti lunak akan bermitra dengan para pemasok bahan dan pengguna.

i. Usaha saya menjalin kerjasama untuk mendistribusikan hasil. Walaupun industri kreatif tidak selalu mempunyai mitra kerja dalam penjualan produk, namun kendala pendistribusian masih dapat diatasi.

Adapun fenomena kinerja industri kreatif yang tinggi dapat tercermin saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban:

a. Setahap demi tahap pertumbuhan labanya cenderung meningkat walaupun sedikit

b. Secara pelan-pelan penjualan juga meningkat

c. Selalu berusaha melakukan pembaharuan produk baru d. Pangsa pasar cenderung tumbuh dari waktu ke waktu

e. Memberi peluang kesempatan kerja bagi karyawan baru untuk lebih maju

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Sangaji salah satu pelaku industri kreatif sub sektor musik terkait dengan intellectual capital adalah sebagai berikut:

(9)

Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi intellectual capital yang cukup kuasakan berdampak terhadap meningkatnya kinerja industri kreatif. Kajian tersebut senada sebagaimana temuan Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa Intelellectual Capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu

human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element

intelellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Demikian juga temuan dari Maditinos et al., (2010), menghasilkan kesimpulan bahwa intelellectual capital memiliki hubungan positif terhadap kinerja bisnis di kedua jenis industri. Hal senada disampaikan oleh Cabrita dan Bontis (2008) dengan tujuan dalam penelitian untuk menguji antar- hubungan dan interaksi antara komponen modal intelektual dan kinerja bisnis di Portugal industri perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal intelektual memiliki dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja. Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational capitalnya maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja bisnis. Pentingnya modal intelektual (IC) untuk keberhasilan perusahaan yang saat ini secara luas diakui oleh beberapa peneliti dan praktisi (Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Hussi dan Ahonen, 2002; Kujansivu dan Lo¨nnqvist, 2007; Marr dan schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos

“Karyawan saya dapat dikatakan sikapnya dalam kerja baiklah, banyak nurutnya, termasuk tanggap pada pengguna. Anak-anak cepat sekali bertindak jika ada keluhan dari pengguna. Anak-anak tekadnya (motivasi) besar sekali, walau kadang dia belum tentu mampu, tapi yang penting kemauannya tinggi. Masalah pelanggan memang saya tanamkan bahwa pelanggan adalah raja dan ladang emas yang harus dijamu. Anak-anak megang kata-kata saya itu.Saya menanmkan pada mereka bahwa yang kita jual adalah pelayanan”

(10)

et al., 1997; Sveiby, 1997). Selain intelellectual capital yang penting untuk organisasi, juga merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi pembangunan sosial dan ekonomi (Bontis, 2004;. Medina et al., 2007). Marr et al., (2003) menyimpulkan dua hal tentang keadaan penelitian

intelellectual capital, pertama, penelitian yang menghasilkan hubungan yang erat antara IC dengan pembangunan sosial, dan kedua, penelitian yang menghasilkan keeratan hubungan antara IC yang mendorong kinerja bisnis.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif Tanpa Variabel Kontrol

Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa knowledge management (KM) belum mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan berlawanan. Artinya perubahan knowledge management yang dimiliki tidak memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan terbalik.

Kondisi seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa KM tidak dapat secara langsung memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif. Maknanya bahwa KM harus memanfaatkan keberadaan intellectual capital sebagai mediasi pengaruhnya terhadap kinerja industri kreatif. Fenomena knowledge management yang demikian tersebut dapat diduga bahwa efek langsung (hubungan langsung) dari perubahan KM adalah perubahan intellectual capital. Intellectual capital dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Penangkapan pengetahuan, penyimpanan dan pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi secara kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di

(11)

atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya intellectual capital

yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis.

Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995), perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi (1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.

Gambaran Knowledge management yang kurang maksimal tersebut terlihat dari dimensi dan indikator dari variabel knowledge management

sebagaimana dimensi people (merangsang berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) tercermin dalam uraian berikut.

 Sebagian besar masalah KM dalam usaha kecil menengah termasuk industri kreatif adalah kelemahan dalam berbagi pengetahuan. Jikapun berbagi pengetahuan dapat berjalan namun dengan proses sederhana yaitu melalui ngobrol dan curahan pendapat sesama karyawan.

