• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT STATUS NUTRISI BERDASARKAN POLA MAKAN DAN STATUS SOSIAL-EKONOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA ANGKATAN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT STATUS NUTRISI BERDASARKAN POLA MAKAN DAN STATUS SOSIAL-EKONOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA ANGKATAN 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT STATUS NUTRISI BERDASARKAN POLA MAKAN

DAN STATUS SOSIAL-EKONOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA ANGKATAN 2013

Henri Nara Dhany

Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

hndnara@gmail.com

ABSTRAK

Kebutuhan nutrisi remaja merupakan kebutuhan nutrisi terbesar dari segala fase kehidupan kecuali saat

hamil maupun laktasi. Pada penelitian terakhir, didapatkan bahwa remaja cenderung sering melewatkan

sarapan maupun mengkonsumsi softdrink padahal masa remaja merupakan masa krusial untuk

pertumbuhan tulang sehingga memerlukan kalsium yang cukup. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat status nutrisi remaja berdasarkan faktor pola makan dan status sosial-ekonomi.

Metode yang digunakan berupa deskriptif lintang. Subjek penelitian ini adalah 85 orang Mahasiswa

Kedokteran Universtias Udayana. Penelitian ini menggunakan kuesioner sosial-ekonomi, pola makan,

aktivitas fisik dan food recall 24 hours.

Kata kunci: status nutrisi, pola makan, status sosial-ekonomi, remaja, Denpasar

ABSTRACT

Nutritional intake of adolescents is the most important nutritional intake of all phases of life except

during pregnancy and lactation. In a recent study, it was found that adolescents were more likely to skip

breakfast and also consume soft drinks although adolescence is a crucial period for bone growth. The

objective of this study is to determine level of adolescent nutritional status by dietary and

socio-economic status factors. This study using descriptive cross sectional method. Samples in this study

were Udayana University Medical Student. The number of samples in this study was 85 people. Data

were obtained by using dietary, physical activity, social-economy questioner and food recall 24 hours’

sheet.

Keywords: nutrition status, dietary, social economic status, teenagers, adolescents, Denpasar

PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa setelah

kanak-kanak dimana pertumbuhan dari fisik tubuh

bertambah. Menurut WHO, masa remaja berkisar

antara 10 hingga 19 tahun. Pertumbuhan fisik

berasosiasi

dengan

hormonal,

kognitif

dan

perubahan emosional. Pertumbuhan fisk tersebut

berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada

perempuan terjadi peningkatan lemak khususnya di

daerah abdominal, tulang pelvis akan semakin lebar,

lemak subkutan meningkat, dan pinggul membesar.

Pada laki-laki, terjadi peningkatan massa otot, dan

panjang tulang. Mulanya, perkembangan remaja

laki-laki

akan

lebih

lambat

dibandingkan

perempuan, namun semakin lama, tinggi dan berat

laki-laki akan melebihi perempuan. Nutrisi dan

kalori sangat dibutuhkan pada masa ini karena

pertumbuhan dan perkembangan tubuh terjadi

secara drastis dalam jangka pendek.

1,2,3

Masa remaja juga merupakan masa pencarian

identitas diri. Pada masa ini, kebanyakan akan

sangat terpengaruh oleh media massa khususnya

trend fashion. Untuk mengikuti trend ini, mereka

berlomba-lomba untuk diet dan membentuk badan

yang bagus. Namun tak banyak dari remaja yang

masih kurang mengerti arti dari diet.

4

Pola makan yang salah dapat mengakibatkan

obesitas maupun eating disorder dan lama kelamaan

dapat berkembang menjadi penyakit kronis.

Konsumsi lemak pada saat anak-anak dan remaja

dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner

pada masa tua. Konsumsi sedikit kalsium dapat

menyebabkan kerapuhan tulang pada saat remaja

dan osteoporosis pada saat tua.

4

Menurut survey dari American Continuing

Survey of Food Intake by Individuals, rata-rata

remaja

dan

pre-remaja

saat

ini

sedikit

mengkonsumsi buah, sayur, dan konsumsi tinggi

pada total fat, saturated fat dan gula. Mean Intakes

buah pada Remaja laki-laki dan perempuan hanya

1,4 yang berarti tidak memenuhi kriteria yang

durekomendasikan oleh Food Guide Pyramid. Mean

intake dari sayuran juga tidak memuhi kriteria

rekomendasi Food Guide Pyramid, Baik remaja

laki-laki maupun perempuan hanya memiliki nilai

1.4. Remaja sangat mengemari softdrink, rata-rata

70-85% mengkonsumsi softdrink per harinya.

