• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEMBUHAN LUKA

SECTIO CAESAREA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FAUZAN KURNIAWAN

20130310054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN

PENYEMBUHAN LUKA

SECTIO CAESAREA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FAUZAN KURNIAWAN

20130310054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN

PENYEMBUHAN LUKA

SECTIO CAESAREA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FAUZAN KURNIAWAN

20130310054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(4)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Disusun oleh: FAUZAN KURNIAWAN

20130310054

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 10 November 2016

Dosen Pembimbing

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes. NIK: 19711028199709173027

Dosen Penguji

dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes. NIK: 19810505201504173139

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Fauzan Kurniawan NIM : 20130310054 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 10 November 2016 Yang membuat pernyataan,

(6)

iv

Kupersembahkan karya tulis ini kepada:

Mama dan Papa tercinta yang telah memberi segala sesuatu

serta orang-orang yang telah memberi jasa selama hidupku

Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk menambah

(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Sempurna, yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Kadar Hemoglobin

dengan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta” ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik 2. Nabi Muhammad SAW, Nabi junjungan umat Islam dan atas jasa-jasa

beliau serta tauladan yang diajarkan

(8)

4. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini

5. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Orang tua tersayang, Mama Siti Sudiharti dan Papa Husin Faisal, atas segala doa, dukungan moral dan material, motivasi, semangat dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis

7. Kiara Rindang Sinoel yang selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini

8. Teman-teman seperjuangan KTI, Asri, Bella, Lutfi, dan Maya yang selalu membantu dan berjuang dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini

9. Sahabat-sahabatku, Akbar, Reyhandi, Radit, Shiddiq, Faizal, Nadia, Fany yang selalu mendukung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini

10.Keluarga Asdos Lab. IT dan Lab. Anatomi FKIK UMY yang selalu mendukung, dan memberikan masukan untuk Karya Tulis Ilmiah ini 11.Seluruh Mahasiswa Pendidikan Dokter 2013

(9)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil yang memenuhi syarat dan lebih baik.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu Kedokteran. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2016

(10)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. SECTIO CAESAREA ... 8

2. PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA ... 12

3. KADAR HEMOGLOBIN ... 20

4. HUBUNGAN HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA ... 22

B. KERANGKA TEORI ... 23

C. KERANGKA KONSEP ... 24

D. HIPOTESIS ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. DESAIN PENELITIAN ... 25

B. POPULASI DAN SAMPEL... 25

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

D. INSTRUMEN PENELITIAN ... 29

E. CARA PENGUMPULAN DATA ... 29

(11)

G. ETIKA PENELITIAN ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN ... 32

B. HASIL PENELITIAN ... 35

C. PEMBAHASAN... 37

D. KESULITAN PENELITIAN ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian... 7

Tabel 2. Proses penyembuhan luka ... 14

Tabel 3. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 16

Tabel 4. Skala REEDA ... 19

Tabel 5. Batas nilai Hemoglobin ... 22

Tabel 6. Karakteristik Responden Penelitian ... 32

Tabel 7. Gambaran kadar Hemoglobin (Hb) responden penelitian ... 34

Tabel 8. Perbandingan skala REEDA pada hari ke-2 dan 9 ... 35

Tabel 9. Hasil uji normalitas ... 36

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar informed consent ... 45

Lampiran 2. Lembar observasi penelitian ... 46

Lampiran 3. Statistik deskriptif hemoglobin ... 47

Lampiran 4. Statistik deskriptif skala REEDA ... 47

Lampiran 5. Uji normalitas data variabel... 48

Lampiran 6. Uji korelasi Spearman-rho ... 48

Lampiran 7. Data statistik karakteristik responden ... 49

Lampiran 8. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian ... 52

(15)
(16)

xiii

Latar Belakang: Sectio Caesarea merupakan tindakan bedah pada daerah dinding abdomen sampai dinding uterus yang dilakukan untuk mengeluarkan janin atas indikasi tertentu, sehingga menimbulkan suatu luka. Salah satu faktor penyembuhan luka adalah oksigenasi yang berhubungan dengan kadar hemoglobin tubuh karena hemoglobin akan mengikat oksigen dan dibawa ke jaringan yang mengalami luka serta seluruh tubuh.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

Metode Penelitian: Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective cohort dengan pengamatan data primer. Jumlah responden penelitian sebanyak 30 pasien Sectio Caesarea dari Bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang masuk kriteria inklusi. Kriteria inklusi meliputi pasien Sectio Caesarea dan bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi pasien Sectio Caesarea dengan infeksi atau indikasi ketuban pecah dini (KPD), riwayat persalinan Sectio Caesarea sebelumnya, atau memiliki penyakit diabetes mellitus (DM). Tiap responden penelitian akan diamati kadar hemoglobin 24 jam setelah Sectio Caesarea yang dibantu oleh petugas laboratorium dan penyembuhan luka pada hari ke-2 dan ke-9 setelah Sectio Caesarea yang diukur dengan menggunakan Skala REEDA.

Hasil Penelitian: didapatkan responden penelitian yang memiliki kadar hemoglobin normal adalah sejumlah 21 orang (70%) sedangkan 9 orang (30%) lainnya masuk kategori anemia. Didapatkan nilai rata-rata skala REEDA pada hari ke-2 setelah Sectio Caesarea dari kategori Redness 0,2 ± 0,761, Edema 0,13 ± 0,507, Ecchymosis 0 ± 0, Discharge 0,27 ± 0,828, Approximation 0,27 ± 0,450. Nilai rata-rata skala REEDA yang didapatkan pada hari ke-9 adalah 0 ± 0. Hasil uji korelasi non parametric Spearman rho didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -298 dengan nilai p sebesar 0,109.

Kesimpulan: belum terdapat cukup bukti yang menunjukkan adanya hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

(17)

xiv

level because hemoglobin will be binding and transporting the oxygen through the wound tissue and the body.

Objective: to knows the correlation between hemoglobin levels and Sectio Caesarea wound healing in RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

Methods: This study used an observational design with prospective cohort approach and primary data observational. Thirty samples included in inclusion criterias were taken in Firdaus ward on RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Inclusion criterias were Sectio Caesarea patients who wanted to be our sample. Exclusion criterias were Sectio Caesarea patients who had infection or preterm premature rupture of membranes (PPROM) indication, Sectio Caesarea history, or diabetic mellitus (DM). Each samples’ hemoglobin level will be observed in 24 hours after Sectio Caesarea assisted by laboratory personnel and the wound healing on second and ninth day after Sectio Caesarea as measured using REEDA Scale.

