• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Ular"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ULAR

ULAR

MAKALAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Zoologi Vertebrata Zoologi Vertebrata

Oleh : Oleh :

Rival Arofiul Rahman Rival Arofiul Rahman

1122060071 1122060071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

BANDUNG

2014

2014

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR B

B iismsmiillallahirhir rraahmhmaanirnir rraahimhim

Segala puji senantiasa tersaji untuk Allah Rabbil Izzati, penguasa langit dan bumi, yang Segala puji senantiasa tersaji untuk Allah Rabbil Izzati, penguasa langit dan bumi, yang maha kuasa nan suci, memancarkan cahaya-Nya, menyentuh nurani dan mengisi tiap relung hati maha kuasa nan suci, memancarkan cahaya-Nya, menyentuh nurani dan mengisi tiap relung hati dengan penuh arti tak lain Dia-lah Ilahi Rabbi.

(2)

Ukiran shalawat dan salam semoga tetap terpahat dalam diari hati, dihadiahkan untuk Ukiran shalawat dan salam semoga tetap terpahat dalam diari hati, dihadiahkan untuk lelaki sejati utusan Ilahi, menyambung segala

kalam-lelaki sejati utusan Ilahi, menyambung segala kalam-kalam qur’ani, mengarahkan hidup yangkalam qur’ani, mengarahkan hidup yang lebih berarti dan manusiawi. Dialah Muhammad sebagai penutup para nabi.

lebih berarti dan manusiawi. Dialah Muhammad sebagai penutup para nabi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam  penyusunan

 penyusunan makalah ini makalah ini terutama kepadterutama kepada bapaka bapak“Sumiyati Sa’adah, M.Si.“Sumiyati Sa’adah, M.Si.” ”  selaku dosen mata selaku dosen mata kuliah

kuliah “Zoologi Vertebrata” “Zoologi Vertebrata”   yang telah mentransperkan ilmunya kepada penulis, sehingga  yang telah mentransperkan ilmunya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan.

makalah ini dapat terselesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan dan Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan dan kesalahannya, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat kesalahannya, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi untuk ke depannya.

membangun, agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi untuk ke depannya.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya  bagi para pembaca. Aamiin…..!

 bagi para pembaca. Aamiin…..!

Bandung,

Bandung, Mei Mei 20142014

Penulis Penulis DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR ... i... i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii... ii BAB I PENDAHULUN BAB I PENDAHULUN... 1... 1 A.

A. Latar Latar Belakang...Belakang... ... 11 B.

B. Rumusan Rumusan Masalah...Masalah... ... 22 C.

C. Tujuan Tujuan Pembahasan...Pembahasan... . 22

BAB II PEMBAHASAN BAB II PEMBAHASAN... 2... 2 A. A. Pengertian...Pengertian... ... 22 B. B. Karakteristik...Karakteristik... ... ... 33 C.

(3)

D. Jenis bisa... ... ... 6

E. Penutup tubuh... ... 7

F. Pergantian Kulit (Shedding)... ... 13

G. Macam-macam Ular... ... 14

H. Ular dan Manusia... ... 17

I. Manfaat Ular... 18

DAFTAR PUSTAKA... 20

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi  biologisnya,  yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau  bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Indonesia merupakan Negara yang terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.

Dalam tiap ekosistem tersebut memiliki penghuni masing-masing anatara lain hewan, tumbuhan, dan organisme lainnya. Dalam Klasifikasi hewan atau pengelompokkan hewan dibagi  berdasarkan ada tidaknya tulang belakang (tulang leher, tulang punggung, tulang pinggang dan

tulang kelangkang). Hewan digolongkan menjadi Avertebrata (tidak bertulang belakang) dan Vertebrata (bertulang belakang). Salah satu anggota dari vertebrata yaitu kelas Reptilia.

(4)

Kelas Reptilia meliputi kadal dan ular (Ordo Squamata), penyu dan bulus (Ordo Chelonia), buaya (Ordo Crocodilia) dan tuatara New Zealand (Sphenodom punctatum  , ordo Rhinchocephalia). Berbagai ordo tersebut merupakan 4 dari 14 ordo Reptilia yang hidup pada masa Mesozoic, masa ketika reptilia mendominasi bumi sehingga disebut zaman Reptilia. Reptilia merupakan kelompok Vertebrata yang beradaftasi untuk hidup yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup dipermukaan yang kasar. Mayoritas reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar  (melahirkan).[1] Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ular? 2. Apa saja karakteristik dari ular?

