SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi Oleh :
EKO MUJI SANTOSO 0513010145/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Puji Syukur penulis panjatkan Kehadiran Allah SWT atas limpahan
berkah, rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian
Kredit Simpan Pinjam Pada Nasabah Di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita
Surabaya.” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagi persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini seringkali
menghadapi hambatan dan keterbatasan ndalam berbagai hal. Namun, karena
dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS, Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jawa Timur.
4. Ibu DR. Sri Trisnanngsih, Msi. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.
6. Seluruh angota di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya tanpa
terkecuali yang telah berpartisipasi khususnya dalam pembrian data.
8. Keluarga Besar Subur Santoso.
9.. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila
skripsi jauh dari sempurna, dan dengan rendah hati bersedia menerima segala
saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya penulis.
Surabaya, November 2010
Kata Pengantar ………. i
Daftar Isi ……..……….. iii
Daftar Tabel………. vii
Daftar Gambar ……….. ix
Daftar Lampiran ………. x
Abstraksi ………. xi
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Pengertian Umum Tentang perkoprasian ... .15
2.2.1.1. Asal Kata”Koprasi”... 12
2.2.1.2. Pengertian Umum Koperasi ... 13
2.2.1.3. Sejarah Perkembangan Koperasi Indonesia ... 15
2.2.1.4. Jenis-Jenis dan Bentuk Koperasi ... 19
2.2.1.4.1. Jenis-Jenis Koperasi ... 19
2.2.1.5.1. Landasan-Landasan Koperasi ... 22
2.2.1.5.2. Asas Koperasi Indonesia ... 23
2.2.1.5.3. Tujuan Koperasi indonesia ... 24
2.2..1.6. Fungsi, peranan dan prinsip Koperasi Indonesia .... 24
2.2.1.6.1 Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia ... 24
2.2.1.6.2. Prinsip Koperasi Indonesia ... 25
2.2.1.7. Lapangan usaha dan Permodalan Koperasi ... 25
2.2.1.7.1. Lapangan Usaha ... 25
2.2.1.7.2. Permodalan Koperasi ... 26
2.2.2. Kredit ... 27
2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 27
2.2.3. Unsur-Unsur Kredit ... 28
2.2.4. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 29
2.2.4.1. Tujuan Kredit ... 29
2.2.4.2. Fungsi kredit ... 29
2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ... 31
2.2.6. Resiko Kredit ... 33
2.2.7. Kebijaksanaan Kredit ... 34
2.2.8. Laporan Keuangan koperasi ... 36
Bab III Metode Penelitian
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 43
3.2.1. Populasi ... 43
3.2.2. Sampel ... ... 43
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1 Jenis Data ... 44
3.3.2. Sumber Data ... 44
3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... 45
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 44
3.4.1.1. Uji Autokorelasi ... 44
3.4.1.2. Uji Multikolinier ... 45
3.4.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 46
3.4.1.4. Uji Normalitas ... 46
3.4.2. Teknik Analisis ... 47
3.4.3. Uji Hipotesis ... 47
Oleh :
EKO MUJI SANTOSO 0513010145 / FE / AK
ABSTRAKSI
Pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyedia kebutuhan dana yang berasaskan kekeluargaan adalah koperasi yang dapat memberikan kredit dengan syarat-syarat tertentu dengan tujuan untuk memperkecil resiko yang mungkin timbul dari jumlah kredit. Oleh karena itu pihak koperasi selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam jumlah memberikan kredit. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini mengambil judul mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah pemberian kredit simpan pinjam pada nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pertambahan dana dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit serta untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap pertambahan dana dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam pada nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi linier berganda beserta pengujian asumsi klasik regresi yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, dimana data yang digunakan adalah sampel dari 10 tahun mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 dalam bentuk tahunan.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa pertambahan dana dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam, sebagian teruji kebenarannya, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pertambahan dana tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit, sedangkan peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.serta jaminan memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.
By:
EKO Muji SANTOSO 0513010145 / FE / AK
ABSTRACT
The implementation of national development which is based on family need to be constantly maintained. To achieve these objectives, the implementation of economic
development should be more concerned with harmony, harmony and balance the elements of equitable development, national stability and economic growth. One of
the providers of funds is based on family needs is a cooperative that can provide credit to certain conditions in order to minimize risks that may arise from the amount of credit. Therefore, the cooperative always consider various factors in the amount of
giving credit. Based on that idea, this research takes the title of several factors that affect the amount of credit to customers in savings and loans cooperatives Setia
Bhakti Women Women Surabaya.
The purpose of this study was to determine whether the added funds and collateral effect on the amount of lending as well as to determine which factors most influence
the funding and guarantees affect the amount of credit to customers in savings and loans cooperatives Setia Bhakti Women Women Surabaya.The research method used in this study is by multiple linear regression analysis with the assumption of classical regression testing, followed by hypothesis testing, where the data used is a
sample of 10 years from 1999 until 2008 in the form of an annual.
Conclusions obtained in this study is that the added funds and guarantee significant effect on the amount of savings and loan lending, partly verified, because the results of this study indicate that the increase in added funds did not contribute significantly to increasing the amount of credit, while increasing security contributions a significant
effect on increasing the amount of collateral kredit.serta have a more dominant influence on the amount of savings and loan lending, because the results of this study indicate that the increased security that contributes significantly to the increase
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan pembangunan nasional
yang berasaskan kekeluargaan perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih
memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur
pemerataan pembangunan, stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi.
Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa “perekonomian disusun
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”, maka badan usaha koperasi sesuai
dengan bentuk badan usaha yang dimaksud pasal tersebut di atas. Koperasi adalah
suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai
manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela
masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas
tanggungan bersama (Hendrojogi, 2004 : 22).
Salah satu makna yang terkandung dalam UU No.25 tahun 1992
memberikan keleluasaan sepenuhnya kepada koperasi untuk mengembangkan
dirinya untuk mewujudkan keberadaannya sebagai badan usaha sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat. Perekonomian juga mempunyai peranan penting karena
perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal sehingga laba bukan
merupakan ukuran utama untuk mensejahterahkan anggota.