Sepertiga dari remaja laki-laki mengkonsumsi lebih

dari 3 kali sehari dan 20% mengkonsumsi lebih dari

(2)

4 kali sehari. 20% dari remaja perempuan

mengkonsumi softdrink lebih dari 3 kali sehari.

4

Status nutrisi dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

satunya faktor sosial ekonomi. Keadaan sosial

ekonomi memiliki pengaruh terhadap faktor

pemilihan makanan tetapi juga kesehatan seorang

individu.

3

Kecemasan akan bentuk tubuh

yang

berlebihan dapat membuat remaja untuk tidak

makan secara sengaja. Kesibukan juga menjadi

alasan sehingga mereka lebih suka makan di

restoran daripada memasak sendiri. Hampir 40 %

remaja memilih untuk tidak sarapan dan rata-rata

remaja putri lebih memilih menkonsumsi camilan

dan melewatkan waktu makan 2 kali sehari. Intake

nutrisi yang cukup pada saat remaja sangat penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Walaupun hal ini penting tetapi sangat sedikit hal

yang diketahui oleh remaja. Hal ini juga didukung

oleh kurangnya studi mengenai kasus tersebut. Oleh

karena masalah tersebut maka perlu dipelajari lebih

dalam mengenai tingkat status nutrisi berdasarkan

pola makan dan status sosial ekonomi.

4,5

BAHAN DAN METODE

Penelitian yang dilakukan adalah

cross-sectional deskriptif untuk mengetahui tingkat status

nutrisi mahasiswa fakultas kedokteran usia remaja

berdasarkan pola makan dan status sosial-ekonomi.

Penelitian ini menggunakan kuesioner

sosial-ekonomi, pola makan, aktivitas fisik dan food recall

24 hours dan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada akhir bulan Nopember

2013.

Populasi

target

penelitian

ini

adalah

Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Udayana usia remaja. Populasi terjangkau pada

penelitian ini yaitu Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana angkatan 2013 usia remaja.

Sampel

penelitian

ini

dipilih

secara

acak

proporsional (proportional random sampling),

dimana sampel dipilih berdasarkan Small Group

Discussion (dimulai dari 1 hingga 10) dan akan

dipilih lima orang secara acak sesuai dengan

proporsinya dalam populasi. Dari perhitungan

dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh

jumlah sampel minimal sebanyak 42 orang.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini

antara lain, mahasiswa FK UNUD angkatan 2013

berstatus WNI dan yang bersedia mengisi kuesioner.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain,

mahasiswa FK UNUD angkatan 2013 yang berusia

>19 tahun, atau memiliki kewarganegaraan asing

dan mahasiswa FK UNUD yang tidak bersedia

mengisi kuesioner.

Variabel pada penelitian ini antara lain,

angka kecukupan gizi, indeks massa tubuh,

pendapatan kepala keluarga, pendidikan kepala

keluarga, dan pola makan.

Angka kecukupan gizi adalah kecukupan

rata-rata zat gizi setiap harinya dari setiap individu.

Diperoleh dengan cara pengisian food recall 24

hours. Angka kecukupan gizi dapat dibagi menjadi

undernutrion, normal dan overnutrition.

Index Massa Tubuh adalah ukuran massa

tubuh seseorang berdasarkan tinggi dan berat badan.

Dilaporkan dengan ketepan dua angka dibelakang

koma. Jika hasil nilai IMT < 18,50 dikategorikan

underweight, 18,50 – 24,90 dikategorikan normal

weight, 25,00 – 29,90 dikategorikan overweight,

30,00 – 34,90 dikatogorikan Class I Obesity, 35,00

– 39,90 dikategorikan Class II Obesity, lebih atau

sama dengan 40,0 dikategorikan Class III Obesity.

Pendapatan kepala keluarga adalah jumlah

pendapatan kepala keluarga setiap bulannya dalam

kurs rupiah. Pendidikan kepala keluarga adalalah

tingkat pendidikan yang terakhir ditempuh oleh

kepala keluarga. Pola makan dapat dikategorikan

menjadi pola sarapan, konsumsi fast food, pola

snacking, sumber serat.