 Hal lain yang menjadi lemahnya proses KM dalam hal memelihara pengetahuan. Kegiatan ini merupakan hal yang tidak menarik karena merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan sehingga pengetahuan tersebut tetap terpelihara dalam kemampuan karyawan.

 Menggunakan pengetahuan dalam kegiatan sehari-hari adalah mudah, namun menggunakan pengetahuan dalam menghadapi persoalan adalah tidak mudah.

Demikian juga dimensi process dengan indikator: mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan:

(12)

 Mencari pengetahuan identik dengan belajar dan bertanya kepada pihak/sumber pengetahuan. Secara psikologis kegiatan itu menjadi beban bagi karyawan yang melakukan.

 Hal yang sama juga rendahnya berbagi pengetahuan, yang sangat terkait dengan kegiatan mencari pengetahuan.

Sementara itu pada dimensi technology dengan indikator: menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang lain bekerja sama mudah diakses:

 IT yang dibutuhkan dan digunakan dalam industri kreatif cukup tinggi intensitasnya. Namun seringkali keberadaan (ketersediaannya tidak maksimal). Sehinga aksesbilitas pengetahuan dan pendistribusian pengetahuan tidak dapat maksimal.

Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi knowledge management yang lemah maka tidak memberikan efek terhadap kinerja industri kreatif. Bahkan yang terjadi, arah hubungan antara knowledge management dan kinerja industri kreatif mempunyai arah hubungan yang negatif. Artinya kenaikan knowledge management yang dimiliki cenderung tidak berakibat terhadap kinerja industri kreatif.

Temuan di atas tidak sejalan dengan kajian riset Mills dan Smith (2011) serta Hassan (2012). Dimana Mills dan Smith (2011) mengkaji dari sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja perusahaan. Sedangkan, Hassan (2012) mengkaji peran pengelolaan pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di beberapa perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif antara

knowledge management dan kinerja perusahaan. Selaras dengan hal tersebut didukung pernyataan Azadehdel, et al., (2013), hasil kajian menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit pengetahuan) dan

(13)

inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan kinerja perdagangan dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pengisian jawaban, diperoleh beberapa temuan:

a. Knowledge management pada industri kreatif masih lemah. Butiran indikator tersebut dinyatakan rendah (tidak kokoh) terkait dengan hal-hal : merangsang berbagi pengetahuan, mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan,

menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan.

b. Dalam penyebaran pengetahuan dapat berawal dari pengetahuan yang berasal dari pengalaman (tacit) kearah pengetahuan explicit. Ada banyak hal menarik yang diungkapkan terkait knowledge management pada industri kreatif banyak tacit knowledge tidak mudah dibagikan (di-sharing-kan). Hal tersebut terkait dari

pengalaman pribadi, akan tetapi karyawan yang bersangkutan sulit untuk menjelaskan sebagai bentuk penyebaran pengetahuan.

c. Proses sharing pengetahuan belum tentu sama sebagaimana secara

konsep dari tacit ke explicit, lalu dari explicit kembali ke tacit lagi.

Biasanya berupa standard baku tertentu sebagai misalnya panjang, lebar, ketebalan dan ukuran lainnya, yang dapat di explicitkan dalam bentuk standard. Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui dokumentasi. Hasil dari dokumentasi yang berupa gambar bisa

digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan knowledge.

d. Kemampuan pelaku industri kreatif untuk menghasilkan temuan

mutakhir yang dimulai dari dasar (nol) untuk menemukan terobosan adalah sesuatu yang tidak mudah terjadi. Biasanya yang sering terjadi kemunculan ide yang kreatif berasal dari pengalaman

(14)

sebelumnya atau dapat juga berasal dari diskusi (sharing) dari sesama rekan kerja di industri kreatif.

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Samadikun salah satu pelaku industri kreatif sub sektor komputer & piranti lunak terkait dengan

knowledge management sebagai berikut:

Padahal seharusnya dengan adanya KM, karyawan dapat lebih siap

atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan merasa lebih baik karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan keterampilan serta dampak meningkatnya nilai pasar/market value mereka dibandingkan karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja organisasi muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan produk inovatif yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau ketika strategi KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung berkaitan dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit berkaitan dengan visi atau strategi organisasi.

Tujuan KM berupaya untuk mentransfer knowledge dalam bentuk

tacit ke explicit, kemudian dari explicit kembali menjadi tacit knowledge, dan seterusnya hingga membentuk spiral Nonaka. Knowledge pada awalnya digambarkan sebagai noktah yang kemudian berpusar semakin membesar sebagai gambaran bahwa knowledge yang ada semakin berkembang.