Manfaat yang diterima anggota lebih diutamakan daripada laba, meskipun
demikian harus diusahakan agar koperasi tidak menderita rugi, tujuan ini dicapai
dengan karya dan jasa yang disumbangkan. Untuk mengetahui seberapa jauh
kemungkinan calon debitur memenuhi kewajibannya dan mengatur
kemampuannya dalam melunasi utang pokok dan bunga serta sekaligus usaha
untuk memperkecil resiko yang mungkin timbul dan pemberian kredit, maka
pihak koperasi akan melakukan analisa kredit yang menyangkut beberapa aspek,
yang sering di kenal the five C’s of credit adalah:
1. Character artinya watak, kelakuan, tabiat dari debitor dengan adanya etikat
baik serta kemampuan untuk membayar kredit yang diambil.
2. Capacity artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang ia
terima.
3. Capital merupakan permodalan dari debitor yang biasanya dapat dilihat dari
neraca. Permodalan dalam hal ini adalah modal kerja yang diperoleh dari
selisih antara Current Assets dan Curren Liabilities. Current Asset adalah
aktiva-aktiva yang setiap waktu dapat tersedia untuk memenuhi segala
kewajiban jangka pendek.
4. Collateral mempunyai arti jaminan atau dalam istilah perbankan adalah
agunan. Agunan ini pada umumnya berupa barang bergerak maupun barang
tidak bergerak yang kesemuanya itu sangat bertalian dengan nilai kredit yang
5. Condition yang dimaksudkan disini adalah kondisi mengenai perekonomian
secara umum serta kondisi dari debitor mengenai keadaan usahanya di masa
kini dan masa mendatang, kesemuanya itu sangat erat dengan tingkat bunga
atas kredit yang diambil.
(Harijanto, 1996 : 9).
Proses analisa pemberian kredit pada calon debitur dapat mencapai sasaran
sekaligus memperoleh pendapatan dan laba jika memperhatikan beberapa
aspek-aspek di atas.
Dalam rangka memberikan bantuan kepada anggotanya maka koperasi
memberikan bantuan berupa pemberian kredit simpan pinjam, sehingga didalam
memperhatikan permintaan kredit simpan pinjam cukup besar, salah satunya
perhatian utama yang harus diperhatikan oleh setiap koperasi dalam merumuskan
setiap petujuan atas permohonan kredit adalah seberapa besar dana yang tersedia
untuk pemberian kredit bagi jasa anggota koperasi sebagai lembaga ekonomi
rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang yang mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan kepercayaan tersebut dengan menjaga dana
yang disalurkan melalui fasilitas pemberian kredit dapat diberikan kepada anggota
yang benar-benar membutuhkan.
Beberapa tahun terakhir ini Koperasi Setia Bhakti Wanita selalu mengalami
kenaikan jumlah nasabah kredit dan juga kredit yang diberikan sehingga selalu
mengalami keuntungan atau SHU yang meningkat, tetapi belum maksimal hal ini
disebabkan pengelolaan perkreditan mempunyai beberapa hal yang cukup rumit
1. Antara nasabah yang satu dengan nasabah yang lain mempunyai perbedaan
permasalahan dan kemampuan.
2. Proses jangka perkreditan selalu dihadapkan pada masa depan yang serba tidak
pasti.
3. Terbatasnya jumlah dana yang tersedia untuk kredit simpan pinjam.
4. Banyaknya anggota yang memerlukan kredit simpan pinjam.
Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan calon debitur
memenuhi kewajibannya dan sekaligus mengukur kemampuannya dalam
melunasi kewajibannya, maka pihak koperasi akan melaksanakan analisis kredit
yang meliputi berbagai aspek. Proses analisis pemberian kredit oleh koperasi pada
prinsipnya adalah agar pemberian kredit kepada calon debitur dapat mencapai
sasaran. Untuk itu koperasi dituntut lebih hati-hati dalam melakukan penilaian
maupun pelakasanaan dalam pemberian kredit.
Berdasarkan uraian di atas maka objek penelitian ini diberi judul “Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada
Nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Apakah pertambahan dana dan jaminan akan berpengaruh terhadap keputusan
pemberian kredit simpan pinjam?
2. Manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana dengan jaminan
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah pertambahan dana dan jaminan akan berpengaruh
terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.
2. Untuk mengetahui manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana
dengan jaminan terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
koperasi, terutama tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan
besarnya pemberian kredit simpan pinjam di Koperasi.
2. Bagi Koperasi
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi lingkungan koperasi
khususnya Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dalam pemberian kredit
simpan pinjam.
3. Bagi Universitas
Menyediakan bahan referensi bagi peneliti yang akan datang dengan materi
yang berhubungan untuk pedoman penelitian selanjutnya khususnya Fakultas
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai
sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara
lain :
A. Wulan Puspita Sari (Universitas Pembangunan Nasional, 2004), dengan Judul
“Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Investasi
pada Bank Rakyat Indonesia Unit Wonocolo Surabaya”.
a. Perumusan masalah.
“Apakah target laba usaha, target pendapatan dan jaminan berpengaruh
terhadap jumlah pemberian kredit investasi di Bank Rakyat Indonesia Unit
Wonocolo Surabaya”.
b. Variabel yang digunakan.
1. Keputusan pemberian kredit investasi (Y).
2. Target laba usaha (X1).
3. Target pendapatan (X2).
4. Jaminan (X3).
c. Hipotesis.
Diduga bahwa laba usaha, target pendapatan dan jaminan berpengaruh
terhadap jumlah pemberian kredit investasi di Bank Rakyat Indonesia unit
d. Kesimpulan.
1. Secara simultan Target Laba Usaha, Target Pendapatan dan Jaminan
berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan
oleh BRI unit Wonocolo Surabaya, dimana hal tersebut dapat diketahui dari
nilai F tabel sebesar 3,24.
2. Secara parsial Target Laba Usaha (X1) berpengaruh signifikan terhadap
Jumlah Pemberian Kredit (Y) yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo
Surabaya sedangkan Target Pendapatan (X2) dan Jaminan (X3) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit (Y) yang
diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya.
3. Target Laba Usaha merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
besarnya Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo
Surabaya, dimana hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung sebesar 2,182
yang merupakan nilai paling besar diantara nilai t hitung dua variable
lainnya.
4. Perubahan Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan oleh BRI unit
Wonocolo Surabaya dipengaruhi oleh Target Laba Usaha, Target
pendapatan, Jaminan sebesar 54,2% sedangkan sisanya sebesar 45,8%
lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel lain di luar penelitian
ini.
