• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DI DALAM KELUARGA DAN PERILAKU AKHLAQUL KARIMAH REMAJA USIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DI DALAM KELUARGA DAN PERILAKU AKHLAQUL KARIMAH REMAJA USIA TAHUN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDIDIKAN AKHLAK DI DALAM KELUARGA DAN PERILAKU AKHLAQUL KARIMAH REMAJA USIA 13 – 15 TAHUN

A. Pendidikan Akhlak di dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan

a. Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

b. Karakteristik khusus

1) Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.

2) Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.

3) Bentuk kegiatan. Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan di mana pun hidup. Pendidikan lebih berorientasi pada peserta didik. 4) Tujuan. Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak

ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidikan adalah tidak terbatas. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup. (Redja Mudyahardjo, 2013 : 3-4)

Bagi masyarakat indonesia, kata pendidikan dikenal berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” yang berarti memelihara dan memberi pelatihan. Sedangkan kata pendidikan, dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1991:232) berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

(2)

Dalam bahasa Indonesia disebut pendidikan yang berarti proses mendidik. Kata mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik adalah jenis kata kerja, sedangkan pendidikan adalah kata benda. Kalau kita mendidik kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan menunjuk adanya dua aspek yang harus ada didalamnya, yaitu pendidik dan peserta didik. Jadi mendidik adalah merupakan suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih. ( Ekosusilo, 1990: 12)

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan itu, ia mampun memerankan diri sesuai dengan amarah yang disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi fitrah manusia

Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta‟dib”. Kata “ta‟dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi dan mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan („ilm), pengajaran (ta‟lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan kata-kata “ta‟dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari peredarannya, sehingga para ahli didik Islam bertemu dengan istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah. Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang 2. Pengertian akhlak dan ruang lingkupnya

a. Pengertian Akhlak

Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa arab, bentuk jamak dari kata”كهخ” (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah lakuatau tabiat. Kata khulqun, merupakan isim jamid lawan dari isim musytaq. Secara terminologi, akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Lebih ringkas lagi tentang definisi akhlak yang digagas oleh Hamid Yunus, akhlak ialah: “قلاخلأايٌافصتلإااسىودلأاتيب”. (akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik)”. Jadi, definisi akhlak merupakan suatu sistem yang melekat pada individu yang yang menjadikan seseorang menjadi manusia

(3)

istimewa dari individu lainnya, lalu menjadi sifat pada diri seseorang tersebut. (Nasharuddin, 2015 : 206-207)

Secara terminologi, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M), dikenal sebagai Hujjatul Islam (pembela Islam) karena kepiawaiannya dalam membela islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak luas daripada Ibn Miskawaih, mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, 2012 : 14)

Akhlak secara sederhana dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Akhlak islami ini sifatnya universal yang untuk menjabarkannya diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial ( kondisi dan situasi) yang terkandung dalam ajaran etika dan moral di dalam suatu masyarakat tertentu. Menghormati orang tua misalnya, bagi orang barat adalah dengan memberikan fasilitas hidup, bagi orang sumatera adalah dengan hidup bersama, bagi oorang jawa dengan cara sungkem, bagi orang sunda dengan cara cium tangan dan sebagainya. Quraish Shihab menjelaskan bahwa tolak ukur akhlak islami adalah ketentuan Allah, dan sesuatu yang dinilai baik oleh allah pastilah esensinya baik, demikian juga sebaliknya. Allah tidak mungkin menilai kebohongan sebagai kelakuan yang baik. Rumusan akhlak sosial telah dibeberkan oleh beberapa ulama ( Solihin dan Rosyid Anwar, 2005: 96 ).

Menurut Hamzah Ya‟kub akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Abdul Hamid mengatakan bahwa akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikuti sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan. Sedangkan menurut Ibrahim Anis mengatakan akhlak

(4)

ialah ilmu yang diobjekkan membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia. (Nasrul Hs, 2015 : 1-2)

Sedangkan menurut prof. Dr. Ahmad Amin mengatakn bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlaq dermawan.Di dalam enseklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap manusia. Dari pengertian ilmu akhlak yang telah dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa pokok pembahasannya adalah tingkah-laku manusia untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk. Dalam hubungan ini, Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk”.J.H. muirhead menyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah penyelidikan tentang tingkah- laku dan sifat manusia.Muhd. Al Gazali mengatakan bahwa daerah pembahasan ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok (masyarakat). (Asmaran.2001: 2-3).

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak (Nasrudin Razak, 1989 : 39-42).

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak salingmelengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.jika kita mengatakan

(5)

bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu dibawanya, sehingga menjadi identitas yag membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bakhil, maka si A tersebut belum dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan. Demikian juga jika kepada si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Oleh karena itu, perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk, atau perbuatan reflek seperti berkedip, tertawa dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikirannya. Namun, karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana disebutkan pada sifat yang pertama, maka pada saat akan mengerjakannya sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal yang demikian tak ubahnya dengan seseorang yang sudah mendarah daging mengerjakan shalat lima waktu, maka pada saat datang panggilan shalat ia sudah tidak merasa berat lagi mengerjakannya, dan tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika ada seeorang yang melakkan suatu perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak dari orang yang melakukannya.