“Saya bisa memahami kalau knowledge management itu penting dalam usaha saya. Apalagi usaha saya komputer mesti dibutuhkan itu., tapi yaitu perihal menciptakan pengetahuan kayaknya belum dapat dilakukan disini, yang sudah pasti ya memanfaatkan pengetahuan komputer. Itu sama dengan menciptakan sesuatu mulai dari nol. Tapi mungkin saja sebenarnya bisa terjadi, tapi hingga sekarang kayaknya belumlah. Bercerita tentang pengalaman kerja biasanya terjadi antara senior dan yunior, namun itu nggak gampang apalagi yang sifatnya seni, kalau tentang ukuran dan panjang gampang menceritakannya”

(15)

Konsep dari spiral Nonaka ini juga berlaku dalam industri kreatif, semakin sering terjadi sharing pengetahuan dilakukan, maka corak lagu/ disain iklan/ macam permainan interaktif/ variasi gambar yang dihasilkan juga akan dapat memenuhi keinginan. Diharapkan melalui sharing pengetahuan tacit

dan explicit, akan diperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan desain tertentu. Tidak mudah untuk mendokumen tasikan desain dan seni kreatif dan inovasi ke dalam tulisan-tulisan.

Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif dengan Variabel Kontrol

Merujuk bahasan 6.3.1. fenomena knowledge management

tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan kharakteristik responden. Beberapa diantaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Tingkat pendidikan pengelola/ pimpinan yang sebagian besar rendah inilah yang memungkinkan pelaksanaan knowledge management

yang terjadi di industri kreatif berjalan tidak maksimal. Di samping proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Artinya sebanyak 58,23% industri kreatif tersebut mempunyai masa/ lama usaha < 5 tahun. Dengan lama usaha < 5 tahun tersebut sangat mungkin sekali proses knowledge management belum berjalan dengan baik,dengan pengertian pengalaman pimpinan dalam mengelola belum lama, serta karyawan belum banyak mempunyai pengalaman, sehingga proses berbagi pengetahuan dari pengetahuan tacit (pengalaman) ke explicit tidak maksimal. Hal lain yang menyebabkan knowledge management demikian adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan, walaupun industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif, namun dengan sedikitnya SDM yang digunakan akan memperlemah pengayaan dan pengembangan

(16)

pengetahuan. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Karakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita, walaupun jumlahnya tidk terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian.

Dua karakteristik: lama usaha industri kreatif yang relatif dini (< 5 tahun), dan tingkat pendidikan terakhir pimpinan/ pengelola industri kreatif adalah SMA, dipertimbangkan dimasukkan sebagai variabel kontrol. Untuk membuktikan ke dua hal tersebut perlu dilakukan pengujian, dengan meletakkan sebagai variabel Dummy dengan,

D = 0 untuk kategori < 5 tahun, D = 1 untuk kategori ≥ 5 tahun.

Demikian juga

D = 0 untuk kategori < SMA, D = 1 untuk kategori> SMA.

Selanjutnya dimasukkan sebagai variabel kontrol dalam hubungannya antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif.

Berikut hasil olahan PLS sebagaimana tampak pada gambar 6.1. Gambar 6.1. MODEL PLS TAHAP 1

(17)

Berdasarkan gambar 6.1. model PLS nampak bahwa adanya model dasar: model struktural yang mengubungkan antara variabel knowledge management terhadap intellectual capital dengan menempatkan tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Demikian juga nampak adanya model struktural yang menghubungkan antara variabel knowledge management terhadap kinerja industri kreatif dengan menempatkan hal yang sama tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Akan tetapi dalam hal ini hanya pengaruh knowledge management

terhadap kinerja industri kreatif saja yang akan dibahas, hal tersebut diduga 2 (dua) karakteristik responden tersebut sebagai penyebab: “tidak adanya pengaruh yang signifikan antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif.

Mengacu gambar 6.1. di atas nampak adanya model pengukuran dengan indikator dengan loading factor yang lebih kecil dari 0.50. Indikator yang demikian tidak memenuhi syarat, sehingga perlu dihapus. Perubahan dari langkah tersebut menghasilkan model PLS sebagai berikut.