Results: There were 21 samples (70%) who had normal hemoglobin levels and 9 samples (30%) who had anemia. The average score of REEDA Scale criterias on second day after Sectio Caesarea were Redness 0,2 ± 0,761, Edema 0,13 ± 0,507, Ecchymosis 0 ± 0, Discharge 0,27 ± 0,828, Approximation 0,27 ± 0,450 and on ninth day after Sectio Caesarea, the score for all criterias were 0 ± 0. The result of non parametric Spearman Rho correlation test was -0,298 for correlation coefficient (r) and p value was 0,109.

Conclusion: Not enough evidences to indicate the correlation between hemoglobin levels and Sectio Caesarea wound healing in RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

(18)

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2007). Sectio Caesarea merupakan tindakan pilihan utama bagi tenaga medis untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dilaksanakan atas dasar indikasi medis tertentu, yaitu gawat janin, disproporsi cepalopelvic, persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapsus tali pusar, mal presentase janin (Norwitz & Schorge, 2007), panggul sempit dan preeklampsia (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

(19)

penyembuhan luka akan kurang efektif karena tubuh mengalami penurunan kapasitas oksigen yang diangkut oleh darah dan tidak mampu membentuk sel-sel tubuh yang baru (Morison, 2008).

Kadar hemoglobin normal ibu hamil sebesar >11 g/dl. Pada saat post partum, kadar hemoglobin minimal sebesar 10 g/dl (Abadi, 2007). Jika kadar

hemoglobin kurang dari jumlah tersebut, maka akan menimbulkan kondisi hemodilusi, yaitu suatu kondisi dimana darah mengalami pengenceran sehingga akan mengganggu sirkulasi oksigen yang disebabkan oleh penguapan tubuh yang berlebihan serta hemoglobin yang rendah (Dharma, 2007).

Kadar hemoglobin dan oksigen dalam tubuh mempunyai peran penting dalam sistem sirkulasi tubuh. Jika kadar hemoglobin dan oksigen turun pada saat pembedahan, maka jaringan kulit tidak akan segera menyatu akibat adanya luka pembedahan karena suplai darah ke jaringan berkurang. Kesembuhan luka Sectio Caesarea sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi kedalam

jaringan yang dapat dilihat melalui pemeriksaan kadar hemoglobin ibu post Sectio Caesarea dengan kadar hemoglobin rendah dapat mempengaruhi proses

penyembuhan luka operasi Sectio Caesarea (Wiknjosastro, 2007).

(20)

Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 dengan persentase jumlah ibu bersalin dengan Sectio Caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace, 2007). Survei Nasional pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan Sectio Caesarea dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh

persalinan. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2010, tingkat persalinan Sectio Caesarea sebesar 15,3 % sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi.

Menurut data dari Riskesdas pada tahun 2013, angka kejadian persalinan Sectio Caesarea di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 15,7% dengan jumlah masing-masing di daerah Kota Yogyakarta sebesar 28,6%, Sleman sebesar 21,4%, Gunung Kidul sebesar 7,3%, Bantul sebesar 11,1%, Kulon Progo sebesar 13,4% (Sugianto, 2013).

Data persalinan Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pada bulan Juni 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 sejumlah kurang lebih 164 pasien dengan indikasi dilakukannya persalinan Sectio Caesarea karena induksi gagal, ketuban pecah dini, letak lintang dan ibu

multigravida dengan riwayat persalinan Sectio Caesarea sebelumnya.

(21)

persalinan Sectio Caesarea di daerah Sleman yang juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Ahqaf ayat 15 tentang kesulitan seorang ibu dalam menjalani persalinan yang berbunyi:

هلْ ح اًه ْرك هْتعض اًهْرك هّما هْتل ح ًاناسْحا هْيدلاوب اسْنإْا انْيّص

اًرْ ش ْوث اث هلاصف

. . .

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu

bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga

puluh bulan, ... “ (QS. Al-Ahqaf: 15)

Berdasarkan latar belakang diatas, penyembuhan luka sangat penting untuk diperhatikan karena banyaknya angka persalinan Sectio Caesarea. Karena terdapat beberapa faktor penyembuhan luka salah satunya adalah oksigenasi yang berhubungan dengan kadar hemoglobin tubuh, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

B. RUMUSAN MASALAH

(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui prevalensi pasien Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

2. Untuk mengetahui kadar hemoglobin pasien post Sectio Caesarea 3. Untuk mengetahui penyembuhan luka pasien Sectio Caesarea

4. Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu kesehatan, terutama dibidang Kedokteran dalam hal menambah pengetahuan tentang faktor penyembuhan luka Sectio Caesareayang dilihat dari kadar hemoglobin ibu pasca melakukan persalinan Sectio Caesarea.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan perawatan luka Sectio Caesarea serta sebagai sumber informasi bagi pelayanan kesehatan dalam memberikan perawatan kepada pasien Sectio Caesarea.

b. Bagi Institusi Pendidikan

(23)

dan referensi perpustakaan, sehingga dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kadar hemoglobin dan pengaruhnya terhadap penyembuhan luka pada pasien Sectio Caesarea. d. Bagi Masyarakat

(24)

E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti,

Tahun

Judul

Penelitian Hasil Variabel Perbedaan

(25)

8 A. TINJAUAN PUSTAKA

1. SECTIO CAESAREA

a. Definisi

Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan dengan

cara membuka dinding abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin (Benson & Pernoll, 2008) dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram dan usia janin > 28 minggu (Syaifuddin, 2009) yang dilakukan dengan cara melakukan suatu irisan pembedahan yang akan menembus dinding abdomen pasien (laparotomy) dan uterus (histerektomi) dengan tujuan untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi, 2007). Tindakan operasi Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan ibu

karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila persalinan dilakukan secara pervaginam.

b. Indikasi Sectio Caesarea

Terdapat beberapa indikasi seorang ibu harus menjalani persalinan dengan metode pembedahan Sectio Caesarea (Cunningham, et al., 2006) sebagai berikut:

(26)

Keadaan dimana ibu memiliki panggul sempit, sehingga bayi dengan ukuran yang tidak proporsional dengan ukuran panggul ibunya mengalami kesulitan untuk melewati jalan lahir atau persalinan pervaginam.