Pengambilan data diawali dengan meminta

persetujuan pihak yang berwenang untuk bekerja

sama dalam penelitian ini. Setelah setuju, kuesioner

dibagikan

ke

masing-masing

Small

Group

Discusion. Kemudian hasil kuesioner diolah dan

peneliti melakukan ekslusi jika terdapat data yang

tidak sesuai dengan kriteria inklusi.

Pengolahan

data

dilakukan

dengan

menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel

2010 dan Nutriclin. Data dari Kuesioner Food

Recall

24

Hours

akan

diolah

komputer

menggunakan perangkat lunak nutriclin dan hasil

olah data akan dibandingkan ke tabel angka

kecukupan gizi untuk orang Indonesia tahun 2012

untuk mengetahui angka kecukupan gizi dari

sampel. Penentuan IMT dilakukan dengan rumus

berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan

dikuadratkan (m). Data yang telah diolah kemudian

akan disajikan dalam bentuk tabel. Data disajikan

adalah data mengenai rerata, simpang baku dan

rentangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari total sampel sebanyak 85 mahasiswa,

sampel mahasiswa yang berasal dari kelas A

sebanyak 35 orang (41,18%) sedangkan mahasiswa

yang berasala dari kelas B sebanyak 50 orang

(58,82%). Jenis kelamin sampel terbanyak adalah

perempuan dengan persentase 56,47% sedangkan

43,35% untuk persentase sampel laki-laki. Untuk

aktifitas fisik (grafik 1) dan angka kecukupan gizi

(grafik 2) dapat dilihat pada grafik.

Berdasarkan grafik tersebut, didapatkan

persentase

terbanyak

adalah

tidak

pernah

berolahraga rutin (46%) dan persentase terkecil

adalah yang berolahraga selama 3-4 jam dalam

seminggu

(6%).

Sedangkan

untuk

Angka

Kecukupan Gizi, didapatkan persentase terbanyak

adalah normal (77,64%) dan persentase terkecil

(3)

adalah overnutrition (5,88%). Semua responden

yang tidak pernah olahraga rutin memiliki alasan

karena tidak sempat.

Grafik 1.

Tingkat Aktifitas Fisik.

Grafik 2.

Angka Kecukupan Gizi.

Tabel 1.

Tingkat IMT berdasarkan Pendidikan Terakhir

Kepala Keluarga

Tingkat

Pendidikan

Underweight

Normal weight

N

%

N

%

Tidak

Sekolah

0

0

0

0

SD

0

0

1

0

SMP

0

0

0

0

SMA

6

42,85

11

20,75

Sarjana

9

57,15

42

79,25

Jumlah:

15

100

54

100

Tingkat

Pendidikan

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

Tidak

Sekolah

0

0

0

0

SD

0

0

0

0

SMP

0

0

0

0

SMA

5

45,45

2

40,00

Sarjana

6

54,55

3

60,00

Jumlah:

11

100

5

100

Dari tabel 1, didapatkan nilai terbesar dari

underweight, normal weight, overweight, Obese

diperoleh oleh Tingkat Sarjana yaitu 64,28%,

79,24%, 54,55%, dan 60%. Tentunya hal ini masih

dipengaruhi

beberapa

faktor

bias

karena

perbandingan dari jumlah tingkat pendidikan orang

tua mahasiswa tidak proporsional.

Tabel 2.

Tingkat IMT berdasarkan Pendidikan Terakhir

Kepala Keluarga

Pendapatan

Perbulan

Orang

Tua/Wali

(Rp)

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

>8 Juta

2

14,28

13

24.5

6-8 Juta

3

21,42

5

9,43

2-6 Juta

6

36,74

25

47,17

1-2 Juta

2

14,28

11

20,75

<1 Juta

2

14,28

0

0

Jumlah:

15

100

54

100

Pendapatan

Perbulan

Orang

Tua/Wali

(Rp)

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

>8 Juta

0

0

3

60,00

6-8 Juta

3

27,27

0

0

2-6 Juta

5

45,45

1

20,00

1-2 Juta

3

27,27

1

20,00

<1 Juta

0

0

0

0

Jumlah:

11

100

5

100

Dari tabel 2, nilai terbesar dari Underweight,

Normal weight, Overweight, diperoleh oleh

pendapatan 2 juta hingga 6 juta dengan persentase

42,85%, 47,16%, dan 45,45%. Sedangkan untuk

Nilai Obese diperoleh oleh pendapatan diatas 8 Juta

dengan persentase 60%. Terdapat 18 sampel

memiliki pendapatan perbulan diatas 8 juta, 12

sampel memiliki pendapatan perbulan 6 hingga 8

juta. 37 sampel memiliki pendapatan perbulan 2

hingga 6 juta, 17 sampel memiliki pendapatan

perbulan 1 hingga 2 juta dan 2 sample memiliki

pendapatan dibawah 1 juta.