3. Dimana habitat ular dan apa sja makanan ular? 4. Bagaimna proses pergantian kulit pada ular? 5. Apa manfaat ulah bagi manusia?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui pengertian ular

2. Untuk mengetahui karakteristik dari ular

3. Untuk mengetahui habitat ular dan makanan ular 4. Untuk mengetahui proses pergantian kulit pada ular 5. Untuk mengetahui manfaat ular bagi manusia

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN

Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.

(5)

B. KARAKTERISTIK

1. Penampang melintang tubuh membulat dan memanjang 2. Tubuhnya tertutup oleh sisik

3. Ukuran panjang tubuhnya dari 10 mm –  9000 mm

4. Memiliki tulang belakang dan sepasang tulang rusuk pada setiap ruas tulang belakang (sampai cloaca)

5. Suhu tubuhnya poikilotermik, suhu ideal 23,9 –  29,4°C. Namun ular masih dapat bertahan pada suhu yang ekstrem 7.2°C atau 37.8°C, bila lebih dari suhu ini akan berakibat fatal bagi ular.

6. Ular melata dengan menggunakan otot pada bagian perutnya secara bergantian sehingga dapat  bergerak menuju ke tempat lain.

7. Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan.

8. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya.

9. Hidung pada ular hanya berfungsi sebagai alat untuk bernafas, sedangkan alat penciumannya adalah lidahnya dengan dibantu organ Jacobson.

10. Indera panas, terletak diantara mata dan hidung, berfungsi untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh makhluk lain yang berdarah panas (endotermik), Namun tidak semua ular memiliki organ ini.

11. Ular tidak memiliki lubang telinga, tapi memiliki membran tympani yang dapat mendeteksi getaran. Ular yang “menari” mengikuti irama suling sebenarnya bergerak bukan karena suaranya, namun karena mengkuti gerakan sulingnya.

12. Pewarnaan tubuh ular sangat beragam, menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia tinggal. Pewarnaan berfungsi sebagai penyamaran ular dalam mencari mangsa dan menghindari musuh. Tidak semua warna menyala menandakan tingkat bisa ular.

13. Cara mendapatkan makanan yaitu memburu mangsanya, menghadang mangsanya, memancing mangsanya

14. Gigi ular berjumlah banyak dan condong ke dalam sehingga ular tidak mengunyah mangsanya melainkan menelan mangsanya.

15. Semua jenis ular adalah binatang Karnivora.

16. Organ reproduksi pada ular jantan adalah hemipenis yang terletak pada cloaca dan yang betina dengan cloaca.[2]

(6)

C. HABITAT DAN MAKANAN

Habitat Ular dapat dibagi menjadi 5, yaitu : 1. Ular Air (Aquatik)

Ular air adalah ular yang seluruh hidupnya (melakukan segala aktifitasnya) di dalam air. Contoh : Ular laut (Laticauda laticauda). Ular air yang sesungguhnya hanyalah ular laut.

2. Ular Setengah Perairan (Semi Aquatik)

Ular ini terkadang melakukan aktifitasnya di darat dan di air. Contohnya : Homalopsis  buccata (ular Kadut)

3. Ular Darat (Terresterial)

Ular ini hidup di darat, dan melakukan seluruh aktifitasnya di darat. Contoh : Ptyas mucosus (Ular bandotan macan)dan Elaphe flavolineata (Ular Kopi)

4. Ular Pohon (Arboreal)

Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga dendrophila (cincin emas) dan Dryophis prasinus (Ular pucuk)

5. Ular Gurun

Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di gurun. Ular gurun biasanya menyembunyikan diri di bawah pasir untuk menghindari sengatan matahari. Contoh : Crotalus artox, ular derik, rattle.

Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok ,  berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa  burung, mamalia,  kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar

seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.[3]

Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.

Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus,  membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak  peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui

(7)

gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.

Bisa yang dimiliki ular itu disuntikkan melalui gigitan yang mengandung enzim pencerna yang memudahkan ular mencerna makananya setelah ditelan. Enzim pencerna ini dapat melarutkan dan menyerap segala sesuatu, kecuali rambut dan cakar. Keduanya akan dikeluarkan  bersamaan dalam bentuk kotoran.