2) Kasus Gawat Janin

Keadaan dimana terjadi suatu kondisi gawat janin, yaitu pada kondisi terinfeksi, Ketuban Pecah Dini (KPD) yang merupakan kejadian bayi yang terendam air ketuban sehingga bayi menderita demam tinggi karena ibu mengalami eklampsia (keracunan kehamilan).

3) Plasenta Previa

Keadaan dimana plasenta terletak dibawah sehingga menutupi jalan lahir atau liang rahim sehingga bayi tidak dapat keluar melalui persalinan pervaginam.

4) Letak Lintang

Keadaan dimana posisi janin dalam kandungan yang letaknya melintang, sehingga tidak dimungkinkan jika bayi dilahirkan pervaginam.

5) Incoordinate Uterine Action

Keadaan dimana adanya suatu kontraksi rahim yang tidak adekuat dan tidak mampu terkoordinasi sehingga tidak mampu mendorong bayi untuk keluar dari rahim.

(27)

Keadaan dimana muncul gejala seperti tekanan darah tinggi, penglihatan kabur, protein dalam urin (proteinuria) atau muncul gejala yang lebih berat seperti eklampsia yang terjadi pada ibu selama kehamilan berlangsung.

7) Ibu meninggal, sedangkan bayi didalam kandungan masih hidup. 8) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya

Pada kondisi ibu yang pernah melakukan Sectio Caesarea pada persalinan sebelumnya, maka pada persalinan selanjutnya dilakukan Sectio Caesarea untuk menghindari sobekan jalan lahir. b. Jenis Sectio Caesarea

Menurut Wiknjosastro (2007), Sectio Caesarea dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang tidak banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas

ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

(28)

Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan proses Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat pada dinding perut karena riwayat persalinan Sectio Caesarea sebelumnya, insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan banyak yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa. Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya risiko peritonitis dan 4 kali lebih bahaya rupture uteri pada kehamilan selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan Sectio Caesarea klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi atau histerektomi untuk menghindari risiko yang ada.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus dipisahkan secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah sedangkan lipatan peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari infeksi puerperal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan Sectio Caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan karena sulit dalam

(29)

Dalam praktik obstetric modern sebenarnya tidak ada kontraindikasi untuk persalinan Sectio Caesarea. Namun tindakan persalinan Sectio Caesarea jarang diperlukan jika janin sudah mati atau terlalu premature untuk bisa hidup dan ketika mekanisme pembekuan darah ibu mengalami gangguan serius, yaitu dilakukan persalinan dengan insisi yang seminimal mungkin dengan melakukan tindakan persalinan pervaginam yang lebih disukai untuk sebagian besar keadaan. Karena pada saat ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea, ibu kehilangan sejumlah 500 ml darah bahkan lebih

(Cunningham, et al., 2006).

2. PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA

a. Pengertian Luka

Menurut Sjamsoehidajat (2004), luka merupakan rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Luka merupakan gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan dari kontinuitas tersebut (Brunner & Suddarth, 2001). Pengertian luka Sectio Caesarea adalah gangguan dalam kontinuitas sel akibat dari pembedahan

yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dengan cara membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.

(30)

Proses fisiologis normal penyembuhan luka melalui beberapa fase (Guo & DiPietro, 2010), yaitu:

1) Fase Hemostasis

Fase ini dimulai segera setelah terjadinya luka, dengan adanya vasokonstriksi dan formasi pembekuan oleh fibrin. Jaringan disekitar tempat terjadinya luka akan melepaskan sitokin pro-inflammatory dan growth factors seperti transforming growth factor

(TGF)-beta, platelet-derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF) dan epidermal growth factor (EGF). Ketika

perdarahan sudah bisa terkontrol, sel-sel inflamasi akan bermigrasi menuju ke tempat luka (kemotaksis) dan akan menginisiasi fase selanjutnya, yaitu fase inflamasi.

2) Fase Inflamasi

Merupakan fase yang ditandai dengan adanya infiltrasi sequential oleh netrofil, makrofag dan limfosit. Fungsi penting

netrofil adalah untuk membersihkan adanya mikroba dan debris seluler di area luka. Prioritas fungsional dari fase inflamasi, yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria.

3) Fase Proliferatif

(31)

fase inflammatory. Pada dermis yang sedang dalam proses perbaikan, fibroblast dan sel endotel merupakan jenis sel yang paling penting dan mendukung adanya pertumbuhan kapiler, formasi kolagen dan formasi jaringan granulasi pada area luka. Fibroblast menghasilkan kolagen yang juga dihasilkan oleh glikosaminoglikan (GAG) dan proteoglikan yang merupakan komponen terbesar pada extracellular matrix (ECM). adanya proliferasi tersebut dan sintesis

extracellular matrix (ECM), maka penyembuhan luka memasuki fase akhir, yaitu fase remodeling.

4) Fase Remodeling

Fase ini merupakan fase akhir penyembuhan luka yang berlangsung bertahun-tahun. Pada fase ini, terjadi regresi dari banyak kapiler yang beru terbentuk, sehingga menyebabkan densitas vascular pada jaringan luka kembali normal. Bekas luka akan tertutup oleh kontraksi fisik melalui proses penyembuhan luka ini yang dimediasi oleh contractile fibroblasts (myofibroblast) yang muncul pada luka.

Tabel 1. Proses penyembuhan luka

Fase Kejadian Vascular dan Bio-Psikologis Hemostasis 1. Vasokonstriksi

2. Aggregasi platelet, degranulasi dan formasi fibrin (thrombus)

Inflamasi 1. Infiltrasi netrofil

2. Infiltrasi monosit dan makrofag 3. Infiltrasi limfosit

(32)

3. Sintesis kolagen

Remodeling 1. Collagen remodeling

2. Maturase vaskuler dan regresi

c. Tipe Penyembuhan Luka

Mekanisme penyembuhan luka akan melalui beberapa intensi penyembuhan (Morison, 2008), yaitu:

1) Penyembuhan Luka melalui Intensi Pertama (Primary Intention) Luka terjadi dengan adanya kerusakan jaringan yang minimum yang dibuat secara aseptik, sehingga penutupan terjadi dengan baik dan jaringan granulasi tidak tampak serta jaringan parut terbentuk minimal.

