• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KONSEP

5.1 Konsep Makro

Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang akan ditawarkan dalam desain padepokan ini tidak lepas dari aspek-aspek inti dalam pencak silat dan juga mewujudkan padepokan yang menjiwai filosofi dasar dari perguruan tersebut. Padepokan sebagai tepat belajar proses kehidupan melalui alam dan padepokan sebagai ruang komunal bagi masyarakat luas.

Gambar 5.1 : Konsep Makro

(2)

5.1.1 Padepokan sebagai Tempat Belajar Hidup

Padepokan bukan hanya tempat yang dijadikan sebagai tempat latihan mengolah tubuh saja, tetapi menjadi salah satu cara untuk pembentukan karakter seperti yang teah dijelaskan pada Bab 1 (latar belakang, khususnya bagian permasalahan dan tujuan). Pencak silat tidak hanya dipakai untuk mengajarkan cara berkelahi, namun masih banyak lagi yaitu kaidah ilmu kehidupan. Menekankan pembelajaran pada alam adalah kekuatan yang ingin dibentuk pada belajar merawat dan bertahan hidup dengan yang kita miliki.

Gambar 5.2 : Konsep Padepokan sebagai Tempat belajar kehidupan

Sumber : Analisa Penulis, 2014

5.1.2 Padepokan sebagai Ruang Komunal Masyarakat

Gambar 5.3: KonsepPadepokan sebagai Ruang Komunal

(3)

Padepokan yang diharapkan adalah sebuah padepokan yang dekat dengan anggota masyarakat sekitar, yang ikut merangkul mereka dengan tujuan menjadikan masyarakat sekitar menjadi lebih aktif dan kreatif. Ruang komunal yang disediakan menjadi salah satu alternative bagi masyarakat agar mereka dapat refreshing. Selain itu, ketika padepokan ini dikembangkan, tak hanya kegiatan latihan pencak silat yang akan dilakukan, misalnya kegiatan yang membuat masyarakat semakin terampil dalam usaha, kegiatan pengajian, dan kegiatan lainnya.

5.2 Konsep Tata Ruang Luar

Konsep tata ruang luar adalah perencanaan atau pengaturan perletakan massa bangunan, perletakan tersebut dipengaruhi dengan adanya beberapa faktor untuk mendukung zonasi ruang yang nyamamn bagi penggunanya. Yaitu pencapaian menuju bangunan, zonasi, orientasi bangunan, konsep lansekap, dan citra bangunan yang akan dimunculkan. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar pertimbangan pengembangan kawasan.

5.2.1 Pencapaian Bangunan dan Area Entrance

Pencapaian dari luar kawasan menuju kawasan padepokan pencak silat ini menggunakan pencapaian secara langsung dengan menggunakan jalan perkampungan. Untuk memudahkan jalur srikulasi perlu adanya sebuah sistem yang diintegrasikan dengan jalur sirkulasi ruang dalam agar kendaraan yang keluar maupun masuk memiliki akses yang mudah. Selain itu untuk area entrance dan area pintu keluar dipertegas kembali, agar pengunjung pun tidak bingung ketika mencari padepokan tersebut.

(4)

5.2.2 Konsep Zonasi

Gambar 5.4 : Zonasi ruang dan pola hubungan antar ruang

(5)

Pengaturan zonasi pada lahan bertujuan untuk mempermudah dalam pembagian ruang, agar setiap fungsi dapat saling mendukung dan menjadikan kawasan menjadi lebih tertata rapih. Dapat dilihat untuk pengelompokan dan peletakan zona ruang pada gambar di atas. Pola yang di terapkan dalam zonasi ini menggunakan pola radial dengan mengacu pada pendopo sebagai pusat aktivitas pada perguruan ini.

Gambar 5.5: Pembagian ruang pada lahan

Sumber : Analisa Penulis, 2014

5.2.3 Orientasi Massa

(6)

ORIENTASI MASSA YANG DIPILIH

KARAKTER PENERAPAN

Radial Memadukan usur-unsur pola terpusar dan linera. Dengan ruang

terpusar yang dominan dan pola linear yang berkembang menjadi

jari-jarinya

Massa bangunan yang menyebar dari satu titik pusat massa sebagai sentral.

Sumber : Analisis Penulis, 2014

Oreientasi arah bangunan di hadapkan ke arah timur dan barat tapak, karena pada sisi tersebut lahan mendapatkan banyak view yang menarik, yaitu pemandangan kea rah pegunungan dan ke areh area persawahan. Hal ini untuk mendukung pesilat agar nyaman dalam berlatih dan mampu bekerja sama dengan alam. Massa dan jalur sirkulasi di susun dengan atraktif untuk menunjukkan karakter pesilat yang aktif dalam gerak. Sehingga memunculkan kesan tidak membosankan dan seindah mungkin.