Dari tabel 3, nilai terbesar dari underweight

diperoleh oleh pola sarapan 4 hingga 5 kali dalam

seminggu dengan persentase 53,33 persen. Nilai

terbesar dari normalweight diperoleh oleh pola

sarapan 6 hingga 7 kali seminggu dengan persentase

35,19 persen. Untuk nilai overweight Pola sarapan

2-3, 4-5, dan 6-7 kali memperoleh nilai yang

seimbang sekaligus terbesar dengan persentase

27,27 persen. Sedangkan untuk nilai terbesar obese

diperoleh oleh pola sarapan 2 hingga 3 kali

seminggu dengan persentase 60 persen. Sebagian

besar dari responden memiliki kebiasaan sarapan di

rumah (89,41 persen), 8,23 persen memilih

kebiasaan sarapan di kantin universitas dan 0,02

persen memiliki kebiasaan untuk sarapan di rumah

makan. Dari hasil kuesioner, semua responden yang

15%

14%

12%

6%

7%

46%

<1 Jam

1-2 Jam

2-3 Jam

3-4 Jam

> 4 Jam

Tidak Pernah

14

66

5

Undernutrion

Normal

Overnutrition

(4)

tidak pernah sarapan mempunyai alasan karena

tidak terbiasa.

Tabel 3.

Tingkat IMT berdasarkan Pola Sarapan

Pola Sarapan

(Mingguan)

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

Tidak

Pernah

0

0

3

5,55

1 kali

0

0

4

7,41

2-3 kali

1

6,67

3

5,55

4-5 kali

8

53,33

15

27,77

6-7 kali

6

40,00

19

35,19

Jumlah:

15

100

54

100

Pola Sarapan

(Mingguan)

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

Tidak

Pernah

0

0

0

0

1 kali

2

18,18

0

0

2-3 kali

3

27,27

2

60,00

4-5 kali

3

27,27

1

40,00

6-7 kali

3

27,27

0

0

Jumlah:

11

100

5

100

Tabel 4.

Tingkat IMT berdasarkan Pola Konsumsi Snack

Pola

Konsumsi

Snack

(Mingguan)

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

6- 7 kali

5

33,33

16

29,62

< 3 kali

4

26,67

12

22,22

3-5 kali

6

40,00

26

48,14

Tidak

Pernah

0

0

0

0

Jumlah:

15

100

54

100

Pola

Konsumsi

Snack

(Mingguan)

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

6- 7 kali

3

27,27

0

0

< 3 kali

4

36,36

1

20,00

3-5 kali

4

36,46

3

60,00

Tidak

Pernah

0

0

1

20,00

Jumlah:

11

100

5

100

Dari tabel 4, nilai terbesar dari underweight,

normal weight dan obese diperoleh oleh pola

konsumsi snack 3 hingga 5 kali seminggu dengan

persentase 40%, 48%, 14% dan 60%. Untuk nilai

terbesar overweight diperoleh oleh pola konsumsi

snack kurang dari 3 kali seminggu dan 3-5 kali

seminggu masing-masing memiliki persentase

sebesar 36,46%. Jenis snack yang paling sering

dikonsumsi responden adalah kue/snack kemasan

dengan persentase sebesar 49,41 persen. Diikuti

oleh makanan porsi sebesar 24,70 persen,

minuman/softdrink sebesar 22,35 persen, dan

lain-lain sebesar 3,5 persen.

Tabel 5.