2) Penyembuhan Luka melalui Intensi Kedua (Granulasi)

Terjadi pada luka yang terdapat pembentukan pus atau tepi luka yang tidak saling merapat sehingga proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.

3) Penyembuhan Luka melalui Intensi Ketiga (Secondary Suture) Terjadi pada luka dalam yang belum dijahit atau terlepas sehingga kemudian dijahit kembali. Luka dalam ini mempunyai dua permukaan granulasi yang saling berlawanan kemudian akan disambungkan kembali sehingga akan membentuk jaringan parut yang lebih dalam dan luas.

(33)
(34)

Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Faktor Lokal Faktor Sistemik - Oksigenasi

- Infeksi - Benda asing - Venous Sufficiency

- Usia dan jenis kelamin - Hormon kelamin - Stress

- Iskemia

- Penyakit: diabetes, keloids, fibrosis, gangguan penyembuhan herediter, jaundice, uremia

- Obesitas

- Medikasi: glukokortikoid steroid, OAINS, kemoterapi

- Alcoholism dan merokok

- Kondisi immunocompromised: kanker, terapi radiasi, AIDS

- Nutrisi 1) Faktor Sistemik

a) Usia dan Jenis Kelamin

Seiring dengan bertambahnya usia pasien, maka tingkat kelenturan dari jaringan tubuh pasien makin berkurang. Pria usia lanjut mempunyai kemampuan penyembuhan luka yang lebih lambat dari pada wanita usia lanjut. Hal ini dipengaruhi oleh hormone estrogen pada wanita yang mampu meregulasi gen-gen yang berhubungan dengan regenerasi, produksi matriks, penghambat protease, fungsi epidermal dan gen yang berhubungan langsung dengan inflamasi.

b) Nutrisi

(35)

menyebabkan defisiensi protein, nutrisi kurang yang dapat menghambat sintesis kolagen dan adanya penurunan fungsi leukosit.

c) Obesitas

Jaringan adiposa pada orang obesitas biasanya akan mengalami avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba atau benda asing sangat lemah dan mengganggu suplai nutrisi ke arah jaringan yang mengalami luka sehingga proses penyembuhan luka akan terhambat.

d) Medikasi

Obat-obatan yang berpengaruh terhadap fungsi platelet atau pembekuan darah, respon inflamasi dan proliferasi, seperti glukokortikoid steroid, obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) dan kemoterapi mampu mempengaruhi penyembuhan luka. 2) Faktor Lokal

a) Oksigenasi

Kadar oksigen yang cukup sangat dibutuhkan untuk penyembuhan luka yang optimal. Kejadian hipoksia akan menstimulasi penyembuhan luka, seperti melepaskan growth factors dan angiogenesis, sedangkan oksigen dibutuhkan untuk

(36)

b) Infeksi

Ketika kulit terluka, maka mikroorganisme yang berada dipermukaan kulit akan masuk melalui jaringan yang terbuka. Keadaan terjadinya infeksi dan status replikasi dari mikroorganisme ditentukan dari luka yang terkontaminasi, mikroorganisme yang berkolonisasi, lokal infeksi dan/atau penyebaran infeksi yang luas.

c) Lingkungan Sekitar

Adanya drainase pada luka serta perubahan nilai pH yang akan mempengaruhi penyembuhan luka, serta jika terdapat tekanan pada area luka dapat mempengaruhi sirkulasi darah pada daerah luka dan sekitarnya.

e. Kriteria Penyembuhan Luka Operasi

Untuk mengetahui seberapa jauh luka operasi sembuh, Skala REEDA bisa digunakan sebagai kriteria penyembuhan luka operasi pada fase inflamasi. Skala REEDA merupakan skala yang mengukur lima faktor, yaitu Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge dan Approximation yang disingkat menjadi REEDA. Tiap faktor diberi skor

(37)

Tabel 3. Skala REEDA

Skor Redness Edema Ecchymosis Discharge Approximation 0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup

Serum Pemisahan kulit < 3 mm

f. Status Kesehatan yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Sectio Caesarea

Ada dua factor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka Sectio Caesarea, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi.

(38)

Caesarea baik karena prosedur bedah yang direncanakan maupun

tidak, berada dalam peningkatan risiko intra uterin pasca bedah dan infeksi. Setiap perhatian perlu ditujukan untuk menghindarkan infeksi dan risiko sangat tinggi maka diperlukan pemberian antibiotic profilaksis.

2) Sectio Caesarea Elektif pada Hipertensi Kehamilan

Pada saat diagnosis preeklampsia berat sudah ditegakkan, maka akan timbul kecenderungan untuk melahirkan janin segera. Adanya kekhawatiran karena serviks yang kurang siap sehingga induksi persalinan kurang berhasil, adanya perasaan darurat karena keparahan preeklampsia dan perlunya koordinasi dengan perawatan neonatal akan mendorong sebagian dokter untuk menganjurkan Sectio Caesarea elektif (Cunningham, et al., 2006).

3. KADAR HEMOGLOBIN a. Hemoglobin

Darah manusia terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk mengangkut O2, CO2 dan

ion hidrogen dalam darah. Suatu kondisi yang memungkinkan sel darah merah menjalankan fungsinya untuk mengangkut O2 adalah adanya

kandungan hemoglobin didalamnya.

(39)

globular yang mengandung besi. Hemoglobin memiliki dua bagian, yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida dan heme adalah gugus nonprotein yang mengandung besi (Sherwood, 2011).

Setiap empat grup heme pada molekul hemoglobin dapat secara reversible mengangkut satu molekul oksigen, yang menghasilkan oksigenasi hemoglobin. Oksigen menjadi berikatan dengan Fe2+ dengan

cara transfer charge dan membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009). Pengambilan oksigen terbesar terjadi di paru-paru dimana saturasi oksigen adalah yang tertinggi. Pada jaringan, pertukaran antara oksigen dan karbondioksida dilakukan karena konsentrasi oksigen rendah dan konsentrasi karbondioksida tinggi (Andrws, 2004).

b. Kadar Hemoglobin Normal

(40)

Tabel 4. Batas nilai Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (g/dl) Anak 0,5 bulan – 5 tahun 11,0

Anak 5 tahun – 12 tahun 11,5 Anak 12 – 15 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Ibu hamil 11,0

Wanita dewasa tidak hamil 12,0 (World Health Organization, 2008)

Menurut Abadi (2007), kadar hemoglobin minimal pada saat post partum adalah sebesar 10 g/dl. Penurunan hemoglobin akan

menyebabkan tubuh mengalami hipoksia sebagai akibat dari kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang (Widayanti, 2008). c. Fungsi Hemoglobin dalam Tubuh

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, fungsi hemoglobin dalam tubuh antara lain:

1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringanjaringan tubuh

2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringanjaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar

3) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang (Widayanti, 2008). 4. HUBUNGAN HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA

SECTIO CAESAREA

(41)

kolagen, kapiler-kapiler baru, dan perbaikanepitel, serta pengendalian infeksi. Jumlah oksigen yang dikirimkan untuk sebuah lukatergantung pada tekanan parsial oksigen didalam darah, tingkat perfusi jaringan, dan volume darah total. Perfusi jaringan yang normal mempunyai oksigenasi yang cukup. Jika terdapat oksigenasi yang tidak adekuat, maka jaringan akan kekurangan nutrisi dan menjadikan sistem lebih mudah terinfeksi. Penurunan suplai oksigen merupakan pengaruh lokal yang merugikan karena buruknya suplai darah dan hipoksia di tempat luka, sehingga proses penyembuhan luka membutuhkan suplai oksigen yang memadai. (Pujiastuti & Hapsari, 2014). Kesembuhan luka Sectio Caesarea sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi kedalam jaringan. Kadar hemoglobin rendah dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka operasi Sectio Caesarea (Wiknjosastro, 2007). B. KERANGKA TEORI

Indikasi SC Faktor yang Mempengaruhi

(42)

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

D. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dijelaskan, penulis menentukan hipotesis, yaitu terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea.

(43)

25 A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective cohort. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diuji adalah kadar hemoglobin dan penyembuhan luka Sectio Caesarea.

Gambar 1. Skema rancangan penelitian prospective cohort

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang menjalani persalinan Sectio Caesarea di bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, menurut data studi pendahuluan didapatkan jumlah pasien Sectio Caesarea sebanyak 164 pasien pada bulan Juni 2015 sampai dengan Februari 2016 dengan rata-rata sebanyak 21 pasien perbulan. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang menjalani persalinan Sectio Caesarea yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Persalinan yang dilakukan secara Sectio Caesarea. Responden yang

(44)

Sedangkan kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Pasien Sectio Caesarea dengan infeksi atau indikasi ketuban pecah dini

(KPD)

2. Pasien Sectio Caesarea dengan riwayat persalinan Sectio Caesarea sebelumnya

3. Pasien Sectio Caesarea dengan diabetes mellitus (DM).

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus perhitungan untuk pengujian hipotesis dua rata-rata populasi (Lemeshow et. al., 1997). Besar sampel pada penelitian ini adalah dengan kemaknaan (α = 0,05). Adapun rumus ukuran bebas sampel adalah sebagai berikut:

Rumus : � = � [� − +� − ]

� −�

Keterangan:

N = Besar sampel

σ = Standar deviasi outcome

Z1-α = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96)

Z1-β = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar yang diinginkan (untuk β = 0,10 adalah 1,28)

µ

1 = Mean outcome kelompok tidak terpapar

(45)

Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Sulastri, 2011), yaitu:

n =

2[ , + , ]2

, 2

,

� = �, � ≈

lost to follow = 15%, sehingga 70(1+0,15) = 80,5 81

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh besar sebesar 81 responden penelitian. Namun karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian, maka penulis menggunakan 30 responden penelitian yang mencakup semua kelompok variable. Mengacu pada jumlah rata-rata pasien Sectio Caesarea per bulannya pada studi pendahuluan, maka waktu pelaksanaan penelitian adalah dari bulan Mei sampai dengan Juli 2016.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling dengan teknik consecutive sampling, yaitu setiap responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi diikutkan dalam penelitian sampai jumlah responden penelitian yang diperlukan terpenuhi.

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel

Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel bebas, variabel terikat dan variabel pengganggu, yaitu:

1. Variabel bebas: kadar hemoglobin

2. Variabel terikat: penyembuhan luka Sectio Caesarea

(46)

2. Definisi Operasional

Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill & Wilmore, 1998). Pada saat post partum, kadar hemoglobin minimal sebesar 10 g/dl (Abadi, 2007). Nilai kadar hemoglobin diperoleh pada saat pengambilan sampel darah yang akan diambil oleh petugas laboratorium dan diinterpretasikan di laboratorium. Kadar hemoglobin ibu post Sectio Caesarea dicatat dengan menggunakan lembar observasi pada 24 jam pertama setelah dilakukannya Sectio Caesarea. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala numerik.

Penyembuhan luka Sectio Caesarea merupakan suatu proses fisiologis tubuh pada saat mengalami luka karena dilakukannya tindakan Sectio Caesarea. Terdapat empat fase penyembuhan luka, yaitu fase

(47)

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi dan skala REEDA untuk mencatat kadar hemoglobin pada 24 jam pertama setelah Sectio Caesareadan penyembuhan luka Sectio Caesarea pada hari ke-2, dan 9

2. Satu unit laptop dan perangkat lunak sistem terkomputerisasi untuk menganalisa data.

E. CARA PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, yaitu melalui pengamatan, pengukuran dan pemeriksaan langsung pada ibu bersalin dengan cara melakukan pencatatan kadar hemoglobin yang telah diperiksa oleh petugas laboratorium, kemudian diamati proses penyembuhan luka Sectio Caesarea-nya. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh tim bidan atau perawat yang berada di bangsal nifas dan poliklinik.