(6)

Keempat bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Jika kita menyaksikan orang berbuat kejam, sadis, jahat, dan seterusnya, tetapi perbuatan tersebut kita lihat dalam pertunjukan film, maka perbuatan tersebut tidak dapat disebut perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut bukan perbuatan yang sebenarnya. Berkenaan dengan ini, maka sebaiknya seseorang tidak cepat-cepat menilai orang lain sebagai berakhlak baik atau berakhlak buruk, sebelum diketahui dengan sesungguhnya bahwa perbuatan tersebut memang dilakukan dengan sebenarnya.

Kelima, sejalan dengan ciri keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan karena atas dasar karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak. (Abuddin Nata, 2014 : 4 – 6)

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang sudah tertanam dalam diri seseorang dan sudah menjadi kebiasaan, kesadaran yang mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada unsur paksaan dari orang lain.

b. Dasar Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan islam, maka sudah tentu tidak terlepas dari dasar pendidikan Islam itu sendiri yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits, karena keduanya merupakan petunjuk jalan yang benar dan tidak akan tersesat selamanya. Sebagaimana yan diriwayatkan oleh al-Hakim, yang dikutip oleh Dadang Hawari sebagai berikut :

Artinya : “Sesungguhnya maka Aku telah meninggalkan untukmu jika kamu berpegang teguh kepadanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW” (Dadang Hawari, 1997 : 147) c. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak

Berdasarkan berbagai macam definisi akhlak, maka akhlak tidak memiliki pembatasannya. Ia melingkupi dan mencakup semua perbuatan dan aktivitas manusia. Sebab, apa saja perbuatan, amalan dan aktivitas yang mencakup semua kegiatan, usaha, dan upaya manusia, yaitu adanya nilai-nilai perbuatan. Pendek

(7)

kata, akhlak tidak membatasi lorong waktu dan tempat, semua waktu dan tempat yang digunakan diperlukan akhlak, dan akhlak yang tidak membatasi dirinya dengan suatu perbuatan dan aktivitas manusia. Perspektif islam, akhlak itu komprehensif (kaffah) dan holistik, dimana dan kapan saja mesti berakhlak. Oleh sebab itulah, akhlak merupakan sifat-sifat dan tingkahlaku manusia dan akhlak tidak pernah berpisah dengan aktivitas manusia. (Nasharuddin, 2015 : 213)

3. Pembentukan Akhlak

Membahas tentang pembentukan akhlak, ada dua aliran yang menyatakan, yaitu: a. Akhlak tidak perlu dibentuk

Dengan alasan karena akhlak adalah intinct yang dibawa manusia sejak terlahir. Aliran ini berpendapat, bahwa akhlak adalah pembawaan dari manusia dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Meskipun tanpa dibentuk oleh siapa pun. Argumen yang disampaikan yang menyatakan akhlak tidak perlu dibentuk ini, didasarkan bahwa banyak manusia yang tidak dibentuk akhlaknya namun akhlaknya ada yang baik dan ada pula yang buruk. Sebab, akhlak sudah dimilikinya sejak terlahir yang didasarkan fithrah yang melekat pada dirinya. Dengan modal fitrah yang dibawanya itulah, mnusia akan cenderung kepada kebaikan dan cenderung pula kepada keburukan, lagipula banyak manusia yang dididik akhlaknya namun, hasilnya tidak sesuai dengan hasil didikan itu.

b. Akhlak perlu dibentuk

Alasannya adalah bahwa misi Nabi dan Rasul membentuk akhlak manusia, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhamma, misi mereka adalah membina dan membentuk akhlak umat manusia. Pentingnya Nabi dan Rasul untuk mendidik manusia kepada akhlak yang baik disebabkan manusia tidak akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. ( Nasharuddin, 2015 : 289-291)

Akhlak manusia dapat dibentuk oleh berbagai pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal beda dalam diri manusia sendiri. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud pengaruh internal adalah watak yaitu sifat dasar yang sudah menjadi pembawaan sejak manusia dilahrikan, akan tetapi

(8)

pengaruh eksternal pun dapat membentuk watak tertentu, lingkungan, mata pencaharian, makanan dan minuman, pergaulan sehari-hari dengan kawan sejawat, istri atau suami, dan sebagainya yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia secara terus menerus dapat membentuk watak manusia (Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, 2010: 233).

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Berbicara mengenai tujuan pendidikan akhlak yang notabene bersumber dari al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW maka hal tersebut tidak akan terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu insan kamil (manusia sempurna) yang mendapat ridha Allah SWT.

