• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal 2016 PKL PT. Greenfields Indonesia Rev 3.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal 2016 PKL PT. Greenfields Indonesia Rev 3."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI

PT. GREENFIELDS INDONESIA, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Proposal Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Galuh Dianita Fitri NIM. 135050100111259

Nur Rohmatuz Zakiyah NIM. 135050100111240

Hanif Mubarak NIM. 135050107111046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2016

(2)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI

PT. GREENFIELDS INDONESIA, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Proposal Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Galuh Dianita Fitri NIM. 135050100111259

Nur Rohmatuz Zakiyah NIM. 135050100111240

Hanif Mubarak NIM. 135050107111046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2016

(3)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI

PT. GREENFIELDS INDONESIA, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Proposal Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Galuh Dianita Fitri NIM. 135050100111259

Nur Rohmatuz Zakiyah NIM. 135050100111240

Hanif Mubarak NIM. 135050107111046

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2016

(4)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI

PT. GREENFIELDS INDONESIA, KABUPATEN MALANG, JAWA

TIMUR

Proposal Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Galuh Dianita Fitri NIM. 135050100111259

Nur Rohmatuz Zakiyah NIM. 135050100111240

Hanif Mubarak NIM. 135050107111046

Mengetahui:

Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan Ketua,

( Dr.Ir. Sri Minarti, MP. )

NIP. 196101221986012001 Tanggal 28 April 2016 Menyetujui: Pembimbing Utama, (Anie Eka K, S.Pt. MP., M.Sc) NIP. 198005292005012001 Tanggal 28 April 2016 Mengetahui: Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan Wakil Dekan I

( Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS ) NIP. 19590823 198609 2 001 Tanggal 28 April 2016

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahuwataala karena karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang ini tepat pada waktunya. Proposal Praktek Kerja Lapang ini disusun sebagai langkah awal dalam proses kegiatan PKL di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Selama penulisan Proposal Praktek Kerja Lapang ini berlangsung, tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ucapan terima kasih kepada:

1. Anie Eka K, S.Pt. MP., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu untuk berkonsultasi.

2. Dr.Ir. Sri Minarti, MP. selaku Ketua Program Studi Peternakan.

3. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS selaku Wakil Dekan I Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya

4. Semua pihak atas dukungan, bantuan, serta kerjasamanya hingga terselesaikannya

Proposal Praktek Kerja Lapang ini.

Demi kesempurnaan dalam penulisan Proposal Praktek Kerja Lapang ini, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Serta kami berharap pula, Proposal Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 29 April 2016

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Proposal Praktek Kerja Lapang...i

Halaman Judul Proposal Praktek Kerja Lapang...ii

Halaman Pengesahan Proposal Praktek Kerja Lapang...iii

KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...vi DAFTAR LAMPIRAN...vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.3 Rumusan Masalah...2 1.2 Tujuan Pelaksanaan PKL...2 1.3 Manfaat...2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Friesian Holstein (FH)...4

2.2 Manajemen Pemberian Pakan...4

2.3 Perkandangan...5

2.4 Manajemen Reproduksi...5

2.5 Pencegahan Penyakit...6

2.6 Penanganan Limbah...6

2.7 Pemerahan...7

2.8 Heifer raising dan kelahiran pedet...16

BAB III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...18

3.2 Sasaran...18 3.3 Metode Kegiatan...18 3.4 Variabel Pengamatan...19 3.5 Batasan Istilah...19 3.5 Jadwal Kegiatan...21 3.6 Analisis Hasil...22 DAFTAR PUSTAKA...23

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Jadwal kegiatan PKL...21

(8)

Lampiran Hal 1. Daftar peserta PKL di PT. Greenfields Indonesia...26 2. Biodata peserta PKL di PT. Greenfields Indonesia...27

(9)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sumber makanan yang mudah untuk dicerna tubuh adalah susu, salah satu sumber makanan dari ternak mengandung nutrisi yang lengkap. Penduduk di Indonesia biasanya mengkonsumsi susu kambing dan susu sapi. Namun mayoritas masyarakat pada umumnya mengkonsumsi susu sapi. Kandungan nutrisi susu kambing memiliki lemak dan protein pada susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 (Effendi dkk, 2009). Menurut FAO (2013) komponen 100 gram susu meliputi energi 62 kcal, air 87,8 gram, protein 3,3 gram, lemak total 3,3 gram, laktosa 4,7 gram dan vitamin. Kualitas susu yang dihasilkan oleh sapi bergantung pada sumber pakan yang dikonsumsi oleh sapi, selain itu usia sapi, masa laktasi, interval pemerahan, temperatur, manajemen perkandangan dan sanitasi juga mempengaruhi kenyamanan ternak dalam memproduksi susu. Jika manajemen tergolong kurang baik maka akan mempengaruhi kualitas susu yang cenderung jelek.

Kualitas susu dapat diuji oleh uji laboratorium dan uji organoleptik. Pada uji laboratorium terdapat uji berat jenis, alcohol dan antibiotic. Pada penilaian panelis uji organoleptis biasanya organoleptis yang digunakan adalah dua jenis uji yaitu uji kesukaan (hedonik) untuk mengetahui susu yang paling disukai dan uji rangking untuk mengetahui kondisi organoleptis susu yang dipilih oleh panelis.Pengujian susu yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara uji organoleptic dengan rasa, warna, bau dan tekstur (Edict of government, 2012). Selain itu untuk menunjukkan kualitas susu sapi secara organoleptik yaitu warna putih kekuningan, bau khas susu sapi, rasa sedikit manis dan sedikit asin serta kekentalan yang encer (Diastari dan Kadek, 2013).

Menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015) angka konsumsi susu di Indonesia adalah sebesar 11,84 kg /kapita /tahun, jumlah konsumsi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari ketersediaan susu dan faktor minat masyarakat. Harga susu di Indonesia relative tergolong mahal mengingat sebagian besar penduduk Indonesia sebesar 40,8% memiliki profesi sebagai petani dan peternak (BPS, 2010). Namun apa yang ada dalam potret negeri ini produktivitas dari sektor pertanian dan peternakan mengalami pertumbuhan yang belum bisa dikatakan signifikan, selain itu tidak sedikit petani dan peternak kesulitan dalam memanajemen ternak mereka. Kesulitan dalam memanajemen peternakan atau pertanian akan mengakibatkan dampak yang besar pada produksi ternak. Jika manajemen dijalankan dengan baik maka hasilnya akan baik atau sebaiknya. Rata-rata pendapatan petani di Indonesia masih minim, maka dari itu mereka akan berpikir dua kali untuk mengkonsumsi susu setiap hari.