F. ANALISA DATA

Analisa data dilakukan dengan beberapa tahapan analisis yang menggunakan perangkat lunak sistem terkomputerisasi dengan tahapan seperti berikut:

1. Analisis Univariat

(48)

(variabel terikat). Untuk menggambarkan karakteristik sampel digunakan tabel karakteristik responden penelitian yang berisi informasi tentang karakteristik usia, paritas, Indeks Massa Tubuh (IMT), usia kandungan saat Sectio Caesarea, mobilisasi, penyembuhan luka, tekanan darah, denyut nadi

sebelum operasi dan pemberian antibiotik. 2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kadar hemoglobin) dengan variabel terikat (penyembuhan luka Sectio Caesarea). Data yang sudah didapat akan diuji normalitasnya terlebih dahulu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 sampel. Jika data berdistribusi normal, maka uji statistic korelasi bivariat yang digunakan adalah uji Pearson. Jika data berdistribusi tidak normal, maka uji statistic korelasi bivariate yang digunakan adalah uji Spearman rho.

G. ETIKA PENELITIAN 1. Ethical Clearance

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh surat kelayakan etik penelitian dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada Manusia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Informed Consent

(49)

bersedia ikut dalam penelitian ini, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

3. Benefit

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dalam arti ikut mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada pengambil kebijakan yang terkait agar dapat menjadi bahan perencanaan program berikutnya guna memperbaiki mutu pelayanan dalam hal ini hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea. 4. Justice

(50)
(51)

32

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective cohort yang dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling dengan teknik consecutive sampling, yaitu setiap responden penelitian yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi diikutkan dalam penelitian sampai didapatkan jumlah 30 responden penelitian.

Karakteristik responden penelitian meliputi usia, paritas, Indeks Massa Tubuh (IMT), usia kandungan saat Sectio Caesarea, mobilisasi, penyembuhan luka, tekanan darah, denyut nadi sebelum operasi dan pemberian antibiotic ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 6. Karakteristik Responden Penelitian

(52)

Usia kandungan

Dari tabel 6 diketahui bahwa responden penelitian yang didapat adalah ibu dengan usia 20 sampai dengan 35 tahun sejumlah 25 orang (83,3%) dan ibu dengan usia lebih dari 35 tahun sejumlah 5 orang (16,7%). Responden yang memiliki paritas primigravida sejumlah 21 orang (70%) dan multigravida sejumlah 9 orang (30%).

Usia kandungan ibu hamil saat dilakukan Sectio Caesarea yang kurang dari 37 minggu sejumlah 3 orang (10%), sedangkan yang lebih dari atau sama dengan 37 minggu sejumlah 27 orang (90%). Luka operasi seluruh responden penelitian masuk kategori sembuh (100%).Tekanan darah sistole sebelum Sectio Caesarea yang angkanya dibawah 110 mmHg sejumlah 4 orang (13,4%),

(53)

sejumlah 25 orang (83,3%), dan yang angkanya diatas 140 mmHg sejumlah 1 orang (3,3%). Tekanan darah diastole sebelum Sectio Caesarea yang angkanya berada di rentang 70 sampai dengan 89 mmHg sejumlah 27 orang (90%), sedangkan yang angkanya lebih dari atau sama dengan 90 mmHg sejumlah 3 orang (10%).

Frekwensi denyut jantung responden sebelum Sectio Caesarea yang angkanya berada di rentang 60 sampai dengan 100 kali per menit sejumlah 27 orang (90%), sedangkan yang angkanya diatas 100 kali per menit sejumlah 3 orang (10%). 26 orang (86,7%) menggunakan antibiotic Ceftriaxone IV 1 amp dan 4 orang (3,3%) menggunakan antibiotic Cefotaxim IV 1 amp, masing-masing lama pemberian obat adalah 12 jam.

Obat Antibiotik yang diberikan dalam 12 jam pertama secara intravena (IV) digunakan sebagai antibiotic profilaksis, kemudian pemberian obat antibiotic dilanjutkan pada 24 jam setelahnya.

Tabel 7. Gambaran kadar Hemoglobin (Hb) responden penelitian

Kategori N Kadar Hb (g/dl)

Rerata ± SD Normal (>11 g/dl) 21 (70%) 12,19 ± 0,699 Anemia (<11g/dl) 9 (30%) 10,14 ± 0,698

(54)

Tabel 8. Perbandingan skala REEDA pada hari ke-2 dan 9

Kategori Hari ke-2 Hari ke-9

Redness 0,27 ± 0,740 0 ± 0

Edema 0,23 ± 0,626 0 ± 0

Ecchymosis 0 ± 0 0 ± 0

Discharge 0,3 ± 0,915 0 ± 0

Approximation 0,2 ± 0,407 0 ± 0

Pada tabel 8 didapatkan nilai jumlah skala REEDA pada hari ke-2 setelah Sectio Caesareadari kategori Redness 0,27 ± 0,740, Edema 0,23 ± 0,626, Ecchymosis 0 ± 0, Discharge 0,3 ± 0,915, Approximation 0,2 ± 0,407. Nilai jumlah skala REEDA yang didapatkan pada hari ke-9 adalah 0 ± 0. B. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea. Berdasarkan data karakteristik responden penelitian yang berjumlah 30 orang terdapat 21 orang (70%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan 9 orang (30%) yang memiliki kadar hemoglobin dengan kategori anemia. Sedangkan variabel penyembuhan luka dilihat dengan menggunakan skala REEDA. Berdasarkan data karakteristik tersebut didapatkan nilai jumlah skala REEDA pada hari ke-2 setelah Sectio Caesarea dari kategori Redness 0,27 ± 0,740, Edema 0,23 ± 0,626, Ecchymosis

0 ± 0, Discharge 0,3 ± 0,915, Approximation 0,2 ± 0,407. Sedangkan nilai jumlah skala REEDA yang didapatkan pada hari ke-9 adalah 0 ± 0.

(55)

berbeda-beda oleh karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini yang akan dibahas pada sub-bab Pembahasan.

Dari data tersebut kemudian di analisa dengan uji normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah persebaran data variabelnya normal atau tidak.

Tabel 9. Hasil uji normalitas

Variabel Nilai p

Kadar Hemoglobin 0,154

Skala REEDA 0,000

Persebaran data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Dari tabel 11 didapatkan hasil analisa yang menunjukkan bahwa terdapat salah satu variabel yang memiliki nilai p<0,05 yaitu variabel skala REEDA dengan nilai p sebesar 0,000. Sehingga persebaran data pada penelitian ini tidak normal.

Pada penelitian ini menggunakan uji korelasi bivariat non parametrik Spearman-rho karena data variabel penelitian mempunyai persebaran data yang

tidak normal.

Tabel 10. Hasil uji korelasi Spearman-rho

Variabel R p

Kadar Hemoglobin dan skala REEDA (penyembuhan luka) -0,298 0,109

Data yang diuji adalah data pada hari ke-2, karena pada hari ke-9 didapatkan skala REEDA dengan skor 0 (nol) untuk semua sampel sehingga tidak dapat diuji. Setelah diuji dengan uji korelasi bivariat non parametric Spearman-rho didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,298, dan nilai

(56)

kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistic antara dua variabel yang diuji karena nilai p=0,109 (p>0,05), dan kekuatan korelasinya adalah lemah dengan arah korelasi yang tidak searah karena didapatkan nilai r sebesar -0,298.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji korelasi didapatkan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sulastri (2011) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea. Pada penelitian Pujiastuti dan Hapsari (2014) menyatakan bahwa proses penyembuhan luka membutuhkan suplai oksigen yang memadai, sehingga tubuh membutuhkan hemoglobin yang cukup untuk memasok oksigen ke daerah yang mengalami perlukaan. Kadar hemoglobin yang rendah bisa menimbulkan hipoksia jaringan sekitar luka sehingga menyebabkan terjadinya ischemia dan inflamasi yang merupakan dasar dari suatu infeksi luka (Jahromi, et al., 2015)

(57)

subjektif walaupun dalam pengamatan selalu didampingi oleh bidan atau perawat di bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

Penyembuhan luka terjadi sekitar 1 minggu setelah timbulnya luka (Smeltzer, 2002). Namun, peneliti melakukan pengamatan kedua pada saat jadwal kontrol responden Sectio Caesarea, yaitu seminggu setelah pasien pulang dari rumah sakit atau hari ke-9 setelah dilakukannya Sectio Caesarea sehingga diantara proses pengamatan (pada hari ke-2 dan ke-9) peneliti tidak dapat melakukan pengamatan penyembuhan luka. Diperlukan pengamatan lain sebelum hari ke-9, karena pada hari tersebut luka seluruh responden sudah sembuh.

Teknik operasi Sectio Caesarea dalam penelitian ini berbeda-beda dan mempunyai pengaruh terhadap kesembuhan luka. Jika pada saat proses penjahitan luka insisi dijahit terlalu kencang dan rapat, maka jaringan disekitar luka akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan oksigenasi karena ada gangguan aliran darah dan menyebabkan anemia dan nekrosis. Lain halnya jika penjahitan dilakukan sedikit renggang dan jaringan disekitar luka diberi kesempatan untuk menutup secara alami, maka penyembuhan luka menjadi lebih efektif dan oksigenasi yang didapat juga mencukupi. Pada teknik penjahitan yang tidak terlalu kencang ini diharapkan adanya proses approximation atau penutupan luka yang baik sehingga cepat membentuk

kolagenasi pada penyembuhan luka (Anon., 2013).

(58)

mempengaruhi kesembuhan luka, karena tebal lemak bawah kulit tiap responden berbeda. Penyembuhan luka responden yang memiliki berat badan berlebih cenderung lebih terhambat karena lemak tidak memiliki banyak pembuluh darah sehingga lemak berlebih akan mempengaruhi aliran darah ke sel terutama pada tipe penyembuhan luka primer (dengan jahitan). Lemak bawah kulit yang mempunyai ketebalan 3-5 cm atau lebih cenderung mempunyai risiko untuk terjadi komplikasi pada penyembuhan lukanya (Arisanty, 2013).

Adanya faktor teknik penjahitan luka Sectio Caesarea dan tebal lemak bawah kulit yang berlebih dapat menimbulkan salah satu komplikasi penyembuhan luka yaitu dehisensi atau luka terbuka kembali, sehingga dibutuhkan tindakan yang meminimalisir terjadinya dehisensi seperti teknik penjahitan yang menimbulkan proses approximation yang baik.

(59)

D. KESULITAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini didapatkan beberapa kesulitan penelitian, diantaranya: 1. Penelitian ini menggunakan metode penelitian prospective cohort sehingga

sangat mungkin untuk lost to follow atau kehilangan responden penelitian

2. Beberapa pasien Sectio Caesarea yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

(60)

41

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan pada pasien post Sectio Caesarea yang berada di bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2016 dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti yang menunjukkan hubungan bermakna antara kadar hemoglobin dengan penyembuhan luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta (nilai r= -0,298 dan nilai p= 0,109).

B. SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut di Rumah Sakit yang berbeda sehingga dapat digunakan sebagai pembanding

2. Dilakukan penelitian yang mempunyai jumlah sampel penelitian lebih banyak dan bervariasi serta selalu mem-follow up pasien agar sampel penelitian lebih kooperatif

3. Dilakukan pengamatan luka Sectio Caesarea dengan frekwensi yang lebih sering untuk mengetahui proses penyembuhan luka Sectio Caesarea

4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengambilan Hemoglobin darah

(61)

42 Lipincott Williams & Wilkins.

Anon., 2013. Dehisensi Luka Operasi Abdomen. [Online] Available at: http://www.medicinestuffs.com

Arisanty, I. P., 2013. Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC. Berg, J. M., Tymoczko, J. L. & Stryer, L., 2002. Biochemistry 5th Edition. New

York: W. H. Freeman.

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Costill, L. & Wilmore, J. H., 1998. Physiology of Sport and Exercise. Canada: Human Kinetics Publisher.

Cunningham, F. G. et al., 2006. Obstetri Williams 21st Edition. Jakarta: EGC. Dewi, Y., 2007. Operasi Caesar Pengantar dari A sampai Z. Jakarta: Edsa

Mahkota.

Dharma, 2007. Definisi Hemodilusi. [Online] Available at: http://www.simposia.ac.id

Evelyn, P., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gibbons, d., 2010. The Global Number and Cost of Additionally Needed and Unnecessary Caesarean Sections Performed per Year: Overase as a Barter to Universal Coverage, s.l.: World Health Report.