Tujuan akhlak yang dimaksud yaitu melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan AL_Ghayah, dalam bahasa inggris disebut the bigh goal, dalam bahasa indonesia disebut dengan ketinggian akhlak. Ketinggian akhlak diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan minum dan syahwat dengan cara yang halal. Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan kebaikan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semuanya bersumber pada empat macam yaitu :

a. Kebaikan jiwa: pokok-pokok keutamaan yang sudah berulang kali disebutkan yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, berani, adil.

b. Kebaikan dan keutamaan badan. Ada empat yakni sehat, kuat, tampan, dan usia panjang.

c. Kebaikan eksternal, yaitu harta, keluarga, pangkat, dan nama baik.

d. Kebaikan bimbingan (taufiq hidayah), yaitu petunjuk Allah, bimbingan Allah, pelurusan dan penguatannya. (Nasrul, 2015 : 3-4)

Lebih rinci Abu Ahmadi (1985 : 45) mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam yaitu membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara. Dengan begitu pendidikan akhlak mempunyai nilai yang sangat penting bagi seseorang yang menghendaki martabat mulia di sisi Allah SWT maupun menurut pandangan manusia.

Dalam hal ini Rachmat Djatnika (1992 : 111) mengatakan bahwa pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting baik bagi

(9)

individu, masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh hancurnya, sejahteranya dan rusaknya suatu negara tergantung pada bagaimana akhlaknya.

5. Bentuk pendidikan akhlak

a. Penanaman kejiwaan yang mulia 1) Takwa

Takwa merupakan suatu nilai akhir dan hasil alami dari perasaan keimanan secara mendalam, yang berhubungan dengan ingat kepada Allah Azza wa Jalla, takut kepada murka dan siksa-Nya serta harapan akan ampunan dan pahala-Nya. Menurut definisi para ulama, takwa adalah, “Allah tidak melihatmu ketika melarangmu, dan tidak kehilangan kamu ketika memerintahmu.” Menurut sebagian ulama lain, takwa adalah,”Menghindarkan azab Allah swt. dengan jalan melaksanakan amal saleh, dan takut kepada Allah Swt., baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Contoh pengaruh takwa terhadap tingkah laku individu dan pergaulannya: “hampir semua orang mengenal kisah seorang ibu penjual susu dengan anaknya. Ibu ingin mencampur susu yang akan dijual karena ketamakannya untuk mendapatkan tambahan keuntungan. Tetapi puterinya mengingatkan akan larangan Amirul Mukminin. Ibu berkata, “Di mana Amirul Mukminin? Ia tidak melihat kita.” Puterinya menjawab dengan jawaban tegas,”apabila Amirul Mukminin tidak melihat kita, maka Tuhan Amirul Mukminin yang melihat kita.”

Karenanya, kita harus menumbuhkan anak-anak kita dasar ketakwaan dan selalu ingat kepada Allah.

2) Persaudaraan

Persaudaraan adalah ikatan kejiwaan yan mewarisi perasaan mendalam tentang kasih sayang, kecintaan, dan penghormatan terhadap setiap orang yang diikat oleh perjanjian-perjanjian akidah islamiyah, keimanan dan ketakwaan. Perasaan persaudaraan yang benar ini melahirkan perasaan-perasaan mulia di dalam jiwa muslim untuk membentuk sikap-sikap positif, seperti saling tolong menolong, mengutamakan orang lain, saling

(10)

menyayangi, dan memberi maaf. Di samping itu juga dapat menjauhkan sikap-sikap negative, seperti menjauhi setiap hal yang membahayakan manusia di dalam diri, harta, dan kehormatan mereka. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara….” (QS. Al-Hujarat:10)

3) Kasih Sayang

Kasih sayang adalah suatu kelembutan dan perasaan halus di dalam hati nurani, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah pada perlakuan lemah lembut terhadap orang lain, keikutsertaan di dalam merasakan kepedihan, belas kasih, ikut menolong kesedihan dan penderitaan orang lain. Ia adalah perasaan yang membuat orang mukmin menghindari tindakan menyakiti orang lain, menjauhi kejahatan, dan menjadi sumber kebaikan, kebajikan, dan keselamatan bagi seluruh umat manusia.

Contoh dari dampak kasih sayang di dalam masyarakat islami:“Umar bin Khatab r.a yang pada masa jahiliyah terkenal keras dan kejam, ketika Islam memancarkan sumber-sumber kasih sayang ke dalam hatinya, ia menyadari bahwa dirinya bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap seekor keledai betina yang tersungkut ke tanah dengan bercucuran keringat yang sangat banyak. Sebab ia tidak memberikan jalan untuk keledai betina itu”

4) Mengutamakan Orang Lain (al-itsar)

Al-itsar adalah perasaan di dalam hati yang menyebabkan seseorang lebih mengutamakan orang lain atas dirinya dalam kebaikan dan kemaslahatan yang sifatnya pribadi.

Mengutamakan orang lain ini merupakan suatu perangai mulia, yang apabila dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt., ia akan menjadi dasar utama kejiwaan akan kebenaran iman, ketulusan niat, dan kesucian diri. Pada waktu yang bersamaan, ia merupakan sendi yang kuat bagi terbentuknya jaminan sosial dan perwujudan kebaikan bagi umat manusia.