B. Dian Meilana (Universitas Pembangunan Nasional, 2005), dengan judul
”Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Besarnya Pemberian Kredit
1. Perumusan Masalah
a. Apakah pertambahan dana (X1), alokasi dana (X2) dan realisasi pendapatan
anggota (X3) berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan
pinjam (Y).
b. Manakah yang paling berpengaruh diantara pertambahan dana (X1), alokasi
dana (X2) dan realisasi pendapatan anggota (X3) terhadap keputusan
pemberian kredit simpan pinjam (Y).
2. Variabel yang digunakan
a. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam (Y).
b. Pertambahan dana (X1).
c. Alokasi dana (X2).
d. Realisasi pendapatan anggota (X3).
3. Hipotesis
Diduga pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pemberian kredit.
4. Kesimpulan
a. Hipotesis I yang menyatakan bahwa pertambahan dana, alokasi dana dan
realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan pemberian
kredit, terbukti kebenarannya.
b. Hipotesis II yang menyatakan bahwa alokasi dana memiliki pengaruh yang
lebih dominan terhadap keputusan pemberian kredit, terbukti kebenarannya.
C. Chrima Mardikawati (Universitas Pembangunan Nasional, 2006), dengan judul :
Anggota Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada Koperasi
Pegawai Negara “Beringin” di Tuban.
1. Perumusan masalah.
a. Apakah pertambahan dana, alokasi dana serta realisasi pendapatan anggota
berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam ?
b. Manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana, alokasi dana
serta realisasi pendapatan anggota terhadap keputusan pemberian kredit
simpan pinjam ?
2. Variabel yang digunakan
a. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam (Y).
b. Pertambahan dana (X1).
c. Alokasi dana (X2).
d. Realisasi pendapatan anggota (X3).
3. Hipotesis
Bahwa pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota
berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.
4. Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil
penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari
penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pertambahan dana, alokasi dana
dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan
pemberian kredit simpan pinjam telah terbukti kebenarannya. Dengan
tidak ikut dimasukkan ke dalam model regresi karena terjadinya gejala
multikolinearitas pada variabel tersebut.
b. Sedangkan untuk hipotesis yang kedua yang menyatakan bahwa alokasi
dana mempunyai pengaruh yang paling dominan di banding dengan
pertambahan dana dan realisasi pendapatan anggota terhadap keputusan
pemberian kredit simpan pinjam tidak terbukti kebenarannya.
c. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam kepada anggota menunjukkan
bahwa koperasi berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota dengan
memberikan bantuan berupa pemberian kredit simpan pinjam serta menjaga
dana yang disalurkan melalui fasilitas pemberian kredit kepada anggota
yang benar-benar membutuhkan.
D. Farid Tribune Uniqeu (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007), dengan
judul “Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Pada
Debitur PT. Wom Finance Surakarta”
1. Perumusan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah faktor pendapatan berpengaruh terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?
b. Apakah faktor karakter berpengaruh terhadap pemberian kredit kendaraan
bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?
c. Apakah faktor jaminan berpengaruh terhadap pemberian kredit kendaraan
d. Variabel apakah yang berpengaruh dominan terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?
2. Variabel yang digunakan
Y = Pemberian Kredit
X1 = Pendapatan
X2 = Karakter
X3 = Jaminan
3. Hipotesis
a. Diduga faktor pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.
b. Diduga faktor karakter berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.
c. Diduga faktor jaminan berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.
d. Diduga variabel pendapatan berpengaruh dominan terhadap pemberian
kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.
4. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh
pendapatan, karakter dan jaminan terhadap pemberian kredit maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan, secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai signifikansi sebesar 0,010 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan
pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta”
terbukti.
b. Berdasarkan hasil uji t variabel karakter, secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi sebesar 0,039 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan
bahwa “Diduga faktor karakter berpengaruh signifikan terhadap pemberian
kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.” terbukti.
c. Berdasarkan hasil uji t variabel jaminan, secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan
bahwa “Diduga faktor jaminan berpengaruh signifikan terhadap pemberian
kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta” terbukti.
d. Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi dan t hitung yang lebih
tinggi dibandingkan dengan variabel karakter dan jaminan yaitu sebesar
2,764, sedangkan karakter sebesar 2,164 dan jaminan sebesar 2,612, hal ini
berarti pendapatan merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap
pemberian kredit, jadi hipotesis keempat yang menyatakan bahwa “Diduga
variabel pendapatan berpengaruh dominan terhadap pemberian kredit
kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta” terbukti
kebenarannya.
e. Berdasarkan hasil uji F, variabel pendapatan, karakter dan jaminan secara
bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian
E. Chandra Dewi (Universitas Diponegoro, 2009), dengan judul ”Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit Dan Dampaknya Terhadap Non
Perfoming Loan”
1. Perumusan masalah.
a. Bagaimana pengaruh Kondisi Internal BPR Terhadap Strategi Pemberian
Kredit?
b. Bagaimana pengaruh Kondisi Calon Debitur BPR Terhadap Strategi
Pemberian Kredit?
c. Bagaimana pengaruh Kondisi Lingkungan BPR Terhadap Strategi
Pemberian Kredit?
d. Bagaimana pengaruh Strategi Pemberian Kredit Terhadap Non Perfoming
Loan?
2. Variabel yang digunakan
INT = Kondisi Internal BPR
DEB = Kondisi Calon Debitur BPR
LIN = Kondisi Lingkungan BPR
STR = Strategi Pemberian Kredit
NPL = Non Perfoming Loan
3. Kesimpulan.
a. Kondisi internal BPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi
pemberian kredit.
b. Kondisi Calon Debitur berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi
c. Kondisi lingkungan BPR dan strategi pemberian kredit menunjukkan bahwa
kondisi lingkungan BPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
strategi pemberian kredit.
d. Strategi pemberian kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL.
Dari penelitian-penelitian itu, penelitian sekarang berbeda dengan penelitian di
atas. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah tempat
penelitian dan variabel penelitian, oleh karena itu penelitian ini bukan merupakan
replikasi. Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan sekarang ini dengan
penelitian terdahulu yaitu dalam hal hipotesis statistik yang digunakan (regresi linear
berganda).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Umum Tentang Perkoperasian 2.2.1.1. Asal Kata “Koperasi”
Koperasi berasal dari bahasa Inggris Cooperation yang berarti kerjasama yaitu
dari kata “Co” yang berarti bersama-sama dan “Operation” yang berarti bekerja.