Setiap tahun permintaan susu akan bertambah, kondisi ini bisa berdampak positif atau negative. Jika kondisi ini tidak diimbangi dengan jumlah populasi ternak sapi perah maka akan berdampak pada impor susu. Pada tahun 2015 kebutuhan susu baru terpenuhi dari dalam negeri sekitar 17%, sisanya 83% diimpor dari luar negeri (Kementerian Pertanian, 2015). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan susu dari dalam negeri, perlu dilakukannya upaya peningkatan produksi susu dengan cara peningkatan populasi ternak dan produktivitas sapi

(10)

perah.

PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di sektor sapi perah yang modern. Komoditi yang dipelihara adalah sapi perah jenis Friesian Holstein (FH). Pada bulan April 2015 terdapat sebanyak 7200 ekor sapi FH, setiap tahun memproduksi 27 juta liter susu. Susu yang diproduksi dikemas dan diolah secara terintegrasi (Maneuveur, 2015).

PKL (Praktek Kerja Lapang ) merupakan salah satu kegiatan mahasiswa untuk mendukung mendapatkan pengalaman praktis dalam hal dunia ketenaga kerjaan. Dengan adanya PKL mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan suatu perusahaan atau instansi yang seuai dalam lingkup peternakan. Berdasarkan paparan diatas kami mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya melalui himbauan fakultas untuk melaksanakan PKL di PT. Greenfields Indonesia dengan pertimbangan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah kami peroleh yang berkaitan dengan perusahaan yang kami tempati. Perusahaan yang kami tuju memiliki banyak keunggulan di perindustrian sapi perah maka kelompok PKL tertarik untuk melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Greenfields Indonesia.

I.2 Rumusan Masalah

 Kegiatan apakah yang diperoleh mahasiswa pada PKL di PT. Greenfields Indonesia?  Mengapa mahasiswa melakukan PKL di PT Greenfields Indonesia?

I.3 Tujuan Pelaksanaan PKL

 Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang mempersiapkan diri mahasiswa ketika terjun di masyarakat dan dunia kerja. Mahasiswa bisa menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan mempraktikkan di lapangan. Mempersiapkan mental mahasiswa yang profesional dan berkompeten dalam menghadapi dunia kerja.  Mengetahui dan mempelajari manajemen pemeliharaan sapi perah di PT. Greenfields

Indonesia, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

I.4 Kegunaan I.4.1 Mahasiswa

 Menerapkan ilmu atau teori yang telah diterima di bangku perkuliahahan.

 Berinteraksi langsung dengan pekerjaan lapang serta melatih kemampuan dalam kerja secara team maupun individu.

 Menambah pengalaman pribadi disetiap diri mahasiswa dalam penerapan ilmu peternakan khususnya manajemen ternak perah perah.

 Membangkitkan rasa profesionalisme dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

 Mengetahui secaralangsung kinerja dan peran PT. Greenfields Indonesia dalam penerapan manajemen ternak perah.

I.4.2 Perguruan Tinggi

 Memperoleh umpan balik pengintregrasian mahasiswa dalam proses pembangunan di masyarakat

 Membantu Universitas Brawijaya untuk mencetak mahasiswa yang berkualitas

(11)

mahasiswa, dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat, sehingga kurikulum perguruan tinggi dapat disesuaikan dengan tuntutan pembangunan.

 Dosen memperoleh berbagai kasus yang berharga, yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan.

 Mempercepat dan meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi sebagai pusat ilmu dan teknologi dengan instansi/Jawatan atau Departemen lainnya dengan instansi pemerintah dan swasta.

I.4.3 Instansi Swasta

Sarana yang menjembatani antara instansi dengan lembaga. Membantu menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang ada di instansi dalam kegiatan magang.

Sebagai sarana up-grading pembelajaran dan wawasan kepada mahasiswa yang akan masuk ke dunia kerja.

 Memperoleh tenaga kerja yang siap pakai.

 Ikut serta dalam pengembangan pendidikan dalam acara magang mahasiswa.

Sebagai bentuk Corporate Social Responsbility Instansi Swasta kepada masyarakat.  Memperkuat jalinan kerjasama antara Perguruan tinggi dengan Instansi Swasta, karena

dua elemen ini tidak bisa terpisahkan dan harus saling mendukung demi tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

(12)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Friesian Holstein (FH)

Sapi perah yang dipelihara di Indonesia adalah jenis Holstein yang pada awalnya diimpor dari Belanda yang memiliki kondisi suhu lingkungan dingin. Oleh karena itu pemeliharaan sapi perah Holstein pada umumnya terkonsentrasi di dataran tinggi, tetapi kemudian berkembang ke daerah dataran rendah. Beberapa lokasi peternakan sapi perah yang berkembang di dataran rendah seperti di DKI Jakarta dan Bogor antara lain disebabkan oleh dekatnya lokasi peternakan dengan pasar (kota besar) sehingga memperpendek jalur tataniaga, dimana peternak dapat menjual susu langsung kepada konsumen dengan harga lebih tinggi. Akan tetapi kondisi dataran rendah seperti temperatur udara yang lebih panas dibandingkan dengan dataran tinggi menyebabkan turunnya produksi susu sapi terutama sapi Holstein (Praharani dkk., 2009).

Usaha ternak sapi perah di dataran rendah yang semakin berkembang memerlukan dukungan upaya peningkatan dan perbaikan di berbagai aspek termasuk pemuliaan ternak yaitu melalui pembentukan sapi perah yang cocok untuk kondisi dataran rendah. Salah satu strategi program pemuliaan dalam rangka menyediakan bibit unggul sapi perah yang cocok dengan kondisi dataran rendah dapat dilakukan melalui persilangan antara sapi perah FH dengan sapi lokal. Persilangan antara bangsa sapi yang berbeda menghasilkan efek heterosis dimana keturunan persilangan (F-1) memiliki performa lebih baik dibandingkan dengan tetuanya (Bourdon, 2000) sebagai akibat kombinasi gen dari tetuanya serta pengaruh komplementaritas.

Sapi FH mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu yang tinggi dengan puncak dan persistensi produksi susu yang baik (Dematawewa et al., 2007). Sapi perah dengan persistensi laktasi tinggi memiliki masa produksi yang lebih panjang (Cole and Null, 2003).