(11)

5) Pemberi Maaf

Pemberi maaf merupakan suatu kemuliaan perasaan kejiwaan yang menumbuhkan rasa toleransi dan tidak menuntut hak, sekalipun orang yang mengasuhi itu adalah orang zalim. Dengan syarat, bahwa orang yang teraniaya itu mampu membalas dendam dan penganiayaan bukan terhadap kehormatan agama atau kesucian Islam. Jika tidak demikian, maka pemberi maaf disini bermakna suatu kehinaan, penyerahan diri, dan sikap tunduk/ maaf dengan makna dan persyaratan ini merupakan tabiat akhlak secara murni yang menunjukan dalamnya keimanan dan ketinggian adab islami.

Sebagaimana dimaklumi, jika jiwa mukmin berakhlak lembut, pemaaf dan toleran, berarti ia akan menjadi teladan dalam kelembutannya, ketinggian akhlak, dan kebaikan pergaulannya.

6) Keberanian

Merupakan suatu kekuatan jiwa yang diserap oleh orang mukmin dari keimanan terhadap Yang Maha Esa, keyakinan terhadap Al-Haqq, kepercayaan terhadap keabadian, kelapangan hati terhadap ketentuan (qadar) Allah, rasa penuh tanggung jawab, dan pendidikan yang menumbuhkan kesadaran pribadi.

Kadar kekuatan keberanian dan mengatakan kalimat yang hak yang dimiliki oleh sorang mukmin, sesuai dengan kadar keimananya kepada Allah yang tiada terkalahkan, kebenaran yang tiada terabaikan, qadar yang tidak berubah, tanggung jawab yang tiada pernah lelah, dan pendidikan yang tiada membosankan.

6. Pengertian Keluarga, peran dan fungsinya a. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuwan sosial bersilang pendapat mengenai rumusan definisi keluarga yang bersifat universal. Salah satu ilmuwan yang permulaan mengkaji keluarga adalah George Murdock. Dalam bukunya social Structure, Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat

(12)

kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Murdock, 1965) (Sri Lestari, 2012 : 3)

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang ,kondusif bagi anak. Orang tua memegang peran yang istimewa dalam hal informasi dan cermin tentang diri seseorang. (Rifa Hidayah, 2009 : 54)

Pengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991 : 471) adalah unit sosial terkecil yang secara literal diartikan sebagai orang yang berbeda dalam suatu rumah tangga sekurang-kurangnya terdiri dari suami dan istri.

Di dalam bukunya M.I. Soelaeman (1994 : 10) menguraikan bahwa :“keluarga menurut psikologis merupakan “sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan ada pertautan batin sehingga diantara mereka terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri”

Ditinjau dari sudut pandang paedagogis, ciri hakiki suatu keluarga ialah bahwa keluarga itu merupakan suatu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis manusia, dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. (M.I. Soelaeman. 1994 : 14)

Keluarga adalah merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari suami istri beserta anakanaknya yang belum menikah, atau keluarga yang juga sering disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. (Soejono Soekanto, 1992:1)

Sebagaimana yang dikemukakan oleh hasan langgulung (1995:120) bahwa: “keluarga merupakan satu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lakilaki dengan perempuan bersifat terus menerus dimana yang satu merasa tentram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami istri dikaruniai seorang anakatau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua unsur lainnya. Masing-masing unsur yang ketiga ini yaitu suami, istri dan anak

(13)

mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga sehingga bila salah satu unsur itu hilang maka akan terjadi kegoncangan dan hilang keseimbangan”.

b. Peranan Keluarga dalam Pengasuhan Anak

Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut :

1) Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh Islami sejak dini, yakni :

a) Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan. b) Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan

sampai masa-masa dewasa seterusnya diberikan dengan memberikan asih sayang sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah swt.

c) Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak, terutama pendidikan agama. Orang tua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agama yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan mencontoh keteladanan Rasulullah saw, sebagai keteladanan yang terbaik, orang tua hendaknya memberikan keteladanan bagi anak. Salah satu contoh keteladanan Rasulullah saw adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.

d) Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya kerena agama keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama terutama implikasi rukun iman, rukun islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Kesabaran dan ketulusan hati.

Secara psikologisdapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya :

(14)

a) Mewujudkan kesalehan sosial dan kesalehan individu, yaitu dengan terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa, beriman, dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berpikir serta cermat bertindak.

b) Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat persaudaraan.

c) Saat seorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai-nilai ketakwaan dan ketaatan pada Allah swt.

3) Orang tua wajib mengusahakan kebahagiaan bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah swt, serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Orang tua perlu tahu bahwa anak mmiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk. Menurut Gardner (1993) bahwa pada diri anak dikenal istilah multiple intelligensi/kecerdasan ganda yaitu :

a) Kecerdasan linguistik : meliputi kemempuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal.

b) Kecerdasan logika-matematika. Jenis kecerdasan ini dapat membantu seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka.

c) Kecerdasan visual-spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang umtuk menemukan arah, menggunakan peta, dan melihat objek dari berbagai sudut.

d) Kecerdasan gerak tubuh/kinentetis. Pada kecerdasan tipe ini banyak dikuasai oleh olahragawan, penari, pemahat maupun dokter bedah.

e) Kecerdasan musikal. Tipe kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi, dan composer.

f) Kecerdasan interpersonal. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri.

