• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan dimulai dari sejarah machine translation (subbab 2.1), statistical machine translation (subbab 2.2), automatic evaluation (subbab 2.3), word reordering dan phrase reordering (subbab 2.4), POS tagging (subbab 2.5), dan parsing (subbab 2.6).

2.1 Sejarah Machine Translation

Machine translation atau mesin penerjemah merupakan alat penerjemah otomatis pada sebuah teks dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Mesin penerjemah juga merupakan salah satu aplikasi yang penting dalam bidang Natural Languange Processing (NLP). Machine translation melakukan substitusi sederhana dari suatu kata dalam suatu bahasa ke bahasa lain. Ada beberapa pendekatan untuk machine translation seperti pendekatan dengan menggunakan aturan (rule-based machine translation), pendekatan dengan menggunakan contoh (example-based machine translation), dan pendekatan dengan menggunakan model statistik (statistical machine translation).

Rule-based machine translation merupakan strategi pendekatan pertama yang digunakan dalam penelitian machine translation. Keuntungan dari Rule-based machine translation adalah aturan – aturan bahasa dapat menganalis dalam level semantik dan sintaks secara dalam. Kelemahan dari Rule-based machine translation adalah membutuhkan banyaknya pengetahuan linguistik yang mendalam pada sebuah bahasa. (Charoenpornsawat et al., 2002).

Example-basedmachineTranslation merupakan machine translation yang menggunakan pendekatan berdasarkan pada pasangan koleksi dokumen (korpus) paralel. Example-based machine translation dirancang oleh Nagao Makoto pada tahun 1984. Prinsip dasar dari penerjemahan example-based machineTranslation

(2)

Tabel 2.1 Contoh Korpus Paralel

Inggris Indonesia

How much is that red umbrella? Berapa harga payung merah itu?

How much is that small camera? Berapa harga kamera kecil itu?

Pada Tabel 2.1 terdapat sebuah contoh korpus dwibahasa dengan jumlah pasangan kalimat yang minimal, yang berarti bahwa kalimat-kalimat tersebut hanya dibedakan oleh satu elemen saja. Example-basedmachineTranslation akan mempelajari tiga unit terjemahan sebagai berikut:

1. ”How much is thatX ?” ”Berapa harga X itu ?” 2. ”red umbrel l a ” payung merah”

3. ”small ca mera ” ” kamera kecil”

Pembentukan tiga unit di atas dapat digunakan untuk menghasilkan terjemahan-terjemahan baru untuk ke depannya. Sebagai contoh jika sistem telah dilatih dengan menggunakan beberapa teks yang berisikan kalimat ”President Kennedy was shot dead during the parade.” dan ”The convict escaped on July 15th.”, maka kalimat ”The convict was shot dead during the parade.” dapat diterjemahkan dengan mensubstitusikan bagian-bagian yang tepat dari kalimat-kalimat tersebut. (Makoto, 1984)

Statistical machine translation diperkenalkan pertama kali oleh Warren Weaver pada tahun 1949. Setelah itu, statistical machine translation dipopulerkan kembali pada tahun 1980 oleh IBM pada Candide Project (Koehn & Callison-Burch, 2005). Statistical machine translation adalah suatu paradigma mesin penerjemah dimana hasil terjemahan dihasilkan atas dasar model statistik dengan menggunakan parameter yang didapatkan dari analisis kumpulan teks dua bahasa yang paralel. Statistical machine translation menggunakan korpus paralel tersebut untuk menghasilkan sebuah model penerjemahan statistik secara otomatis. Model statistik tersebut kemudian akan diterapkan pada teks-teks yang baru untuk menghasilkan terjemahan yang baik dari teks baru tersebut. Penjelasan lebih lanjut tentang statistical machine translation dijelaskan pada subbab 2.2.

(3)

2.2 Statistical Machine Translation

Statistical machine translation atau mesin penerjemah statistik merupakan salah satu jenis mesin penerjemah dengan menggunakan pendekatan statistik. Pendekatan statistik yang digunakan adalah konsep probabilitas. Setiap pasangan kalimat (S,T) akan diberikan sebuah 𝑃 𝑇 𝑆 yang diinterpretasikan sebagai distribusi probabilitas dimana sebuah penerjemah akan menghasilkan T dalam bahasa tujuan ketika diberikan S dalam bahasa sumber.