Anatomi ular. Ilustrasi: wikipedia.org

Makanan yang masuk ke perut ular, dicerna oleh usus yang bekerja terus menerus selama kurang lebih 48 jam atau sekitar 2 hari. Setelah makan ular biasanya menjadi tidak aktif. Akan tetapi proses pencernaan di dalam perutnya tetap berlangsung. Pada saat mencerna makanannya, ular juga sangat peka dengan suhu udara di sekitarnya. Suhu yang ideal saat ular mencerna makanannya adalah 30 derajat Celcius. Sehingga apabila tidak mendapatkan suhu yang ideal, sering kali setelah menelan mangsanya, ular memuntahkannya lagi.[4] Gigi ular mempunyai tipe yang berbeda-beda diantaranya yaitu:

1. Aglypha : Tidak memiliki taring bisa.

Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus (Ular sanca batik). Ular ini tidak  berbisa.

(8)

2. Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas. Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah.

3. Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi

4. Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat. Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi.[5]

D. JENIS BISA

1. Tidak Berbisa.

Jenis ular yang tidak mempunyai taring bisa/racun, namun demikian ular tersebut mempunyai gigitan yang sangat keras sehingga dapat merobek kulit, lilitan yang sangat kuat dapat mematahkan tulang, lilitannyapun dapat menyumbat pernafasan.

2. Berbisa

(9)

Ø Jenis Bisa/racun ular yang menyerang darah dan system peredarannya.

Ø Menghancurkan butir-butir sel darah merah, maupun proses pengikatan sel darah merah dengan oksigen;

Ø Menghancurkan sirkulasi darah dari-dan keseluruh tubuh juga ke jantung; Ø Merusak sel darah sampai menggumpal.

·  NEUROTOXIN.

Ø Adalah Jenis Bisa/racun ular yang menyerang system syaraf. Ø Menyerang jaringan syaraf

Ø Menghancurkan proses syaraf yang bekerja diseluruh tubuh, sehingga menyebabkan kelumpuhan pada alat pernafasan dan rusaknya jaringan otak.

Ø Timbulnya luka di Kulit atau Kelemayu (NECROSIS) Ø Gejala Gigitan :

Gelisah

Daya panca indera menurun Tubuh sukar digerakan Kejang-kejang

Berbicara melantur

· KARDIOTOXIN : Jenis Bisa ular yang menyerang otot jantung.

· MIKSOTOXIN : Jenis Bisa ular yang menyerang cairan dalam tubu h[6]

E. PENUTUP TUBUH

Ular ,  sebagaimana reptil lainnya, memilik i sisik-sisik  yang menutupi kulitnya. Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik-sisik, yang memiliki beraneka bentuk dan ukuran, tersebut. Sisik-sisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu pergerakan ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus  juga membantu dalam menangkap mangsa (misalnya pada ular kadut). Sisik ular juga berevolusi dan berubah untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, misalnya sisik bening serupa kaca arloji yang melindungi mata ular. Serta yang paling aneh mungkin adalah ‘kerincingan’ di ekor  ular derik  Amerika Utara, yang terbentuk dari sisik-sisik mati yang tertinggal ketika ular melungsung (berganti kulit).

(10)

Sisik-sisik ular terutama berguna manakala ular bergerak, yakni untuk mengurangi gesekan dengan substrat atau lingkungannya. Gesekan adalah sumber utama kehilangan energi  pada pergerakan (lokomosi) ular. Sisik-sisik ventral (perut), yang berukuran besar dan lebar, licin dan minim friksi; sementara pada beberapa jenis ular pohon, sisik-sisik ini memiliki lekuk atau lunas di tepinya yang berguna untuk ‘memegang’ cabang dan ranting pepohonan.

Kulit dan sisik-sisik ular membantu mempertahankan kelembaban tubuhnya. Ular juga dapat merasai getaran baik yang berasal dari tanah maupun dari udara, dan mampu membedakannya dengan menggunakan sistem resonansi internal yang rumit, yang kemungkinan melibatkan peranan sisik di dalamnya.

Sebagian ular-ular primitif seperti boa, dan juga ular-ular bandotan, memiliki kepala yang tertutupi oleh sisik-sisik kecil tak beraturan. Namun kebanyakan ular memiliki sisik-sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut perisai ( shields). Pola dan susunan perisai-perisai ini  berbeda-beda dari spesies ke spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi  jenisnya.

2. Morfologi sisik

Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau epidermis. Sisik-sisik ini terbuat dar i keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku dan rambut. Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling menutupi pada pangkalnya, seperti susunan genting.  Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang tetap; sisik-sisik ini tidak bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular. Meski demikian, sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah bentuknya, setiap kali melungsung. Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar mulut dan sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat menelan mangsa yang berukuran lebih  besar dari diameter tubuhnya.