Koperasi dari bahasa Belanda adalah Cooperatie. Dari kata Cooperation terus
berkembang ke dalam bahasa Indonesia menjadi koperasi. Perubahan penulisan itu
berlaku sejak dibuatnya Undang-Undang Koperasi No.79 Tahun 1958 dimana kata
kooperasi diubah menjadi koperasi.
2.2.1.2. Pengertian Umum Koperasi
Dalam hukum keberadaan koperasi di indonesia adalah pasal 33 UUD 1945
pasal 33 UUD 1945 antara lain dikemukakan: ”Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
ialah koperasi.” Sedangkan menurut pasal 1 UU No.25/1992, yang dimaksud dengan
Koperasi di Indonesia adalah:
Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi
dengan melakukan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.(Revrisond
Baswir, 1997 : 8).
Sedangkan definisi lain “koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang
yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia,dengan tidak memandang haluan
agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan
bersama yang bersifat kebendaan atas tanggung bersama.”
Kalau kita pelajari definisi tersebut lebih lanjut,maka tampak bahwa definisi
tersebut mengandung:
a. Unsur demokrasi;
b. Unsur sosial;
c. Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.
Kata-kata yang terdapat dalam definisi tersebut selanjutnya dapat diterangkan
sebagai berikut:
1. Kumpulan orang-orang:
Menjelaskan bahwa dalam koperasi yang diutamakan bukanlah modal atau uang,
tetapi orang-orang sebagai anggota dan masing-masing anggota mempunyai hak
suara yang sama. Berbeda dengan Perseroan Terbatas, di mana besar kecilnya
2. Persamaan derajat:
Menjelaskan bahwa dalam keanggotaan, koperasi tidak membedakan pria dan
wanita,pesuruh atau kepala bagian atau direktur. Mereka masing-masing
mempunyai hak suara yang sama, yaitu setiap anggota 1 suara.
3. Tidak memandang haluan agama dan politik:
Dimaksud agar janganlah koperasi itu dibawa kesalah satu aliran agama atau
politik. Unsur ini merupakan salah satu asas dari asas-asas Rochdale. Beliau
menekankan unsur ini dalam definisi,karena tampaknya beliau melihat bahwa di
negara-negara tirai besi dan dalam beberapa kongres ICA (The International
Cooperative Alliance) telah ada usaha-usaha untuk membawa koperasi ke salah
satu aliran politik, khususnya ke aliran sosialisme.
4. Sukarela:
Menerangkan bahwa keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan dan bahwa
seseorang itu bebas keluar masuk menjadi anggota.
5. Sekadar memenuhi kebutuhan dan seterusnya.
Kalimat ini mengandung 2 pengertian, yaitu:
a. Bahwa koperasi itu tidak mencari keuntungan;
b. Menunjukkan bahwa koperasi itu hendaknya berusaha di bidang kebutuhan
pokok dari anggota-anggotanya untuk hidup sederhana.
6. Tanggungan bersama:
Dimaksudkan untuk menahan rasa tanggung jawab anggota terhadap:
a)Kewajiban mereka sehari-hari;
b)Kewajiban mereka di kemudian hari,bila misalnya koperasi kemudian
2.2.1.3. Sejarah Perkembangan Koperasi Indonesia “Koperasi Indonesia (Kartasapoetra, dkk, 2003:63-68)” 1) Periode Penjajah Belanda
a. Raden Aria Wirjaatmadja (Patih Purwokerto) sebagai seorang yang rasa
sosialnya tebal ia sangat tertarik untuk memperbaiki nasib para pegawai negeri
di daerahnya yang hidup dalam keadaan tertekan oleh utang. Dengan mendapat
bantuan moril atau dorongan-dorongan dari E. Sieburgh (sebagai atasanya)
pada tahun 1891 didirikan Bank Penolong dan Penyimpanan di Purwokerto,
yang maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang.
b. Budi Utomo (sebuah pergerakan kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah
pimpinan Sutomo dan Gunawan Mangkusumo) sebagai kita ketahui Budi
Utamo lahir dengan mengemban tugas untuk meningkatkan pendidikan dan
kebudayaan di kalangan putera-putri kita, terciptanyan generasi yang cerdas
dan trampil akan mempunyai kesanggupan dan atau kemampuan untuk
membebaskan bangsanya dari cengkraman penjajah.
c. H. Samanhudi, yang pada tahun 1911 sebagai pimpinan Sarikat Dagang Islam
(SDI),yang pada tahun 1912 dengan pimpinan H. Samanhudi dan H.O.S
Tjokroaminoto telah berubah namanya menjadi Serikat Islam (SI) bertujuan
mengimbangkan dan atau menentang politik pemerintah kolonial yang telah
memberikan fasilitas-fasilitas yang longgar dan menguntungkan para pedagang
asing,sedang para pedagang pribumi mendapat tekanan sehingga sulit sekali
untuk berkembang. Cita-cita pergerakan ini untuk mengembangkan koperasi di
kalangan penduduk telah lahirnya toko-toko koperasi yang juga mengalami
d. Partai Nasional Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir. Soekarno yang
pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang marhaen, ternyata lebih berhasil
dalam pembentukan dan pengembangan perkoperasian di tanah air kita. Pada
tahun 1929 dalam kongresnya di Jakarta, partai ini telah mengobarkan
semangat berkoperasi di kalangan golongan mudanya, di antaranya mereka ini
kebanyakan telah memahami secara luas tentang perkoperasian yang bergerak
di luar negeri, dari beberapa buku yang telah di pelajarinya. Pengetahuan
tersebut selanjutnya dipraktekan setelah kepentingan-kepentingan penduduk,
sehingga dapat berkembang dan mencapai optimalitas pada tahun 1932 setelah
mana terjadi kembali kemunduran.
2) Periode Kemerdekaan
a. Tentang perkoperasian ini telah dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang
Dasar 1945 yang mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 18 Agustus 1945.
pasal tersebut terutama ayat (1) menjamin berlangsungnya perkoperasian di
negara kita dengan menjamin peranan yang penting dalam mengembangkan
perekonomian rakyat Indonesia.
b. Pada tanggal 11 juli sampai dengan 14 juli 1947, gerakan Koperasi Indonesia
dalam alam kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama
bertempat di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres ini dan keputusan-keputusan
yang dihasilkannya telah memberi warna, bahwa gerakan koperasi Indonesia
merupakan alat perjuangan di bidang ekonomi dan pembangunan untuk
mencapai cita-cita kemerdekaan yaitu terbangunnya Masyarakat Adil dan
c. Pada tahun 1960 dengan Instruksi Presiden Nomor 2, telah dibentuk
BAPENGKOP (Badan Penggerak Koperasi ), beranggotakan para petugas
pemerintah.
d. Bertepatan dengan Hari Kartini (21 April 1961), dengan bertempat di surabaya,
telah diselenggarakan Musyawarah Nasional ke-I, dengan tujuna untuk lebih
menyempurnakan dan atau menjelaskan perkoperasian nasional (program dan
organisasinya) dengan garis-garis/langkah-langkah ekonomi terpimpinnya
Bung Karno.
e. Musyawarah Nasional Koperasi ke-II (MUNASKOP II), dengan bertempat di
jakarta pada bulan Agustus 1965 telah disenggarakan Musyawarah Nasional
Koperasi ke-II.