Tabel 4.2: Komposisi Massa yang terpilih

KOMPOSISI MASSA YANG TERPILIH

Kondisi dan bentuk site Bentukan site hampir

menyerupai persegi panjang

Dapat di sesuaikan dengan bentuk site yang ada

Efisiensi fungsi dan ruang Sangat efisien dalam

penggunaan lahan

Cukup efisien dari segi peruangannya namun kurang

efisien untuk segi fungsinya

Estetika bentuk Bentuknya terlihat kaku, tetapi

dapat dipadukan dengan bentuk yang lain

Bentukanya fleksibel dan mempunyai nilai estetika yang

lebih

Karakter bentuk Formal, teratur, kuat, kokoh Semi formal, terpusat, mengalir

(7)

Gambar 5.6 : Orientasi bangunan

(8)

5.2.4 Konsep Lansekap

Gambar 5.7 : Konsep penataan lansekap

Sumber : Analisa Penulis, 2014

Konsep penataan lansekap mengikuti kontur yang telah ada dan memusat untuk mendukung bangunan utama yaitu pendopo. Penyusunan vegetasi dilakukan untuk menghasilkan view yang mendukung. Tanaman pun perlu dikelompokkan, apakah menjadi tanaman pelindung atau justru menjadi tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, serta tanaman yang digunakan sebagai area belajar. Bagian tengah taman yang memiliki kontur terendah dimanfaatkan sebagai area latihan terbuka dan area resapan. Hal ini untuk mensiasati agar tapak tidak mengalami banjir saat hujan turun.

5.2.5 Citra Bangunan

Konsep yang diusung mengacu pada bangunan yang memiliki nilai seni dan budaya, hal ini dilihat karena nilai seni dan budaya sangat kental pada pencak silat. Hal yang dapat dikembangkan adalah aspek seni dan budaya apabila dikatkan dengan sisi arsitektural. Faktor kebudayaan Jawa dan filosofi dasar yang melekat di daerah Megelang ini dapat dijadikan pedoman. Citra yang akan dibentuk akan lebih menonjolkan segi struktur bamboo yang dekat dengan lokalitas setempat. Hal ini ditujukan agar penggunanya

(9)

mengerti betul akan spirit pencak silat yang aktif dan indah yang diterjemahkan dalam bentuk bangunan. Bangunan inti di dalam kawasan ini adalah bagian pendopo yang akan menjadi pusat massa, yang akan dibangun tinggi untuk mencerminkan sisi spiritualitas sebi bela diri ini.

Gambar 5.8 : Green School, Bali

Sumber :http://www.newyorkgoadiaries.com/2012/10/wow-green-school-at-bali.html

5.3 Konsep Tata Ruang Dalam 5.3.1 Sirkulasi

Pola sirkulasi disusun sebagai pembatas antar massa bangunan dengan sistem memusat. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesan bahwa padepokan merupakan pusat dari segala aktivitas.

(10)

Gambar 5.9 : Pola Hubungan antar ruang

Sumber : Analisa Penulis, 2014

5.3.2 Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan antar ruang yang diinginkan untuk dicapai adalah dengan mengelompokkan zonanya sendiri dari setiap zona tersebut. Untuk hirarki ruangan yang ada disusun dengan pola ke atas memiliki zona yang makin private dan makin kebawah dan mendekati area masuk aupun area keluar zona tersebut akan semakin public. Pembatasan zonasi dibatasi dengan pola sirkulasi ruang luar dan juga dapat dengan menggunakan tanaman.

(11)

Gambar 5.10 : Pola Hubungan antar ruang

Sumber : Analisa Penulis, 2014

5.4 Sistem Konstruksi Bangunan

Sistem kosntruksi bangunan yang digunakan padakawasan ini dengan menggunakan konstruksi babu dan beton. Konstruksi bamboo diaplikasikan pada bangunan pusat atau pendopo yang biasanya digunakan sebagai area latihan. Sedangkan untuk bangunan asrama menggunakan kostruksi beton bertulang dengan pondasi titik dan menerus, yang pada nantinya akan dikombinasikan dengan material lokal ini. Penambahan material bamboo pada fasade maupun interior bangunan akan menambah kesan atraktif ada bangunan.

5.5 Sistem Pencahayaan

5.5.1 Pencahayaan Alami

Pengoptimalan pencahayaan alami yang berasal dari matahari sangat perlu dilakukan, hal ini dapat membuat bangunan semakin memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungannya. Pengaplikasiannya adalah dengan membuat banyaknya bukaan pada atap bangunan dan juga pada bidang dinding. Bukaan yang ada dapat disesuaikan dengan kebutuhan, jangan sampai pemasukan cahaya ke dalam bangunan yang terlalu banyak dapat membuat tidak nyaman karena terlalu panas.