Sisik-sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Sisik-sisik ini bisa jadi  berbutir-butir ( granular ), datar dan halus, atau berlunas, yakni memiliki tonjolan memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik-sisik ini memiliki pori, lubang, bintil, atau bentuk-bentuk halus yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun yang harus menggunakan mikroskop. Sisik-sisik ular mungkin juga berubah bentuk dengan fungsi khusus, sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular derik .  Contoh modifikasi yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular. Sisik yang serupa kaca arloji ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai

(11)

brille  atau  spectacle. Sisik ini dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika ular berganti kulit. Beberapa variasi bentuk sisik itu, di antaranya:

Ø Membulat (sikloid), seperti sisik-sisik pada tubuh ular kawat dar i suku Typhlopidae. Ø Panjang meruncing dengan ujung lancip, misalnya pada ular gadung ( Ahaetulla

 prasina).

Ø Lebar serupa bentuk daun, misalnya pada ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris). Ø Sama lebar dan panjangnya, misalnya pada ular jali ( Ptyas korros)

Ø Berlunas kuat, seperti pada ular picung ( Rhabdophis subminiatus) dan kerabatnya. Ø Dengan dua ujung, seperti pada beberapa spesies ular Natrix.

Ø Serupa duri, bersusun sejajar. Contohnya pada ular lempe ( Lapemis)

Ø Seperti kenop yang besar dan tak saling tumpang-tindih, misalnya pada ular-lumpur Jawa ( Xenodermus javanicus)

3. Susunan sisik

Sisik-sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai sisik dorsal atau kostal (costal ). Sisik-sisik ini tersusun sebagai genting, yang disebut susunan imbrikata (imbricate), serupa dengan susunan sisik pada tubuh kadal dan bunglon. Sisik-sisik dorsal tersusun berderet-deret di sepanjang tubuhnya, berderet-deretan berikutnya terletak sedikit bergeser, sehingga sisik-sisik ini dari satu deret ke deret sebelahnya- nampak lurus pada garis diagonal. Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang ganjil jumlahnya, kecuali pada beberapa spesies semisal ular sapi ( Zaocys). Sementara, pada beberapa spesies ular laut dan ular-ular akuatik lainnya, sisik-sisik ini  berbutir-butir ( granular ) dan deretannya tak bisa dihitung.

Deretan sisik-sisik ini bervariasi banyaknya; biasanya dihitung pada kira-kira tengah  panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat, yakni beberapa jauh setelah leher;

tengah badan; dan beberapa jauh sebelum anus. Ular Spilotes pullatus  memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah badan, ular tangkai (Calamaria  spp.) memiliki 13 deret, ular sanca antara 65 – 75 deret, dan ular kadut sekitar 130 – 150 deret. Kebanyakan ular dari suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar, memiliki 15, 17, atau 19 deret sisik.

(12)

4. Tatanama sisik

Aneka sisik pada kepala dan tubuh ular ditunjukkan di bawah, dengan rujukan pada foto ular rumput Amphiesma stolata yang telah diberi kode nama sisik.

Ø Sisik-sisik kepala

Mengenali sisik-sisik di kepala ular paling mudah dilakukan dengan berpatokan pada nostril , yakni lubang hidung. Untuk ular-ular bandotan (Viperidae), hati-hati, karena lubang hidung ini dapat tertukar dengan dekik pipi penghidu bahang, yang letaknya lebih dekat ke mata. Lubang hidung biasa terletak di ujung moncong.

 Nostril atau lubang hidung ini umumnya bertepikan dua sisik yang dinamai perisai nasal . Perisai nasal yang sebelah muka dikenal pula sebagai pranasal (atau prenasal), sedangkan yang belakang (ke arah mata) disebut postnasal . Di atas moncong di sebelah depan, ada sepasang sisik yang menghubungkan perisai-perisai nasal di kanan dan kiri; sisik-sisik ini disebut

(13)

 perisai internasal . Sedangkan di depan sekali, di ujung bibir di antara pranasal kanan dan kiri, terdapat sisik yang dikenal sebagai perisai rostral (rostrum, paruh). Perisai rostral ini berlekuk di bawahnya sebagai tempat keluar masuk lidah.

Berderet di sepanjang bibir adalah perisai-perisai labial (labium, bibir). Sisik-sisik di bibir atas disebut sebagai perisai supralabial (atau labial atas); labial atas yang  pertama adalah yang terletak di belakang rostral. Sisik-sisik di bibir bawah disebut

sebagai perisai infralabial (atau labial bawah); labial bawah pertama terletak di  belakang sisik dagu yang paling ujung (depan) yang dikenal sebagai perisai mental .