Sebagai contoh, proses penerjemahan dari kalimat Bahasa Prancis ke Bahasa Inggris dapat diinterpretasikan dengan 𝑃 𝑒 𝑓 . 𝑃 𝑒 𝑓 merupakan distribusi probabilitas kalimat e (Bahasa Inggris) terhadap kalimat f (Bahasa Perancis). Dengan menggunakan teorema Bayes pada 𝑃 𝑒 𝑓 , didapatkan:

𝑃 𝑒 𝑓 = 𝑃 𝑓 𝑒 . 𝑃(𝑒)

𝑃(𝑓) … (2.1)

Menurut Christopher D Manning dan Hinrich Schutze, dalam statistical machine translation terdapat 3 buah komponen yang terlibat dalam proses penerjemahan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain, yaitu: language model, translation model, dan decoder (Manning & Schutze ,2000).

Gambar 2.1 Komponen Statistical Machine Translation

Gambar 2.1 merupakan komponen statistical machine translation. Penjelasan lebih lanjut tentang language model terdapat pada subbab 2.2.1. Penjelasan lebih lanjut tentang translation model terdapat pada subbab 2.2.2. Penjelasan lebih lanjut tentang decoder terdapat pada subbab 2.2.3.

(4)

2.2.1 Language Model

Language model digunakan pada aplikasi Natural Language Processing seperti speech recognition, part-of-speech tagging dan syntactic parsing. Saat ini, language model juga telah banyak digunakan untuk bidang Information Retrieval. Berdasarkan pendekatan statistik, masing-masing dokumen dipandang sebagai sebuah sampel bahasa dan sebuah kueri sebagai sebuah proses generasi (generation). Dalam language model statistik, elemen-elemen kuncinya adalah probabilitas dari rangkaian-rangkaian kata yang ditunjukkan sebagai

𝑃 𝑤1, 𝑤2, … , 𝑤𝑛 atau singkatnya 𝑃 𝑤1,𝑛 . Language model statistik menetapkan probabilitas 𝑃 𝑤1,𝑛 ke serangkaian n kata dengan means sebuah distribusi probabilitas. Rangkaian-rangkaian tersebut bisa berupa frase-frase atau kalimat-kalimat dan probabilitasnya dapat diperkirakan dari korpus dokumen-dokumen yang besar. Salah satu contoh pendekatan language model adalah n-gram model. Dalam sebuah n-gram model, probabilitas 𝑃 𝑤1,𝑚 dari mengamati kalimat

𝑤1, 𝑤2, … , 𝑤𝑚 diaproksimasikan sebagai (Song & Croft, 1999) :

𝑃 𝑤1, 𝑤2, … , 𝑤𝑚 = 𝑃 𝑤𝑖|𝑤1, … , 𝑤𝑖−1 𝑚 𝑖=1 ≈ 𝑃 𝑤𝑖|𝑤𝑖−(𝑛−1), … , 𝑤𝑖−1 𝑚 𝑖=1 … (2.2)

Pada persamaan (2.2) diasumsikan bahwa probabilitas dari mengamati kata wi ke-i dalam sejarah konteks i-1 kata-kata terdahulu, dapat diaproksimasikan

oleh probabilitas mengamatinya dalam sejarah konteks n-1 kata-kata terdahulu yang diperpendek (orde ke-n properti Markov).

Probabilitas bersyarat (conditional) dapat dihitung dari perhitungan frekuensi n-gram:

𝑃 𝑤𝑖|𝑤𝑖−(𝑛−1), … , 𝑤𝑖−1 =

𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑤𝑖−(𝑛−1), 𝑤𝑖−1… , 𝑤𝑖

𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑤𝑖−(𝑛−1), … , 𝑤𝑖−1

… (2.3) Beberapa contoh model bahasa n-gram adalah:

 Unigram (1-gram): 𝑃 𝑤1,𝑛 = 𝑃 𝑤1 𝑃 𝑤2 … 𝑃(𝑤𝑛).