Tingkat IMT berdasarkan Pola Konsumsi Fast

Food

Pola

Konsumsi

Fast Food

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

1 kali

seminggu

4

26,67

17

31,48

≥ 2 kali

seminggu

3

20,00

4

7,41

2 minggu

sekali

2

13,33

13

24,07

Sebulan

sekali

5

33,33

19

35,18

Tidak

Pernah

1

6,67

1

1,85

Jumlah:

15

100

54

100

Pola

Konsumsi

Fast Food

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

1 kali

seminggu

4

36,36

2

40,00

≥ 2 kali

seminggu

6

54,54

0

0

2 minggu

sekali

1

9,00

1

20,00

Sebulan

sekali

0

0

2

40,00

Tidak

Pernah

0

0

0

0

Jumlah:

11

100

5

100

Dari tabel 5, nilai terbesar dari underweight

dan normal weight diperoleh oleh pola konsumsi

fast food sebulan sekali dengan persentase 33,33 %

dan 35,18%. Nilai terbesar dari overweight

diperoleh oleh pola konsumsi fast food lebih atau

sama dengan 2 kali seminggu dengan persentase

54,54 persen. Sedangkan, nilai terbesar dari obese

diperoleh oleh pola konsumsi fast food 1 kali dan 2

bulan sekali dengan persentase 40 persen.

Dari tabel 6, nilai terbesar dari underweight,

normal weight dan overweight diperoleh oleh pola

konsumsi sayuran 4 hingga 6 kali seminggu dengan

persentase 60%, 55,55% dan 54,54%. Sedangkan,

Nilai terbesar dari obese diperoleh oleh pola

konsumsi sayuran setiap hari dengan persentase 60

persen. Berdasarkan hasil kuesioner, Didapatkan 1

responden yang tidak pernah mengkonsumsi

sayuran dengan alasan tidak terbiasa dari kecil,

didapatkan dan juga sebanyak 61,17 persen tidak

pernah mengkonsumsi supplemen serat, 16,47

persen memilih jarang, 15,29 persen memilih

kadang-kadang

dan

7,05

persen

sering

mengkonsumsi supplemen serat.

(5)

Tabel 6.

Tingkat IMT berdasarkan Pola Konsumsi Sayuran

Pola

Konsumsi

Sayuran

(Mingguan)

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

7 kali

2

13,33

16

29,63

4-6 kali

9

60,00

30

55,55

1-3 kali

3

20,00

8

14,81

Tidak Pernah

1

6,67

0

0

Jumlah:

15

100

54

100

Pola

Konsumsi

Sayuran

(Mingguan)

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

7 kali

4

36,36

4

60,00

4-6 kali

6

54,54

1

40,00

1-3 kali

1

9,00

0

0

Tidak Pernah

0

0

0

0

Jumlah:

11

100

5

100

Tabel 7.

Tingkat IMT berdasarkan Pola Konsumsi Sayuran

Pola

Konsumsi

Buah

(Mingguan)

Underweight

Normal

weight

N

%

N

%

7 kali

1

6,67

14

25,92

4-6 kali

10

66,67

27

50,00

1-3 kali

4

26,67

13

24,07

Tidak Pernah

0

0

0

0

Jumlah:

15

100

54

100

Pola

Konsumsi

Buah

(Mingguan)

Overweight

Obese (Class

I,II,III)

N

%

N

%

7 kali

3

27,27

1

20,00

4-6 kali

5

45,45

0

0

1-3 kali

3

27,27

4

80,00

Tidak Pernah

0

0

0

0

Jumlah:

11

100

5

100

Dari tabel 7, nilai terbesar dari underweight,

normal weight dan overweight diperoleh oleh pola

konsumsi buah 4 hingga 6 kali seminggu dengan

persentase

66,67%,

50,00%

dan

45,45%.

Sedangkan, Nilai terbesar dari obese diperoleh oleh

pola konsumsi buah 1 hingga 3 kali seminggu

persentase 80 persen.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tentang tingkat status

nutrisi berdasarkan pola makan dan status

sosial-ekonomi pada mahasiswa fakultas kedokteran

universitas

udayana

angkatan

2013

dapat

disimpulkan bahwa:

1. Nilai persentase obese dan underweight tertinggi

pada tingkat pendidikan sarjana. Dengan

persentase masing-masing (15,60% dan 20%)

lebih tinggi dibandingkan tingkat SMA.

2. Nilai persentase underweight pada tingkat

penghasilan 2-6 juta merupakan persentase

terbesar, dengan persentase 15,32% lebih tinggi

dibandingkan penghasilan 6-8 juta. Sedangkan

nilai persentase obese tertinggi pada tingkat

penghasilan > 8 juta dengan persentase 40%

lebih tinggi dibandingkan 2-6 juta dan 1-2 juta.