3) Periode Orde Baru
a. Undang-Undang No.12 Tahun 1967 (tentang Pokok-pokok Perkoperasian),
telah dapat dipisahkan oleh Pj. Presiden pada tanggal 18 Desember 1967, LN
1967 No. 23 ; dan berlaku hingga sekarang.
2.2.1.4. Jenis-Jenis Koperasi
Dasar untuk menentukan jenis koperasi menurut Undang-Undang No.25 Thaun
1992 pasal 16 adalah kesamaan aktifitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi
anggotanya,seperti :
a. Menurut Sifat Usahanya
1) Koperasi Konsumsi, yang berusaha untuk menyediakan barang-barang yang
barang-barang sekunder yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para
anggotanya, dalam arti dapat dijangkau oleh daya belinya.
2) Koperasi Simpan Pinjam, yang berusaha untuk mencegah para anggotanya
terlibat dalam jeratan lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah
uang atau barang keperluan hidupnya dengan jumlah uang atau barang dengan
bunga serendah-rendahnya.
3) Koperasi Produksi, yang berusaha untuk menggiatkan para anggotanya dalam
menghasilkan produk tertentu yang diproduksinya serta sekaligus
mengkoordinir pemasarannya sehingga akan memperoleh bunga yang wajar
dan layak.
4) Koperasi Serba Usaha, yang berusaha dalam beberapa macam kegiatan
ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggotanya.
b. Menurut Golongan Fungsionalnya
1) KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) yang anggotanya terdiri dari
para pegawai negeri dalam suatu daerah kerja.
2) Koperasi dilingkungan Tni, seperti Primkopad, Primkopal, Prikopau dan
Prikopol yang merupakan wadah penampungan kegiatan TNI.
3) Koperasi wanita, koperasi guru, koperasi veteran, koperasi pensiunan yang
berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya dalam
golongan masin-masing.
c. Menurut Komoditas (barang) yang Dihasilkan
1) Koperasi Batik.
2) Koperasi Cengkeng.
4) Koperasi Karet.
Kesemuanya itu untuk meningkatkan usaha anggotanya yang sesuai dengan
komoditas yang dihasilkan dan mengkoordinir pemasarannya.
d. Menurut Lapangan Usahanya
1) Koperasi Perikanan.
2) Koperasi Peternakan.
3) Koperasi Pertanian.
4) Koperasi Industri.
5) Koperasi Pengangkatan.
Koperasi-koperasi tersebut merupakan wadah dari profesi para anggotanya
yang sesuai dengan lapangan usahanya.
e. Menurut Daerah Kerja Koperasi
1) Koperasi RT atau RW.
2) Koperasi Desa atau KUD.
3) Koperasi Pasar.
4) Koperasi Sekolah.
2.2.1.5. Bentuk-Bentuk Koperasi
Bentuk-bentuk koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 15
adalah sebagai berikut :
a) Koperasi Primer
Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedang
pengertian koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan
kelayakan usaha dan kehidupan koperasi. Orang-orang pembentuk koperasi
adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan mempunyai
kepentingan ekonomi yang sama
b) Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder dibentuk sekurang-kurangnya 3 koperasi. Mengenai
pengrtian koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan koperasi.
2.2.1.6. Landasan Koperasi Indonesia
Tentang landasan-landasan koperasi dapat terbagi atas : Landasan Idiil,
Landasan Strukturil dan gerak, dan Landasan Mental.
1) Landasan Idiil :
The equitable pioneers of Rochdale,sebagai para pelopor yang tulus ikhlas
melaksanakan cita-cita berkoperasi di Inggris (Rochdale), yang telah berhasil
dalam perjuangannya berkoperasi yang bertujuan untuk mengubah perbaikan
hidup di dunia.
Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila yang menjadi falsafah negara dan Bangsa
Indonesia telah menjadi Landasan Idiil koperasinya (pasal 2 ayat (1) UU no.
12/1967).
2) Landasan Strukturil dan Landasan Gerak :
Landasan strukturil Koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945
dan Landasan Gerakan adalah pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
beserta penjelasannya. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : “Perekonomian
penjelasannya berbunyi: “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua untuk di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat.
3) Landasan Mental :
Koperasi Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam
mencapai tujuannya, harus ditopang dengan kuat oleh sifat mental para
anggotanya, yaitu “Setia Kawan dan kesadaran berpribadi“ (solidarity and
individuality). Akan tetapi landasan “Setia Kawan” saja belum cukup menopang
dengan kuat, karena hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang
statis atau dengan lain perkataan bahwa landasan tersebut mengandung segi-segi
“kesemantaraan dan kestatisan” dan karenanya kurang dapat mendorong
kedinamikan dan hasrat untuk maju. (G. Kartasapoetra,6-7).
2.2.1.7. Asas Koperasi Indonesia
Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan gotong royang
(Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab II bagian 1 pasal 2). Asas kekeluargaan dan gotong
royong inilah yang memberi ciri Watak sosial pada koperasi. Asas ini sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang memang menjujung tinggi kebersamaan dan
keselarasan. Sedangkan asas gotong royang mensyaratkan kesadaran untuk bekerja,
mengambil tanggung jawab dan maju bersama sehingga seluruh anggota
memperoleh kesejahteraan dan keikutsertaannya dalam koperasi (Anoraga, 2002 :
2.2.1.8. Tujuan Koperasi Indonesia
Tujuan Koperasi Indonesia dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992
Bab II bagian 2 pasal 3 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
2.2.1.9. Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia
Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab II
bagian 1 pasal 4 adalah :
a) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b) Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupanmanusia dan
masyarakat.
c) Memperoleh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
2.2.1.10. Prinsip Koperasi Indonesia
Prinsip koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab III bagian 2
1) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka.