Gambar 6.2. MODEL PLS TAHAP 2 (dengan memasukkan variabel kontrol)

(18)

Mengacu gambar 6.2. di atas nampak bahwa indikator-indikator yang mempunyai factor loading lebih kecil dari 0.50 telah dihapus semua, sehingga seluruh indikator dapat dikatakan valid.

Selanjutnya dapat dilihat koefisien path pada inner model seperti pada tabel 6.1.

Tabel 6.1. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) Keterangan Lama Usaha * Know. Management -> Kinerja.Ind.Kreatif 0.1993 0.0679 0.1081 0.1081 1.8422 Signifikan Pendidikan * Know. Management -> Kinerja.Ind.Kreatif 0.1398 0.0241 0.0819 0.0819 1.7053 Signifikan Batas signifikansi :

 Loading factor (original sample) ≥ 0,50 (Ghozali, 2008)atau

 Z α≥ 1,645 (Z α = 0,05 (5%)

Sumber: hasil olah data PLS

Berpijak pada tabel 6.1.di atas menghasilkan temuan:

1. Dengan menempatkan lama usaha sebagai variabel kontrol, knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan

knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian (disebabkan oleh lama usaha). Maknanya semakin lama masa usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif semakin kuat. 2. Dengan menempatkan tingkat pendidikan sebagai variabel kontrol,

knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri

(19)

kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel diluar variabel penelitian (disebabkan oleh tingkat pendidikan). Maknanya semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kretaif semakin kuat.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa:

knowledge management mempunyai pengaruh non signifikan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif (sebagaimana sub bab 6.3), disebabkan karena lama usaha industri kreatif masih dini (< 5 tahun), dan tingkat pendidikan pengelola industri kreatif masih SMA.

Moderasi Knowledge Broker dalam Hubungannya dengan Knowledge Management dan Intellectual Capital

Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa moderasi

knowledge broker dalam hubungannya dengan knowledge management

dan intellectual capital mempunyai peranan yang kuat. Hal ini mengandung makna bahwa knowledge broker benar-benar mempunyai peranan yang dapat memperkuat dalam keterhubungannya antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif.

Peran knowledge broker dalam memperkuat hubungan antara

knowledge management dan intellectual capital tersebut didukung oleh kekuatan knowledge broker tersebut tercermin dari sebaran nilai rata- rata sebesar 4.389, yang mencerminkan knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management

dengan intellectual capital. Maknanya keberadaan knowledge broker sangat dibutuhkan sekali untuk memperkuat keterhubugannya antara knowledge management dan intellectual capital industri kreatif.

(20)

Uraian yang mendukung pernyataan di depan yaitu oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengeta- huan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan (knowledge broker).

Mengacu dari uraian di atas bahwa dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengeta- huan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal intelektualnya. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker

(Oldham dan McLean, 1997) yang terdiri dari:

•"Interface" menghubungkan pengguna dan pencipta •"Direct" mengacu pada fakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara menggunakan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan, •"Distributor" menyebarkan pengetahuan (contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dll), •"Integrator" mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu (contohnya termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer teknologi). Di samping itu sebagai •"Intermediaries" yang menghubung kan pengguna dan pencipta, dan yang terakhir adalah sebagai • "Broker" mirip dengan perantara, perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh pendapatan yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara pengguna dan pencipta.

(21)

Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan (Knowledge Broker).

Terkait dengan temuan dalam studi ini yang mencerminkan

knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management dengan intellectual capital, secara empirik hal tersebut tercermin sebagaimana pernyataan responden dalam pengisian kuesioner yang disertai dengan wawancara dapat digambarkan: a. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker

pengetahuan untuk memperoleh tambahan pengetahuan yang terkait dengan usaha saya.

b. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker pengetahuan untuk memperjelas penggunaan sebuah pengetahuan yang sebelumnya masih ragu dan kurang jelas.

c. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan untuk konsultasi dan perlindungan dari resiko usaha. d. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi perusahaan

e. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan dalam meniningkatkan usaha dalam industri kreatif. f. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker

pengetahuan dalam menerapkan pengetahuan dalam pengelolaan model (produk baru/ cara baru/ metode baru).