3. Nilai

persentase

terbesar

underweight

berdasarkan pola sarapan diperoleh oleh pola

sarapan 4 hingga 5 kali dalam seminggu, lebih

tinggi 13,33 persen dibandingkan pola sarapan

6-7 kali. Persentase terbesar obese diperoleh

pola sarapan 2 hingga 3 kali seminggu (60%).

4. Nilai persentase terbesar underweight, dan obese

berdasarkan pola konsumsi snack diperoleh oleh

pola konsumsi snack 3 hingga 5 kali seminggu

(40 %, dan 60%).

5. Nilai

persentase

terbesar

underweigh,

berdasarkan pola konsumsi fast food diperoleh

oleh pola konsumsi fast food sebulan sekali

(33,33), untuk persentase terbesar obese

diperoleh oleh pola konsumsi fast food 1 kali dan

2 bulan sekali (40%).

6. Nilai

persentase

terbesar

underweight

berdasarkan pola konsumsi sayuran diperoleh

oleh konsumsi sayuran 4 hingga 6 kali seminggu

(60%. Persentase terbesar Obese diperoleh oleh

oleh pola konsumsi sayuran setiap hari (60%).

7. Nilai persentase terbesar underweight, konsumsi

buah diperoleh oleh konsumsi sayuran 4 hingga

6 kali seminggu 66,67%. Sedangkan, Persentase

terbesar Obese diperoleh oleh oleh pola

konsumsi buah 1 hingga 3 kali (80%).

Angka dari underweight dan overweight, dan

obese secara tergolong rendah namun dari segi

aktifitas fisik harian masih tergolong buruk.

Sebaiknya setiap kelompok SGD meluangkan

waktunya untuk berolahraga bersama seusai

kegiatan perkuliahan setidaknya seminggu sekali.

Asupan sayur dan buah juga tergolong baik.

Konsumsi fast food tergolong rendah namun untuk

konsumsi snack tergolong tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. California Nutrition and Physical Activity

Guidelines for Adolescents. 2012. Adolescent

Nutrition. USA.

2. World Health Organization. Adolescent Health.

http://www.who.int/topics/adolescent_health/en

. Accessed 3/2/2013.

3. Stacy N. 2005. William’s Basic Nutrition and

Diet therapy 12

th

edition. USA.

4. Dianne N, Mary S, Peter JH, Jillian C. 2002.

Overweight Status and Eating Patterns Among

Adolescents: Where Do Youths Stand in

(6)

Comparison with the Healthy People 2010

Objectives. Minneapolis. American Journal of

Public Health; 5:844-851.

5. Romariana DT. 2006. Hubungan Sosial

Ekonomi dan Status Gizi Remaja dengan Hasil

Belajar Siswa SMA Negeri 4 Medan Tahun

Ajaran 2005/2006. Indonesia.

6. Frances G, Elearnor W. 2000. Nutrition Concept

and Controversies 8

th

edition. USA. Hiomson

Learning.

7. Magda T, Magdalena R, Gabriela S. 2010.

Nutritional Status and Dietaryhabits of High

Schooland College Students.

8. Ismail AB. 2011. Penentuan Status Gizi Remaja.

Indonesia.

9. World Health Organization. BMI Classification.

http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=int

ro_3.html. Accessed 4/2/2013.

10. Dairy Australia. 2009. Nutrition for Teenagers.

Australia

11. Randall FG, Dennis MG, David FV. 2008.

Obesity in the Lower Socio-Economic Status

Segments of American Society. USA.

12. Aeda E. 2003. Hubungan Faktor Sosial

Ekonomi, HigieneSanitasi Lingkungan, Tingkat

Konsumsi DanInfeksi Dengan Status Gizi Anak

Usia 2-5 TahunDi Kabupaten Semarang Tahun

2003. Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Masih ada aspek-aspek lain yang juga harus diperhatikan diantaranya, Aspek Yuridis, Pembentukan OJK ini mengakibatkan perubahan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang

Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh dua bulan September Tahun dua ribu enam belas, mulai pukul 09.00 sampai dengan 10.00 WIB, Pokja/ ULP Kantor Kementerian

[r]

Bagi para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang tersebut, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online melalui LPSE dialamat http://lpse.kemenag.go.id

[r]

3.1 Mengenal teks deskrip-tif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru atau te- man dalam bahasa

Pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini4. Bahasa