Sisik-sisik di seputar mata dikenal sebagai sirkumorbital (circumorbital ) dan disebut perisai-perisai okular dengan ditambahi awalan tertentu untuk menunjukkan letaknya. Perisai okularnya sendiri sebetulnya adalah sisik transparan yang menutupi mata, yang serupa kaca arloji serta dikenal pula dengan berbagai nama (dalam bahasa Inggris)  seperti  spectacle, brille  atau eyecap. Sisik-sisik sirkumorbital di sebelah depan mata disebut praokular (atau preokular), yang di sebelah atas mata disebut supraokular, dan yang di belakang mata disebut postokular. Yang berada di bawah mata dan di atas perisai supralabial, jika ada, disebut subokular. Di muka preokular dan di belakang postnasal terletak perisai loreal (pipi).

Di atas kepala kebanyakan ular, di antara kedua matanya, biasanya berjajar tiga  buah sisik besar. Yang berada di tepi kanan dan kiri, tepat di atas mata, tadi telah disebutkan namanya yaitu supraokular. Yang tengah dan berukuran besar dikenal sebagai perisai frontal (dahi). Di sebelah mukanya, di antara perisai frontal dan internasal, terdapat sepasang perisai prafrontal (atau prefrontal). Sedangkan di  belakang perisai frontal dan supraokular terdapat sepasang perisai parietal (ubun-ubun), yang pada umumnya berukuran besar. Di sebelah parietal, di masing-masing sisi kepala di belakang postokular, berderet beberapa perisai temporal (pelipis); kebanyakan berukuran kecil-kecil memanjang. Susunan perisai temporal ini kerapkali dinyatakan sebagai kombinasi sejumlah perisai temporal depan (anterior temporal ) dan temporal belakang ( posterior temporal ).

(14)

Terminologi sisik-sisik di kepala ular, dengan  panduan diagram sisik kepala ular Coluber ventromaculatus menurut Malcolm A. Smith (1943).

ag – anterior genials alias perisai dagu depan

f  –  perisai frontal

in –  perisai internasal

l –  perisai loreal

la –  perisai supralabial atau labial atas

la' –  perisai infralabial atau labial bawah

m –  perisai mental

n –  perisai nasal

p –  perisai parietal

pf  –  perisai prefrontal

pg –  posterior genials atau perisai dagu belakang

pro –  perisai preokular

pso –  perisai presubokular

pto –  perisai post-okular

r –  perisai rostral

so –  perisai supraokular

t –  perisai temporal anterior dan posterior

v –  perisai ventral yang pertama (terdepan)

Di belakang perisai parietal umumnya hanya terdapat sisik tengkuk kecil-kecil, namun kadang-kadang pada beberapa jenis ular terdapat sisik-sisik besar yang dikenal

(15)

sebagai perisai oksipital. Sepasang perisai oksipital yang besar, misalnya, merupakan salah satu ciri pengenal ular anang alias king cobra (Ophiophagus hannah). Sedangkan adanya sebuah perisai oksipital tengah yang besar, yang memisahkan  parietal kiri dan kanan, adalah ciri milik ular pelangi ( Xenopeltis unicolor ).

Telah disebutkan sebelumnya, sisik dagu yang paling muka dikenal sebagai  perisai mental. Di belakangnya, diapit sisik-sisik labial bawah kiri dan kanan, terdapat sederet perisai dagu yang dapat dibedakan lebih lanjut antara perisai dagu depan (anterior chin shields) dengan perisai dagu belakang ( posterior chin shields). Di  belakangnya lagi terdapat deretan perisai  gular   (tenggorokan), yang membatasi  perisai-perisai ventral   (perut) di sisi bawah tubuh sebelah depan. Tepat di tengah dagu, memisahkan perisai-perisai dagu (dan juga sisik-sisik gular) kanan dan kiri, terdapat celah memanjang yang dikenal sebagai celah dagu (mental groove). Ular-ular tertentu yang termasuk kelompok Ular-ular siput ( Pareas carinatus), yakni anak-suku  Pareatine pada suku Colubridae, tidak memiliki celah dagu ini.

Ø Sisik-sisik di badan

Sisik-sisik yang menutupi tubuh ular sebelah atas dikenal sebagai sisik-sisik dorsal (dorsum, punggung) atau kostal. Ini adalah deretan sisik-sisik kecil mulai dari  belakang kepala (leher dan seterusnya) hingga sebelah atas dubur .  Deretan yang  paling atas (apabila dilihat dari samping tubuh) atau yang paling tengah (dari kanan

-kiri tubuh), kadang-kadang membesar dan memiliki bentuk yang berbeda dengan deretan di kanan kirinya; sisik-sisik yang demikian dikenal sebagai perisai vertebral karena terletak tepat di atas tulang punggung (vertebrae). Lihat pula uraian pada  bagian Susunan sisik di atas.

