• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh RKS STRUKTUR - 05 PEKERJAAN BETON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh RKS STRUKTUR - 05 PEKERJAAN BETON"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN ……….. 117 02. BAHAN - BAHAN ……….. 117 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN………. ..……... 119 04. TEST KUBUS BETON ( PENGUJIAN MUTU BETON ) …….. 120 05. PENGECORAN BETON……… 121 06. PEMADATAN BETON……… 122 07. CURING DAN PERLINDUNGAN ATAS BETON ……… 122 08. PEMBENGKOKAN DAN PENYETELAN BESI BETON ……. 123 09. CETAKAN BETON/ BEKISTING………. 124 10. PEMBONGKARAN CETAKAN BETON………. 124 11. PEMASANGAN ALAT-ALAT DI DALAM BETON………. 125

(2)

01.

Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar Struktur.

02.

Bahan - bahan

a. Semen

Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal dengan syarat-syarat :

- Peraturan Semen Portland Indonesia (NI.8-1972). - Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).

- Mempunyai sertifikat uji (test sertificate). - Mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah .

Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan.

Harus diterimakan dalam sak ( kantong ) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau maximum 10 sak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.

b. Agregat (Aggregates)

Semua pemakaian batu pecah ( agregat kasar ) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat :

- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3-1956) - Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).

(3)

Tidak mudah hancur ( tetap keras ), tidak porous

Bebas dari tanah/ tanah liat ( tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya.

Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 25 mm untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai. Pemberi Tugas dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan test kwalitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, setiap saat dalam Laboratorium yang diakui. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana aggregat tersebut disupply, maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan kepada Pengawas. Penyimpanan.

Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.

c. A i r

Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, tidak mengandung minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971) serta diuji oleh Laboratorium yang diakui sah oleh yang berwajib.

Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.

d. Besi Beton ( Steel Reinforcement )

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat : - Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).

- Standard Industri Indonesia (SII).

Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, luka dsb.)

Semua dari jenis baja dengan mutu BJTP-24 (polos) dan BJTD-40 (ulir), bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1971.

Mutu Baja BJTP-24 (polos) untuk dia <= 8 mm

(4)

Mempunyai penampang yang sama rata. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.

Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture ) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.

Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pemberi Tugas. Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Pemberi Tugas, berjumlah minimum 3 ( tiga ) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya +/- 100 cm. Pengambilan sample dilakukan untuk tiap diameter setiap kelipatan 50 ton berat besi tersebut.

Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar gambar, atau mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

Untuk hal itu sebelumnya Kontraktor harus membuat gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule ), diajukan kepada Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuannya.

Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan bebas dari lantai kerja, atau papan acuan. Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus dipasang pada posisi yang tepat.

Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam itu, harus mendapat persetujuan Perencana/ Pemberi Tugas. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi (RKS) dan apa yang tercantum dalam pasal 4.B.4 diatas harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi tertulis dari Pemberi Tugas, dalam waktu 2 x 24 jam.

03.

Syarat – syarat Pelaksanaan

a. Adukan Beton non-Struktural

Adukan Beton Yang Dibuat Setempat (Site Mixing) untuk beton non-struktural. Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :

Semen diukur menurut volume. Aggregat diukur menurut volume. Pasir diukur menurut volume.

(5)

Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin ( batch mixer ).

Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin pengaduk.

Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

b. Adukan Beton Struktural

Untuk Struktur harus menggunakan Beton Ready-mix.

04.

Test Kubus Beton ( Pengujian Mutu Beton )

a. Pemberi Tugas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk

membuat kubus coba dari adukan beton yang dibuat. Mutu beton yang

disyaratkan adalah K-300 / fc’ = 25 MPa. Dimana tegangan tekan

karakteristik beton pada umur 28 hari harus mencapai 300 Kg/cm2 / 25

MPa.

b. Cetakan kubus coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah

dengan ukuran 15 x 15 x15 cm3.

Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah pengawasan. Sample diambil tiap 5 M3, Prosedurnya harus memenuhi syarat - syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971) bab 4.7.

c. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung

jawab Kontraktor.

d. Kubus coba harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal

pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan dan lain-lain

yang perlu dicatat. ( Kode pada kubus harus digores dengan paku,

tidak diperbolehkan menggunakan kapur atau cat).

e. Semua kubus harus di test di laboratorium beton yang berwenang, dan

disetujui Pemberi Tugas.

f. Laporan hasil Percobaan harus diserahkan kepada Pemberi Tugas segera

sesudah selesai percobaan, paling lambat 7 hari sesudah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan dan berat kubus benda uji tersebut.

(6)

g. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang ditunjukkan oleh kubus cobanya gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Pemberi Tugas berhak meminta Kontraktor supaya mengadakan percobaan-percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan coring.

Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia ( NI.2 - 1971 ).

Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

05.

Pengecoran Beton

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, Kontraktor harus

memberitahukan Pemberi Tugas dan mendapat persetujuan. Jika tidak ada persetujuan Pemberi Tugas, maka Kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya Kontraktor sendiri.

b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan

menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan Pemberi Tugas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.

c. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan

besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas

d. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih

dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran ( potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain ) dan dibasahi dengan air semen.

e. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan

menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian melebihi 2.0 meter, yang akan menyebabkan pengendapan agregat.

f. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontiniu / tanpa berhenti).

Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenan untuk dipakai lagi.

(7)

g. Penggunaan bahan campuran tambahan (additive) harus disetujui Pemberi Tugas. Sebelum Penggunaan bahan campuran tambahan (additive), Kontraktor harus membuat beberapa Trial Mix yang akan ditest di laboratorium yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas. Semua Resiko akibat penggunaan bahan campuran tambahan (additive) ditanggung oleh Kontraktor.

06.