2) Pengeloaan dilakukan secara demokratis.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5) Kemandirian.
Dalam mengembangkan koperasi,maka koperasi melaksanakan pula prinsip
koperasi sebagai berikut :
a) Pendidikan Perkoperasian.
b) Kerja sama antar koperasi.
2.2.1.11.Lapangan Usaha
Lapangan usaha koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab
VIII pasal 43 adalah :
1) Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.
2) Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
3) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang
kehidupan ekonomi rakyat.
4) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha
simpan pinjam dari dan untuk :
a. Anggota koperasi yang bersangkutan.
5) Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau
satu-satunya kegitan usaha koperasi. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh
koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
2.2.1.12. Permodalan Koperasi
Didalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab VIII pasal 41, disebutkan
bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri
dapat berasal dari :
1) Simpanan pokok.
2) Simpanan Wajib.
3) Dana cadangan.
4) Hibah.
Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari :
1) Anggota.
2) Koperasi lainya dan atau anggotanya.
3) Bank dan Lembaga Keuangannya.
4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainya.
Selain itu koperasi dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari
modal pernyartaan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
2.2.2.Kredit
2.2.2.1. Pengertian Kredit
Menurut Djumhana (2000 : 365-366), istilah kredit berasal dari bahasa
dasar pengertian dari istilah “kredit” yaitu kepercayaan, sehingga hubungan yang
terjalin dalam kegiatan perkreditan diantara para pihak, sepenuhnya harus juga
didasari oleh adanya saling mempercayai, yaitu bahwa kreditur yang memberikan
kredit percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala
sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun
prestasi dan kontra prestasinya.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang pokok perbankan, yang
dimaksud kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Definisi lain tentang kredit diartikan juga oleh Suyatno (1997 : 13),
menyatakan bahwa kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban
untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan
datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.
Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kredit merupakan
pemberian kepercayaan (prestasi) dari suatu pihak kepada pihak lain dengan maksud
pihak yang diberikan kepercayaan berkewajiban untuk melunasinya sekaligus
membayarkan kontra prestasi atas prestasi yang diterimanya.
2.2.2.2.Unsur-Unsur Kredit
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikanya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada dimasa mendatang.
c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang akan memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
d. Prestasi,atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,tetapi juga
dapat berbentuk barang atau jasa.
2.2.2.3.Tujuan Kredit
Menurut Suyatno (1997 : 15), ada dua unsur yang saling berkaitan dari kredit
adalah :
1. Profitability (Keuntungan), merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma
dalam bentuk bunga yang akan diterima.
2. Safety (Keamanan),merupakan prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barng
atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang
diharapkan itu dapat menjadi kenyataan.
2.2.2.4.Fungsi Kredit
Menurut Suyatno (1997 : 15-16), fungsi kredit didalam kehidupan
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.
Para penabung menyimpan uangnya di Bank dalam bentuk giro, deposito atau
tabungan. Uang tersebut oleh Bank digunakan suatu usaha peningkatan
produktivitas.
2) Kredit meningkatkan utility (daya guna) sesuatu barang.
a.Produsen dengan bantuan kredit Bank dapat memproduksi bahan mentah
menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut menjadi meningkat.
b.Produsen dengan bantuan kredit Bank dapat memindahkan barang dari suatu
tempat yang kegunaannya kurang tepat yang lebih bermanfaat.
3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Kredit yang di salurkan melalui rekening koran menciptakan pertambahan
peredaran uang dan sejenis seperti cek, wesel, giro bilyet. Disamping itu, kredit
perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang
kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.
4) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Pengusaha akan selalu berhubungan dengan Bank umutuk memperoleh bantuan
permodaln guna meningkatkan Volume usaha dan produktivitas.
5) Kredit sebagai alata stabilitas ekonomi
Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif yaitu
pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang
6) Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh atau
karyawan mengalami peningkatan pendapatan maka pendapatan negara melalui
pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah.
7) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi Internasional
Melalui bantuan kredit antara negara maka hubungan antara negara pemberi dan
penerima kredit akan bertambah erat terutama yang menyangkut hubungan
perekonomian dan perdagangan.
2.2.2.5.Jenis-Jenis Kredit
Menurut Pramono (2000 : 4-7), kredit dapat dibedakan berdasarkan :
a. Dilihat dari sudut tujuanya
1) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank
swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.
2) Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberkan dengan tujuan untuk
memperlancar jalanya produksi.
3) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli
barang-barang yang dijual lagi. Kredit ini terdiri atas :
- Kredit perdagangan dalam negeri.
- Kredit perdagangan luar negeri.
b. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya
1) Kerdit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberiakan
2) Kredit Eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan.
c. Kredit dilihat dari jangka waktunya
1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.
Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli
dan kredit wesel.
2) Kredit jangka menengah. Yaitu kredit berjangka waktu antara 1 sampai 3
tahun.
3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang
bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka rehabilitasi,
ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.
d. Kredit dilihat dari sudut jaminannya
1) Kredit tanpa jaminan.
2) Kredit dengan jaminan,yang dapat terdiri atas :
a. Jaminan barang baik barang tetap maupun barang bergerak.
b.Jaminan pribadi yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi
pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayarannya suatu utang
apabila kreditur tidak menepati kewajibannya.
c. Jaminan efek-efek saham, obligasi dan sertifikat yang didaftar bursa efek.
2.2.2.6.Resiko Kredit
Menurut Munawir (1995 : 235), pembelian kredit ini mengandung suatu
mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh Bank atas dasar
syarat-syarat teknis yang dikenal dengan 5 C, yaitu :
1) Character
Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya finansialnya.
2) Capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik
kemampuan dalam menajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
3) Capital
Menunjukan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan
oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi kekayaan bersih yang
dimiliki oleh perusahaan. Bank harus mengetahui bagaimana perimngan antara
jumlah modal sendiri.
4) Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva ayng akan diikatkan
sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank.
5) Conditions
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha
sipeminta kredit.
Langkah yang diambil untuk memperkecil resiko tertundanya pengembalian
kredit :
1) Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh koperasi.
3) Mengadakan pengawasan yang ketat terhadap jumlah kredit yang akan diberikan
kepada anggota.
4) Memberikan sanksi kepada para debitur yang terlambat dalam pembayarannya.
2.2.3. Kebijaksanaan Kredit
Koperasi dapat memberikan kredit kalau mempunyai dana yang mencukupi.