2.2 Manajemen Pemberian Pakan

Pakan yang dibutuhkan sapi perah akan berbeda dengan pakan pada sapipotong. Pakan pada sapi perah cenderung lebih banyak sumber protein dan hijauan sebanyak 60% hijauan dan 40% konsentrat (Rizki dkk., 2015).

Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan (Schwartzkopf et al., 2013). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang batang, ranting, dan bunga. Kelompok jenis pakan hijauan adalah rumput, legume dan tumbuh- tumbuhan lain, yang dapat diberikan dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi, 1983). Hijauan segar adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat berupa rumput segar ,batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar. Pemberian pakan dalam bentuk segar diberikan secara ad libitum sesuai dengan kebutuhan yang dihitung dalam bahan kering berdasarkan bobot badan(Yusuf, 2010). Hijauan kering adalah pakan yang berasal dari hijauan yang dikeringkan misalnya jerami dan hay.

(13)

tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan hidupnya berada dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A, vitamin C, vitamin D dan vitamin E, sedangkan mineral sebagai bahan pakan tambahan dibutuhkan untuk berpropuksi, terutama kalsium dan posfor .

Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau gaplek dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan atau ransum yang terdiri dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan saja (Sudono, 1983).

2.3 Perkandangan

Air yang digunakan untuk mencuci peralatan, minum dan mandi sapi berasal dari mata air yang ada di lereng perbukitan dan disalurkan melalui pipa pralon ke kandang. Di kandang, air ditampung pada bak penampung yang terbuat dari semen. Gambaran jumlah kandungan mikroba di dalam air yang ditampung dalam bak penampung tersaji pada. Menurut SNI 01-3553-1996 jumlah mikroba aerob maksimal dalam air yang layak minum adalah 1,0 x 105 CFU/ml dan E.coli patogen 0 CFU/100 ml (Handayani dan Purwanti, 2010).

Prinsip manajemen perkandangan yang baik adalah sinar matahari pagi bisa masuk ke dalam kandang, karena sinar matahari pagi tidak begitu panas dan banyak mengandung ultraviolet yang berfungsi sebagai disinfektan dan membantu pembentukan vitamin D. Pembuatan kandang sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak menganggu masyarakat baik dari limbah ternak maupun pencemaran udara.

Perkandangan berfungsi untuk tempat perlindungan sapi itu sendiri dari sinar matahari, angin dan berfungsi sebagai tempat istirahat untukternak (Yani. dan Purwanto, 2006). Menurut konstruksinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari dua baris yang saling berhadapan (Head to Head) atau berlawanan (Tail to Tail). Tipe kandang Head to Head dirancang dengan satu gang bertujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu, sedangkan tipe kandang Tail to Tail terdapat 2 gang dengan tujuan untuk mempermudah saat membersihkan feses (Anonimusa, 2002).

2.4 Manajemen Reproduksi

Manajemen perkawinan ternak yang baik juga merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi reproduksi termasuk perbaikan keturunan. Salah satu cara untuk memperbaiki manajemen ternak adalah dengan inseminasi buatan (IB). Penerapan inseminasi buatan pada ternak bisa meningkatkan efisiensi reproduksi pada hewan donor tersebut (Wijaya, 2008).

Ukuran efisiensi reproduksi dalam usaha peternakan sangatlah penting, dengan adanya beberapa ukuran efesiensi reproduksi sapi perah berdasarkan penampilan reproduksi. Periode kosong yaitu periode atau selang waktu sejak sapi beranak sampai dikawinkan kembali dan terjadi kelahiran, kawin pertama setelah beranak yaitu selang waktu sejak sapi beranak sampai dikawinkan kembali, jumlah kawin pada setiap kelahiran yaitu berapa kali sapi dikawinkan

(14)

sampai terjadi kelahiran. Lama kebuntingan, adalah masa di mana seekor induk memiliki anak di dalam uterusnya. Masa ini dimulai dari fertilisasi sampai kelahiran (Adhianto dkk., 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi reproduksi antara lain pakan nutrisi yang terkandung di dalam ransum berpengaruh pada organ-organ reproduksi dan fungsi kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon. Manajemen atau tatalaksana sangatlah berpengaruh terhadap ternak sapi. Menurut Iskandar (2011) menyatakan bahwa penyakit dan suhu udara dan musim sangat berpengaruh terhadap sifat reproduksi.

2.5 Pencegahan Penyakit

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produksi ternak termasuk produksi susu pada sapi perah. Sapi-sapi perah yang dipelihara harus dilakukan vaksinasi dan sanitasi kebersihan kandang untuk produksi susu yang optimal (Londa dkk., 2013).

Mastitis merupakan penyakit utama pada industri peternakan sapi perah yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan disebabkan oleh bakteri Streptococcus cocci dan

Staphylococcus cocci. Mastitis subklinis merupakan kejadian paling tinggi dari semua

kasus mastitis karena penyakit ini tidak menunjukan gejala klinis yang jelas sehingga peternak sulit untuk melakukan diagnosa. Mastitis subklinis dibagi menjadi empat tingkatan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi pada kwartir ambing yaitu trace mastitis subklinis. Pada umumnya, mastitis subklinis merupakan tipe mastitis yang paling sering terjadi pada peternakan sapi perah di seluruh dunia (kira

-

kira 15-40 kali lebih banyak) dibandingkan dengan mastitis klinis (Surjowardojo dkk., 2008)

Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi produksi susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi kandang, pengobatan, vaksinasi, menjaga kebersihan sapi, dan lingkungan.

2.6 Penanganan Limbah

Biogas, bahan bakar yang tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti yang unggul untukmenggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini dihasilkan oleh suatu proses yang disebut prosespencernaan anaerobik, merupakan gas campuran metan (CH4), karbon dioksida (C02), dan sejumlah kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hidrogen. Secara alami, gas ini terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk proses mencerna selulosa (Haryati, 2006).

Pengolahan kotoran sapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan. Jika limbah sapi dijadikan komoditas sampingan, harus dipersiapkan tempat khusus pengolahan kompos yang disesuaikan dengan tata letak kandang, sehingga memudahkan penanganannya (Sudono, 2003).

(15)

Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).

Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).

a. Fase Persiapan

Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih (Muljana, 1985).

Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011)

b. Pelaksanan Pemerahan Susu

Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, tengan menggunakan prosedur sanitasi, serta efisien dalam menggunaan tenaga kerja (Prihadi, 1996). Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan hasil susu. Dengan menggunakan 2 teknik pemerahan yaitu teknik pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi) dan teknik pemerahan manual/ tangan.

2.7.1. Menggunakan Mesin Perah

Sebelum sapi diperah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air bersih. Yang lebih penting adalah bagian puting ambingnya. Karena jika puting sapi yang akan diperah dalam keadaan masih kotor, maka mikroba yang menenempel dapat terbawa dan menyebabkan terjadinya kontaminasi atau pencemaran bakteri. Dalam waktu yang singkat, mikroba pada susu akan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan nilai kwalitas susu menjadi jelek dan dianggap susu rusak. Jika susu sudah dalam keadaan rusak dan terkontaminasi bakteri, maka dampaknya pada konsumen yang meminumnya.

(16)

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemerahan menggunakan mesin perah yaitu :

1. Sapi dan kandang dibersihkan dengan air 2. Ambing harus diperhatikan kebersihannya 3. Mesin perah disediakan

4. Listrik dinyalakan

5. Dengan hati-hati mesin penyedot (vacum cleaner) ditempatkan satu-persatu pada bagian puting

6. Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan (recording) pada setiap tabung yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya.

7. Setelah pemerahan selesai, maka alat-alat dibersihkan dan disimpan kembali pada tempat yang tersedia

Kelebihan dan kekurangan menurut Anonimusb (2012) adalah: 1. Kelebihan menggunakan mesin perah

a. Dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal. b. Karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana

c. Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat d. Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah

e. Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil 2. Kekurangan

a. Biaya untuk membeli mesin terlalu mahal

b. Jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus besar

Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices) memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan penanganan susu dilakukan. Alat yang ada dipemerahan sapi antara lain :

a. Ember Susu

Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual. Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu b. Saringan Susu / Strainer

Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut, sel ephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.

Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu c. Milk Can

(17)

Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center) maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium, berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.

Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu d. Mesin Pemerah Susu

Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi

Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas : 1. Pompa Vakum

2. Pulsator

3. Milk claw

4. Sedotan puting (Teat cup) 5. Wadah susu (Bucket)

Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu :

a. Sistem Bangsal Pemerahan (Milking parlor system)

Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan.Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah.Setiap satu mesin melayani seekor sapi.Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor).

Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-macam, antara lain:

1. Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking, parlor) 2. Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon milking

parlor)

(18)

b. Sistem Ember (Bucket system)

Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sitem ini cocok digunakan untuk petemak kecil.Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangkipendingin.

Pemerahan dengan sisitem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan kuman dalam susu.

c. Sistem Pipa (Pipe line system)

Pada sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.

2.7.2 Pemerahan dengan Tangan/Manual

Pemerahan dengan tangan ini menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan susu sapi, ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh peternak, diantaranya :

a. cuci/bersihkan ambing sapi dengan air hangat b. kandang sapi sudah dibersihkan

c. peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril Kegunaan pembersihan ambing dengan air hangat bertujuan untuk :

a. merangsang keluarnya air susu

b. mengurangi kemungkinan air susu terkontimanasi oleg bakteri

c. mengurangi munculnya mastitis (menurunkan produksi susu hingga 30%.)

Suhu air yang digunakan untuk mencuci ambing sapi berada diantara 48 – 57 derajat celcius, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.

Teknik Pemerahan dengan Tangan yaitu : 1. Whole Hand (tangan penuh)

Teknik ini dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dangan penuh tangan. Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan telunjuk,

(19)

diikuti dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke luar. Setelah air susu itu keluar, sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-kali.

Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting, air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan sapi akan kesakitan. Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh tangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting dipegang antara ibu dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi (Syarief dan Harianto, 2011). 2. Stripping (perah jepit)

Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam cistern (rongga susu). Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi. Cara ini dilakukan hanya untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar dikerjakan dengan cara lain.

3. Knevelen (perah pijit)

Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu jari, cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah.. Lama-kelamaan bungkul ibu jari menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi yang memiliki puting pendek. (Syarief dan Harianto, 2011).

2.7.3 Pasca Pemerahan

Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto, 2011).

Sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).

(20)

a. Musim

Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang panas produksi susu sapi umumnya menurun. Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak (Putra, 2009). b. Frekuensi Pemerahan

Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari (Putra, 2009). Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan pertama.

2.7.5 Menghadapi sapi yang sukar diperah

Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para petugas antara lain adalah menenangkan sapi yang akan diperah, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi, pencucian tangan petugas dan upaya melicinkan puting.

a. Menenangkan sapi

Dalam rangka pemerahan, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah usaha menenangkan sapi yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar. Usaha untuk menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara:

- Memberikan makanan penguat terlebih dahulu bagi sapi-sapi yang akan diperah. - Petugas mengadakan pendekatan dengan cara memegang-megang bagian tubuh sapi - Menghindarkan lingkungan kandang terjadi kegaduhan seperti adanya sekelompok

tamu masuk ke dalam kandang, atau berlalu-lalang di sekitar kandang, suara-suara asing yang mengejutkan, dan lain sebagainya.

b. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi

Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para konsumen. Usaha

(21)

membersihkan tempat/kandang dan bagian-bagian tubuh sapi yang dapat mengotori hasil pemerahan dapat dilakukan dengan cara:

- Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air yang bertekanan tinggi. Dengan cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan berbau tercuci bersih, sehingga susu tidak tercemari oleh kotoran yang berada di dalam kandang.

- Apabila menjelang pemerahan sapi belum sempat dimandikan, maka kotoran yang melekat pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing, dan puting dicuci terlebih dahulu.

- Mencuci ambing dan puting dengan air hanga tdan desinfektan; ambing digosok dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap yang lunak. Pada saat itu ambing sedikit di-masase pelan-pelan. Pencucian ambing dengan air hangat dan desinfektan ini ialah untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran. Sedangkan dilakukan masase adalah untuk merangsang keluarnya air susu.

- Setelah puting dikeringkan dengan kain satu per satu, kemudian satu atau dua pancaran perahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang atau ditampung di tempat tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil stripping itu kotor, maka tidak boleh dicampur dengan hasil susu perahan berikutnya yang bersih. Sehabis dilakukan pemerahan saluran susu pada puting selalu terbuka, maka harus diusahakan agar tidak kemasukan kotoran ataupun bakteri.