(15)

g) Kecerdasaan intrapersonal. Tipe kecerdasan ini adalah adanya kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. h) Kecerdasan natural. Tipe kecerdasan ini adalah adanya kemampuan untuk

bekerjasama dan menyelaraskan diri dengan alam. i) Kecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial.

4) Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang serta bersikap adil

5) Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak, dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan; membicarakan pendidikan seks dan orang tua penting memberikan pendidikan seks sejak dini.

6) Memahami anak dengan segala aktivitasnya, termasuk pergaulannya. (Rifa Hidayah, 2009 : 21-25)

B. Prilaku Akhlaqul Karimah 1. Pengertian Perilaku

“Perilaku” adalah “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan” (Depdikbud, 1990:755). Dalam Kamus Psichologi, perilaku disebut juga dengan suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku (Anshari, 1996: 98).

Menurut Henry Clay dan Leonard W. Fisk (1976:35) mendefinisikan perilaku sebagai berikut: “Behavior is not a matter of chance, it occurs when the individual attempts to meet his needs, his need for activity, his need to prare something to him self”. Artinya: Perilaku bukan persoalan kesempatan, itu terjadi ketika seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu kebutuhan untuk beraktivitas, kebutuhan untuk membuktikan sesuatu pada dirinya. (Depdikbud, 1990:10).

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya sedang sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain. Dapat diartikan juga sikap dimana kita saling membutuhkan orang lain (Ridwan Effendi dan Elly Malihah, 2007 : 42).

(16)

Perilaku tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Menurut McDougall perilaku disebabkan karena insting, insting merupakan perilaku bawaan dan insting akan mengalami perubahan kerana pengalaman. Selain itu F.Allport berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya (Bimo Walgito, 2003: 19-20).

Perilaku identik dengan akhlak, yang pada dasarnya mempunyai makna sama yaitu perbuatan yang terlihat dalam kenyataan. Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yaitu berarti mencipta, membuat menjadikan. Akhlaq adalah kata yang berbentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun, yang berarti perangai, adat, tabiat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. (Zainuddin Ali, 2007: 29).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan budi pekerti atau kelakuan. Akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa Akhlak ialah ―kebiasaan kehendak‖ berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak (Ahmad Amin, 1975: 62).

Dalam pandangan orang Islam tujuan utama kedatangan Nabi Muhammad adalah meyempurnakan akhlak. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa tujuan agama Islam dengan segala ajarannya adalah membangun manusia yang berakhlak luhur. Dengan demikian masalah pembinaan akhlak merupakan hal yang amat penting sebab akhlak menyangkut martabat seseorang. Tanpa akhlak yang luhur manusia dianggap tidak berbeda dengan malah mungkin lebih rendah dari binatang (Toyib I.M. dan Sugianto, 2002: 62).

2. Pengertian akhlaqul karimah

Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau tabiat sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.

(17)

Akhlak pada dasarnya melekat pada diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlakul karimah.

Selain akhlak digunakan pula istilah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethes”, artinya adat kebiasaan. Etika adalah ilmu yang menyelidiki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak pada dasarnya. Sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran manusia. Sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Moral berasal dari kata “mores” yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika bersifat teoritis, sedangkan moral lebih bersifat praktis. Menurut filsafat, etika memandang perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral memandangnya secara local. (A. Toto Suryana, Cecep Alba dkk. 1996 : 188-189)

Allah SWT berfirman : ۡ سَي ۡ َۡ َوُنه ۡ ََِۡۡه يَدِن ََُٰ هِهَفۡ ٖس يَخۡ هِ مۡمنت مَفوَأۡٓاَمۡ منلۡ ََۖنُنمِفىنيۡاَذاَم َۡهيِب َس لَ لأٱ ۡ ََۡ ََّٰۡمََٰتَي نٱ ۡ ََۡ ِۡهيِك ََٰسَم نٱ ۡ ََۡ ِۡه بٱ ۡ ۡ سنٱ ۡ ِميِب ۡ ْۡاُنهَع فَتۡاَم ََ ۡ نِئَفۡ ٖس يَخۡ هِم َۡ للّٱ ۡ ًِِۡبۦ ۡ ۡ ٞميِهَع ٥١٢ ۡ ۡ

Setiap kebaikan yang kamu kerjakan. Maka sesungguhnya Allah maha mengetahui. (Al Baqoroh. 215)

Al-Qur‟an dan Al-Hadits merupakan pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik budi pekertinya perbuatan manusia.

Berikut ini hadits yang menerangkan tentang akhlakul karimah:

َۡلاَلَۡة َسْي َسنٌِّۡبَأۡ ْهَع ََ: ْۡمنك َزاَيَخ ََۡاًمْهَخْۡمنٍنىَسْحَأۡاًواَمْيِإَۡهْيِىِمْؤنمناۡنمَمْكَاَۡم هَس ًََِْۡيَهَعۡن للّاَّۡهَصِۡ للّاۡنل ُْنس َزَۡلاَل ْۡمٍِِئاَسِىِن(ۡنحْي ِحَصۡهَسَحۡ نثْيِدَحَۡمْيِل ََِِۡرِمۡ ْسِتناۡنيا ََ َز)

(18)

Artinya :

Dari Abu Huroiroh RA berkata : Rosululloh SAW bersabda : mukmin yang paling sempurna akhlaqnya adalah yang paling baik budi pekertinya, sedang orang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik kepada perempuan. (HR. Tirmidzi dan beliau berkata ia adalah Hadist hasan) (M.Mahruz Ali, 1997 : 715)

Jadi yang dimaksud dengan akhlakul karimah ialah akhlak yang baik budi pekerti, yang baik perbuatan dan tingkahlaku yang baik mudah dikerjakan tanpa dipikirkan dan pertimbangan.