Agar perkreditan lancar maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan perkreditan itu berlangsung. Rangkaian
peraturan ini disebut kebijaksanaan kredit. Dalam menetapkan kebijaksanaan
perkreditan tersebut harus memperhatikan 3 (tiga) asas pokok (Teguh Pudjo
Muljono, 1994 : 20-21) yaitu :
1) Asas Likuiditas, yaitu suatu asas yang mengharuskan koperasi untuk tetap dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu koperasi yang tidak likuid akibatnya
akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari
masyarakat luas.
2) Asas solvabilitas, yaitu asas yang mengharuskan untuk menjaga tingkat
solvabilitasnya agar pihak koperasi dapat menutup segala hitungnya kepada para
nasabah dan apabila yang bersangkutan akan menarik dananya.
3) Asas rentabilitas, yaitu laba yang di peroleh dari perkreditan yang di terima dari
nasabah.
Agar kebijaksanan kredit dapat bermanfaat secar optimum, harus di reniew dari
waktu agar sesuai dengan situasi dan kondisi perkreditan yang berlaku. Faktor-faktor
yang berhubungan dalam kebijaksaan perkreditan adalah:
2) Kualitas dari calon debitur.
3) Jangkah waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan harus sudah
membayar hutangnya.
2.2.4. Laporan Keuangan Koperasi
Koperasi seperti juga badan usaha lainnya seperti perusahaan (PT), juga
mempunyai laporan keuangan. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.27
(1994:27.5), disebutkan tujuan pelaporan keuangan koperasi adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui manfaat yang di peroleh denagn menjadi anggota koperasi.
2) Mengetahui perstasi keuangan koperasi selama suatu nperiode denagn sisa hasil
usaha dan manfaat keanggotan koperasi sebagai ukuran.
3) Mengetahui sumber daya ekonomi yang dimilki koperasi, kewajiban dan
kekayaan bersih, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan
bukan anggota.
4) Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya
ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih, dalam suatu periode, dengan
pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.
5) Mengetahui informasi penting lainya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas koperasi.
Sedangkan karakteristik laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan PSAK No.27 (1994 : 27 .3), adalah sebagai berikut :
1) Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada
2) Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/laporan posisi keuangan,laporan laba
rugi dan laporan arus kas yang penyajiannya dilaukan secara komperatif.
3) Sesuai dengan koperasi sebagai bagian dari sistem jaringan koperasi, maka
beberapa istilah yang sama akan muncul, baik pada kelompok aktiva maupun
kewajiban atau kekayaan bersih.
4) Laporan laba rugi menyiapkan hasil akhir yang disebut Sisa Hasil Usaha (SHU).
Laporan keuangan kopeasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta laporan perubahan kekayaan bersih
sebagai laporan keuangan tambahan. Koperasi tidak membuat laporan rugi laba
melainkan perhitungan hasil usaha, di karenakan mengingat manfaat dari usaha
koperasi ini tidak semata-mata di ukur dari laba, tetapi lebih di tekankan pada
manfaat bagi anggota. Dan perhitunagan hasil usaha harus dapat menunjukkan usaha
yang berasal dari anggota dan bukan anggota.
2.2.5. Pengaruh Pertambahan Dana Dan Jaminan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit
2.2.5.1. Pengaruh Pertambahan Dana dan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit
Pertambahan dana mempengaruhi kebijakan dalam pemberian kredit. Hal ini
disebabkan karena pemasukan terbesar koperasi adalah berasal dari simpanan
anggota yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela,
beserta bunga angsuran pinjaman. Dengan demikian uang tunai yang tersedia di
koperasi cukup untuk memberikan kredit bagi anggota mengajukan permohonan.
Dengan demikian yang dilakukan koperasi agar resiko yang di tanggung
koperasi tidak terlalu besar, sehingga koperasi dapat memberikan kredit sesuai
dengan kemampuan calon debitur.
2.2.5.2.Pengaruh Jaminan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit.
Jaminan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pemberian
kredit, karena jaminan adalah sebagai pengaman apabila kredit mengalami
kegagalan. Dalam UU Pokok perbankan No. 14 Thaun 1967 Pasal 24 ayat 1
mengatakan bahwa bank umum pada prinsipnya tidak dibenarkan memberikan kredit
tanpa adanya jaminan. (Sari : 2004).
Pada tahap ini merupakan saat yang paling rawan dalam pengendalian dan
pengawasan, karena apabila ada kesalahan akan mengakibatkan fatal bagi
kelangsungan hidup koperasi. Sebab itu perlu di perhitungkan dengan cermat setiap
langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan. Agar dana yang ada dapat digunakan
seoptimal mungkin.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat
premis-premis, yang dapat digunakan sebagai dasar yang dapat mendukung hipotesis dalam
melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut :
Premis I : Pemberian kredit eksploitasi di pengaruhi oleh target laba usaha,target
pendapatan dan jaminan (Sari,2004).
Premis II : Pemberian kredit di pengaruhi oleh pertambahan dana, Alokasi Dana
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Dalam alur kerangk berpikir tersebut terdapat stu variabel teriakt yaitu Y dan
dua variabel bebas yaitu X1, dan X2. Untuk mencari ada tidaknya pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan uji statistik, regresi linear
berganda.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
a. Bahwa pertambahan dana dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemberian kredit.
b. Bahwa jaminan memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap keputusan
pemberian kredit.
Pertambahan Dana (X1)
Jaminan (X1
Jaminan (X2)
Keputusan Pemberian Kredit (Y)
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel Bebas (X)
a. Pertambahan Dana (X1)
Pertambahan dana adalah pertambahan jumlah dana atau
simpanan-simpanan yang terdiri dari simpanan-simpanan pokok, simpanan-simpanan wajib dan simpanan-simpanan
sukarela yang diterima dari anggota. Skala pengukuran yang digunakan adalah
rasio dengan satuan rupiah.
b. Jaminan (X2)
Jaminan adalah jaminan yang berupa material yang diserahkan sebagai
pengaman terhadap kredit yang diterima oleh debitur. Jaminan dinilai sesuai
dengan harga pasar dan nilai jaminan lebih besar dari nilai permohonan kredit.
Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan rupiah.