Pemadatan Beton

a. Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator selama pengecoran

berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi tulangan.

b. Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan suatu massa yang

bebas lubang agregasi dan honey combing, memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.

c. Kontraktor harus menyiapkan vibrator-vibrator untuk menjamin effisiensinya

tanpa adanya penundaan.

Vibrator yang dipakai harus dari type Rotary Out of Balance dengan frekwensi tidak kurang dari 6000 cycles permenit dan kemampuan memberikan percepatan dari 6 g. pada beton setelah kontak dengan beton.

d. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga menyebabkan

pengendapan aggregat, kebocoran-kebocoran melalui acuan dan lain-lain, harus dihindarkan.

e. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 1 (satu) vibrator tambahan untuk

digunakan pada saat yang lain rusak.

07.

Curing Dan Perlindungan Atas Beton.

a. Selama berlangsungnya proses pengerasan, beton harus dilindungi terhadap

matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakkan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.

b. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama 14 hari.

c. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan

perlindungan atas beton harus diperhatikan. Kontraktor bertanggung jawab atas retaknya beton karena kelalaian ini.

d. Bila digunakan bahan kimia untuk curing harus atas persetujuan dari Pemberi

Tugas dan Kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan yang membuktikan bahwa bahan kimia tersebut effektif untuk digunakan.

(8)

08.

Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton.

a. Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti/tepat

pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari PBI (NI.2-1971). Pembengkokan tersebut dilakukan oleh tenaga ahli, untuk ini dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak dan sebagainya.

b. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Kontraktor harus membuat

rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bending schedule), yang diserahkan kepada Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuannya.

c. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan

gambar dan ini sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.

d. Pemasangan dengan menggunakan selimut beton (beton decking) harus

sesuai sebagai berikut :

Selimut beton untuk pelat & dinding 2.0 cm Selimut beton untuk Kolom 3.0 cm

Selimut beton untuk Balok 3.0 cm

Selimut beton untuk Pelat Pondasi 5.0 cm Selimut beton untuk Sloof 5.0 cm

Selimut beton untuk Pile Cap 7.5 cm

Selimut beton pelat & dinding Basement 4.0 cm

e. Sebelum baja tulangan dipasang, baja harus bebas dari kulit besi karat,

lemak, kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.

f. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada

kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 mm yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembersihan harus ditunjang dengan beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada spesifikasi ini, penunjang-penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan bekisting.

g. Beugel-beugel/tulangan melintang harus diikat pada tulangan utama dan

jaraknya harus sesuai dengan gambar. Tulangan tidak boleh keluar dari permukaan beton.

h. Precast Mortar Spacing Block hendaknya digunakan untuk menahan

jarak yang tepat pada tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang kurang lebih sama dengan beton yang akan dicor.

(9)

09.

Cetakan Beton/Bekisting.

a. Kontraktor harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk

cetakan beton, untuk disetujui oleh Pemberi Tugas. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang strukturil harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas, sebelum beton dicor pada bagian itu.

b. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat

seperti potongan-potongan kayu, paku, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.

c. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi

kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang.

d. Cetakan beton harus dibuat kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya

perubahan bentuk atau melengkung, garis ketinggian dan dimensi beton sebagaimana diperlihatkan pada gambar.

e. Penunjang bekisting menggunakan steger besi (scafolding ).

Penggunaan dolken atau balok kayu untuk selama masih memenuhi syarat.

f. Baut-baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus

diatur sedemikian, sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua

besi tulangan harus berada dalam permukaan beton.

g. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting harus

ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

10.

Pembongkaran Cetakan Beton

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI (NI.2-1971), dimana bagian

konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.

b. Cetakan - cetakan dapat dilepas dalam waktu minimum 3 hari untuk bagian

samping balok, kolom dan dinding.

Untuk bagian bawah pelat, balok dan lisplank baru dapat dilepas setelah 21 hari. Walaupun sudah dibuka cetakannya, Konstruksi tersebut belum dapat dibebani sebelum pengerasan beton sempurna (minimum 28 hari ).

c. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya

(10)

d. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang kropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Pemberi Tugas, untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian atau menutupnya.

Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian atau penutupan bagian tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

e. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas

mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:

- Konstruksi beton yang sangat kropos.

- Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk oleh gambar.

- Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.

- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

11.

Pemasangan Alat-Alat Di dalam Beton.

a. Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau

memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seijin Pemberi Tugas.

b. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton,

pemasangan sparing, pemasangan dudukan pondasi mesin dan sebagainya, harus menurut petunjuk-petunjuk Pemberi Tugas yang sesuai dengan data teknis mesin yang akan dipasang.

Referensi

Dokumen terkait

Penampang melintang pada elemen struktur direncanakan dengan memperhitungkan perilaku regangan inelastik sampai dicapai batas maksimum kekuatan material (kekuatan

Pembangunan konstruksi dengan beton bertulang merupakan jenis konstruksi yang paling banyak digunakan karena mudah dalam mendapatkan material dan pelaksanaannya.

Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di tempat-tempat yang

Plesteran harus dibuat pada semua tembok, kolom, bidang vertikal lainnya yang dikerjakan dengan pasangan bata kecuali bagian dalam tombak layar yang tertutup atap, balok beton

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waste yang berada pada proyek konstruksi terutama pada pekerjaan struktur atas beton bertulang di bangunan tingkat

memenuhi kualifikasi harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi, menyiapkan contoh-contoh uji silinder yang diperlukan untuk mencatat suhu beton segar pada

Waktu awal dan akhir untuk pembuatan lobang Tiang Bor, pemasangan Tulangan dan pengecoran Tiang Bor harus dicatat oleh Pemborong dengan saksi

Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata di tolak Pengawas Lapangan / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya