• Tidak ada hasil yang ditemukan

di Ampang kuranji Kabupaten Dharmasraya 3 Wawancara dengan Val tanggal 25 April 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "di Ampang kuranji Kabupaten Dharmasraya 3 Wawancara dengan Val tanggal 25 April 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENDAHULUAN

Fenomena Kawin Sasuku merupakan gejala baru dalam pelaksanaan perkawinan di daerah Dharmasraya terutama di daerah ke Nagarian Ampang Kuranji, disebut sebagai gejala baru, karna Nagari Ampang Kuranji secara kultural menganut sistem kekerabatan Minangkabau yaitu Matrilineal. Karena masyarakat Nagari Ampang Kuranji,menganut keturunan garis ibu.

Pada dasarnya pola perkawinan Eksogami.dalam arti perkawinan yang melarang terjadinya perkawinan dengan saudara sekandung atau sedarah, dalam arti luas juga termasuk didalamnya larangan kawin dengan satu marga atau satu suku.1 Berdasarkan observasi yang penulis lakukan khususnya dikalangan anak muda, pengajaran dan pemahaman tentang adat Minangkabau mulai berkurang, ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengajaran tentang adat ini mungkin akibat kemajuan zaman dan pengaruh globalisasi modern, serta kurangnya sarana untuk pembelajaran adat.

Sebelum tahun 2000 pernah terjadi kawin Sasuku di Ampang Kuranji. Pada tahun 2000 terjadi pelanggaran adat kawin sasuku yang dilakukan oleh suku piliang sesama suku piliang dan sedatuak setiap pelanggaran adat mengenai perkawinan tentu mendapatkan sanksi yang telah disepakati oleh ninik mamak didaerah tersebut .Setiap tahun persen orang melakukan kawin sasuku dari tahun 2000-2014 naik turun setiap tahunnya.dari tahun 2000 ada sepasang yang melakukan perkawinan sasuku dan sedatuak, sepasang lagi melakukan perkawinan sasuku tetapi tidak sedatuak.Tiap tahun ada yang melakukan perkawinan sesuku dan sedatuak dan kebanyakan yang melakukan perkawinan tersebut sasuku dengan datuak yang berbeda.

Berdasarkan sumber wawancara dengan Zaitul bahwa dari tiga suku induk yang berada di Ampang Kuranji terdapat Delapan Suku anak.Sistem kekerabatan matrilinieal jelas melarang kawin sasuku.Dengan dipecahnya suku di Nagari Ampang Kuranji dalam sasuku terbagi tiga datuak dan ada yang dua datuak. Suku Pertama Sungai Sarik (Piliang) yang memilki tiga datuak yang Pertama Dt Makhudum, Dt Bandaro, Dan Dt Marajo.Sedangkan, suku Kedua Sungai Baye (Caniago) juga memiliki Tiga Datuak yang Pertama Dt Rajo Penghulu, Dt Rajo Lelo, dan

1

Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak DiMinangkabau Hlm.103-114

Dt Mangkurajo. Terakhir Malayu Koto Tinggi (Melayu ) hanya terbagi dua Datuak yang Pertama Melayu dan Kedua Koto Tinggi. Dalam sasuku tersebut boleh melakukan perkawinan sasuku.akan tetapi dalam sasuku tersebut berbeda datuak2.

Hal yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji penelitian ini adalah, Pertama Di Nagari Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya melakukan perkawinan sasuku atau memperbolehkan kawin sasuku dengan nagari yang berbeda sedangkan di Minangkabau tidak memperbolehkan kawin sasuku karna, sasuku tersebut merupakan kerabat satu komunitas (kaum) baik itu setali darah ataupun kerabat satu komunitas (kaum) jauh3.Perkawinan Sasuku (Sekaum) Dalam Adat Minangkabau Tidak Diperbolehkan Karena Sasuku Atau Sekaum Merupakan Setali Darah Baik Itu Secara Garis Keturunan Dekat Maupun Kerabat Jauh.4

Batasan penelitian ini adalah batasan

spasial dari penelitian ini adalah Ampang

Kuranji begitu juga dengan tahun 2014 karena pada tahun tersebut adalah akhir dari penelitian ini.

Sedangkan batasan temporalnya tahun (2000-2014) yang mana pada tahun tersebut Awal dan berkembangnya Kawin Sasuku di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Awal Terjadinya Kawin Sasuku Terjadi Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya(2000-2014)?

2. Bagaimana Perkembangan Kawin Sasuku Di

Ampang Kuranji Kabupaten

Dharmasraya(2000-2014)?

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk:

1.MendeskriptifkanBagaimana Awal Terjadinya Kawin Sasuku Terjadi Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya(2000- 2014). 2.Mendeskriptifkan Bagaimana Perkembangan

Kawin Sasuku di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya (2000-2014).

2Wawancara dengan Zaitul tanggal 20 juni 2014 di Ampang kuranji Kabupaten Dharmasraya

3Wawancara dengan Val tanggal 25 April 2014 di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

4A.A Navis.1984.Alam Terkembang Jadi Guru.Jakarta:Pustaka Grafitifiers

(3)

Studi yang relevan diantaranya Siti

Saleha(2011)”Perubahan Prosesi Upacara

Perkawinan Nagari Beringin Lama”.Skripsi ini

Mengambarkan Prosesi Perkawinan Di Beringin Lama Tapanuli.5

Selanjutnya hasil tulisan Tigor hasibuan (2009) Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI dengan judul:Adat Dan Upacara Perkawinan Etnis Batak(Mandailing) Di Kecamatan Dungai Aua Nagari Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat 1983-2001.hasil penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui proses perkawinan di nagari sungai aua yang meliputi upacara sebelum kawin ,pada saat pertama perkawinan dan setelah perkawinan.upacara perkawinan pada etnis Mandailing upacara sesama orang Mandailing dan perkawinan laki laki dengan wanita maupun luar nagari dan diakhiri dengan penyebab pergeseran adat perkawinan dinagari Sungai Aua.6

Selanjutnya yang ketiga hasil Tulisan

Yulisa Nurrahmi (2013)”Larangan Perkawinan

Sesuku Di Tanah Kenegerian Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten AgamSumatera

Barat”.Skripsi ini Mengambarkan Larangan

Kawin Sasuku Di Minangkabau.7 Metode Penelitian

Penelitian ini secara umum termasuk kedalam penelitian sejarah (historical method).8Metode Sejarah disebut juga dengan metode kritik sumber atau metode dokumenter,metode sejarah terdiri dari serangkaian kerja dan teknik-teknik pengujian otentitas(keaslian) sebuah informasi.9

Pertama adalah tahap heuristik yaitu mengumpulkan data untuk mendapatkan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer di dapatkan dari data dari kantor wali Nagari dan kantor urusan agama (kua) dan juga dilakukan penelitian lapangan di tempat pemukiman masyarakat Nagari Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.adapun beberapa orang yang telah

5 Siti Saleha”Perubahan Prosesi Upacara Perkawinan Nagari Beringin LamaKec Tapanuli”.Skripsi iniMengambarkan Prosesi Perkawinan Di Beringin Lama Kecamatan Tapanuli”. (Padang”STKIP PGRI, 2011)

6

Tigor hasibuan “Adat Dan Upacara Perkawinan Etnis Batak (Mandailing) Di Kecamatan Dungai Aua Nagari Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat 1983-2001”. (Padang”STKIP-PGRI, 2009)

7 Yulisa Nurrahmi ”Larangan Perkawinan Sesuku Di Tanah Kenegerian Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten AgamSumatera. ( Riau”Universitas Riau, 2013)

8Pembahasan Tentang Metode Sejarah Lebih Lanjut Dibahas oleh Louis Gottascchalk dalam Mengerti Sejarah. Terj Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia. 1995. hal 32

9Mestika Zed, Metodologi Sejarah (Padang: FIS UNP, 1999) Hal.40

diwawancaraiyaitu: Suharman, Val, Andisa, Nektung, Zaitul, Adenk, Nola,Romi, Rudi, Eva, Wandi.

Sumber skunder adalah dari studi perpustakaan perlu dilakukan untukmencari bahan-bahan yang berkaitan dengan kajian penulisan.Studikeperpustakaan telah dilakukan diberbagai perpustakaan diantaranya yaitu:Tahap kedua penulis melakukan kritik internal dan eksternal. kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian isi informasi tentang Kawin Sasuku Di Ampang Kuranji KabupatenDharmasraya,dengan menyesuaikan dengan kajian yang dianggap relevan serta menguji informasi yang didapat dari narasumber yang berbeda, agar peneliti dapat mengetahui informasi yang didapatkan terpercaya kebenarannya apa tidak. Kritik eksternal yaitu pengujian otensitas (keaslian) data,berupa dokumen atau arsip tentang Kawin

Sasuku Di Ampang Kuranji

Kabupaten.Dharmasraya.

Tahap ketiga yaitu interpretasi,kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan fakta dengan cara menghubungkan fakta satu dengan fakta yang lainnya sesuai dengan konteks peristiwa yang meliputi waktu, tempat dan peristiwa. Tahap ini memerlukan kejelian seorang peneliti untuk menggabungkan semua sumber sumber yang didapat.Sumber-sumber yang didapat oleh peniliti masih berupa acak dengan periode waktu yang tidak berurutan dan tidak berkesinambungan ,sehingga pada tahap ini diperlukan pertimbangan-pertimbangan logis berdasarkan pengetahuan dan teori yang dipakai.

Tahap keempat yaitu historiografi atau penulisan yang merupakan tahap akhir yang dilakukan penyajian hasil penelitian dalam bentuk skripsi.Dalam historiografi ini tidak saja dilakukan pendeskripsian dengan fakta-fakta yang sudah berhasil ditemukan akan tetapi berbentuk sebuah rekontruksi wacana yang dibangun atas dasar fakta-fakta itu,fakta-fakta yang ditemukan tersebut sebagai tiang-tiang kontruksinya yang antara satu sama lain dihubungkan dengan pemahaman–pemahaman yang dihasilkan melalui pertimbangan– pertimbangan logis.

PROSES PERKAWINAN MENURUT

ADAT DI AMPANG KURANJI KAB. DHARMASRAYA

A. Deskripsi Wilayah

Nagari Ampang Kuranji merupakan Nagari yang terletak di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya yang mana berada di selatan Sijunjung dan berbatasan dengan daerah

(4)

Jambi.Nagari Ampang Kuranji merupakan penduduk asli Kabupaten Sawahlunto sijunjung yang menganut sistem matrilineal (garis ibu). Setelah terjadinya Pemekaran Nagari Ampang Kuranji termasuk kedalam wilayah Kabupaten Dharmasraya. Jumlah penduduk Nagari Ampang Kuranji ± 1000 Jiwa, dan Masyarakat Nagari Ampang Kuranji lebih Dominan bermata pencarian bertani perkebunan karet dan sawit.

Nagari Ampang Kuranji menganut Sistem Matrilineal (Garis ibu) Suku di Minangkabaudalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu per-empat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau, dapat dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut. Selanjutnya, setiap suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari pihak ibu, dan diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang sama.10

B. Pengertian Perkawinan

Dalam kebudayaan manusia, perkawinan merupakan pengatur tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kehidupan kelaminnya. Perkawinan membatasi seseorang untuk bersetubuh dengan lawan jenis lain selain suami atau isterinya. Selain sebagai pengatur kehidupan kelamin, perkawinan mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan bermasyarakat manusia, yaitu memberi perlindungan pada anak-anak hasil perkawinan itu, memenuhi kebutuhan manusia akan seorang teman hidup, memenuhi kebutuhan akan harta dan gengsi, tetapi juga untuk memelihara hubungan baik dengan kelompok-kelompok kerabat tertentu.

Proses perkawinan yang terjadi di Ampang Kuranji sama dengan adat yang berlaku di Minangkabau yang mana proses perkawinan ini pertama pihak keluarga jantan (laki-laki) manjingok (bertemu) dengan pihak keluarga batino (perempuan) dalam pertemuan ini membicarakan setuju atau tidak setuju nya keluarga yang akan melakukan perkawinan tersebut. Setelah kesetujuan orang tua laki-laki dan perempuan selanjutnya disebut duduk tanganai antara kedua belah pihak baik laki-laki dan perempuan setelah terjadinya kesepekatan antara tanganai laki laki dan perempuan untuk melanjutkan proses perkawinan tersebut.

10

M.A.Dt.Kampung Dalam.2011.Menelusuri Jejak Sejarah Nagari Kurai Beserta Lembaga Adatnya.Bukittinggi:Kristal Multimedia. Hal 131-132

setelahduduk tanganai antara kedua belah pihak proses selanjutnya disebut nyeput tando (pertunangan) apabila salah satu memutuskan pertunangan yang telahdilaksanakan maka dari pihak yang melanggar diberi sanksi tautang kambing (membayar hutang dengan seekor kambing).

C. Perkawinan Adat Minangkabau

Dalam kehidupan masyarakat khusus di Minangkabau adat mengandung makna ataupun pengertian yang terbagi dalam empat unsur, yaitu:

1.Adat nan sabana adat Yaitu adat yang datang dari allah swt, sejak dahulu hingga sekarang tidak pernah berubah.

2.Adat istiadat Peraturan peraturan atau keputusan yang dikeluarkan oleh penguasa adat (ninik mamak, penghulu, alim ulama) 3.Adat yang diadatkan adat yang dirubah

bersama sama karena dibentuk bersama sama. disini sangat ditekankan musyawarah dalam menentukan sesuatu

4.Adat yang taradat yaitu adat yang sudah biasa atau terbiasa didaerah itu,karena tiru meniru.

Dari keempat unsur yang telah disebutkan diatas, maka larangan perkawinan Sasuku termasuk pada adat yang diadatkan karena dibentuk berdasarkan kesepakatan para penghulu adat terdahulu11.Menurut Barend Ter Haar,(1991:159)sebagaimana dikutip oleh Tolib

Setiady disebutkan: “Perkawinan adalah suatu

usaha atau peristiwa hukum yang menyebabkan terusberlangsungnya golongan dengan tertibnya dan merupakan suatu syarat yang menyebabkan terlahirnya angkatan baru yang meneruskan

golongan itu tersebut.”12

Perkawinan menurut adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-isteri untuk maksud mendapatkan keturunandan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak isteri dan dari pihak suami.Terjadinya perkawinan berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.hal ini akan menjalin hubungan yang baik terhadap keluarga, kerabat, dan masyarakat. Perkawinan menurut adat di Minangkabau apabila baralek 11Yaswirman.2011.HukumKeluarga:Karakteristi k Dan Prospek Doktrin Islam Dan Adat Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau.Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hal 108-109

12Tolib Setiady. 2009. Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan.Bandung.Alfabeta.

(5)

atau perjamuan dengan seluruh anggota kerabat pasangan suami istri tersebut dilaksanakan barulah sah menurut adat.13

a.Sistem Perkawinan Di Minangkabau

Adat Minangkabau melarang kawin sasuku. Laki-laki dari suku Piliang harus memilih istri dari suku lain yang bukan Piliang. Ia tidak di benarkan kawin dengan perempuan yang satu suku dengannya. Jika ia menikahi perempuan yang sesuku dengannya, akan menjadi ejekan di dalam nagari. Orang yang menikah sesuku disebut tamakan pokok (termakan pokok).Perkawinan yang bukan sesuku itu disebut perkawinan luar suku (perkawinan eksogami suku).Perkawinan eksogami inilah yang sangat dianjurkan di Minangkabau, supaya tidak terjadinya perkawinan sasuku (sekaum) di Minangkabau.

Masyarakat Minangkabau hidup berkelompok.Kelompok itu ditandai dengan suku.Orang sasuku adalah orang berdunsanak.Mereka berasal dari satu keluarga, dari satu Rumah Gadang. Meskipun sudah berlainan Rumah Gadang, namun mereka masih tetap memiliki hubungan. Kadang-kadang sudah berlainan nagari pun masih dianggap berdunsanak.Oleh sebab itu mereka tidak dibenarkan saling menikah.14 Setiap suku yang sama baik diNagari manapun tetap berasal dari satu keluarga oleh karena itu tidak boleh terjadinya perkawinan sasuku walaupun beda daerah ataupun Nagari.

b.Syarat Perkawinan Menurut Adat

Pada hakekatnya, jika akad nikah sudah ada, Islam telah mengesahkan perkawinan itu. Akan tetapi, menurut adat masih ada syarat yang lain yang harus dipenuhi. Jika syarat menurut Islam tidak terpenuhi, hukumannya adalah dosa.Akan tetapi, jika syarat menurut adat yang tidak terpenuhi, hukumannya diterima dari masyarakat.hukuman yang diberikan masyarakat adalah berupa cemoohan dan pengucilan terhadap orang yang melakukan perkawinan sasuku yang sama tersebut.

Perkawinan di Minangkabau mengharuskan laki-laki yang datang ke rumah perempuan.Suami datang ke rumah istri setelah dijemput oleh keluarga istri.Meskipun sudah selesai akad nikah menurut agama Islam, laki-13 Wawancara dengan Rudi Tanggal 24 Desember 2014 di Ampang Kuranji

14 Wawancara Dengan Payi Dt.Mangkurajo Tanggal 19 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

laki belum boleh pulang ke rumah istrinya.Ia baru dibolehkan pulang apabila sudah dijemput secara adat oleh keluarga perempuan.Jadi, syarat pertama menurut adat dalam perkawinan ialah laki-laki dijemput secara adat oleh keluarga perempuan.jadi seorang suami tidak boleh langsung pulang kerumah istri karna, hal tersebut belum sempurna menurut adat Minangkabau.

D. Penyebab dilarangnya kawin sasuku Perkawinan sasuku merupakan istilah tradisi kebiasaan yang ada pada masyarakat Ampang Kuranji. adapun pengertian larangan perkawinan sasuku sebagai berikut:

Larangan yaitu memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perkawinan itu sendiri sama dengan pernikahan yaitu perjanjian laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri. Sedangkan sasuku maksudnya sama suku (marga), sama asal keturunannya, dalam hal garis keturunan berdasarkan kepada ibu (matrilinieal). Jadi, secara keseluruhan larangan kawin sasuku yaitu ketidakbolehan melakukan perjanjian antara laki laki dan perempuan untuk bersuami isteri jika mereka mempunyai pertalian dari ibu.15Perjanjian yang dibuat antara laki laki dan perempuan untuk melakukan perkawinan yang tidak adanya hubungan baik itu asal keturunannya, atau menurut garis keturunan ibu.perkawinan seperti ini diperbolehkan oleh adat karena tidak melanggar aturan adat yang telah ditetapkan akan tetapi,apabila terjadinya perkawinan sama asal keturunannya, dalam hal garis keturunan berdasarkan kepada ibu (matrilineal). hal ini disebut dengan perkawinan sasuku yang melanggar larangan yang tidak boleh dilakukan apabila larangan ini dilanggar maka akan mendapatkan sanksi yang ditetapkan.

a. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Sasuku Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkawinan sasuku,yaitu:

1.Lemahnya Pengawasan Orang Tua, lemahnya pengawasan orang tua ini yaitu tidak memberi tahu kepada anak mana sanak saudara ataupun kerabat secara luas.