(12)

Gambar 5.11: Alternatif pencahayaan alami

Sumber : http://dc350.4shared.com/doc/QrCMqnoq/preview.html

Gambar 5.12: Aplikasi pencahayaan alami pada Green School, Bali

(13)

5.5.2 Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan ini berasal dari lampu yang menggunakan listrik, penggunaan lampu ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Setiap pengaplikasian pencahayaan disesuaikan dengan konsep yang akan diterapkan pada setiap ruangan dan konsep keseluruhan bangunan. Dalam penerapan perancangan pencahayaan dapat memperhatikan beberapahal, yaitu:

 Konsep dan tema ruang  Tata letak lampu  Bentuk ruang

 Tujuan pencahayaan  Pemilihan armature lampu

5.6 Sistem Penghawaan

Penghawaan dalam bangunan sangat berkaitan dengan kenyamanan thermal. Aliran udara dalam bangunan perlu dimanajemen dengan baik. Pemanfaatan penghawaan alami dari lingkungan sekitar sangat perlu dilakukan, karena kondisi lahan yang sejuk dan cenderung teduh. Pemanfaatan sistem penghawaan ini perlu memperhatikan beberapa hal. Yaitu

 Kecepatan dan arah mata angin  Material pelingkup bangunan  Luas dan posisi bukaan

 Letak bukaan pada bidang dan perbedaan ketinggian bukaan  Penghalang pada lubang ventilasi dan antar hubungan ventilasi

(14)

Gambar 5.13 : Penghawaan Alami

Sumber : Ching D.K. Francais Arsitektur, 2000

5.7 Sistem Sanitasi dan Drainase

 Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih yang digunakan pada padepokan ini berasal dari sumur dan PDAM dengan menggunakan sistem downfeed, dengan memompa air menuju bak penampungan di atap bangunan yang kemudian akan disalurkan ke seluruh bangunan.

Gambar 5.14 : Skema jaringan air bersih

Sumber : Analisis Penulis, 2014  Jaringan Air Kotor

Jaringan Air kotor berupa air lemak, air sabun, air tinja akan di salurkan sesuai skema dibawah ini,

(15)

Gambar 5.15: Skema jaringan air kotor

Sumber : Analisis Penulis, 2014

 Jaringan Air Hujan

Air hujan akan slurkan ke sumur resapan karena melihat kontur tapak yang menurun sehingga menyebabkan lahan ini seringkali menjadi banjir, ini dapat membuat tamanan menjadi mudah busuk dan mati. Oleh karena itu, perlu adanya pembuatan beberapa titik sumur resapan.

Gambar 5.16: Skema jaringan air hujan

Gambar

Gambar 5.1 : Konsep Makro  Sumber : Analisa Penulis, 2014
Gambar 5.2 : Konsep Padepokan sebagai Tempat belajar kehidupan  Sumber : Analisa Penulis, 2014
Gambar 5.4 : Zonasi ruang dan pola hubungan antar ruang  Sumber : Analisa Penulis, 2014
Gambar 5.5: Pembagian ruang pada lahan  Sumber : Analisa Penulis, 2014  5.2.3 Orientasi Massa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat truk keluar menuju gate RFID reader akan kembali membaca ID truk, dan system akan mem-validasi apabila truk tersebut belum mengembalikan pallet atau membawa pallet

Hasil RAO dari software MOSES digunakan untuk menganalisa gerak relatif haluan dan selanjutnya untuk mengetaui respon struktur pada gelombang acak yang selanjutnya

Ainal Hamdah Aritonang, Crecencia M. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Salah satu kompleksitas tersebut berupa permasalahan dalam pengadaan material. Beberapa hal yang

Instrument studi lapangan ini dibutuhkan untuk merumuskan masalah yang akan ditarik serta untuk mengetahui pandangan dan ketertarikan peserta didik terhadap

Adapun data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, statsu bekerja, status menikah, pengawas minum obat (PMO), dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa fitokimia dan menentukan nilai toksisitas ekstrak etanol bunga Ubu-ubu dari Maluku Utara yang diambil dari

Buku Panduan dengan judul “Panduan Penerapan : Sistem Manajemen Keamanan Informasi Berbasis Indeks Keamanan Informasi (Indeks KAMI)” ditujukan sebagai pedoman bagi instansi

Pada saat siang hari, frekuensi pernapasan kambing Boer lebih rendah dibanding Kambing Kacang dan Boerka, hat ini mungkin disebabkan asal kambing Boer dari Australia pada