Grace, V. J., 2007. Fenomena Sosial Operasi Sectio Caesarea di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Besar Surabaya Periode 1 Jan - 31 Des. [Online] Available at: http://www.dexamedixa.com

Guo, S. & DiPietro, L. A., 2010. Factor Affecting Wound Healing. USA: J Dent Res.

Hidayat, A., 2012. Menghitung Besar Sampel Penelitian. [Online] Available at: http://statistikian.com

IFIC, 2005. Post Operative Wound Infection. [Online] Available at: http://www.theific.org/manual/script

(62)

Jitowiyono, S. & Kristiyanasari, W., 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan Pendekatan, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kounteya, S., 2010. Caesarian Section for Fall Birth in India. [Online] Available at: http://timesofindia.indiatimes.com

La Van, F. & Hunt, T. K., 1990. Oxygen and Wound Healing. Clinical Plastic Surgery.

Maton, A., 1993. Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey, USA: Prentice Hall.

Molazem, Z., Mohseni, F., Younesi, M. & Keshavarzi, S., 2015. Aloe Vera Gel and Caesarean Wound Healing; A Randomized Controlled Clinical Trial. Global Journal of Health Science.

Morison, M. J., 2008. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Norwitz, E. & Schorge, J., 2007. At Glance Obstetri and Gynecology. s.l.:EMS. Oswari, 2005. Bedah dan Perawatannya Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Pujiastuti, W. & Hapsari, D. K., 2014. Kadar Hemoglobin Rendah Menghambat Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kabupaten Magelang Tahun 2014. Bhamada, JITK.

Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Sjamsoehidajat, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Sugianto, d., 2013. Pokok Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sulastri, 2011. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Penyembuhan Luka Post

Sectio Caesarea di Ruang Mawar I RSUD dr. Moewardi Surakarta. Gaster, 8(2), pp. 772-782.

Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Widayanti, S., 2008. Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT. Salam

Pacific Indonesia Lines di Belawan Tahun 2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(63)

44

(64)

Lampiran 1. Lembar informed consent

INFORMED CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama Saya Fauzan Kurniawan mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengamatan terhadap kadar hemoglobin 24 jam pertama setelah operasi dan penyembuhan luka sesar Ibu pada hari ke-2, dan 9 setelah Ibu menjalani operasi sesar. Semua informasi yang Ibu berikan terjamin kerahasiaannya.

Setelah Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini.

Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama : ……….

Tanda Tangan : ……….

Terima kasih atas kesediaan Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini.

(65)

Lampiran 2. Lembar observasi penelitian

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Nama Pasien :

Kadar Hemoglobin g/dl

Penyembuhan Luka

DATA PENYEMBUHAN LUKA

(66)

ke-Lampiran 3. Statistik deskriptif hemoglobin

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Statistic

Hb_normal 21 2.30 11.20 13.50 256.10 12.1952 .15267 .69963 .489

Hb_anemia 9 1.60 9.30 10.90 91.30 10.1444 .23280 .69841 .488

Valid N

(listwise) 9

Lampiran 4. Statistik deskriptif skala REEDA

Descriptive Statistics

N Sum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Redness_2 30 8 .27 .135 .740

Edema_2 30 7 .23 .114 .626

Ecchymosis_2 30 0 .00 .000 .000

Discharge_2 30 9 .30 .167 .915

Approx_2 30 6 .20 .074 .407

Red_9 30 .00 .0000 .00000 .00000

Ede_9 30 .00 .0000 .00000 .00000

Ecch_9 30 .00 .0000 .00000 .00000

Disc_9 30 .00 .0000 .00000 .00000

Appr_9 30 .00 .0000 .00000 .00000

(67)

Lampiran 5. Uji normalitas data variabel

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Hb .140 30 .135 .954 30 .154

jumlah_REEDA .323 30 .000 .733 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 6. Uji korelasi Spearman-rho

Correlations

Hb jumlah_REEDA

Spearman's rho Hb Correlation Coefficient 1.000 -.298

Sig. (2-tailed) . .109

N 30 30

jumlah_REEDA Correlation Coefficient -.298 1.000

Sig. (2-tailed) .109 .

(68)

Lampiran 7. Data statistik karakteristik reponden

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <37 Minggu 3 10.0 10.0 10.0

>/= 37 Minggu 27 90.0 90.0 100.0

(69)

Mobilisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 20 66.7 66.7 66.7

Tidak Baik 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kesembuhan_Luka

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sembuh 30 100.0 100.0 100.0

Sistole

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <110 mmHg 4 13.3 13.3 13.3

110-140 mmHg 25 83.3 83.3 96.7

>140 mmHg 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Diastole

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 70-89 mmHg 27 90.0 90.0 90.0

>/= 90 mmHg 3 10.0 10.0 100.0

(70)

Denyut Jantung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Usia Paritas IMT UK Mobilisasi Kesembuhan

Luka Sistole Diastole Denyut Antibiotik

(71)
(72)

Gambar

Tabel 1. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Proses penyembuhan luka
Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Tabel 3. Skala REEDA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menganggarkan dana siap pakai pada tahun 2012 sebanyak Rp 500 juta, anggaran tersebut ditempatkan pada di Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan

Data yang diperoleh pada penelitian ini juga tidak menunjukkan korelasi positif antara prevalensi kasus pneumonia pada kambing dan domba (yaitu 27%), dengan isolat virus

Di dalam Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor: 188/Pid.B/2011/PN.Ung, Majelis Hakim telah membuktikan berdasarkan fakta-fakta di persidangan dari alat

Berdasarkan nilai absorbansi isolat uji yang diperoleh menunjukkan isolat-isolat rizobakteri mampu memproduksi IAA dengan produksi tertinggi dihasilkan oleh isolat

43 observasi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, 2) Set Kesempatan.. Investasi

Langkah Isap, yang dimulai dengan piston pada titik mati atas dengan. berakhir ketika piston mencapai titik mati

The major reason for using the language of regular expressions is to avoid an unnecessary use of recursion in BNF specifications. The braces used in this notation bear no relation

Looking at the similarities amongst the test programs we did in Chapter 3, we can choose some parts of the code to create DirectX versions for the two basic game classes we created