Sisik-sisik yang menutupi tubuh bagian bawah biasanya berupa sederetan sisik-sisik lebar namun sempit yang terletak melintang tubuh. Sisik-sisik-sisik yang umumnya licin keras ini dikenal sebagai perisai ventral (atau  gastrosteges) dan berguna dalam  pergerakan ular. Jumlahnya bervariasi bergantung kepada spesies ular yang  bersangkutan (yang juga bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin), dan dihitung mulai dari tenggorokan (setelah perisai gular) hingga, namun tidak termasuk,  perisai yang menutupi dubur.

(16)

Pada ular-ular yang tergolong primitif, seperti ular kawat (Typhlops), ular kadut ( Acrochordus), ular kepala-dua (Cylindrophis) dan beberapa yang lain, sisik-sisik ventral ini tidak berbeda bentuknya dari sisik-sisik dorsal. Pada ular-ular sanca sisik ventral ini sempit, hanya sekitar setengah lebar tubuhnya jika dilihat dari sisi bawah. 5. Sisik-sisik ekor

`Ekor ular adalah bagian yang terletak di belakang dubur (yang sebenarnya adalah kloaka). Menutupi dubur ini dan tepat di belakang deretan perisai ventral, terletak perisai anal (anus, dubur). Berbentuk serupa perisai ventral, perisai ini kadang-kadang tunggal dan kadang-kadang berbelah dua atau sepasang;  bergantung kepada spesiesnya.

Di sisi bawah ekor, di belakang dubur, biasanya terdapat deretan sisik-sisik besar yang menyerupai dan menjadi kelanjutan dari perisai ventral. Perisai-perisai ini dinamai subkaudal atau urosteges (cauda atau ura, ekor), dan sebagaimana perisai anal, perisai-perisai ini kadang-kadang tunggal atau berpasangan atau kombinasi keduanya, bergantung kepada spesiesnya. Ujung ekor amat bervariasi bentuknya, mulai dari meruncing biasa sebagaimana umumnya ular; menyerupai duri seperti pada ekor ular adder  ( Acanthophis), duri yang menulang seperti pada ular bandotan marga Lachesis, kerincingan kulit seperti pada ular derik (Crotalus), atau memipih seperti dayung (pada ular laut).[7]

F. PERGANTIAN KULIT (SHEDDING)

Shedding  (Ecdysis) adalah proses dimana ular periodik membuang bagian terluar dari kulit mereka. Kegiatan ini berada di bawah kontrol hormonal dan dikaitkan dengan

(17)

 pertumbuhan. Kebanyakan ular berganti kulit mereka 4-8 kali per tahun. Frekuensi shedding tergantung pada banyak faktor, termasuk suhu lingkungan, frekuensi makan, jumlah makan di setiap makan, dan tingkat aktivitas. Ular muda pergantian kulit lebih sering dari yang lebih tua karena pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa tahun pertama kehidupan.

Ular   sehat biasanya mengalami sedikit kesulitan atau tidak sama sekali dengan proses shedding dan  cenderung untuk menumpahkan kulit mereka dalam keadaan utuh secara keseluruhan. Pengecualian ini termasuk ular dengan luka pada kulit dan atau timbangan yang mengakibatkan bekas luka, dan ular ditempatkan di kandang dengan suhu sub-optimal dan atau relatif tingkat kelembaban. terkait Tekanan dengan shedding sangat besar.Ular yang sakit atau tidak sehat,  mereka yang menderita kekurangan gizi, Ular ini cenderung untuk mengelupaskan kulit mereka  di potong. Bahkan, banyak dari potongan-potongan tetap menempel pada kulit yang mendasari mata (mata topi dipertahankan).

Proses  shedding didahului oleh suatu periode tidak aktif. Periode ini biasanya  berlangsung 1-2 minggu, selama waktu tersebutpenampilan mata mulai memperlihatkan yaitu kusam putih kebiruan. Selama periode ini, visi ular terganggu, yang menyebabkan mereka agak tak terduga dan terkadang agresif. Kulit selama periode ini cenderung memiliki penampilan membosankan secara keseluruhan. Kulit baru yang mendasari adalah lembut dan rentan terhadap kerusakan sementara lapisan luar mempersiapkan diri untuk mendesau pergi.