- Hasil perahan yang terkena infeksi mastitis tidak boleh dicampur dengan air susu lainnya yang sehat. Sebab, air susu yang kena infeksi mastitis tidak boleh dikonsumsi. c. Mengikat sapi

Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yang pendek di suatu tempat yang sudah dipersiapkan. Tujuan pengikatan sapi ini adalah agar sapi tidak berontak. Disamping sapi itu diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama sapi-sapi yang nakal, suka berontak atau menyepak. Sedangkan pengikatan ekor dimaksudkan agar sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam ember. Caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang. Dan apabila petugas memerah di sebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di sebelah kiri.

d. Mencuci tangan

Semua petugas yang akan melaksanakan pemerahan harus mencuci tangan terlebih dahulu dengan air bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih, tidak tercemar oleh kotoran dari tangan pemerah. Menurut Putra (2009) pada telapak tangan manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm2. Pencucian tangan hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan sabun dan desinfektan. Kemudian dikeringkan

(22)

dengan kain lap dan tangan diolesi dengan minyak kelapa, agar pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa sakit.

e. Melicinkan puting

Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasakan sakit. Jika puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi minyak, maka sapi yang diperah tidak akan berontak, terutama bagi sapi yang baru pertama kali berproduksi.

f. Merangsang keluarnya air susu melalui pedet dan pemerahan bertahap

Khusus bagi sapi-sapi yang baru pertama kali berproduksi kadang-kadang masih sulit diperah. Jika petugas menghadapi kasus smacam itu dapat dicoba dengan cara:

- Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal pemerahan, sehingga proses pemerahan selanjutnya dapat dilaksanakan secara lancar

- Melakukan pemerahan bertahap, yakni sapi diperah sedikit demi sedikit. Dengan demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Bagi sapi-sapi yang telah terbiasa diperah jika didekati tenang dan siap untuk diperah.

g. Perlengkapan dan peralatan

- Sebelum melaksanakan pemerahan, petugas harus mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat ekor (jika hal ini diperlukan),milk-can untuk menampung air susu, dan kain bersih untuk menyaring susu terhadap kotoran dan bulu sapi pada saat susu dituangkan ke dalam milk-can. - Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan

bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat ersebut harus dicucihamakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.

- Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi sapi yang diperah.

- Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan, kemudian dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut (Putra 2009).

(23)

Dua bulan menjelang kelahirn yaitu, pada kebintingan 7 bulan yang kebetulan sedang laktsi harus dikeringkan walaupun produksinya masih tinggi sebab waktu 2 bulan itu diperlukan sapi tresebut untuk mempersiapkan laktasi yang akan datang. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1). Pemerahan berselang, 2). Pemerahan tak lengkap, 3). Penghentian pemberian konsentrat dengan tiba - tiba dibarengi dengan pemerahan bersela (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).

Susu yang masih banyak mengandung kolestrum ini sangat tidak baik diminum, hanya sangat baik buat anak sapi itu sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung antibody, yaitu zat – zat penguat bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit (Muljana, W. 1985)

2.8 Heifer raising dan kelahiran pedet

Heifer atau sapi dara adalah sapi perah betina yang sudah dewasa kelamin sampai beranak pertama kali. Kedewasaan tubuh pada sapi dewasa ini dicapai pada umur 15-18 bulan. Sehingga pada umur tersebut sapi sudah bisa dikawinkan pertama kali. Sapi dara akan tumbuh terus dengan baik sampai umur 4-5 tahun, apabila pakan yang diberikan cukup dan baik. Maka dari itu, pakan sapi dara perlu diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Apabila sapi dara tidak diberi pakan yang baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitas, maka akan berakibat pada waktu beranak pertama kali, yaitu besar badannya tidak mencapai ukuran normal, untuk beranak pertama kali terlambat, dan produksi susu menurun (Utami, dkk.,2004).

Menurut Utami dkk (2004), sapi dara akan dikawinkan pertama kali setelah umur 15-18 bulan dengan berat badan 300 kg supaya pada umur 24-30 bulan dapat beranak pertama kali. Pada penanganan heifer banyak aspek yang perlu diperhatikan karena mengingat heifer yaitu salah satu ternak dimana dipersiapkan untuk calon indukan dalam pengembangbiakan selanjutnya. Sapi dikatakan heifer pada saat 3-4bulan dan mengalami penyapihan dari induknya. Heifer atau sapi dara biasanya mulai bunting di umur ke 24 bulan atau sekitar 2 tahun, yang mana berat badan pada fase suboptimal (United States Departements of Agriculture, 2007).

Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran itu terjadi telah dikenal beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran dan menurut Madjid (2007), menyatakan bahwa melahiran merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan di mana janin dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir. Secara umum kelahiran adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran anak yang cukup bulan, lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada induk maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh induk. Menurut Riyanto (2006) tanda-tanda kelahiran pada sapi diantaranya adalah:

(24)

 Kelenjar susu membengkak dan kolostrum sudah mulai mencair dan akan keluar bila putting susu dipijat

 Cervix membuka dan lendir yang keluar menjadi lebih encer seperti madu dan keluar dalam jumlah yang banyak.

Pada proses kelahiran sapi berjalan lancar serta anak dan induknya yang dilahirkan selamat dan sehat, Menurut Hariyanto (2011) ada beberapa persiapan yang harus dilakukan menjelang kelahiran:

1. Induk yang akan melahirkan sebaiknya berada dalam kandang yang higienis dan bersih serta kondisi lingkungan nyaman dan tenang sehingga kelahiran dapat berjalan lancar. Kadang yang bersih dan higienis dapat menghindarkan induk dan anakan yang dilahirkan terkena infeksi.

2. Hindari suara atau aktivitas yang dapat mengejutkan indukan.

3. Ukuran kandang sebaiknya mencukupi agar induk dapat bergerak dengan bebas saat Pada sapi perah sering terjadi distokia saat melahirkan. Pada distokia dibedakan menjadi 2 yakni, penyebab dasar dan penyebab langsung. Menurut Jackson (2007) penyebab langsung distokia terbagi menjadi dua yakni :

 Penyebab maternal

Aspek maternal yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai.  Penyebab fetus

Aspek fetus yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar.

Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia. Umumnya kejadian distokia lebih sering terjadi pada sapi perah dibanding sapi potong (Sunarko, 2009).