(5)

 Trigram (3-gram): 𝑃 𝑤1,𝑛 = 𝑃 𝑤1 𝑃 𝑤2|𝑤1 𝑃(𝑤3|𝑤1,2) … 𝑃(𝑤𝑛|𝑤𝑛−2,𝑛−1)

Sebagai contoh, dalam model bahasa trigram, probabilitas dari kalimat “Mary did not slap the green witch” yang diambil dari artikel Kevin Knight dan Philipp Koehn (Knight & Koehn, 2003) dihitung dengan cara :

P(Mary, did, not, slap, the, green, witch) ≈ P(Mary) P(did|Mary) P(not|Mary, did) P(slap|did, not) P(the|not, slap) P(green|slap, the) P(witch|the, green)

Merujuk pada komponen statistical machine translation (Gambar 2.1), simbol 𝑃(𝑒) yang merupakan sebuah language model adalah probabilitas dari kalimat Bahasa Inggris. Language model 𝑃 𝑒 berperan untuk menentukan apakah kalimat hasil terjemahan e adalah kalimat Bahasa Inggris yang natural dan memiliki aturan gramatikal yang baik. Semakin tinggi nilai probabilitas dari

𝑃 𝑒 menunjukkan bahwa kalimat hasil terjemahan merupakan kalimat yang dibentuk dengan baik.

2.2.1 Translation Model

Translation model merupakan salah satu komponen penting pada statistical machine translation dalam proses penerjemahan. Terdapat 2 model penerjemahan pada statistical machine translation, yaitu: word-based translation model dan phrase-based translation model.

(6)

Gambar 2.2 merupakan ilustrasi word based translation model. Proses yang terjadi pada word based translation model adalah: penerjemahan kata, reordering, duplication, dan insertion (Koehn, Phillip, 2005).

Gambar 2.3 merupakan ilustrasi phrase based translation model. Proses penerjemahan dapat dipecah menjadi beberapa bagian yaitu: membagi kalimat bahasa asal menjadi barisan frase, menerjemahkan setiap frase ke bahasa tujuan, dan reordering. (Koehn, Phillip, 2005).

Menurut penelitian, hasil terjemahan dari phrase-based statistical machine translation lebih baik dan berkualitas daripada hasil terjemahan dari word-based statistical machine translation. (Koehn, Philipp; Franz Josef Och, and Daniel Marcu, 2003).

Merujuk pada komponen statistical machine translation (Gambar 2.1), Simbol 𝑃 𝑓 𝑒 merupakan translation model. Tujuan dari translation model adalah untuk memasangkan teks input dalam bahasa asal (source language) dengan teks output dalam bahasa tujuan (target language).

Pada word-based translation model, merujuk pada persamaan (2.1), simbol 𝑃 𝑓 𝑒 dapat diubah menjadi::

𝑃 𝑓|𝑒 = 1 𝑍 … 𝑃 𝑓𝑗|𝑒𝑎𝑗 𝑚 𝑗 =1 𝑙 𝑎𝑚=0 𝑙 𝑎1=0 … (2.4)

Simbol e adalah kalimat Bahasa Inggris, f adalah kalimat Bahasa Perancis, l adalah panjang kalimat Bahasa Inggris, m adalah panjang kalimat Bahasa Perancis, fj adalah kata j dalam Bahasa Perancis, aj adalah posisi kata dalam e yang berpasangan dengan fj, eaj adalah kata yang berpasangan dengan fj, dan Z

(7)

adalah konstanta normalisasi. Secara singkat, P(f|e) didapatkan dari penjumlahan probabilitas pencocokan setiap kata. (Manning, Christopher D. and Hinrich Schutze, 2000).

Sedangkan pada phrase-based translation model, merujuk pada persamaan (2.1), simbol 𝑃 𝑓 𝑒 dapat diubah menjadi:

𝑃 𝑓 1𝐼 𝑒 1𝐼 = 𝜙 𝑓 𝑖 𝑒 𝑖 𝑑 𝑎𝑖− 𝑏𝑖−1 … ( 𝐼

𝑖=1

2.5)

Pada phrase-based translation model, kalimat input f dibagi ke dalam satu barisan dari I frase – frase, 𝑓 1𝐼. Setiap frase 𝑓 𝑖 dalam 𝑓 1𝐼. diterjemahkan menjadi frase Bahasa Inggris 𝑒 𝑖. Frase-frase dalam Bahasa Inggris tersebut akan disusun kembali (reorder). Penerjemahan frase dimodelkan oleh distribusi probabilitas 𝜙 𝑓 𝑖 𝑒 𝑖 . Proses penyusunan ulang dari frase Bahasa Inggris dimodelkan dengan

relative distortion probability distribution𝑑 𝑎𝑖− 𝑏𝑖−1 , dimana 𝑎𝑖 menunjukkan posisi awal dari frase bahasa asal (source language) yang diterjemahkan menjadi frase bahasa tujuan (target language), dan 𝑏𝑖−1 menunjukkan posisi akhir dari frase bahasa asal (source language) yang diterjemahkan menjadi frase bahasa tujuan (target language) ke i-1. Relative distortion probability distribution