2.Melemahnya nilai-nilai budaya yang sudah sejak lama di tanamkan oleh leluhur-leluhur kita dan para pemuka adat. kurangnya waktu pemuka adat memberikan ajaran mengenai adat kepada kemenakan yang 15Wawancara Dengan Andi Dt Bagindo Malin Tanggal 24 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

(6)

menyebabkan kemenakan tidak mengetahui adat yang berlaku di Minangkabau.

3. Peraturan adat yang berlaku sekarang ini kurang dapat mengatur generasi mudanya. aturan yang diberlakukan adat tidak tegas yang menyebabkan generasi muda sekarang merasa melanggar adat tersebut hanya hal biasa karena, ketidak takutan generasi muda terhadap aturan adat yang telah dibuat oleh ninik mamak.

4.Di dalam tata cara pengambilan garis keturunan kurang di pahami oleh generasi muda.kurang pahamnya generasi muda terhadap tata cara pengambilan garis keturunan yang menyebabkan generasi muda tidak merasa berdunsanak dengan yang lain. 5. Melemahnya hubungan kekeluargaan dan

kekerabatan akibat masyarakat Minang yang identik suka merantau, sehingga masyarakat satu dengan yang lainnya kurang mengetahui suku keluarganya.

b.Akibat Kawin Sasuku

Kawin sasuku bagi orang Minang masih menjadi sebuah yang tabu dan sangat sakral untuk dilanggar. Mereka yang mencoba kawin sasuku siap-siap saja terjamajinalkan dari lingkungan keluarga dan masyarakat Minang dimana ia berdomisili. Menjadi bahan kasak-kusuk orang satu kampung, cemoohan dan pengucilan. Orang yang sasuku tidak boleh kawin, kendatipun mereka beda kabupaten/kota, kecamatan, desa, jorong, selagi mereka dalam adat Minang sasuku (chaniago, koto, melayu, piliang dll.) maka akan susah bagi mereka melangsung sebuah pernikahan.16

Jika Kawin Sasuku dilakukan maka akan mendapatkan kutukan dalam biduk rumah tangga dan keluarga (TIDAK SAMARA), diprediksikan tidak akan dikarunia keturunan, Adapun keturunan yang terlahir akan mengalami kecacatan fisik dan keterbelakangan mental (akibat genetika), Kalau mereka mendapatkan keturunan maka keturunan diperkirakan akan buruk laku (berakhlak buruk), Rumah tangganya akan selalu dirundung pertekengkaran, perseteruan, Mereka yang kawin sasuku diyakin sebagai pelopor kerusakan hubungan dalam kaumnya (kalangan sasuku), Menimbulkan kesenjangan dalam tatanan sosial.

c. Dampak Kawin Sasuku

Dampak perkawinan sasuku dan faktor-faktor yang menyebabkan perkawinan tersebut terjadi serta perkawinan antara anggota

16Wawancara Dengan Eva Tanggal 04 Maret 2015 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

suku yang berbeda akan menjamin kelangsungan sistem kekerabatan matrilineal di Nagari Ampang Kuranji.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perkawinan sasuku berdampak pada rusaknya tatanan adat yang sudah berlaku sejak lama, pemberian sanksi bagi pelaku dan keluarga baik moril maupun materiil, hilangnya hak terhadap harta pusaka dan kaburnya sistem kekerabatan matrilineal dan cenderung mengarah ke sistem parental.Agama, pergaulan bebas, berkurangnya wibawa penghulu adat, pendidikan dan melemahnya daya ikat peraturan adat menjadi faktor- faktor penyebabnya dan oleh karena itu dengan perkawinan antara anggota suku yang berbeda tetap menjamin kelangsungan sistem kekerabatan matrilineal.

E. Sistem Perkawinan menurut Agama Perkawinan menurut agama mempunyai arti melaksanakan persetujuan antara seorang pria dan wanita atas dasar kesukaan kedua belah pihak yang dilakukan oleh wali pihak wanita menurut ketentuan yang diatur oleh agama.Sebenarnya tujuan pokok perkawinan dalam islam adalah mengutamakan menghubungkan kasih sayang antara laki laki dengan perempuan melalui akad nikah. karena itu sangat bersifat individual, tidak mengharapkan keikutsertaan pihak lain dalam keluarga.maka sistem perkawinan islam menganut conjugal (mengeutamakan kepentingan kedua calon suami istri).

Keluarga inti dalam perkawinan islam adalah suami istri bersama anak anak.sementara ibu dan ayah, termasuk ibu dan ayah mertua berada diluar keluarga inti dan disebut sebagai pihak ketiga. salah satu hikmah ucapan ijab oleh wali perempuan ketika akad nikah adalah penyerahan anaknya secara penuh kepada calon suaminya. maka secara tidak langsuang orang tua dan wali sudah berada di luar keluarga inti.17