3. Ciri-Ciri Akhlaqul Karimah

Ciri – ciri akhlaqul karimah ini sangat banyak sekali dan yang dikemukakan dalam sekripsi ini adalah ciri – ciri Akhlaqul Karimah menurut pendapat Drs. H. Nasrun Rusli : Akhlakul karimah atau akhlak terpuji ialah Akhlaq atau sifat – sifat yang baik ada pula di diri Rosulullah SAW.

Dari sekian banyak sifat – sifat terpuji tersebut banyak disimpulkan menjadi kelompok besar yang mencakup semua sifat – sifat yang baik yaitu:

a. Memelihara harga diri optimis, ikhlas, sabar, menepati janji, pemaaf, jujur, amanah, hemat dan lemah lembut.

b. Assyaja‟ah ( berani menegakkan kebenaran )

c. Al Qonaah ( sederhana, mereka merasa cukup dan adil ) d. Persaudaraan dan persatuan.

4. Macam-macam Akhlak

Akhlak dapat dibagi dua jenis yaitu akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (mazmumah).

(19)

Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah) merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman. Tanda tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan dengan ajaran al-Qur‟an dan Hadist. Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya “menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama islam serta menjauhi diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiaasaan baik, melakukannya dan mencintainya.

Contoh-contoh akhlak terpuji adalah sebagai berikut: 1) Rasa belas kasihan dan lemah lembut (ar-rahman) 2) Pemaaf dan bermusyawarah (al-afwu)

3) Sikap dapat dipercaya dan mampu menepati janji (amanah) 4) Manis muka dan tidak sombong (anisatun)

5) Tekun dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT (khusyu‟ dan Tadharru)

6) Sifat malu (haya‟)

7) Persaudaraan dan perdamaian (al-ikhwal da nil-islabit) 8) Berbuat baik dan beramal shaleh (al-shalibat)

9) Sabar (al-sabr)

10) Suka tolong menolong (ta‟awun)

11) Akhlak-akhlak lain seperti sifat disenangi, menghormati tamu (al-dhiyafab), menahan diri dari maksiat (al-hilm), berbudi pekerti yang tinggi (al-muru‟ah), bersih atau suci (al-nazhafab), pemurah (al-sakhau), sejahtera (al-salam), jujur (al-shidq), berani karena benar (al-syaja‟ah) dan rendah hati (al-tawadhu)

12) Benar (ash-shidqu)

b. Akhlak Tercela (akhlakul Madzmumah)

Akhlak tercela (mazmumah) yang harus ditingalkan. Akhlak ini merupakan yang bertentangan dari mahmudah, madzmumah ialah tingkah laku tercela yang dapat merusak keimanan dan menjatuhkan martabatnya dan akan menyebabkan sipelakunya mendapat kemurkaan dari Allah SWT dan dijauhkan dari kasih sayang Allah SWT.

(20)

Menurut imam Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.

Contoh-contoh Akhlak Mazmumah adalah sebagai berikut: 1) Egois (al-nami‟aht)

2) Kikir (al-bukhl)

3) Suka berdusta (al-buhtan) 4) Tidak menepati janji (khianat) 5) Pengecut (al-jubn)

6) Menggunjing dan mengumpat (ghibah) 7) Dengki (hasad)

8) Berbuat Kerusakan 9) Berlebih-lebihan (al-israf) 10) Berbuat zalim (al-zulm)

11) Berbuat dosa besar (al-fawahisy)

12) Ujub dan Takabur. (Nashrul HS, 2015 : 37-47) 5. Akhlak Islam

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang teruji terhadap Allah SWT, baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu. Berakhlak yang baik antara lain melalui:

(1) Beriman (2) Taat (3) Ikhlas (4) Khusyuk (5) Husnudzan (6) Tawakal (7) Syukur

(21)

(8) Bertasbih

(9) Istighfar, Takbir dan Do‟a b. Akhlak terhadap Manusia

(1) Akhlak terhadap diri sendiri (a) Setia (al-Amanah) (b) Benar (as-Shidqatu) (c) Adil (al-„adlu)

(d) Memelihara kesucian diri (al-Ifafah) (e) Malu (al-haya)

(f) Keberanian (as-Syajaah) (g) Kekuatan (al-Quwwah) (h) Kesabaran (As-Shabru) (i) Kasih Sayang (ar-rahman) (j) Hemat (al-iqtishad) (2) Akhlak terhadap Keluarga

(a) Akhlak terhadap orang tua

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:

 Patuh  Ihsan

 Merendahkan diri dihadapannya  Berterima kasih

 Berdo‟a untuk mereka atau meminta do‟a kepada meraka (b) Akhlak terhadap suami-isteri

Suami merupakan ikatan yang menghubungkan kasih sayang laki-laki dan perempuan. Dalam keluarga, hubungan itu melahirkan komunikasi baik dengan kata-kata maupun perilaku. Jika komunikasi itu didasari kasih sayang yang tulus, maka akan lahir hubungan yang harmonis.