𝑑 𝑎𝑖− 𝑏𝑖−1 , dilatih dengan menggunakan sebuah model joint probability. (Koehn, Philipp; Franz Josef Och, and Daniel Marcu, 2003)

2.2.3 Decoder

Fungsi dari decoder adalah untuk mencari teks dalam bahasa tujuan (target language) yang memiliki probabilitas paling besar dengan pertimbangan faktor translation model dan language model. Penghitungan ê dapat dituliskan sebagai berikut:

ê = 𝑎𝑟𝑔𝑒𝑚𝑎𝑥 𝑃 𝑒 𝑓 = 𝑎𝑟𝑔𝑒 𝑚𝑎𝑥 𝑃 𝑓 𝑒 .𝑃(𝑒)𝑃 𝑓 = 𝑎𝑟𝑔𝑒𝑚𝑎𝑥 𝑃 𝑓 𝑒 𝑃(𝑒)

(8)

𝐴𝑟𝑔𝑒 𝑚𝑎𝑥 mencari e yang dapat memberikan nilai probabilitas terbesar yang diperoleh. Simbol 𝑃 𝑓 dapat dihilangkan karena f tetap (Manning, Christopher D. and Hinrich Schutze ,2000).

Secara umum, proses decoding membangun kalimat terjemahan dari kiri ke kanan. Proses decoding ini menggunakan algoritma beam search. Dua konsep penting dalam algoritma beam search yang digunakan adalah konsep pemangkasan(pruning) dan estimasi future cost. Berikut ini adalah contoh proses penerjemahan pada phrase-based statistical machine translation (Koehn, 2006) :

a. Pilih kata-kata asing dalam bahasa sumber (misalnya: bahasa Spanyol) untuk diterjemahkan

b. Temukan terjemahan frase dalam bahasa target (misalnya: bahasa Inggris)

c. Tambahkan frase bahasa Inggris ke akhir penerjemahan parsial

d. Tandai kata-kata asing yang telah diterjemahkan

e. Penerjemahan satu-ke-banyak (one-to-many)

f. Penerjemahan banyak-ke-satu (many-to-one)

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Mary

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Mary

Mary did not slap

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

(9)

g. Penerjemahan banyak-ke-satu (many-to-one)

h. Reordering (penyusunan kembali)

i. Penerjemahan selesai

2.3 Automatic Evaluation

Akurasi dan kualitas dari sebuah statistical machine translation pada umumnya dinilai dari hasil terjemahan yang dihasilkan. Penilaian tersebut bisa dilakukan secara manual dan otomatis. Penilaian secara manual tentunya merupakan cara penilaian yang terbaik karena memberikan nilai akurasi yang lebih tepat. Namun penilaian secara manual merupakan cara penilaian yang lambat, mahal dan lama sebab membutuhkan sumber daya manusia yang banyak serta waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem evaluasi otomatis untuk menentukan kualitas terjemahan yang cepat, murah, dan cukup bagus.

Grup riset dari IBM memperkenalkan suatu sistem evaluasi otomatis yang bernama BLEU (Bilingual Evaluation Understudy). BLEU mengukur modified n-gram precision score antara hasil terjemahan otomatis dengan terjemahan rujukan dan menggunakan konstanta yang dinamakan brevity penalty.

Mary did not slap the

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Mary did not slap the green

Maria no dio una bofetada a la bruja verde

Mary did not slap the green witch

(10)

Cara sederhana untuk menghitung precision adalah dengan menghitung jumlah kata pada hasil terjemahan (unigrams) yang cocok dengan rujukan dan dibagi dengan total jumlah kata (unigrams) yang ada pada hasil terjemahan. Namun cara tersebut memiliki beberapa kelemahan. Statistical machine translations dapat menghasilkan dengan berlebihan kata-kata yang benar yang mengakibatkan dihasilkannya terjemahan yang mustahil namun memiliki precision tinggi. Dengan demikian sebuah kata rujukan harus dianggap telah muncul setelah sebuah kata hasil terjemahan yang cocok teridentifikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Papineni melakukan beberapa perubahan dan dihasilkanlah metode yang dinamakan modified n-gram precision (Papineni, Kishore; Salim Roukos; Todd Ward and Wei-Jing Zhu, 2001).