FENOMENA KAWIN SASUKU DI

AMPANG KURANJI KABUPATEN

DHARMASRAYA ( 2000-2014 ) A. Awal Mulainya Kawin Sasuku

Nagari Ampang Kuranji merupakan Nagari yang termasuk kedalam KabupatenDharmasraya yang masyarakatnya menganut sistem Minangkabau yaitu sistem Matrilinieal ( garis 17Yaswirman.2011.HukumKeluarga:Karakteristi k Dan Prospek Doktrin Islam Dan Adat Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau.Jakarta:Rajagrafindo Persada. Hal 184

(7)

ibu ). dapat dilihat Nagari Ampang Kuranji masih memakai sistem adat yang berlaku di MinangKabau yaitu adat perkawinan yang melarang Perkawinan Sasuku apabila berasal dari Suku yang sama. adat perkawinan di MinangKabau jelas melarang terjadinya perkawinan sasuku (sekaum)Pelanggaran perkawinan sasuku mulai terjadi Pada tahun 2000 yang dilakukan oleh suku piliang sesama piliang.18

Reaksi kalangan adat di Ampang kuranji saat terjadinya perkawinan sesuku yaitu Menurut Dt Makhdum pelanggaran perkawinan sasuku tersebut sangat memalukan ninik mamak sasuku (sekaum). reaksi kalangan adat yaitu memberikan sanksi yang sesuai dengan aturan yang berlaku di Nagari Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya dilihat dari pelanggaran atau garis perkawinan yang dilakukan pasangan tersebut. Perkawinan sesuku yang dilakukan dengan suku dan datuak yang sama mendapatkan sanksi bayar hutang berupa seekor kambing dan laki laki yang melakukan perkawinan seperti ini dipindahkan ke suku rajo yang mana suku rajo di Ampang Kuranji yaitu dt rajo lelo. jadi laki laki yang melakukan perkawinan sasuku dan sedatuak dipindahkan ke suku rajo dan membayar hutang ke ninik mamak (kepala suku).19

Pada tahun 2001 dari 11 pasangan yang melakukan perkawinan ada 3 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku akan tetapi,perkawinan sasuku tersebut dilakukan dengan datuak yang berbeda dan diperbolehkan untuk melakukan perkawinan tersebut dan tidak mendapatkan sanksi dari mamak (datuak).perkawinan ini dilakukan pertama oleh suku piliang sesama suku piliang dengan datuak yang berbeda dan yang kedua dilakukan oleh suku caniago sesama suku caniago yang juga berbeda datuak. selanjutnya, yang terakhir dilakukan oleh suku melayu sesama suku melayu dan juga melakukan perkawinan dengan datuak yang berbeda.20Pada tahun 2002 dari 16 pasangan yang melakukan perkawinan terdapat 2 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku dengan datuak yang berbeda antara suku caniago sesama suku caniago dan 1 pasangan melakukan perkawinan sasuku antara suku

18 Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2000 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

19 Wawancara Dengan Erman Dt. Makhudum, Tanggal 8 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

20

Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2001 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

piliang sesama suku piliang akan tetapi berbeda kampung (nagari) .21

Pada tahun 2003-2004 terdapat 24 pasangan yang melakukan perkawinan di Nagari Ampang Kuranji terdapat 7 pasangan yang melakukan perkawinan sesuku 3 pasangan melakukan perkawinan sasuku antara suku piliang sesama piliang dengan berbeda datuak dan 4 pasangan lainnya antara suku caniago sesama suku caniago dengan datuak yang berbeda.22Pada tahun 2005-2006 dari 9 pasangan yang melakukan perkawinan di Ampang Kuranji hanya 1 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku dengan datuak yang berbeda.23Pada tahun 2007-2008 terdapat 28 pasangan yang melakukan perkawinan 1pasangan melakukan perkawinan sasuku antara suku melayu sesama suku melayu dengan Nagari (kampung) yang berbeda. 3 pasangan lagi melakukan perkawinan sasuku akan tetapi dengan datuak yang berbeda diantaranya 2 pasangan antara suku caniago sesama suku caniago dengan datuak yang berbeda 1 pasangan antara suku piliang sesama suku piliang dengan datuak yang berbeda pula.24 B.Perkembangan Kawin Sasuku

Pada tahun 2009 terdapat 51 pasangan yang melakukan perkawinan di Nagari Ampang Kuranji terdapat 1 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku dengan berbeda datuak. antara suku piliang sesama suku piliang akan tetapi dengan datuak yang berbeda tetap diperbolehkan melakukan perkawinan dan tidak mendapatkan sanksi oleh kalangan adat di Nagari Ampang Kuranji.25dengan semakin meningkatnya pasangan yang melakukan perkawinan sasuku dari tahun 2000-2008 kalangan adat menekankan kepada kemenakan untuk melihat terlebih dahulu ataupun memperbolehkan perkawinan tersebut dengan izin mamak (kaum adat) apakah perkawinan tersebut dengan sasuku dekat atau jauh. apabila sasuku (sekaum) tersebut sasuku dekat atau dari nenek dan keturunan yang sama maka

21 Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2002 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

22 Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2003-2004 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

23 Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2005-2006 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

24 Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2007-2008 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

25 Kantor Wali Nagari Ampang kuranji tahun 2009 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

(8)

kemenakan atau pasangan tidak diperbolehkan melakukan perkawinan tersebut.