(c) Akhlak terhadap anak

Akhlak terhadap anak adalah memberinya perhatian dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan anak. Merawat, mengasuh, membimbing dan

(22)

mengarahkan anak merupakan bagian yang sangat penting dalam mengembangkan akhlak yang baik. Bergaul dengan anak pada dasarnya merupakan pendidikan bagi anak-anak.

(3) Akhlak terhadap tetangga

Akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji. Tetangga merupakan orang yang paling dekat secara social, karena itu menjadi prioritas untuk diperlakukan secara baik, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis dalam bentuk tolong menolong dan sebagainya.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Seorang muslim memandang alam sebagai mili Allah yang wajib disyukuri dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari.

Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama islam menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia sendiri.

C. Karakter Remaja Usia 13-15 Tahun 1. Makna Remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduki. Menurut konopka (pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya; 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupkan masa perkembangan sikap tergantung (dependence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. (Syamsu Yusuf, 2004 : 184)

Di kutip dari buku Mohammad ali dan Mohammad Asrori.( 2010: 9-10). Masa remaja, mappiare (1992), berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat

(23)

dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila usia telah mencapai 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya( Hurlock,1991). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

2. Ciri Khas Remaja Awal (12/13 – 17 Tahun) a. Status tidak menentu

Pada masa ini status anak remaja dalam masyarakat tidak dapat ditentukan atau membingungkan. Pada suatu waktu dia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bila ia berkelakuan seperti anak-anak tidak diperkenankan oleh sekelompok masyarakatnya.

b. Emosional

Umumnya, pada remaja terjadi „strum und drang‟. Artinya, suatu masa dimana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan bekerjanya kelenjar-kelenjar yang terjadi pada waktu ini.

c. Tidak stabil keadaannya

karena mengalami ketegangan-ketegangan sebagaimana di atas, maka remaja tidak stabil keadaannya. Kegembiraan tiba-tiba berganti menjadi kesedihan, percaya diri berubah dengan rasa meragukan diri sendiri, altruisme berganti menjadi egoisme, antusiasme secara tiba-tiba berubah menjadi acuh tak acuh. d. Mempunyai banyak masalah

1) Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya.

Karena remaja sudah memikirkan tampangnya dan bentuk badan yang diidam-idamkannya. Dia selalu berusaha membanding-bandingkan dirinya dengan gambar-gambar reklame dan aktor-aktris dalam film-film.

2) Masalah berhubungan dengan kebebasannya

Dalam rangka mencari identitas, remaja menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Mereka ingin sekali diakui eksistensinya dengan berbagai cara. Dalam hal ini, orang tua harus

(24)

memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan belajar bertanggung jawab.

3) Masalah berhubungan dengan nilai-nilai

Dalam pembentukan nilai-nilai yang akan dianutnya itu, anak remaja seringkali bertentangan dengan orang tua, dan seringkali pula bahwa apa yang dikemukakan oleh orang tua itulah yang benar.

4) Masalah berhubungan dengan peranan wanita dan pria

Remaja ingin sekali menjalankan peranannya sebagai pria atau wanita yang baik. Oleh karenanya ia ingin membicarakan masalah tersebut dengan orang dewasa yang ia percaya dan hargai. Akan tetapi pada umumnya orang-orang dewasa merasa tidak ada waktu.

5) Masalah berhubungan dengan hubungan dengan lawan jenis

Tentang bagaimana menghilangkan rasa malu bagaimana menarik perhatian, bagaimana pergaulan antara pria dan wanita dan sebagainya.

6) Masalah berhubungan dengan hubungan dalam masyarakat

Suatu kebutuhan yang nyata sekali pada anak adalah dukungan dan persetujuan dari teman-teman sebaya. Remaja ingin sekali menjadi populer dan disenangi dikalangan teman-teman. Dalam usahanya untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, anak perlu bantuan dan dukungan kelompok sebaya, sehingga ia harus mengikuti norma-norma kelompoknya. 7) Masalah hubngan dengan jabatan

Remaja biasanya sangat banyak memikirkan masa depannya, khususnya yang berhubungan dengan pemilihan dan persiapan suatu jabatan. Hal ini terjadi terutama pada remaja akhir. Remaja membutuhkan kesempatan untuk membuat keputusan mengenai masa depannya sendiri disertai dengan bimbingan orang dewasa.

8) Masalah berhubungan dengan kemampuan.

Remaja ingin berhasil mengerjakan sesuatu, dan untuk dapat memiliki rasa mampu maka ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu. Seyogiyanya remaja harus diberi cukup kesempatan untuk menunjukan kemampuannya mengerjakan sesuatu.