Contoh penghitungan modified unigram precision:

Hasil Terjemahan Rujukan

the the the the the the the. The cat is on the mat.

Nilai precision unigram adalah = 7/7. Sedangkan nilai precision unigram yang dimodifikasi adalah = 2/7. Jumlah maksimum kata ”the” pada referensi adalah 2 dan jumlah unigram pada hasil terjemahan adalah 7.

Brevity penalty digunakan untuk mencegah kalimat pendek memperoleh nilai yang tinggi. Dengan kata lain, BLEU diperoleh dari hasil perkalian antara brevity penalty dengan rata – rata geometri dari modified precision score. Jadi agar dapat menghasilkan nilai yang tinggi dalam BLEU, panjang kalimat hasil terjemahan harus mendekati panjang kalimat referensi dan kalimat hasil terjemahan harus dapat menghasilkan kata serta urutan yang sama dengan kalimat referensi. Nilai dari BLEU berada dalam rentang 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai BLEU, maka semakin akurat dengan rujukan. Rumus menghitung BLEU adalah sebagai berikut (Papineni, Kishore; Salim Roukos; Todd Ward and Wei-Jing Zhu, 2001):

(11)

Simbol BP merupakan brevity penalty, c merupakan jumlah kata dari hasil terjemahan otomatis, r merupakan jumlah kata dari rujukan, dan pn merupakan

modified precision score. Nilai wn adalah 1/N. Standar nilai N untuk BLEU adalah 4, karena nilai presisi BLEU pada umumnya dihitung sampai 4-gram saja. Pada penelitian ini BLEU dihitung sampai 4-gram. Simbol pn diperoleh dari

jumlah n-gram pada hasil terjemahan yang cocok dengan rujukan dibagi dengan jumlah n-gram pada hasil terjemahan.

Misalkan terdapat pasangan hasil kalimat terjemahan dan rujukan sebagai berikut:

Line Hasil Terjemahan (Translated) Rujukan (Reference)

1 Anto suka makan nasi goreng kambing Anto suka makan nasi goreng dan minum teh

2 Anto suka makan soto Anto suka makan nasi sate Tabel 2.2 Contoh Hasil Terjemahan dan Rujukan

Maka nilai BLEU untuk kalimat pertama dari contoh di atas (”Anto suka makan nasi goreng kambing”) adalah 0.6912316215478422. Berikut adalah proses penghitungannya.

 Nilai c adalah 6 dan r adalah 8.

 Oleh karena c < r maka nilai dari brevity penalty = e(1- r/c)

r

c

e

r

c

c r

if

if

1

BP

BLEU (1 / )

 

 

     

corpus C C corpus C C n

p

gram n gram n clip

gram)

n

(

count

gram)

n

(

count

...(2.6) ...(2.7) ...(2.8)  

N n n n p w 1 log BLEU

.

e

BP

BLEU

(12)

= e-2/8

= 0.778800783.

 Nilai modifiedunigram precision atau p1 adalah 5/6

Translated :

Reference :

 Nilai modifiedbigram precision atau p2 adalah 4/5

Translated :

Reference :

 Nilai modifiedtrigram precision atau p3 adalah 3/4

Translated :

Reference :

 Nilai modified 4gram precision atau p4 adalah 2/3

Translated :

Reference :

Anto suka makan nasi goreng kambing

Anto suka makan nasi goreng dan minum teh

Anto suka makan nasi goreng kambing

Anto suka makan nasi goreng dan minum teh

Anto suka makan nasi goreng kambing

Anto suka makan nasi goreng dan minum Teh

Anto suka makan nasi goreng kambing

(13)

       

4 1 log 4 1

e

.

778800783

0

BLEU

n n p

.

           

3 2 log 4 3 log 5 4 log 6 5 log 4 1

e

.

778800783

0

.

-0,1192803136799156

e

.

778800783

0

.