Riyanto (2006) menyatakan bahwa apabila terjadi kesulitan melahirkan untuk menyelamatkan induk biasanya dilakukan fetotomi. Fetotomi (sering diistilahkan “embriotomi”) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode pemotongan fetus, yang tidak bisa dikeluarkan. Fetotomi dilakukan pada fetus yang diketahui sudah mati. Selain fetotomi, dapat juga dilakukan beberapa cara untuk menyelamatkan fetus yang masih hidup, diantaranya adalah:

1. Melakukan pengikatan menggunakan tali pada bagian pergelangan kaki depan atau kaki belakang.

(25)

2. Selain pada kaki pengikatan dapat juga dilakukan pada bagian rahang bawah ataupun lekuk mata.

(26)

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktik kerja lapang (PKL) ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai pada tanggal 1 Juli 2016 hingga 31 Juli 2016, di PT. Greenfields Indonesia yang terletak di Dusun Maduarjo, Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3.2 Sasaran

Sasaran dari kegiatan PKL ini adalah perusahaan sapi perah milik PT. Greenfields Indonesia di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur

3.3 Metode Kegiatan

Metode yang akan digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah:

 Partisipasi aktif merupakan kegiatan sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, untuk bekerja dalam instruksi maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Berdasarkan hal di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

-Keterlibatan dalam segala kegiatan yang dilaksanakan.

-Kemauan untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

 Kegiatan observasi yang dilakukan meliputi proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diamati akan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan keabsahannya (validitasnya).

 Koleksi data, merupakan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data secara langsung dan seluruh informasi yang berkaitan dengan pemeliharaan sapi perah. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan pengelola dan karyawan yang bersangkutan di PT. Greenfields Indonesia.

 Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung maupun tidak langsung (kuisioner) kepada karyawan maupun supervisor / (pembimbing lapang) PKL dari pihak PT. Greenfields Indonesia mengenai data-data dan informasi yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan sapi perah di PT. Greenfields Indonesia.

 Dokumentasi, yaitu pengambilan gambar seluruh kegiatan dan kondisi yang ada saat pelaksanaan PKL di PT. Greenfields Indonesia untuk menunjang data visual di laporan PKL.

(27)

Variabel yang yang akan diamati dalam pelaksanakaan PKL ini adalah:  Manajemen pemeliharaan

 Manajemen pemberian pakan  Manajemen perkandangan  Manajemen reproduksi

 Manajemen pencegahan penyakit  Manajemen penanganan limbah  Manajemen Milking

Manajemen Heifer Raising dan kelahiran pedet

3.5 Batasan Istilah

 Manajemen : adalah suatu seni dalam ilmu dan proses pengorganisasian seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengendalian atau pengawasan.

 Pemeliharaan : kombinasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memelihara fasilitas Produksi termasuk mesin dan alat-alat produksi lainnya atau untuk memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima.

 Sapi perah : Sapi perah merupakan jenis sapi yang memiliki kemampuan berproduksi air susu dalam jumlah yang banyak.

Sapi Friesian Holstein : merupakan salah satu trah sapi perah yang sekarang dikenal sebagai sapi yang terbanyak memproduksi susu di peternakan susu.  Perkandangan : Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan

dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan.

 Efisiensi reproduksi : efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang layak.

 Penyakit : suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang

menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.

 Limbah : buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

 Pemerahan : tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.

 Kelahiran pedet : ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin sapi dari induk tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan.

 Heifer raising : pemeliharaan sapi dara

 PKL : Praktik Kerja Lapang

 FH : Friesian Hosltein

 FAO:Food and Agriculture Organization

 BPS :Badan Pusat Statistik

(28)

 CFU : Colony Forming Unit

 IB : Inseminasi Buatan

 MCC : Milk Collecting Center

 SK : Surat Keputusan

 Ditjen : Direktorat Jenderal

(29)

3.5 Jadwal Kegiatan

Berikut merupakan susunan jadwal kegiatan PKL di PT Greenfields Indonesia, seperti disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jadwal kegiatan PKL

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengenalan PT. Greenfields Indonesia 2 Konsultasi dan Pembimbinga n 3 Pengiriman Proposal ke PT. Greenfields Indonesia 3 Pengiriman Draft Proposal dan Surat ijin PKL ke PT Greenfieds Indonesia 4 Pembekalan PKL dari Fakultas 5 Praktek Kerja Lapang 6 Penulisan Laporan dan Evaluasi dan Kegiatan 7 Ujian PKL

(30)

3.6 Analisis Hasil

Seluruh data dan hasil yang diperoleh akan dianalisia secara deskriptif menggunakan penjelasan objek pengamatan yang diperoleh dari seluruh kegiatan PKL kemudian dibandingkan dengan literature yang ada. Setelah itu dilakukan kajian teori dengan pembimbingan dosen dan akhirnya didapatkan solusi untuk permasalahan yang ada.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, K., Ngadiyono, N., Kustantinah dan Budisatria, I. G. S. 2012. Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten TanggamusTanggamus. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12(2): 131-136.

Anonimusa. 2002. Beternak sapi perah. kanisius. Yogyakarta.

Anonimusb. 2012. Tata cara pemerahan susu sapi. http://indobeta.com/tata-cara-pemerahan-susu-sapi/12603/ . Diakses 14 Mei 2016.

Bourdon, R.M. 2000. Understanding animal breeding. Prentice Hall. NY.

BPS. 2010. Keadaan Ketenagakerjaan Penduduk Indonesia. http://sulut.bps.go.id/Subjek/view/id/6#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1. Diakses 5 Maret 2016.

Cole, J.B. dan D. J. Null. 2003. Genetic evalutions of lactation persistency for five breeds of dairy cattle. J. Dairy Sci. 92: 2248-2258.

Dematawewa, C.M.B., Pearson, R.E., and VanRaden, P.M. 2007. Modeling extended lactations of holstein. J. Dairy Sci. 90: 3924-3936.

Diastari I.G.A.F dan Kadek, K.A. 2013. Uji organoleptik dan tingkat keasaman susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional kota denpasar. Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(4) : 453 - 460.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Tingkat konsumsi susu untuk kecerdasan bangsa. www.pertanian.go.id. Diakses 5 Maret 2016.

Edict of government. 2012. Federal democratic republic of etiophia. etiophia: Published by Ethiopian Standards Agency. Diakses 5 Maret 2016.