(22)

Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Edward salah satu pelaku industri kreatif sub sektor film, video & photo graphie terkait dengan

knowledge broker sebagai berikut:

Fenomena knowledge broker dalam industri kreatif sering digambarkan sebagaimana halnya jika memerlukan masukan dari luar organisasi/ perusahaan, mereka cenderung ‘berguru/ belajar’ dengan sesama praktisi industri kreatif, baik dalam hal menabah pengetahuan bidang periklanan, musik, film, video, radio dan telivisi maupun pengetahuan lainnya. Tak jarang kolaborasi terjadi di antara dua atau lebih praktisi tersebut. Seorang praktisi industri kreatif mengungkapkan adanya semangat berbagi di antara praktisi industri, dengan tujuan untuk mengembangkan industri kreatif. Namun melalui peran KB yang dalam hal ini diwakili pihak peneliti dalam diskusi penelitian (yang dimaksud FGD) yang berperan sebagai pihak mediasi dan difusi pengetahuan dapat membantu cepatnya pencerahan berbagi pengetahuan tersebut. Dalam sub sektor percetakan, keberadaan KB yang dalam hal ini diwakili pihak penerbit buku (sebagai produser”) menghubungkan penulis buku dan pengguna (pembaca). Dalam hal sub sektor industri musik KB yang dalam hal ini diwakili konsultan hukum (sebagai "Integrator") yang menghubungkan

“ Usaha saya ini bergerak dalam industri kreatif video & photo graphie, sering menggunakan apa itu calo atau perantara bisa juga disebut broker ya, bukan makelar khan, ha..ha… Biasanya dia menenawarkan jasanya untuk pengembangan pengetahuan audio visual. Mau tidak mau ya mau karena itu penting seperti misalnya untuk editan photo atau video. Sebenarnya setelah diberitahu mudah sekali. Tapi karena tidak tahu ya sepertinya sulit ha..ha… Namanaya seni video ya harus telaten dihayati tidak bisa dengan matematis saja. Sering juga dia menyarankan agar menambah alat ini itu agar dapat melayani order dari konsumen” Sumber : wawancara dilakukan tgl 8 Desember 2015

(23)

antara pengetahuan/ undang-undang pembajakan dengan industri kreatif musik yang memerlukan pihak lain dalam menafsirkan sesuatu persoalan. Keberadaan KB yang demikian penting sehingga KB dapat berperan sebagai penguat keterhubungannya antara knowledge management dengan

intellectual capital.

Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker

dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital

industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaatkan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi industri kreatif.

Mengacu dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengetahuan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal intelektualnya.

Sintesa Penelitian

Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang

(24)

kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual. Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan semakin kuatnya modal insani, modal struktural, dan modal relasional yang dimiliki industri kreatif. Uraian tersebut di atas digambarkan dalam sebuah model empirikal sebagai berikut.

Gambar 6.2.Model Empirikal Penelitian yang Dihasilkan

Sumber : Model olahan dikembangkan untuk Disertasi ini

Awal dari model struktural adalah pengaruh antara knowledge management (KM) dengan intellectual capital mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge management yang dimiliki mampu memberikan efek perubahan terhadap

intellectual capital industri kreatif.

Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995), perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi

Pendidikan (variabel kontrol) Lama Usaha (variabel kontrol) Memediasi KM-KIK Knowledge Management Intellectual Capital Kinerja Indust Kreatif MemoderasiKM-IC Knowledge Broker

(25)

(1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh.

Pelaksanaan KM dalam industri kreatif tidak dapat terlepas dari 3 komponen dalam KM yang terdiri (Cong dan Pandya, 2003): people, process, dan technology. Terkait dengan ke 3 komponen sebagai sumber daya, perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu perspektif organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan pada tingkat sumberdaya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang menonjol dan memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki organisasi dibandingkan dengan pesaing. Asumsi dasar teori RBV adalah bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984). Keunikan salah satu sumberdaya yaitu sumberdaya manusia dalam industri kreatif adalah sumberdaya yang mengahasilkan karya yang didasari dengan bakat dan kreatifitas yang menghasilkan karya inovatif.

Meningkatnya intellectual capital yang dimiliki sebagaimana tersebut di atas akan memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras sebagai model struktural ke dua. Artinya intellectual capital yang dimiliki benar-benar mampu memberikan efek peningkatan terhadap kinerja industri kreatif. Modal intelektual paling tepat digambarkan sebagai informasi dan pengetahuan dalam perusahaan. Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan pengetahuan bersifat dinamis. Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan yang paling penting. Modal intelektual adalah sumber yang paling penting dari nilai tambah serta output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik, akan dapat merugikan bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah hukum, tetapi harus meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian, 2008).