15478422

0.69123162

Selain BLEU, terdapat sistem evaluasi otomatis lainnya yang bernama NIST. NIST (National Institute of Standards and Technology) merupakan perkembangan dari BLEU. NIST juga menggunakan penilaian berdasarkan presisi n-grams. NIST menghitung presisi dari n-gram dengan bobot yang berbeda untuk setiap kata. Semakin langka kemunculan suatu kata n-gram maka semakin besar bobot yang diberikan. Nilai NIST didapatkan dari perkalian brevity penalty dengan jumlah dari precision score. Berbeda dengan BLEU yang memberikan bobot presisi n-grams yang sama. (Ying Zhang, Stephan Vogel, Alex Waibel, 2004). Sebagai contoh: bobot trigram kata ”oleh karena itu” lebih kecil daripada bobot trigram kata ”lampu lalu lintas”. Hal ini dikarenakan trigram ”oleh karena itu” dianggap lebih sering muncul daripada trigram “lampu lalu lintas”. Rumus untuk menghitung NIST adalah sebagai berikut (Doddington, George, 2002):

NIST . 1 (1) ) ...w Info(w

BP

NIST

o u tp u t sy s in n w ... 1 w all o ccu r co th at n w ... 1 w all n 1

  

Nn

 reference all in n w ... 1 w of occurences of # the reference all in 1 n w ... 1 w of occurences of # the 2 1

...

)

log

(

Info

w

w

n                      

βlog2 min ,1 NIST

BP

ref sys L L

e

...(2.9) ...(2.10) ...(2.11)

(14)

nilai N untuk NIST adalah 5, karena nilai presisi NIST pada umumnya dihitung sampai 5-gram saja. Pada penelitian ini NIST dihitung sampai 5-gram. Ketika jumlah kata pada hasil terjemahan adalah 2 dan rata – rata jumlah kata pada semua rujukan adalah 3, diketahui bahwa nilai brevity penalty adalah 0.5.

Sehingga nilai konstanta β dapat dihitung dengan persamaan (2.9):

-0.69314718 = 0.031008131 β . ln e

-0.69314718 = 0.031008131 β

-22.35372329 = β

Menurut penghitungan di atas dapat dikatakan bahwa β bernilai -22,35372329. Mengacu pada tabel 2.2, maka nilai NIST untuk kalimat pertama (”Anto suka makan nasi goreng kambing”) adalah 1,810890498. Berikut adalah proses penghitungannya:

Nilai Lsys adalah 10 dan Lref adalah 12 (karena pada tabel 2.2 hanya terdapat 1

buah berkas rujukan).

Nilai brevity penalty = 

                   ,1 12 10 35372329 22 - , log2 min

e

=           6 5 3 5 3 7 2 3 2 9 2 2, log2

-e

= 0.869227439.                    

,1 3 2 min 2 log β

5

,

0

e

                   

,1 3 2 min 2 log β

5

,

0

e

β0,031008131

5

,

0

e

(15)

0 2 2 log suka" Anto " occurences of # Anto" " occurences of # log suka) Info(Anto Nilai 2 2                 0 2 2 log makan" suka " occurences of # suka" " occurences of # log makan) Info(suka Nilai 2 2                0 2 2 log nasi" makan " occurences of # makan" " occurences of # log nasi) Info(makan Nilai 2 2                 1 1 2 log goreng" nasi " occurences of # nasi" " occurences of # log goreng) Info(nasi Nilai 2 2                 0 2 2 log makan" suka Anto " occurences of # suka" Anto " occurences of # log makan) suka Info(Anto Nilai 2 2                 0 2 2 log nasi" makan suka " occurences of # makan" suka " occurences of # log nasi) makan Info(suka Nilai 2 2                1 1 2 log goreng" nasi makan " occurences of # nasi" makan " occurences of # log goreng) nasi Info(makan Nilai 2 2                 0 2 2 log nasi" makan suka Anto " occurences of # makan" suka Anto " occurences of # log nasi) makan suka Info(Anto Nilai 2 2                1 1 2 log goreng" nasi makan suka " occurences of # nasi" makan suka " occurences of # log goreng) nasi makan Info(suka Nilai 2 2                 1 1 2 log goreng" nasi makan suka Anto " occurences of # nasi" makan suka Anto " occurences of # log goreng) nasi makan suka Info(Anto Nilai 2 2               

869227439

0

NIST

. 1 (1) ) ...w Info(w o u tp u t sy s in n w ... 1 w all o ccu r co th at n w ... 1 w all n 1

,

N n

  

.

0

869227439

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

,

        

 

.

0

869227439

12 25

,

810890498

,

1

(16)

2.4 Word reordering dan phrase reordering

Preprocessing merupakan langkah penting dalam aplikasi natural language. Contoh dari preprocessing adalah tokenization, stemming, dan lain lain. Pengaturan ulang urutan kata dan frase sebagai salah satu langkah yang diterapkan pada tahap preprocessing dapat menunjukkan peningkatan menurut automatic evaluation pada mesin penerjemah statistik. Hasil dari preprocessing digunakan dalam tahap training (pembentukan language model dan translation model) dan tahap testing (decoding kalimat).