Pada tahun 2010 terdapat 51 pasangan yang melakukan perkawinan di Nagari Ampang Kuranji tidak ada 1 pasangan pun yang melakukan perkawinan sasuku.26kawin sasuku tahun 2011 Pada tahun 2011 terdapat 53 pasangan yang melakukan perkawinan dan tidak ada satupun yang melakukan perkawinan sasuku.27Pada tahun 2012 terdapat 60 pasangan yang melakukan perkawinan di Ampang Kuranji terdapat 2 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku antara caniago sesama caniago dengan datuak yang berbeda tetap diperbolehkan melakukan perkawinan.Menurut Dt Marajo perkawinan sasuku dengan datuak yang berbeda diperbolehkan dan tidak mendapatkan sanksi apabila perkawinan sesuku dengan datuak yang berbeda.28Pada tahun 2013 terdapat 63 pasangan yang melakukan perkawinan di Ampang Kuranji terdapat 2 pasangan yang melakukan perkawinan sasuku 1 pasangan antara suku piliang dengan piliang dan 1 pasangan antara suku caniago sesama suku caniago dengan datuak yang berbeda.29Pada tahun 2014 terdapat 46 pasangan yang melakukan perkawinan tidak terdapat 1 pasangan yang melakukan perkawinan Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.30 C. Reaksi Adat Dan Masyarakat Terhadap Kawin Sasuku

Menurut Dt Rajo Lelo perkawinan sasuku dan sedatuak diperbolehkan asalkan dengan nagari yang berbeda, perkawinan sasuku yang terjadi senagari antara sesuku dan sedatuak mendapatkan sanksi berupa bayar hutang dan dipindahkan kesuku rajo yang mana suku rajo merupakan tempat menerima setiap laki laki yang melakukan pelanggaran perkawinan sasuku dan sedatuak dan laki laki yang melakukan perkawinan sasuku dan sedatuak harus pindah ke suku rajo.31Menurut Dt Rajo Panghulu perkawinan sasuku yang terjadi di Ampang Kuranji tidak dipermasalahkan karena perkawinan sasuku dengan datuak yang 26 Kantor Wali Nagari Ampang kuranji tahun 2010 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

27 Kantor Wali Nagari Ampang kuranji tahun 2011 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

28 Wawancara Dengan Payi Dt.Mangkurajo Tanggal 19 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

29 Kantor Wali Nagari Ampang kuranji tahun 2012-2013 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

30 Kantor Wali Nagari Ampang kuranji tahun 2014 Di Ampang KuranjiKabupaten Dharmasraya

31

Wawancara Dengan Pewan Dt Rajo Lelo Tanggal 17 Novemeber 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

berbeda merupakan sesuatu yang biasa biasa saja dan tidak termasuk kedalam pelanggaran adat yang berlaku di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.32Menurut Dt Bandaro perkawinan sasuku dan sedatuak yang terjadi di ampang kuranji apabila perkawinan sasuku dan sedatuak tersebut berasal dari keturunan yang sama baru mendapatkan sanksi berupa bayar hutang seekor kambing dan diusir dari kampung serta pindah kenagari lain dan dibuang sepanjang adat yang berlaku di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.33

Menurut Dt Ketemenggungan perkawinan sasuku terjadi di Ampang Kuranji akan diberi pelanggaran atau sanksi oleh kaum adat apabila yang melakukan perkawinan adalah pasangan perkawinan yang sasuku dan sedatuak dan berasal dari keturunan yang sama. sedangkan perkawinan sasuku dan sedatuak dengan nagari yang berbeda diperbolehkan dan tidak mendapatkan sanksi oleh kalangan adat yang berlaku di Nagari Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.34

Menurut Dt Bagindo Malin perkawinan sasuku yang berlangsung di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya tidak dipermasalahkan apabila perkawinan sasuku dan sedatuak terjadi diNagari yang berbeda. perkawinan sasuku dan sedatuak ini diperbolehkan dan tidak mendapatkan sanksi dari kaum adat.35 Menurut Dt Panghulu Sati perkawinan sasuku yang terjadi di Ampang Kuranji diperbolehkan antara suku dan datuak yang berbeda serta berasal dari nagari yang berbeda.36Pembiaran perkawinan sasuku yang terjadi di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya merupakan sesuatu yang tidak dipermasalahkan oleh kaum adat karena kaum adat beranggapan bahwasanya perkawinan sasuku dengan datuak yang berbeda itu biasa saja dan tidak termasuk kedalam pelanggaran perkawinan yang berlaku di Ampang Kuranji.sedangkan perkawinan sasuku dan