Mata  kembali menjadi transparan setelah 7-15 hari dan shedding dimulai. Seekor ular akan menggunakan benda kasar atau permukaan dalam kandang untuk membantu melepaskan kulit. Shedding dimulai dengan kulit kepala. Setelah ular telah melonggarkan dan copot kulit di sekitarnya mulut dan hidung, itu kemudian melewati antara obyek kasar yang dapat menjebak kulit longgar dan tahan seperti ular meluncur keluar dari kulit "lama". Kulit tampak kering dan dibuang seperti tabung atau lembab dan kusut di gugurkan soliter. Banyak ular buang air besar setelahproses shedding sukses, atau mengkonsumsi sejumlah besar air.[8]

G. MACAM-MACAM ULAR

Ular ada yang ber  bisa (memiliki racun, venom/venomous), namun banyak pula yang tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang. Ular-ular primitif, seperti ular kawat,  ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca,  tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku

(18)

Colubridae; akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia  biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok ,  ular belang, ular cabai, dll.),Hydrophiidae (ular -ular laut), danViperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular  bandotan). Beberapa jenisnya, sebagai contoh:

Ø suku Typhlopidae

o ular kawat ( Rhamphotyphlops braminus)

Ø suku Cylindrophiidae

o ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)

Ø suku Pythonidae

o ular sanca kembang ( Python reticulatus)

o ular peraca ( P. curtus)

o ular sanca hijau. ( Morelia viridis' )

Ø suku Acrochordidae

(19)

Ø suku Xenopeltidae

o ular pelangi ( Xenopeltis unicolor )

Ø suku Colubridae

o ular siput ( Pareas carinatus)

o ular-air pelangi ( Enhydris enhydris) o ular kadut belang ( Homalopsis buccata) o ular cecak ( Lycodon capucinus)

o ular gadung ( Ahaetulla prasina) o ular cincin mas ( Boiga dendrophila) o ular terbang (Chrysopelea paradisi) o ular tambang ( Dendrelaphis pictus)

(20)

o ular birang (Oligodon octolineatus) o ular tikus atau ular jali ( Ptyas korros) o ular babi ( Elaphe flavolineata)

o ular serasah (Sibynophis geminatus) o ular sapi ( Zaocys carinatus)

o ular picung ( Rhabdophis subminiata) o ular kisik ( Xenochrophis vittatus)

Ø suku Elapidae

o ular cabai ( Maticora intestinalis)

o ular weling ( Bungarus candidus) o ular sendok ( Naja spp.)

o ular king-cobra (Ophiophagus hannah)

Ø suku Viperidae

o ular bandotan puspo (Vipera russelli) o ular tanah (Calloselasma rhodostoma) o ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)

H. ULAR DAN MANUSIA

Dalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap sebagai musuh manusia. Dalam Alkitab (Perjanjian Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk  Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari Taman Eden. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil sebagai penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw.  pun ada anjuran untuk membunuh ‘ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah’.

Anggapan-anggapan ini, bagaimanapun, turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa benci, jika bukan takut, kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang

(21)

 beralasan, atau lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular –  apalagi yang sampai menyebabkan kematian –  sangat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus kecelakaan di jalan raya, atau kasus kematian (oleh penyakit) akibat gigitan nyamuk.

Pada pihak yang lain, ular pun telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi, terutama di Tiongkok  dan daerah Timur lainnya. Sementara itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya  biawak ,  kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah pertahun.

Dalam kenyataannya, ular justru kini semakin punah akibat aneka penangkapan,  pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan lingkungan hidupnya. Ular-ular yang dulu turut serta berperan dalam mengontrol  populasi tikus di sawah dan kebun, kini umumnya telah habis atau menyusut jumlahnya. Maka tidak heran, di tempat-tempat yang sawah dan padinya rusak dilanda gerombolan tikus, seperti di beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Jogjakarta, petani setempat kini memerlukan untuk melepaskan kembali (reintroduksi) berjenis- jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.

Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunya keistimewaan ada ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan disekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan  pandangnnya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat. Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau  binatang lainnya.

Lubang yang terdapat antara mata dan mulut ular dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas) - organ ini biasa disebut ceruk atau organ Jacobson. Ular juga dapat mengetahui  perubahan suhu karena kedatangan mahluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk yang  peka sekali.

Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut  pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan

(22)

manusia. Rata rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mambaa di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, sebagai  perbandingan, dapat berlari antara 16-24 km per jam.[9]

I. MANFAAT ULAR

Bisa ular secara garis besar dapat kita kategorikan dalam dua jenis, yaitu neurotoxin dan hemotoxin. Neurotoxin adalah racun yang melumpuhkan sistem pernafasan dan merusak otak korban. Adapun hemotoxin adalah racun yang merusak sel-sel hingga darah menggumpal dan  berujung pada kematian. Bisa ular juga mengandung berbagai enzim berbahaya, namun bisa pula sangat berguna. Sedikitnya terdapat 20 jenis enzim pada bisa ular. Komposisi masing-masing enzim berbeda-beda, tergantung jenis ularnya. Salah satu enzim yang terdapat dalam bisa ular adalah proteinase.

Gigitan ular yang mengeluarkan bisa yang mengandung proteinase akan menyebabkan  jaringan kulit dan otot mati secara cepat. Tapi, menurut sebuah penelitian di Australia, dalam dosis tertentu enzim proteinase dapat mengobati kanker. Enzim lain yang cukup populer ada  pada bisa ular adalah cholin esterase. Enzim ini biasanya menyerang sistem saraf dan membuat otot menjadi kendur.Enzim cholin esterase dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung dan stroke.

 Norbert Zimmermann, seorang ahli pengobatan dari Bottrop Jerman, melakukan riset terhadap bisa ular untuk mengobati alergi. Caranya, memasukkan alergen yang ada dalam bisa ular ke dalam tubuh pasien secara bertahap dalam dosis ringan. Lalu, dosisnya akan terus dinaikkan hingga tubuh pasien menciptakan kekebalan atau antibodi terhadap zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuhnya. Cara ini akan meningkatkan kekebalan dalam tubuh.[10] Selain itu kulit ular dijadikan bahan baku untuk kerajinan tas, sabuk, dompet, dan sepatu.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. HMPB Painting. Bandung

Djarubito, mukayat brotowijoyo.2004. Zoologi Dasar Universitas Jilid 2.Universitas Gajah Mada Press: Yogyakarta

(23)

ularindonesia.com/wp-content/uploads/.../makalah-sioux-2009.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Ular http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Dari-Kamu/Tanya-Nesi/Pelajaran-Sekolah/Bagaimana-Ular-Mencerna-Makanan http://www.siouxindonesia.org/?page_id=35 http://binatangpoerba.wordpress.com/2011/09/27/macam-macam-bisa-ular/ http://id.wikipedia.org/wiki/Sisik_ular http://www.animalhospitals-usa.com/reptiles/snakes/snake-shedding.html http://id.wikipedia.org/wiki/Ular http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1950680-manfaat-ular-dari-sudut-medis/

[1] Kurniati, tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. HMPB Painting. Bandung

[2]  ularindonesia.com/wp-content/uploads/.../makalah-sioux-2009.pdf [3]http://id.wikipedia.org/wiki/Ular [4]  http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Dari-Kamu/Tanya-Nesi/Pelajaran-Sekolah/Bagaimana-Ular-Mencerna-Makanan [5]  http://www.siouxindonesia.org/?page_id=35 [6]  http://binatangpoerba.wordpress.com/2011/09/27/macam-macam-bisa-ular/ [7]  http://id.wikipedia.org/wiki/Sisik_ular [8]http://www.animalhospitals-usa.com/reptiles/snakes/snake-shedding.html [9]http://id.wikipedia.org/wiki/Ular  [10] http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1950680-manfaat-ular-dari-sudut-medis/

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pendapat di atas tentang cara menerapkan manajemen sumber daya manusia, jika dikaitkan dengan rencana perubahan manajemen SDM aparatur dalam road

Apabila melakukan hal-hal yang cercela, baik melakukan dosa kepada Allah serta durhaka kepada kedua orang tuanya, maka yang harus diperhatikan oleh seorang anak

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan (eksplorasi), model pedagogi yang dipilih dalam pengembangan pembelajaran online adalah model yang dibangun atas teori

Perubahan bagian dari inti baja dari austenit menjadi martensit selalu disertai dengan perubahan volume ditambah pula perbedaan suhu antara kulit dan inti dari

BENGAWAN SOLO COFFEE”.Tugas akhir ini ditujukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu

pihak Unit Jasa Keuangan Syari’ah pada Koperasi Serba Usaha Alhambra Surabaya untuk pengunaan keperluan pembiayaan modal kerja dengan mengunakan skema murābaḥah dan

Padahal mahasiswa tersebut merupakan salah satu aktivis LDM yang mengaku setelah mengikuti organisasi ini memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat berkembang dan berubah menjadi