Maja Popovic dan Hermann Ney melakukan word reordering berdasarkan Part Of Speech (Popovic, & Ney, 2006). Mereka melakukan penerjemahan dari Bahasa Spanyol ke Bahasa Inggris dan Bahasa Inggris ke Bahasa Jerman. Mereka menerapkan penukaran antara kata sifat dengan kata benda. Hasil penerjemahan dari Bahasa Spanyol ke Bahasa Inggris menunjukkan adanya peningkatan kualitas mesin penerjemah dari 0.274 menjadi 0.284 dengan menggunakan sistem penilaian BLEU. Hasil penerjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Jerman menunjukkan adanya peningkatan kualitas mesin penerjemah dari 0.196 menjadi 0.204 dengan menggunakan sistem penilaian BLEU. Contoh percobaan yang dilakukan oleh Maja Popovic dan Hermann Ney:

Bahasa Spanyol este sistema no sea susceptible de ser usado como arma

politica.

Word Reordering este sistema no sea susceptible de ser usado como politica

arma

Bahasa Inggris the system cannot be used as a political weapon

Penerapan phrase reordering pada korpus paralel Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris dengan bantuan parser dilakukan oleh Collins pada tahun 2005 (Collins, Koehn, & Kucerova, 2005). Collins menerapkan enam aturan yang dirancang secara manual, yaitu: Verb Initial, Verb 2and, Move Subject, Particles, Infinitives, dan Negation untuk penyusunan ulang suatu kalimat. Hasil penelitian Collins tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas mesin penerjemah dari

(17)

0.252 menjadi 0.268 dengan menggunakan sistem penilaian BLEU. Contoh percobaan yang dilakukan oleh Collins dengan aturan Verb Initial:

Bahasa Jerman Ich werde Ihnen die entsprechenden Anmerkungen

aushaendigen

Phrase Reordering Ich werde aushaendigen Ihnen die entsprechenden Anmerkungen

Bahasa Inggris I shall be passing on to you some comments

Penerapan phrase reordering dengan bantuan parser juga dilakukan oleh Sangodkar (Sangodkar, Vasudevan, & Damani., 2008). Korpus paralel yang digunakan oleh Sangodkar adalah korpus paralel Bahasa Inggris dan Bahasa India. Sangodkar melakukan penukaran antar frase dengan aturan parent-child positioning dan relation priority. Hasil yang didapatkan dari percobaan dengan menggunakan data set IIIT adalah adanya peningkatan nilai BLEU dari 0.0815 menjadi 0.0836. Akan tetapi apabila menggunakan standar NIST maka hasil yang diperoleh menunjukkan penurunan nilai dari 3.9036 menjadi 3.7335. Contoh percobaan yang dilakukan oleh Sangodkar:

Bahasa Inggris Many Bengali poets have sung songs in praise of this land

Phrase Reordering Many Bengali poets this land of praise in songs sung have

Bahasa India Kai kaviyon ne is mahaan bhoomi ki prashansa ke geet gaaye hai

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, telah ditunjukkan bahwa teknik word reordering dan phrase reordering saat preprocessing dapat meningkatkan kualitas hasil penerjemahan dari statistical machine translation pada beberapa bahasa. Secara umum preprocessing ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah membagi kalimat yang akan diterjemahkan menjadi barisan kata. Tahap kedua adalah melakukan word reordering atau phrase reordering

(18)

2.5 POS Tagging

POS tagging atau Part Of Speech tagging adalah proses penandaan kata – kata dalam suatu teks atau korpus sesuai dengan kelas katanya. Yang termasuk ke dalam kelas kata adalah kata sifat, kata benda, kata kerja, kata keterangan, kata depan, kata kepunyaan, kata penghubung, kata sandang. Suatu kata bisa diklasifikasikan ke dalam kelas kata yang berbeda. Sebagai contoh: kata ”dogs” dalam Bahasa Inggris biasanya diklasifikasikan menjadi plural noun (kata benda jamak). Akan tetapi dalam konteks yang berbeda, kata ini bisa diklasifikasikan menjadi verb (kata kerja) misalnya pada kalimat ”Sailor dogs the hatch”. Solusi untuk mengatasi masalah ambiguitas ini adalah dengan melihat kelas kata dari kata sebelumnya. (Jurafsky, & Martin, 2000)