32 Wawancara Dengan Alul Dt Rajo Penghulu Tanggal 22 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

33 Wawancara Dengan Pen Dt Bandaro Tanggal 21 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

34 Wawancara Dengan Yanto Dt Ketemenggungan Tanggal 21 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

35 Wawancara Dengan Andi Dt Bagindo Malin Tanggal 24 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

36 Wawancara Dengan Con Dt Koto Tinggi Tanggal 25 November 2014 Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya

(9)

sedatuak yang terjadi di Ampang Kuranji diperbolehkan asalkan perkawinan tersebut dilakukan dengan nagari yang berbeda dan tidak berasal dari keturunan ataupun nenek yang sama.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian, di peroleh bahwa adat matrilinieal yang berlaku di Ampang Kuranji mulai tidak sesuai dengan adat yang berlaku di MinangKabau.ditandai dengan diperbolehkannya perkawinan sesuku dengan datuak yang berbeda dan diperbolehkannya perkawinan sasuku dan sedatuak asalkan perkawinan seperti ini terjadi antara Nagari yang berbeda. kalangan adat berpendapat bahwasanya perkawinan seperti ini tidak melanggar aturan perkawinan sesuku yang berlaku di Nagari Ampang Kuranji karena perkawinan Sasuku dan sedatuak dengan Nagari yang berbeda merupakan keturunan atau nenek nya pun tentu berbeda. oleh karena itu diperbolehkan perkawinan sasuku seperti ini. DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Arsip

Kantor KUA Kecamatan Koto Baru Buku Laporan Nikah Tahun 2000-2008 Di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Kantor Wali Nagari Ampang kuranji Buku Laporan Nikah Tahun 2009-2014Di Ampang Kuranji Kabupaten Dharmasraya.

B. Buku

A.A Navis. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Pustaka Grafitifiers .

Edison, Nasrun. 2010. Tambo. Minangkabau

Budaya Dan Hukum Adat Di

Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta.

Helius Sjamsudin . 2012. Metodolgi Sejarah. Yogyakarta.Ombak.

Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu, Rangkaian

Mustika Adat Basandi Syarak Di Minangkabau Hlm. 103-114.

Louis Gottschalk.1995. Mengerti Sejarah.Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Mestika Zed. Metodologi Sejarah: Teori Dan

Aplikasi”(Fis Unp).

Mestika Zed. Metodologi Sejarah.

(Padang:1999).

M.A.Dt.Kampung Dalam. 2011. Menelusuri

Jejak Sejarah Nagari Kurai Beserta Lembaga Adatnya. Bukittinggi: Kristal

Multimedia.

M.D.Mansoer, (dkk). 1970. Sedjarah Minangkabau. Djakarta: Bhatara.

Tolib Setiady. 2009. Intisari Hukum Adat

Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan.

Bandung. Alfabeta. Yaswirman.2011.Hukum

Keluarga:Karakteristik Dan Prospek

Doktrin Islam Dan Adat Dalam

Masyarakat Matrilineal

Minangkabau.Jakarta:Rajagrafindo

Persada. C. Skripsi

Siti Saleha”Perubahan Prosesi Upacara

Perkawinan Nagari Beringin Lama Kec

Tapanuli”. Skripsi ini Mengambarkan

Prosesi Perkawinan Di Beringin Lama

Kecamatan Tapanuli”. (Padang”STKIP

PGRI, 2011)

Tigor Hasibuan “Adat Dan Upacara

Perkawinan Etnis Batak (Mandailing) Di Kecamatan Dungai Aua Nagari Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat

1983-2001”. (Padang”STKIP-PGRI,

2009)

Yulisa Nurrahmi ”Larangan Perkawinan

Sesuku Di Tanah Kenegerian Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera. ( Riau”Universitas

Riau, 2013) D. Internet

Http:// Adat Minangkabau Wikipedia Bahasa Indonesia,Ensiklopedia Bebas.Html Di Akses 2 November 2014

Referensi

Dokumen terkait

Pembiayaan pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan Rumah Sakit Pratama ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kesehatan Tahun 2015 yang tertuang dalam

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

2) Perbuatan tersebut melawan hukum manakala pelaku tidak melaksanakan apa yang diwajibkan oleh Undang-undang, ketertiban umum dan/atau kesusilaan, maka perbuatan pelaku dalam

diajukan oleh penggugat dinilai sudah tepat dan benar, namun masih ada pertimbangan yang tidak bersesuaian dengan permohonan/gugatan penggugat, oleh karena itu

ode akan dii egmen konso yang menyat luka tidak saj daerah pusat silapan segme mi gangguan p iko-semantik ata tersebut emantik. rtian kata) ak ek visual me derita strok u kkan sebuah

• Apapun jenis animasinya, yang penting adalah memberikan efek “hidup” (visual efek) pada gambar atau obyek. Visual efek dapat dibuat

Secara keseluruhan hasil kegiatan pelatihan e-learning dan pengembangan konten ini berlangsung dengan baik, karena telah sesuai dengan rencana pada proposal

Hasil penerapan ini hendaknya dapat dijadikan tambahan perbendaharaan/ relerensi dalam alternatif tindakan keperawatan pada ansietas dan harga diri rendah dengan terapi