(25)

e. Masa yang kritis

Remaja dikatakan masa yang kritis, hal ini disebabkan karena dalam masa ini ditentukan apakah anak dapat mengahadapi persoalan-persoalannya dengan baik. Yang mana kemampuannya tersebut dapat mempengaruhi jika ia telah dewasa kelak. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005 : 186-189)

3. Ciri-ciri global masa remaja

Terdapat dua istilah yang sering dijumpai dalam buku-buku psikologiyakni istilah” adolesen”. Kedua istilah tersebut memiliki abstraksi yang sama, didalam menentukan rentangan usia dan ciri-ciri pisik maupun psikologis bagi seseorang.

Drs. Andi Mappiare telah menyinggung masalah tersebut dengan mengutip dari sarjana Iain, dalam salah satu buku mereka tidak memberikan batasan pasti rentangan usia masa remaja. Mereka membicarakan remaja (adolecence) dalam rentangan usia sebelas tahun sampai usia dua puluh awal. Ditulis antara lain bahwa masa remaja melingkupi priode atau massa bertumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke mmasa dewasa. Secara kasarnya, masa remaja dapat di tinjau sejak seseorang mulai menunjukan tandatanda pubertas sehingga mencapainya kematangan seksual, telah di capai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya seccara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intlegensi.(Sudarsono. 2001:11)

D. Urgensi Pendidikan Akhlak di dalam Keluarga dan Perilaku Akhlaqul Karimah bagi Remaja Usia 13-15 Tahun

Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan.

Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia, Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani,

(26)

melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur‟an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.

Pendidikan akhlak di dalam keluarga sangat penting dilakukan oleh kedua orang tua sebagai pendidik, karena keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada hubungan interaksi yang intim dengan orang tuanya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Untuk itu, orang tua harus memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya agar ketika dewasa ia akan menjadi seorang manusia berakhlak mulia.

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.

akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Akhlaq merupakan adat yang terjadi dan dilakukan oleh masyarakat secara kebetulan dan tidak sengaja dikehendaki adanya maka hal semacam itu tidak dinamakan akhlak.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi

(27)

dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.

Masa remaja adalah masa tumpang tindih, dimana seorang anak mulai tumbuh dan berkembang. Anak akan merasa bahwa dirinya telah mulai dewasa dan bukan anak kecil lagi. Untuk itu orang tua harus memberikan bimbingan dan pengawasan yang maksimal agar mereka tidak salah dalam bergaul karena jika orang tua tidak memberikan pengawasan yang maksimal, maka mereka akan dengan mudah mengikuti arus perkembangan zaman yang pada saat ini banyak pergaulan bebas yang akan menjerumuskan mereka kepada hal-hal yang kurang baik.

Orang tua memberikan pendidikan akhlak kepada anaknya dengan semaksimal mungkin dari kecil sampai ia mengerti akan perilaku yang baik dan buruk. Karena jika anak diajarkan akhlak yang baik maka sikapnya pun akan baik dan sebaliknya jika anak tidak dididik dengan baik maka akhlaknya pun tidak akan baik. Seperti teori tabularasa yaitu diibaratkan seorang anak itu kertas kosong yang putih dan bersih yang akan ditulis oleh coretan tinta apa saja, begitu pula dengan seorang anak yang akan dididik seperti apa oleh orang tuanya.

Inilah pentingnya pendidikan akhlak di dalam keluarga harus ditanamkan oleh kedua orang tua sejak dini karena pada saat ia sudah mulai tumbuh dewasa ia akan menjalani kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan di dalam masyarakat. Jika orang tua mengajarkan pendidikan akhlak yang sesuai dengan ajaran Agama Islam kepada anaknya sejak dini dengan maksimal maka ketika dewasa ia akan berakhlakul karimah berprilaku baik di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebaliknya jika orang tua kurang dalam mengajarkan pendidikan akhlak pada anaknya, maka sikap dan perilakunya pun tidak akan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan tersebut tidak diambil secara sepihak oleh korban maupun pelaku, melainkan secara bersama-sama dihadapan mediator atau penyidik di Polres Bener

Kini, surat menyurat melalui E-mail tidak hanya dapat dilakukan melalui kompoter meja atau desktop dan komputer junjing (laptop) melainkan juga telepon genggam (seluler)

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi maupun tampilan fisiknya, sesuai

Kesadaran beliau untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa pandang bulu yang didapatkanya dari ajaran sapta darmo membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan

Kegiatan sesi keempat ini diisi dengan diskusi kelompok dan workshop identifikasi keterampilan kognitif yang terdiri dari keterampilan matematika, keterampilan sains dan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairani (2014) membuktikan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh negatif terhadap turnover intention , lingkungan kerja

Pengguna- an kalsium polisulfida yang merupakan pestisida ramah lingkungan dapat menjadi alternatif untuk mengenda- likan penyakit yang diakibatkan kedua jamur tersebut..

Bahwa perbuatan Tergugat V dan Tergugat VI dan terus melakukan kegiatan diatas tanah milik Penggugat adalah suatu perbuatan melawan hukum atas hak orang lain yang menimbulkan