Effendi, M.H., Hartini, S dan Lusiastuti, A.M. 2009. Peningkatan kualitas yoghurt dari susu kambing dengan penambahan bubuk susu skim dan pengaturan suhu pemeraman increasing yoghurt quality from goats milk by adding skim milk powder and managing incubation temperature . J. Penelit. Med. Eksakta. 8(3).

FAO. 2013. Milk and dairy products in human nutrition. Rome.

Handayani, K.S dan Purwanti, M. 2010. Kesehatan ambing dan higiene pemerahan di peternakan sapi perah desa pasir buncir Kecamatan Caringin .Jurnal Penyuluhan Pertanian. 5 (1). 47-54.

Hariyanto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Haryati, T. 2006. Biogas: limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternative. WARTAZOA. 16 (3) : 160-169.

Iskandar. 2011. Performan Reproduksi Sapi PO pada Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan..14(1): 51-61.

(32)

Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Diterjemahkan oleh Aris Junaidi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kementerian Pertanian. 2015. Kebutuhan susu di Indonesia. www.pertanian.go.id. Diakses 5 Maret 2016.

Kusnadi, U. 1983. Efisiensi Usaha Peternakan sapi perah yang tergabung dalam koperasi di daerah istimewa yogyakarta. proceeding pertemuan ilmiah ruminansia besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Londa, P.K., Waleleng, P.O.V., R. A. J. Legrans-A dan Femi H. Elly. 2013. Analisis break even point (BEP) usaha ternak sapi perah“tarekat msc” di kelurahan pinaras Kota Tomohon. Jurnal Zootek (“Zootek”Journal). 32 (1): 158–171.

Madjid O.A, Soekir S, Wiknjosastro G.H. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Jakarta

Maneuver. 2015. Greenfields boyong 8.000 sapi holstein ke malang.

marketeers.com/article/greenfields-boyong-8000-sapi-holstein-ke-malang.html. Diakses 2 Maret 2016.

Muljana, W. 1985.Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang. Praharani. L., Hastono, D.A. Kusumaningrum dan P. Situmorang. 2009. Studi awal performa

sapi perah FH x Ongole dara di dataran rendah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009. 136-144.

Prihadi.1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.

Riyanto, J. 2006. Diktat Reproduksi Ternak. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rizki, Y., Cholis, N dan Setyowati, E. 2015. The effect of addition feed fermentation with the cultura of bacteria Azotobachter to milk production and feed efficiency dairy cattle PFH. FAPET UB. Malang.

Schwartzkopf G, K. A. Beauchemin, D. J. Gibb, D. H. Crews, Jr., D Hickman, M. Streeter and T. A. McAllister K. S. 2013. Effect of bunk management on feeding behavior, ruminal acidosis and performance. J anim sci81:E149-E158.

Sudono, A. 1983. Perkembangan ternak ruminansia besar ditinjau dari ilmu pemuliaan ternak perah di indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. PUSLITBANGNAK: Bogor.

Sudono, A. 2003. Beternak sapi perah secara intensif. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Sunarko. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. BBPTU Sapi Perah Baturaden. Baturaden.

(33)

Surjowardojo, P., Suyadi, Hakim, L dan Aulani’am. 2008. ekspresi produksi susu pada sapi perah mastitis. J. Ternak Tropika. 9(2). 1-11.

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.

Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.

United States Departements of Agriculture. 2007. Dairy Heifer Calf Health and Management

Practice on U.S Dairy Operations.

Utami, S., Siswandi dan Yahya, A. 2004. Lecture Note Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan Unversitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Wijaya, I. 2008. Ilmu reproduksi ternak mata kuliah peternakan. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Bali.

Yani, A. dan Purwanto, B.P., 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respon Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (Ulasan). Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Media Peternakan. 29 (1):35-46.

Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus (L.) Merr) yang berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian. 6(1):1-6.

(34)

Lampiran 1. Daftar peserta PKL di PT. Greenfields Indonesia

Nama NIM

Galuh Dianita Fitri 135050100111259

Nur Rohmatuz Zakiyah 135050100111240

Hanif Mubarak 135050107111046

Koordinator : Galuh Dianita Fitri

HP : 085604464298

(35)

Lampiran 2. Biodata peserta PKL di PT. Greenfields Indonesia Biodata Ketua Kelompok PKL

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Galuh Danita Fitri

2 Jenis Kelamin Perempun

3 Program Studi Peternakan

4 NIM 135050100111259 5 Tempat dan Tanggal Lahir Probolinggo, 5 Maret 1995 6 E-mail galuhfitri95@gmail.com 7 Nomor telepon/HP 085604464298 B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA

Nama Institusi SD Negeri 2 Wringinagung SMP Negeri 1 Cluring SMA Negeri 1 Genteng Jurusan - - IPA Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013

C. Karya Tulis Yang Pernah Dibuat No Judul Karya Tulis

1 RABALTIC (Rabbit Herbal Antibiotic) Inovasi antibiotic terbuat dari ekstrak daun belimbing wuluh.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKL di PT Greenfields Indonesia.

Malang, 21 April 2016 Pengusul,

(Galuh Danita Fitri) NIM.135050100111259

(36)

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Nur Rohmatuz Zakiyah 2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Program Studi Peternakan

4 NIM 135050100111240

5 Tempat dan

Tanggal Lahir Malang, 25 April 1995

6 E-mail nurrohmatuzzakiyah@gmail.com 7 Nomor telepon/HP 081333313099 B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA

Nama Institusi SD Negeri 3

Lowokwaru SMP Negeri 20 Malang SMA N 1 Malang

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk-Lulus

2001-2007 2007-2010 2010-2013

C. Karya Tulis Yang Pernah Dibuat No Judul Karya Tulis

1 Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Sebagai Bahan Alternative di Banyuwangi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKL di PT Greenfields Indonesia.