(26)

Sementara itu sebagai model struktural ketiga adalah pengaruh secara langsung antara knowledge management dengan kinerja industri kreatif tidak mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan yang terbalik (negatif). Artinya KM yang terdapat pada industri kreatif secara langsung belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja industri kreatif. Tidak signifikan pengaruh antara knowledge management

dengan kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif, menjadikan pengaruh secara tidak langsung menjadi pilihan. Artinya intellectual capital

berperan sebagai variabel mediasi pengaruh antara knowledge manage- ment dengan kinerja industri kreatif. Peran intellectual capital sebagai mediasi tersebut memang mengindikasikan bahwa proses transfer pengetahuan secara bertahap melalui pemahaman dalam penerimaan sikap (attitude), competencies, knowledge, design rights, financial relations, culture, information technology infrastructure, dan beberapa indikator dalam relational capital seperti brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik. Melalui pemahaman indikator dalam dimensi human capital tersebut akan menghasilkan efek perubahan terhadap performance (kinerja) industri kreatif. Chen et al., (2004) state that there is a positive relationship between intellectual capital and enterprise performance. Cabrita and Bontis (2007):

state that each variables of the intellectual capital interact with the business performance.

Kehadiran knowledge broker (KB) dapat berperan sebagai variabel moderator dalam pengaruh knowledge management dengan kinerja industri kreatif merupakan model struktural yang ke empat. Keberadaan KB dalam hal ini sangat membantu sekali dalam megangkat kondisi pelak- sanaan knowledge management dalam industri kreatif yang belum maksimal terutama terkait dengan transfer pengetahuan. Melalui KB tersebut diharapkan kendala dalam menangkap pengetahuan, penggunaan

(27)

pengetahuan, pendistribusian pengetahuan, dan mengkreasi pengetahuan dapat diatasi dengan adanya KB. Melalui KB proses pembelajaran akan terjadi dalam transfer pengetahuan.

Industri kreatif sebagai organisasi tentunya memerlukan proses belajar dalam memperoleh pengetahuan dari sumber pengetahuan. Pembelajaran organisasi (organization learning) memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. Dalam konsep organization learning (OL) bahwa pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya (Senge 1990).

Sementara itu ‘broker’ (atau knowledge broker) merupakan agen yang memfasilitasi difusi pengetahuan (Aldrich dan von Glinow, 1992); dan ‘konsultan’ di sini berperan sebagai fasilitator proses inovasi (Bessant dan Rush, 1995). Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaat- kan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi industri kreatif.

(28)

Yang perlu mendapat perhatian adalah pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif tidak signifikan dengan arah hubungan tidak searah. Di mana setelah memasukkan 2 karakteristik responden yaitu lama usaha (< 5 th) dan pendidikan terakhir responden (SMA) sebagai variabel kontrol menghasilkan temuan bahwa ke dua karakteristik responden tersebut benar-benar sebagai variabel yang dapat mengontrol perubahan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian (disebabkan oleh lama usaha dan tingkat pendidikan). Maknanya semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, dan semakin lama usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif semakin kuat.

Gambar

Gambar 6.1. MODEL PLS TAHAP 1  (dengan memasukkan variabel kontrol)
Gambar 6.2. MODEL PLS TAHAP 2  (dengan memasukkan variabel kontrol)
Tabel 6.1.  Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Gambar  6.2.Model Empirikal Penelitian yang Dihasilkan

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjakan kehadirat Allah SWT Sang Pencipta, pemilik alam semesta yang telah menganugerahkan kenikmatan, rahmat dan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) hal-hal yang melatarbelakangi pemakaian bahasa Alay berupa (a) sebagai identitas diri, (b) sebagai ungkapan/ekspresi, (c)

Di lain pihak, para pelaku sekolah seperti kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya, orang tua murid, dan peserta didik itu sendiri berarti telah mengamalkan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah dan lama stadia telur, nimfa, dan imago wereng batang coklat pada empat varietas padi.. METODE PENELITIAN Tempat

Pembangunan di pedesaan kiranya perlu menjadi fokus pemerintah agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota sehingga desa dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat desa

Hasil kajian menunjukkan bahawa pelajar masih lemah dalam pembentukan kata terbitan bagi kata kerja yang berbaris dan tidak berbaris, kata kerja ruba`iy

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (deskriptif) yang akan difokuskan pada kajian potensi batik di Kecamatan Gedangsari, kemudian distrukturkan menjadi materi