2) Variabel Terikat (Y)
Keputusan Pemberian Kredit (Y)
Keputusan Pemberian Kredit adalah suatu keputusan mengenai besarnya
kredit yang diberikan kepada anggota dan disetujui oleh pihak koperasi. Skala
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2002 : 57) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan,
sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan mengenai
pertambahan dana, jaminan dan keputusan pemberian kredit dari Koperasi Wanita
Setia Bhakti Wanita Surabaya mulai dari berdiri sampai dengan sekarang.
3.2.2.Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. (Sugiyono, 2002 : 57), sedangkan teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian adalah purposive sampling yang merupakan teknik penentuan
sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu saja, dimana semua atau sebagian
elemen didalam kelompok populasi diikutsertakan dalam sampel.
Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut maka sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data berkala dari perusahaan yang meliputi data
pertambahan dana, jaminan dan keputusan pemberian kredit selama 24 tahun yaitu
tahun 1985 sampai dengan 2008.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian pada umumnya merupakan suatu usaha untuk memperoleh
fakta-fakta mengembangkan dan menguji kebenarannya dengan cara mengumpulkan
dan mencatat, serta menganalisis data yang diperoleh dari perusahaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang langsung diperoleh dari Koperasi Wanita setia Bhakti Wanita Surabaya, yang
meliputi data simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan realisasi
pendapatan.
3.3.2.Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Koperasi Wanita
Setia Bhakti Wanita Surabaya.
3.3.3.Metode Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi yaitu, cara untuk mendapatkan data maupun informasi dengan
pengamatan dan pencatatan secara langsung, yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.(Nazir, 1988 : 212)
2) Interview
Interview (wawancara) yaitu, proses pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung dengan cara mengadakan tanya jawab dengan staf yang berwewenang
dalam memberikan data-data yang dibutuhkan. (Nazir, 1988 : 234)
3) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data atau informasi yang dilakukan
dengan cara melihat, mempelajari, dan mengutip catatan atau dokumen yang ada
dalam perusahaan. (Nazir, 1988 : 239)
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti
sebaran normal, dapat dilakukan dengan berbagai metode. Diantaranya metode
Kolmogrov Smirnov, (Sumarsono, 2004: 40).
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distirbusi normal dalah jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih
kecil dari 0,05, maka distirbusi tidak normal namun jika nilai signifikasinya lebih
dari 0,05 distribusinya adalah normal.
3.4.2.Uji Asumsi Klasik
3.4.2.1. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Tujuan uji autokorelasi ini adalah untuk menguji apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara korelasi penganggu pada tahun ini
dengan periode tahun sebelumnya. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi
atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson. (Ghozali, 2006: 95).
Untuk mendiagnosa adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan
melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut :
Nilai d Kesimpulan
0 < d < dL Ada autokorelasi positif
dL≤ d ≤ dU Tidak ada kesimpulan
dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi
4-dU≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan
4-dL < d < 4 Ada autokorelasi negatif
Gambar 3.1 : Kurva Uji Autolorelasi
3.4.2.2. Uji Multikolinier
Uji Multikolinier bertujuan untuk menguhi apakah dalam persamaan regresi
ditentukan adanya korelasi antara variabel bebas Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Menurut Ghozali (2006: 91), deteksi adanya multikolinieritas adalah
multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation
factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah
yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel independen lainnya.tolerance mengukur nilai variabilitas variabel inpenden
yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
Ada
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adannya multikolinieritas adalah
nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3.4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Hal
ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara
residual dengan seluruh variabel bebas.
Menurut Santoso (2001 : 301) deteksi adanya Heteroskedasitas adalah :
1. Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas
2. Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas
3.4.3. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda, dengan model persamaan regresi, yaitu sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
(J. Supranto, 1992 : 70)
Keterangan :
Y = Keputusan Pemberian Kredit X1 = Pertambahan Dana
X2 = Jaminan
b0 = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien Regresi untuk Variabel Bebas
3.4.4.1. Uji F
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menganalisis kecocokan model yang
digunakan dengan variabel pertambahan dana (X1) dan jaminan (X2) terhadap
keputusan pemberian kredit (Y) digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut:
1) H0 : bj = 0 ( tidak terdapat kecocokan X1, X2, X3 , ...terhadap Y)
H1 : bj ≠ 0 ( terdapat kecocokan X1, X2, ... terhadap Y )
Dimana j = 1, 2,3, k : Variabel ke J sampai ke k.
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas
[n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.
Pengujian pengaruh variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat
(Y) digunakan uji t, dengan prosedur pengujian sebagai berikut :
1. H0 : b1 = b2 = 0 (Tidak ada pengaruh antara variabel bebas (X) secara simultan
terhadap variabel terikat (Y).
H1 : b1≠ b2≠ 0 (Ada pengaruh antara variabel bebas (X) secara simultan terhadap
variabel terikat (Y)).
2. Dalam penelitian ini mengguakan tingkat Level of Signifikan (α) = 5%, dengan
derajat bebas (df) = (0,05/2 ; n – k – 1)
3. Nilai t hitung =
( )
i i
Se β
β
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan
βi : Koefisien regresi
Se(βi) : Standart error
4. Kriteria pengujian :
a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat
Dalam perjalanannya memang telah banyak capaian maupun prestasi yang
telah diraih Kopwan Setia Bhakti Wanita. Kedalam, Kopwan Setia Bhakti Wanita
telah mampu meningkatkan omset, asset dan jumlah anggotanya. Sementara
keluar berbagai pengakuan juga telah didapat.
Namun bila dilihat perjalanan kebelakang semua itu bermula dari kumpulan
ibu-ibu arisan yang terdiri dari 35 orang. Mereka adalah orang-orang yang punya
komitmen dan idialisme. Setiap bulan mereka berkumpul dari rumah anggota satu
ke yang lain secara bergiliran, dan nilai arisannya sebesar Rp 2000 per orang.
Sekitar 1975 kelompok ini telah mempunyai usaha simpan pinjam walau
kecil-kecilan. Waktu itu anggota bisa pinjam Rp 5 ribu yang dicicil 5 kali,
kemudian terus berkembang dan pinjaman bisa meningkat hingga Rp 10 ribu.
Seiring waktu, modalpun bertambah, pinjaman bisa semakin ditingkatkan menjadi
Rp 50 ribu. Dan biasanya pinjaman oleh anggota digunakan untuk membuka
usaha walaupun sifatnya temporer. Seperti misalnya membuat kue yang dijual
tatkala lebaran.Sementara ditempat lain, tepatnya di Malang telah berkembang
pula Kopwan Setia Budi Wanita. Dan kebetulan Ibu Syafril salah satu tokohnya