Malang, 21 April 2016 Pengusul,

(Nur Rohmatuz Z.) NIM.135050100111240

(37)

DATA PERSONAL

1. Nama Lengkap :HANIF MUBARAK

2. TTL : BANJARNEGARA, 09 SEPTEMBER 1994

3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam

5. Tinnggi, Berat Badan : 171 cm, 58 kg 6. Informasi Kontak

a. Alamat Asal : Jalan Purwonegoro 09, Purwanegara, Banjarnegara b. Alamat di Malang : Jalan Joyo Suko I Blok A No.5, Merjosari, Malang c. Telp :(0286) 591150

d. Mobile : 089667854737

e. E-mail/FB/Twitter : hanifalmubarak@gmail.com / Hanif Mubarak/@hanifmub

7. Motto Hidup :Hidup adalah sebuah Kompetisi

8. Hobby :Mengunjungi tempat baru,Membaca, Surfing Internet dan Nonton film

DATA KELUARGA

1. Nama Ayah : Supono, S.sos

2. Kondisi (sehat/tidak) : Sehat

3. Nama Ibu : Elli Suryani, Amd

4. Kondisi (sehat/tidak) : Sehat 5. Jumlah Saudara Kandung :4

6. Anak Ke :1

7. No. Telp Keluarga Yang Bisa Dihubungi :081327508007

PENDIDIKAN

Tahun Jenjang Pendidikan

1998-1999 TK IT Permata Hati Banjarnegara 2000-2006 SD Muhammadiyah 4 Banjarnegara 2006-2009 SMP Negeri 1 Banjarnegara

2009-2012 SMA Negeri 1 Banjarnegara

(38)

No Nama Organisasi Tahun Jabatan Status

1. ISMAPETI 2015-Skrng Kajian Ternak Perah Aktif

2. Forum Komunikasi Mahasiswa

Bahasa Inggris (Formasi UB) 2013-Skrng Leader Aktif 3. Unit Aktivitas Kerohanian Islam(UAKI) UB 2013-Skrng Staf DepartementIqtishody Aktif 4. Lembaga Pers MahasiswaMafaterna Fapet UB 2013-2014 Staf Redaksi Non-Aktif 5. LDF MT-Funa Fapet UB 2013-2014 Staf Departement

Humas Non-Aktif

6. Unit Aktivitas Karawitan danTari 2013-2014 Bagian Karawitan Non-Aktif

KEMAMPUAN

a.) Kemampuan Komputer (Ms Word, Ms Excel, Ms Powerpoint ) b.) Kemampuan Bahasa Inggris

c.) Kemampuan Internet

d.) Kemampuan Pengetahuan Tentang Ternak Perah e.) Kemampuan bekerja dalam Tim

f.) Konsisten dan Disiplin

AWARDEE

1. Finalis lomba karya tulis ilmiah PROTEIN Universitas Hasanuddin Makassar 2015 (Ketua Tim)

2. 15 Besar Animal Science Paper Competition (ASPC) Universitas Airlangga Surabaya 2015 (Ketua Tim)

3. Juara Favorite pada Lomba Karya Tulis Spesifik Profesi bidang Peternakan (LKTSP) Universitas Bengkulu 2015 (Ketua Tim)

4. Best Honorable Archipelago Excellent Award pada AEC Universitas Pattimura Ambon 2016 (Ketua Tim)

(39)

RESEARCHER

1.

Junior Researcher

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Agustus 2014 – Sekarang)

Takeline:

Membuat proposal riset, mencari dana riset, mengkordinir pelaksanaan riset, melakukan analisi fisik, kima, biologis; melakukan analisis data; membuat artikel ilmiah;

mempresentasikan hasil penelitian pada seminar.

2. Laboratory Assistant

Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Agustus 2015 – Sekarang)

Takeline:

 Mengelola kegiatan praktikum mahasiswa S1 pada mata kuliah - Ilmu Produksi Ternak Perah

- Manajemen Produksi Ternak Ruminansia - Dairy Agribusiness

 Assistant Laboratory

- Mengelola uji analisis kualitas susu komersil pada berbagai sampel susu yang masuk di Laboratorium Ternak Perah - Mengelola barang-barang inventaris Laboratorium Ternak

Perah

KARYA ILMIAH YANG DIHASILKAN

a.) Peningkatan Ketrampilan Kerajinan Keramik Bermotif Batik Gumelem di Klampok Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Banjarnegara. (Lolos Pendanaan Dikti 2013)

b.) Sedayu de Aloe (Es Dawet Ayu Fortifikasi Aloe vera).

c.) Potensi Pemanfaatan Suplemen Pakan Berbasis Minyak Ikan dan Vitamin E Untuk Produksi Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Fungsional Kaya Omega-3. (Lolos Pendanaan Dikti 2014)

d.) BIO-OZZO: Usaha Mengintensifkan Penggunaan Pupuk Organik dengan Mikroba Azotobachter Untuk Peningkatan Produksi Pertanian.

(40)

e.) Bagasscrom Feed: Suplementasi Bagasse Hasil Samping Pengolahan Tebu di Pabrik Gula (PG) Krebet sebagai Mineral Kromium (Cr) pada Ransum untuk Meningkatkan Produksi dan Total Solid Susu Sapi Perah Peranakan

Friesian Holstein

f.) Serium Feedstock: Pemanfaatan Bagasse Hasil Samping Pengolahan Tebu di Pabrik Gula (PG) Krebet dengan Metode Bioconvertion Technology untuk Memenuhi Mineral Kromium (Cr) pada Ransum Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Mutu Susu Sapi Perah

g.) Optimalisasi Produksi Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Fungsional Kaya Omega-3 dengan Pemanfaatan Suplemen Pakan Berbasis Minyak Ikan dan Vitamin E Menuju Indonesia Sehat 2020.

Gambar

Tabel 1. Jadwal kegiatan PKL

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, ditunjukkan bahwa nilai absorbansi dari serat kapuk native pada bilangan gelombang tersebut mengalami penurunan setelah serat kapuk melalui

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Berdasarkan grafik 2 diatas dapat dilihat hasil dari kemampuan literasi sains anak melalui metode bercerita menggunakan media warna dasar pada siklus I dengan

Namun tidak semua suspense yang muncul pada cerita “Sasmita Narendra” akan divisualisasikan dengan angle kamera subjektif namun terdapat strategi-strategi

Hasil penelitian dengan penerapan monitoring menggunakan aplikasi Hik-Connet ini kita dapat mengakses dari mana saja tanpa harus datang ke lokasi kerja dan bahkan bisa

pengorbanan petugas pemadap kebakaran dalam melakukan perlawan terhadap kobaran api, baik di pemgkiman penduduk,.. bangunan gedung publik, pabrik/industri, pasar, hutan

Total Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, Bovenlich, Kaca-. Jumlah

Berdasarkan pendapat Leech tersebut, prinsip kerja sama (CP) memiliki fungsi sebagai pengatur tuturan yang diucapkan sehingga dapat membantu pencapaian tindak