Berikut ini adalah contoh hasil POS tagging pada dua kalimat berbeda yang menggunakan kata “dogs”:

1. I/PRP have/VBP three/CD dogs/NNS 2. Sailor/NNP dogs/VBZ the/DT hatch/NN

Dari contoh di atas, secara statistik, jika diketahui jenis tag pada kata sebelum kata ”dogs” adalah /CD, maka peluang kata ”dogs” diberi tag /NNS lebih besar daripada peluang kata ”dogs” diberi tag /VBZ. Oleh karena itu pada contoh pertama kata ”dogs” diberi tag /NNS. Apabila diketahui jenis tag pada kata sebelum kata ”dogs” adalah /NNP, maka peluang kata ”dogs” diberi tag /VBZ lebih besar daripada peluang kata ”dogs” diberi tag/ NNS. Oleh karena itu pada contoh kedua kata ”dogs” diberi tag /VBZ.

2.6 Parsing

Parser adalah sebuah alat yang memeriksa syntax dari kalimat dan membangun struktur dari kalimat tersebut. Struktur tersebut bisa berupa parse tree, abstract syntax tree, atau struktur hierarki lainnya. Parse Tree merepresentasikan struktur syntax dari kalimat berdasarkan sebuah grammar

(19)

tertentu. Dalam sebuah parse tree, interior nodes ditandai dengan simbol non terminal dari grammar, dan leaf nodes ditandai dengan simbol terminal dari grammar. Berikut ini adalah salah satu contoh parse tree pada kalimat John hit the ball.

Gambar 2.4 Parse Tree

Struktur parse tree pada kalimat ”John hit the ball dimulai dari S dan berakhir pada setiap leaf nodes (John, hit, the, ball). Penjelasan lebih detail mengenai struktur parse tree pada kalimat ”John hit the ball” adalah sebagai berikut:

 S (Sentence) menandakan kalimat, yang merupakan root atau struktur paling atas dari parse tree.

 NP (Noun Phrase) menandakan frase kata benda. Frase kata benda yang pertama yang terletak paling kiri adalah kata ”John”, yang menandakan subjek dari kalimat. Frase kata benda yang kedua adalah kata ”the ball”, yang menandakan objek dari kalimat.

 VP (Verb Phrase) menandakan frase kata kerja, yang merupakan predikat dari kalimat.

 V (Verb) menandakan kata kerja. Pada contoh kalimat di atas kata kerja ”hit” merupakan kata kerja transitif.

 Det (Determiner) menandakan kata sandang atau artikula. Pada contoh kalimat di atas ”the” merupakan kata sandang.

 N (Noun) menandakan kata benda. Pada contoh kalimat di atas ”ball” merupakan kata sandang.

(20)

Pada parse tree, setiap node dapat berupa root node, branch node, atau leaf node. Pada contoh di atas S adalah root node, NP dan VP adalah branch node, dan ”John”, ”hit”, ”the”, ”ball” adalah leaf nodes. Sebuah node juga dapat dipandang sebagai parent node dan child node. S adalah parent node dari NP dan V. “Hit” adalah child node dari V. (Jurafsky, & Martin, 2000)

Gambar

Gambar 2.2 Ilustrasi Penerjemahan dengan Word-Based Translation Model
Gambar  2.2  merupakan  ilustrasi  word  based  translation  model.  Proses  yang  terjadi  pada  word  based  translation  model  adalah:  penerjemahan  kata,  reordering, duplication, dan insertion (Koehn, Phillip, 2005)

Referensi

Dokumen terkait

1) Lemahnya penerapan hukum yang terka-it dengan kenavigasian, khususnya pene- gakan hukum terhadap Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelaya-ran, Peraturan

Adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja Bus Patas trayek Probolinggo-Malang, dan Untuk mengetahui (supply) armada yang sesuai

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, maka Biaya

Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada

Berdasarkan tabulasi data yang diperoleh, hasil persentase perolehan motivasi peserta senam aerobik di Eristy Management Kota Semarang tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Berdasarkan gambar1 di atas didapatkan bahwa dari 85 responden yang diteliti sebagian besar (87,1%) responden menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan di Ruang

Program travelling atau outing ini merupakan program berkala yang dilaksanakan oleh PT Surya Madistrindo dengan cara mengajak masyarakat sekitar perusahan untuk